Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Karena berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami bisa menyusun makalah yang berjudul “Diksi,
Kalimat, dan Makna”. Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan kami. Namun sebagai manusia
biasa kami tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik
penulisan maupun tata bahasa, tetapi walaupun demikian, kami berusaha sebisa
mungkin menyelesaikan makalah meskipun tersusun sangat sederhana.
Makalah ini kami buat dengan berbagai observasinya dalam jangka waktu
tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggung jawabkan
hasilnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan .................................................................................................
PENDAHULUAN
Usaha menekan rasa nyeri dan menghilangkan rasa sakit sudah dilakukan
sejak zaman dahulu. Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos
(ilmu pengetahuan) bisa didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan
cara kerjanya pada sistem biologis.
2. Apa saja jenis obat, mekanisme kerja obat, indikasi obat, kontra indikasi
obat, dan efek samping obat dari ulkus peptik?
6. Apa saja jenis obat, mekanisme kerja obat, indikasi obat, kontra indikasi
obat, dan efek samping obat dari antidiuretik?
8. Apa saja jenis obat, mekanisme kerja obat, indikasi obat, kontra indikasi
obat, dan efek samping obat dari antihipertensi?
1.3 Tujuan
4. Untuk mengetahui jenis obat, mekanisme kerja obat, indikasi obat, kontra
indikasi obat, dan efek samping obat dari antiemesis
6. Untuk mengetahui jenis obat, mekanisme kerja obat, indikasi obat, kontra
indikasi obat, dan efek samping obat dari antidiuretik
8. Untuk mengetahui jenis obat, mekanisme kerja obat, indikasi obat, kontra
indikasi obat, dan efek samping obat dari antihipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
Pada saat ini antasida digunakan untuk menghilangkan keluhan rasa sakit
dan obat dispepsia.
a. Mekanisme Keja
b. Indikasi
Indikasi antasida yaitu obat sakit maag untuk mengurangi nyeri lambung
yang disebabkan oleh kelebihan asam lambung dengan gejala seperti mual
dan muntah.
c. Kontra Indikasi
Kontra indikasi antasida disfungsi ginjal berat, hipersensitif.
d. Efek Samping
2. Sukralfat
a) Indikasi
Tukak usus duabelas jari (duodenum) aktif yang tidak disebabkan oleh
penggunaan NSAID. Tukak lambung yang tidak disebabkan oleh penggunaan
NSAID.
b) Kontraindikasi
Karena diaktivasi oleh asam, maka disarankan agar sukralfat digunakan
pada kondisi lambung kosong, satu jam sebelum makan, selain itu harus
dihindari penggunaan antasid dalam waktu 30 menit setelah pemberian sukralfat
(Pasricha dan Hoogerwefh, 2008).
c) Efek samping
Efek samping konstipasi, mual, perasaan tidak enak pada perut (Pasricha
dan Hoogerwefh, 2008).
d) Mekanisme kerja
Pada kondisi adanya kerusakan yang disebabkan oleh asam, hidrolisis
protein mukosa yang diperantarai oleh pepsin turut berkontribusi terhadap
terjadinya erosi dan ulserasi mukosa. Protein ini dapat dihambat oleh
polisakarida bersulfat. Selain menghambat hidrolisis protein mukosa oleh pepsin,
sukralfat juga memiliki efek sitoprotektif tambahan, yakni stimulasi produksi
lokal prostaglandin dan faktor pertumbuhan epidermal (Pasricha dan
Hoogerwefh, 2008).
3. Koloid Bismuth
a. Mekanisme Kerja
b. Indikasi
c. Kontraindikasi
Kombinasi bismuth subsalicylate dengan probenecid dapat mengurangi
efektifitas probenecid. Bismuth subsalicylate dapat meningkatkan kadar
methotrexate dalam darah.
d. Efek Samping
a. Mekanisme Kerja
c. Kontra Indikasi
d. Efek Samping
5. Antagonis Reseptor H2
1) Simetidin
a. Mekanisme Kerja
b. Indikasi
c. Kontra Indikasi
d. Efek Samping
2) Ranitidin
Ranitidin HCl digunakan untuk pengobatan tukak lambung atau usus dan
keadaan hipersekresi yang patologis, misal sindrom Zollinger–Ellison
(Siswondono dan Soekardjo, 1995).
a. Mekanisme Kerja
b. Indikasi
c. Kontra Indikasi
d. Efek Samping
3) Famotidin
Famotidin digunakan untuk pengobatan tukak lambung atau usus dan
keadaan hipersekresi yang patologis, misal sindrom Zollinger–Ellison
(Siswondono dan Soekardjo, 1995).
a. Mekanisme Kerja
b. Indikasi
c. Kontra Indikasi
d. Efek Samping
4) Nizatidin
a. Mekanisme Kerja
b. Indikasi
c. Kontra Indikasi
d. Efek Samping
2.2 Antiemetik
2.2.1 Definisi
1. Benzodiazepin
Obat ini pada umumnya kini dianggap sebagai obat tidur pilihan pertama
karena toksisitas dan efek sampingnya yang relatif paling ringan. Obat ini
juga menimbulkan lebih sedikit interaksi dengan obat lain, lebih ringan
menekan pernapasan dan kecenderungan penyalahgunaan yang lebih sedikit
dosis aman yang lebar rendahnya toleransi obat dan tidak menginduksi
enzim mikrosom dihati. Golongan benzodiazepim diantaranya temazepam,
nitrazepam, flurazepam, flunitrazepam, diazepam, dan midazolam (Tjay,
2002).
a. Mekanisme Kerja
b. Indikasi
c. Kontra Indikasi
d. Efek Samping
Efek samping yang paling sering timbul yaitu pusing, hipotensi, dan
distress respirasi (Holbrook, 2000).
2. Dimenhidrinat
a. Mekanisme Kerja
b. Dosis
Dosis yang digunakan untuk anak-anak berumur 2-6 tahun adalah 12,5-25
mg tiap 6-8 jam dan tidak melebihi 75 mg/hari, sedangkan untuk anak-anak
berumur 6-12 tahun dosis yang digunakan adalah 12,5-25 mg tiap 6-8 jam
dan tidak melebihi 150 mg/hari.
c. Indikasi
d. Kontra Indikasi
e. Efek Samping
2.3 Antidiuretik
1. Thiazide
a. Indikasi
Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik
sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain. Obat ini
digunakan dalam pengobatan hipertensi, gagal jantung ringan, edema, dan pada
diabetes insipidus nefrogenik.
b. Kontraindikasi
Hipersensitive diuretik.
c. Contoh obat
Contoh obat dari thiazide adalah bendroflumetiazid, klorotiazid,
hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid,
siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
d. Efek samping
Reaksi alergi berupa kelainan kulit, purpura, dermatitis disertai
fotosensitivitas dan kelainan darah. Dan Menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol dan trigliserid plasma dengan mekanisme yang tidak diketahui.
e. Mekanisme kerja
Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid, bekerja pada bagian awal tubulus
distal (nefron). Obat ini menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang
meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu, kalium hilang dan
kalsium ditahan.
2. Diuretik kuat
a. Indikasi
Obat ini termasuk asam etakrinat, furosemid da bumetanid, dan digunakan
untuk pengobatan hipertensi, edema, serta oliguria yang disebabkan oleh gagal
ginjal.
b. Kontraindikasi
Dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena menyebabkan disorientasi
mental pada penderita sirosis hepatis.
c. Contoh obat
Contoh obat dari diuretik kuat adalah furosemid dan torasemid (Tanu,
2007).
d. Efek samping
Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
sering terjadi.
e. Mekanisme kerja
Diuretik kuat bekerja di ansa henle asenden bagian epitel tebal dengan cara
menghambat kotransport NA+, K+, Cl- dan menghambat resorpsi air dan
elektrolit (Tanu, 2007).
b. Kontraindikasi
Hipersensitve diuretik.
c. Contoh obat
Contoh obat dari diuretik hemat kalium adalah aldosteron, traimteren dan
amilorid.
d. Efek samping
Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia
yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium
yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa
diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal
yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan reversibel diantranya
ginekomastia, dan gejala saluran cerna.
e. Mekanisme kerja
Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus renalis
rektus untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+.
1. Diuretika
a. Indikasi
Diuretik untuk memobilisasi cairan udem yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi
normal.
b. Kontraindikasi
Hipersensitve diuretik.
c. Contoh Obat
Contoh obat yang termasuk diuretika adalah hidroklorothiazide (HCT),
indapamid, furosemid, torasemid, spironolakton dan amilorid (Tanu, 2007).
d. Efek Samping
Efek samping yang serius ditemukan pada anak dan remaja dengan
hipertensi yang diobati dengan obat diuretik adalah hipokalemia. Efek samping
ini timbul sebagai akibat meningkatnya ekskresi kalium melalui urin yang terjadi
dalam minggu pertama dan kedua pengobatan, dan dapat dikoreksi dengan
tambahan kalium oral. Efek samping lainnya adalah hiperglikemia,
hiperurikemia, hiperkalsemia (Anonim, 1993).
e. Mekanisme Kerja
Diuretik bekerja dengan meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida
sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstra seluler. Akibatnya terjadi
penurunan curah jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tersebut,
beberapa diuretik juga menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek
hipotensinya. Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan
tubuh (Iewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan
daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek turunnya tekanan darah
(Tanu, 2007).
2. Beta-Blocker
a. Indikasi
Penghambat beta atau beta-blockers adalah golongan obat yang digunakan
untuk menangani beragam kondisi pada jantung.
b. Kontraindikasi
Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronkhial (BPOM RI, 2015).
c. Contoh Obat
Contoh obat yang termasuk beta bloker adalah kardioselektif (atenolol,
bisoprolol), nonselektif (propanolol, timolol) (Depkes RI, 2006).
d. Efek Samping
Efek samping yang sering dialami setelah mengonsumsi obat-obatan
penghambat beta adalah pusing, mual dan diare, penglihatan kabur, kelelahan,
denyut jantung melambat, serta tangan dan kaki menjadi dingin.
e. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Beta bloker bekerja dengan menghambat adrenoreseptor beta di
jantung, pembuluh darah perifer, bronkus, pankreas dan hati. Bekerja pada
jantung untuk meringankan stres sehingga jantung memerlukan lebih sedikit
darah dan oksigen sehingga menurunkan tekanan darah (BPOM RI, 2015).
3. Ca Channel Blocker
a. Indikasi
Indikasi penggunaan Ca Channel Blocker adalah untuk terapi hipertensi
dan profilaksis angina
b. Kontraindikasi
Penggunaaan amlodipine dengan indinavir dapat meningkatkan potensi
efek samping obat. Selain itu, penggunaan amlodipine dengan simvastatin dapat
meningkatkan risiko terjadinya miopati.
c. Contoh Obat
Obat yang termasuk dalam golongan CCB ini adalah amlodipin, nifedipin,
verapamil, diltiazem (Depkes RI, 2006).
d. Efek Samping
Efek samping dari dihidropiridin adalah pusing, flushing, sakit kepala,
edema perifer, mood changes dan gangguan gastrointestinal. Efek samping
pusing, sakit kepala dan edema perifer lebih jarang terjadi pada nondihidropiridin
verapamil dan diltiazem karena vasodilatasinya tidak sekuat dihidropiridin
(Depkes RI, 2006).
e. Mekanisme Kerja
Calcium Channel Blocker (CCB) bekerja menurunkan tekanan darah
dengan memperlambat pergerakan kalsium ke dalam sel jantung dan dinding
arteri (pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke jaringan), sehingga
arteri menjadi relax dan menurunkan tekanan dan aliran darah ke jantung
(Depkes RI, 2006).