Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Karena berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami bisa menyusun makalah yang berjudul “Diksi,
Kalimat, dan Makna”. Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan kami. Namun sebagai manusia
biasa kami tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik
penulisan maupun tata bahasa, tetapi walaupun demikian, kami berusaha sebisa
mungkin menyelesaikan makalah meskipun tersusun sangat sederhana.

Makalah ini kami buat dengan berbagai observasinya dalam jangka waktu
tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggung jawabkan
hasilnya.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui


pengertian perilaku dan disiplin, untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan mahasiswa tidak disiplin, dan untuk dapat mengetahui sikap
ketidakdisiplinan mahasiswa dikampus.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam


sistematika penyusunan maupun penggunaan kata-kata. Kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun sebagai cerminan kami dalam penyusunan
makalah berikutnya. Akhirnya kepada Allah jualah kami serahkan semuanya.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat khususnya bagi kelompok kami dan
umumnya bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................

B. Rumusan Masalah ..............................................................................

C. Tujuan .................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Farmasi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara meracik,


memformulasikan obat,dan dalam farmasi juga kita dapat tahu obat mana yang
cocok di buat berdasarkan umur yang akan memakainya. Farmasi juga kita dapat
tahu cara melayani pasien dengan baik dan benar serta kita dapat menjaga
keamanan dalam obat. Cabang ilmu farmasi antara lain farmasetika dasar,
teknologi farmasi, farmakologi, farmakologi klinik, farmakognosi, biofarmasi,
farmakinetika, farmakodinamika, farmakoterapi, toksikologi, farmakoekonomi,
farmasi fisika, kimia farmasi, biologi farmasi, dan ilmu-ilmu lainnya. Farmasi
mempunyai ruang lingkup, salah satunya farmakologi.

Farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari pengetahuan tentang


sejarah, sifat kimia dan fisika, komposisi, efek fisiologi dan biokimia,
mekanisme kerja, absorbsi, distribusi, biotransformasi, ekskresi dan penggunaan
obat untuk terapi dan tujuan lain. Penggunaan obat secara rasional terhadap
seorang pasien suatu penyakit dengan jenis penyakit dan dosis serta cara
penggunaannya, karena kesalahan pemberian obat dapat berakibat fatal dan
membahayakan jiwa seorang pasien.

Usaha menekan rasa nyeri dan menghilangkan rasa sakit sudah dilakukan
sejak zaman dahulu. Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos
(ilmu pengetahuan) bisa didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan
cara kerjanya pada sistem biologis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ulkus peptik?

2. Apa saja jenis obat, mekanisme kerja obat, indikasi obat, kontra indikasi
obat, dan efek samping obat dari ulkus peptik?

3. Apa pengertian antiemesis?


4. Apa saja jenis obat, mekanisme kerja obat, indikasi obat, kontra indikasi
obat, dan efek samping obat dari antiemesis?

5. Apa pengertian antidiuretik?

6. Apa saja jenis obat, mekanisme kerja obat, indikasi obat, kontra indikasi
obat, dan efek samping obat dari antidiuretik?

7. Apa pengertian antihipertensi?

8. Apa saja jenis obat, mekanisme kerja obat, indikasi obat, kontra indikasi
obat, dan efek samping obat dari antihipertensi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian ulkus peptik

2. Untuk mengetahui jenis-jenis obat, mekanisme kerja obat, indikasi obat,


kontra indikasi obat, dan efek samping obat dari ulkus peptik

3. Untuk mengetahui pengertian antiemesis

4. Untuk mengetahui jenis obat, mekanisme kerja obat, indikasi obat, kontra
indikasi obat, dan efek samping obat dari antiemesis

5. Untuk mengetahui pengertian antidiuretik

6. Untuk mengetahui jenis obat, mekanisme kerja obat, indikasi obat, kontra
indikasi obat, dan efek samping obat dari antidiuretik

7. Untuk mengetahui pengertian antihipertensi

8. Untuk mengetahui jenis obat, mekanisme kerja obat, indikasi obat, kontra
indikasi obat, dan efek samping obat dari antihipertensi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ulkus Peptik

2.1.1 Definisi

Secara patologi anatomis, tukak lambung (ulkus peptikum) adalah


kerusakan atau hilangnya jaringan mukosa, submukosa, sampai lapisan otot
daerah saluran pencernaan makanan yang bermandikan cairan lambung asam
pepsin, dengan batas tajam dan bersifat jinak. Tukak lambung banyak terdapat
didaerah anthrum, dan paling sering di curvatura minor lambung (88%),
sedangkan 5% ditemukan sepanjang curvatura mayor (Simadibrata, 2003).
Ulkus peptikum dapat disebabkan oleh sekresi asam lambung dan pepsin yang
berlebihan oleh mukosa lambung, atau berkurangnya kemampuan sawar mukosa
gastroduodenalis untuk berlindung dari sifat pencernaan dari kompleks asam-
pepsin (Guyton dan Hall, 2007).

2.1.2 Jenis-Jenis Obat

1. Antasida (Tarigan, 2001).

Pada saat ini antasida digunakan untuk menghilangkan keluhan rasa sakit
dan obat dispepsia.

a. Mekanisme Keja

Mekanisme kerjanya menetralkan asam lambung secara lokal. Preparat


yang mengandung magnesium akan menyebabkan diare sedangkan aluminium
menyebabkan konstipasi dan kombinasi keduanya saling menghilangkan
pengaruh sehingga tidak terjadi diare dan konstipasi.

b. Indikasi

Indikasi antasida yaitu obat sakit maag untuk mengurangi nyeri lambung
yang disebabkan oleh kelebihan asam lambung dengan gejala seperti mual
dan muntah.

c. Kontra Indikasi
Kontra indikasi antasida disfungsi ginjal berat, hipersensitif.

d. Efek Samping

Terdapat berbagai efek samping antasida yaitu gangguan pada jaringan


otot, hiperkalsemia (tubuh kelebihan kalsium), menyebabkan infeksi,
gangguan pernapasan,osteoporosis, sembelit (konstipasi), batu ginjal.

2. Sukralfat

Sukralfat adalah obat untuk mengobati dan mencegah tukak lambung


serta ulkus duodenum. Sukralfat juga dapat digunakan untuk mengatasi
peradangan pada lambung (gastritis) dan mencegah perdarahan saluran
cerna.

Pada kondisi adanya kerusakan yang disebabkan oleh asam, hidrolisis


protein mukosa yang diperantarai oleh pepsin turut berkontribusi terhadap
terjadinya erosi dan ulserasi mukosa. Protein ini dapat dihambat oleh
polisakarida bersulfat. Selain menghambat hidrolisis protein mukosa oleh
pepsin, sulkrafat juga memiliki efek sitoprotektif tambahan, yakni stimulasi
produksi lokal prostagladin dan faktor pertumbuhan epidermal (Parischa dan
Hoogerwefh, 2008).

a) Indikasi
Tukak usus duabelas jari (duodenum) aktif yang tidak disebabkan oleh
penggunaan NSAID. Tukak lambung yang tidak disebabkan oleh penggunaan
NSAID.

b) Kontraindikasi
Karena diaktivasi oleh asam, maka disarankan agar sukralfat digunakan
pada kondisi lambung kosong, satu jam sebelum makan, selain itu harus
dihindari penggunaan antasid dalam waktu 30 menit setelah pemberian sukralfat
(Pasricha dan Hoogerwefh, 2008).

c) Efek samping
Efek samping konstipasi, mual, perasaan tidak enak pada perut (Pasricha
dan Hoogerwefh, 2008).
d) Mekanisme kerja
Pada kondisi adanya kerusakan yang disebabkan oleh asam, hidrolisis
protein mukosa yang diperantarai oleh pepsin turut berkontribusi terhadap
terjadinya erosi dan ulserasi mukosa. Protein ini dapat dihambat oleh
polisakarida bersulfat. Selain menghambat hidrolisis protein mukosa oleh pepsin,
sukralfat juga memiliki efek sitoprotektif tambahan, yakni stimulasi produksi
lokal prostaglandin dan faktor pertumbuhan epidermal (Pasricha dan
Hoogerwefh, 2008).

3. Koloid Bismuth

a. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja melalui sitoprotektif membentuk lapisan bersama


protein pada dasar tukak dan melindungi terhadap rangsangan pepsin dan
asam (Tarigan, 2001).

b. Indikasi

Tukak lambung dan tukak duodenum ringan

c. Kontraindikasi
Kombinasi bismuth subsalicylate dengan probenecid dapat mengurangi
efektifitas probenecid. Bismuth subsalicylate dapat meningkatkan kadar
methotrexate dalam darah.

d. Efek Samping

Efek samping, berwarna kehitaman sehingga timbul keraguan dengan


pendarahan (Tarigan, 2001).

4. Analog Prostaglandin : Misoprostol

a. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja mengurangi sekresi asam lambung menambah sekresi


mukus, sekresi bikarbonat dan meningkatkan aliran darah mukosa. Biasanya
digunakan sebagai penangkal terjadinya tukak gaster pada pasien yang
menggunakan OAINS (Tarigan, 2001).
b. Indikasi

Misoprostol sebagai obat terminasi kehamilan sampai dengan usia


kehamilan hingga 9 minggu (63 hari) setelah hari pertama haid terakhir
(HTA).

c. Kontra Indikasi

Misoprostol dikontaindikasikan selama kehamilan, karena dapat


menyebabkan aborsi akibat terjadinya peningkatan kontaktilitas uterus.
Sekarang ini misoprostol telah disetujui penggunaannya oleh United States
Food and Drug Administration (FDA) untuk pencegahan luka mukosa
akibat NSAID (Parischa dan Hoogerwefh, 2008).

d. Efek Samping

Efek samping diare, mual, muntah, dan menimbulkan kontraksi otot


uterus sehingga tidak dianjurkan pada wanita yang bakal hamil (Tarigan,
2001).

5. Antagonis Reseptor H2

Antagonis Reseptor H2 mengurangi sekresi asam lambung dengan cara


berkompetisi dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H2 pada sel
pariental lambung. Bila histamin berikatan dengan H2 maka akan dihasilkan
asam. Dengan diblokirnya tempat ikatan antara histamin dan reseptor
digantikan dengan obat-obat ini, maka asam tidak akan dihasilkan
(Berardy and Lynda, 2005).

Jenis obat golongan ini, yaitu:

1) Simetidin

Simetidin digunakan untuk pengobatan tukak peptikum duodenum, tukak


lambung, esofagitis erosif dan hipersekresi (Katzung, 2001).

a. Mekanisme Kerja

Simetidin merupakan antagonis kompetitif histamin pada reseptor H2


dari sel parietal sehingga secara efektif dapat menghambat sekresi asam
lambung. Simetidin juga memblok sekresi asam lambung yang disebabkan
oleh rangsangan makanan, asetilkolin, kafein, dan insulin. Simetidin
digunakan untuk pengobatan tukak lambung atau usus dan keadaan
hipersekresi yang patologis, misal sindrom Zolinger – Ellison (Siswondono
dan Soekardjo, 1995).

b. Indikasi

c. Kontra Indikasi

d. Efek Samping

Simetidin dapat menimbulkan efek samping seperti diare, pusing,


kelelahan dan rash (Siswondono dan Soekardjo, 1995).

2) Ranitidin

Ranitidin HCl digunakan untuk pengobatan tukak lambung atau usus dan
keadaan hipersekresi yang patologis, misal sindrom Zollinger–Ellison
(Siswondono dan Soekardjo, 1995).

a. Mekanisme Kerja

Ranitidin HCl merupakan antagonis kompetitif histamin yang khas pada


reseptor H2 sehingga secara efektif dapat menghambat sekresi asam
lambung, menekan kadar asam dan volume sekresi lambung (Siswondono
dan Soekardjo, 1995).

b. Indikasi

c. Kontra Indikasi

d. Efek Samping

Efek samping Ranitidin HCl antara lain hepatitis, trombositopenia dan


leukopenia yang terpulihkan, sakit kepala dan pusing (Siswondono dan
Soekardjo, 1995).

3) Famotidin
Famotidin digunakan untuk pengobatan tukak lambung atau usus dan
keadaan hipersekresi yang patologis, misal sindrom Zollinger–Ellison
(Siswondono dan Soekardjo, 1995).

a. Mekanisme Kerja

Famotidin merupakan antagonis kompetitif histamin yang khas pada


reseptor H2, sehingga secara efektif dapat menghambat sekresi asam
lambung, menekan kadar asam dan volume sekresi lambung. Famotidin
merupakan antagonis H2 yang kuat dan sangat selektif dengan masa kerja
panjang (Siswondono dan Soekardjo, 1995).

b. Indikasi

c. Kontra Indikasi

d. Efek Samping

Efek samping obat antara lain adalah trombositopenia, konstipasi, diare,


sakit kepala dan pusing (Siswondono dan Soekardjo, 1995).

4) Nizatidin

a. Mekanisme Kerja

b. Indikasi

c. Kontra Indikasi

d. Efek Samping

2.2 Antiemetik

2.2.1 Definisi

Antiemetik adalah obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan


mual dan muntah. Antiemetik biasanya diberikan untuk mengobati penyakit
mabuk kendaraan dan efek samping dari analgesik opioid, anastetik umum, dan
kemoterapi terhadap kanker (Sutistia, 2007)

2.2.2 Jenis-Jenis Obat

1. Benzodiazepin
Obat ini pada umumnya kini dianggap sebagai obat tidur pilihan pertama
karena toksisitas dan efek sampingnya yang relatif paling ringan. Obat ini
juga menimbulkan lebih sedikit interaksi dengan obat lain, lebih ringan
menekan pernapasan dan kecenderungan penyalahgunaan yang lebih sedikit
dosis aman yang lebar rendahnya toleransi obat dan tidak menginduksi
enzim mikrosom dihati. Golongan benzodiazepim diantaranya temazepam,
nitrazepam, flurazepam, flunitrazepam, diazepam, dan midazolam (Tjay,
2002).

a. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja dari benzodiazepin yaitu meningkatkan efek Gamma


Amino Butyric Acid (GABA) secara alosterik tanpa secara langsung
mengaktifkan reseptor GABA atau membuka kanal klorida yang terkait.
Penguatan konduktansi ion klorida yang dipicu oleh interaksi benzodiazepin
dengan GABA menyebabkan peningkatan frekuensi terbukanya kanal
(Katzung, 2012).

b. Indikasi

c. Kontra Indikasi

d. Efek Samping

Efek samping yang paling sering timbul yaitu pusing, hipotensi, dan
distress respirasi (Holbrook, 2000).

2. Dimenhidrinat

Dimenhidrinat adalah senyawa yang banyak digunakan untuk mengatasi


mabuk perjalanan dan muntah karena kehamilan (Tjay, 2002).

a. Mekanisme Kerja

Dimenhidrinat memiliki mekanisme kerja dengan menghambat


penempelan histamine pada reseptor H1 (bersaing dengan histamin untuk
menempati reseptor) pada sel-sel efektor disaluran pencernaan, pembuluh
darah, dan saluran pernapasan,sehingga efeknya terhadap sistem saraf pusat
dan saraf perifer menurun. Efek antiemetik dan antivertigo yang dapat
dihasilkan oleh dimenhidrinat disebabkan karena pengaruh reseptor
antihistamin H1 pada sistem vestibular didalam otak. Onset (waktu dari saat
obat diberikan hingga obat terasa efeknya) kerja obat dimenhidrinat ini
adalah 15-30 menit untuk sediaan oral dan 20-30 menit ketika diberikan
intramuskular (diinjeksikan ke dalam otot tubuh). Dimenhidrinat ini
diabsorbsi dengan baik didalam tubuh dan didistribusikan secara luas
dijaringan tubuh. Volume distribusinya 3-4 liter/kg dengan ikatan pada
protein plasma sebesar 70-85%. Dimenhidrinat dimetabolisme dihati dan
diekskresikan melalui urin.

b. Dosis

Dosis dimenhidrinat yang biasa digunakan untuk orang dewasa adalah


50-100 mg tiap 4-6 jam atau apabila diperlukan dan tidak boleh melebihi
400 mg/hari.

Dosis yang digunakan untuk anak-anak berumur 2-6 tahun adalah 12,5-25
mg tiap 6-8 jam dan tidak melebihi 75 mg/hari, sedangkan untuk anak-anak
berumur 6-12 tahun dosis yang digunakan adalah 12,5-25 mg tiap 6-8 jam
dan tidak melebihi 150 mg/hari.

Apabila digunakan untuk anak-anak yang berumur lebih dari 12 tahun


dosis yang diberikan 50-100 mg tiap 4-6 jam dan tidak boleh melebihi 400
mg/hari.

c. Indikasi

d. Kontra Indikasi

e. Efek Samping

Efek samping umum yang mungkin terjadi adalah mengantuk, mulut


kering, hidung, atau tenggorokan, sembelit, penglihatan kabur, merasa
gelisah atau bersemangat (terutama pada anak-anak).

2.3 Antidiuretik

2.1 Golongan-Golongan Antidiuretik


2.3.1 Definisi
Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran urin
(diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang
menstimulasi diuresis dengan memengaruhi ginjal secara tak langsung tidak
termasuk definisi ini, misalnya zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung
(digoksin, teofilin), mèmperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi
sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol) (Kirana, 2014).

Diuretik bekerja dengan meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida


sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstra seluler. Akibatnya terjadi
penurunan curah jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tersebut,
beberapa diuretik juga menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek
hipotensinya (Tanu, 2007).

2.3.2 Golongan Obat

1. Thiazide
a. Indikasi
Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik
sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain. Obat ini
digunakan dalam pengobatan hipertensi, gagal jantung ringan, edema, dan pada
diabetes insipidus nefrogenik.

b. Kontraindikasi
Hipersensitive diuretik.

c. Contoh obat
Contoh obat dari thiazide adalah bendroflumetiazid, klorotiazid,
hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid,
siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
d. Efek samping
Reaksi alergi berupa kelainan kulit, purpura, dermatitis disertai
fotosensitivitas dan kelainan darah. Dan Menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol dan trigliserid plasma dengan mekanisme yang tidak diketahui.

e. Mekanisme kerja
Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid, bekerja pada bagian awal tubulus
distal (nefron). Obat ini menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang
meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu, kalium hilang dan
kalsium ditahan.
2. Diuretik kuat
a. Indikasi
Obat ini termasuk asam etakrinat, furosemid da bumetanid, dan digunakan
untuk pengobatan hipertensi, edema, serta oliguria yang disebabkan oleh gagal
ginjal.
b. Kontraindikasi
Dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena menyebabkan disorientasi
mental pada penderita sirosis hepatis.

c. Contoh obat
Contoh obat dari diuretik kuat adalah furosemid dan torasemid (Tanu,
2007).

d. Efek samping
Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
sering terjadi.
e. Mekanisme kerja
Diuretik kuat bekerja di ansa henle asenden bagian epitel tebal dengan cara
menghambat kotransport NA+, K+, Cl- dan menghambat resorpsi air dan
elektrolit (Tanu, 2007).

3. Diuretik hemat kalium


a. Indikasi
Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi
dan udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan
maksud mengurangi ekskresi kalium, disamping memperbesar diuresis.

b. Kontraindikasi
Hipersensitve diuretik.
c. Contoh obat
Contoh obat dari diuretik hemat kalium adalah aldosteron, traimteren dan
amilorid.
d. Efek samping
Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia
yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium
yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa
diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal
yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan reversibel diantranya
ginekomastia, dan gejala saluran cerna.

e. Mekanisme kerja
Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus renalis
rektus untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+.

2.2 Golongan-Golongan Antihipertensi


2.4.1 Definisi

Antihipertensi adalah obat-obatan yang digunakan untuk mengobati


hipertensi. Antihipertensi juga diberikan pada individu yang memiliki resiko
tinggi untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dan mereka yang beresiko
terkena stroke maupun miokard infark. Pemberian obat bukan berarti
menjauhkan individu dari modifikasi gaya hidup yang sehat seperti mengurangi
berat badan, mengurangi konsumsi garam dan alkohol, berhenti merokok,
mengurangi stress dan berolah-raga (Sianturi, 2008 ; Setiarini, 2006).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah


sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat atau tenang (Kemenkes RI, 2014).

Seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg


dan diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi didefinisikan oleh JNC 7 sebagai tekanan
yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Mansjoer, 2001 ; Chobanian, 2003).
Hipertensi sering disebut sebagai silent killer karena pasien dengan
hipertensi esensial biasanya tidak ada gejala (asimptomatik). Penemuan fisik
yang utama adalah meningkatnya tekanan darah. Pengukuran rata-rata dua kali
ditentukan untuk mendiagnosis hipertensi. Tekanan darah ini digunakan untuk
mendiagnosis dan mengklasifikasikan sesuai dengan tingkatannya. Banyak orang
yang tidak menyadari bahwa dirinya mengalami hipertensi, disebabkan karena
pada gejala hipertensi tidak terlalu terlihat nyata dan pada stadium awal belum
meninggalkan gangguan yang serius pada kesehatan (Depkes RI, 2006 ;
Gunawan, 2001).

2.4.2 Jenis Obat

1. Diuretika
a. Indikasi
Diuretik untuk memobilisasi cairan udem yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi
normal.

b. Kontraindikasi
Hipersensitve diuretik.
c. Contoh Obat
Contoh obat yang termasuk diuretika adalah hidroklorothiazide (HCT),
indapamid, furosemid, torasemid, spironolakton dan amilorid (Tanu, 2007).

d. Efek Samping
Efek samping yang serius ditemukan pada anak dan remaja dengan
hipertensi yang diobati dengan obat diuretik adalah hipokalemia. Efek samping
ini timbul sebagai akibat meningkatnya ekskresi kalium melalui urin yang terjadi
dalam minggu pertama dan kedua pengobatan, dan dapat dikoreksi dengan
tambahan kalium oral. Efek samping lainnya adalah hiperglikemia,
hiperurikemia, hiperkalsemia (Anonim, 1993).

e. Mekanisme Kerja
Diuretik bekerja dengan meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida
sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstra seluler. Akibatnya terjadi
penurunan curah jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tersebut,
beberapa diuretik juga menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek
hipotensinya. Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan
tubuh (Iewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan
daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek turunnya tekanan darah
(Tanu, 2007).

2. Beta-Blocker
a. Indikasi
Penghambat beta atau beta-blockers adalah golongan obat yang digunakan
untuk menangani beragam kondisi pada jantung.

b. Kontraindikasi
Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronkhial (BPOM RI, 2015).

c. Contoh Obat
Contoh obat yang termasuk beta bloker adalah kardioselektif (atenolol,
bisoprolol), nonselektif (propanolol, timolol) (Depkes RI, 2006).

d. Efek Samping
Efek samping yang sering dialami setelah mengonsumsi obat-obatan
penghambat beta adalah pusing, mual dan diare, penglihatan kabur, kelelahan,
denyut jantung melambat, serta tangan dan kaki menjadi dingin.

e. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Beta bloker bekerja dengan menghambat adrenoreseptor beta di
jantung, pembuluh darah perifer, bronkus, pankreas dan hati. Bekerja pada
jantung untuk meringankan stres sehingga jantung memerlukan lebih sedikit
darah dan oksigen sehingga menurunkan tekanan darah (BPOM RI, 2015).

3. Ca Channel Blocker
a. Indikasi
Indikasi penggunaan Ca Channel Blocker adalah untuk terapi hipertensi
dan profilaksis angina
b. Kontraindikasi
Penggunaaan amlodipine dengan indinavir dapat meningkatkan potensi
efek samping obat. Selain itu, penggunaan amlodipine dengan simvastatin dapat
meningkatkan risiko terjadinya miopati.

c. Contoh Obat
Obat yang termasuk dalam golongan CCB ini adalah amlodipin, nifedipin,
verapamil, diltiazem (Depkes RI, 2006).

d. Efek Samping
Efek samping dari dihidropiridin adalah pusing, flushing, sakit kepala,
edema perifer, mood changes dan gangguan gastrointestinal. Efek samping
pusing, sakit kepala dan edema perifer lebih jarang terjadi pada nondihidropiridin
verapamil dan diltiazem karena vasodilatasinya tidak sekuat dihidropiridin
(Depkes RI, 2006).

e. Mekanisme Kerja
Calcium Channel Blocker (CCB) bekerja menurunkan tekanan darah
dengan memperlambat pergerakan kalsium ke dalam sel jantung dan dinding
arteri (pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke jaringan), sehingga
arteri menjadi relax dan menurunkan tekanan dan aliran darah ke jantung
(Depkes RI, 2006).

Anda mungkin juga menyukai

  • Cover 1
    Cover 1
    Dokumen1 halaman
    Cover 1
    Shasaa Pamolango
    Belum ada peringkat
  • ANTIPARASIT
    ANTIPARASIT
    Dokumen12 halaman
    ANTIPARASIT
    Shasaa Pamolango
    Belum ada peringkat
  • Diskusi Kelompok 1 Suppo
    Diskusi Kelompok 1 Suppo
    Dokumen12 halaman
    Diskusi Kelompok 1 Suppo
    Shasaa Pamolango
    Belum ada peringkat
  • BAB II Diuretik
    BAB II Diuretik
    Dokumen15 halaman
    BAB II Diuretik
    Shasaa Pamolango
    Belum ada peringkat
  • Yikj
    Yikj
    Dokumen19 halaman
    Yikj
    Shasaa Pamolango
    Belum ada peringkat
  • Cover Fix
    Cover Fix
    Dokumen2 halaman
    Cover Fix
    Shasaa Pamolango
    Belum ada peringkat
  • Laporan Percobaan Cover
    Laporan Percobaan Cover
    Dokumen1 halaman
    Laporan Percobaan Cover
    Shasaa Pamolango
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    Shasaa Pamolango
    Belum ada peringkat