Anda di halaman 1dari 4

Latar Belakang

Kata konstipasi/sembelit memiliki arti yaitu buang air besar yang jarang atau sulit. Hal ini
sering terjadi ketika makanan dicerna, bergerak terlalu lambat melalui saluran pencernaan.
Akibatnya, tubuh menyerap terlalu banyak air dari kotoran, sehingga makanan menjadi keras,
kering dan sulit untuk lewat (Lindbreg 2010). Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya
defekasi (buang air besar) dari kebiasaan normal. Periode buang air besar (BAB) kurang dari
3 kali seminggu untuk wanita dan 5 kali seminggu untuk laki-laki, atau periode lebih dari 3 hari
tanpa pergerakan usus. Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses (kotoran)
kurang, atau fesesnya keras dan kering. Semua orang dapat mengalami konstipasi, terlebih
pada lanjut usia (lansia) akibat gerakan peristaltik (gerakan semacam memompa pada usus)
lebih lambat dan kemungkinan sebab lain. Kebanyakan terjadi jika makan kurang berserat,
kurang minum, dan kurang olahraga. Kondisi ini bertambah parah jika sudah lebih dari tiga hari
berturut-turut (Sukandar dkk. 2013).
Konstipasi dapat menyebabkan gejala berikut sebagai berikut sakit perut, BAB mungkin
disertai rasa sakit, turun atau hilangnya napsu makan, Rewel, mual atau muntah. turunnya berat
badan, noda feses di celana dalam anak yang menandakan banyaknya feses yang tertahan di
rektum (bagian usus besar terdekat dengan anus). Jika anak mengalami konstipasi yang cukup
berat, ia dapat kehilangan kemampuan merasakan kebutuhan ke toilet untuk BAB sehingga
menyebabkan anak BAB di celananya. Hal ini disebut encopresis atau fecal
incontinence.mengedan untuk mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan robekan kecil
pada lapisan mukosa anus (anal fissure) dan perdarahan, konstipasi meningkatkan risiko infeksi
saluran kemih (Wald 2015)..
Prevalensi konstipasi di Eropa sebesar 17%, dan di Oseania sebesar 15,3%. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chiarelli, dkk. didapat prevalensi konstipasi pada usia 18-23
tahun sebesar 14,1%, pada usia 45-50 tahun ada 26,6% dan pada usia 70- 75 tahun sebesar
27,7% (Peppas 2008). Menurut population estimates and international data base, United States
Census Bureau pada tahun 2004 di Amerika Serikat, rata-rata prevalensi konstipasi sebesar 4,4
juta jiwa (1.62%). Pada penelitian di negara berkembang didapatkan tingkat prevalensi konstipasi
di Hongkong sebesar 14,3%, di Korea 16,5%, di Taiwan sebesar 24,5 % pada perempuan, di
Jepang 26% pada perempuan dan di Asia 11,6% pada usia lanjut.global yang terkait, Dalam
survey prevalensi kejadian konstipasi di Asia yang di wakili oleh Korea Selatan, Cina dan
Indonesia diperkirakan 15-23 % pada perempuan dan sekitar 11 % di laki-laki (Wald 2008).
Kasus konstipasi umumnya diderita masyarakat umum sekitar 4-30 persen pada
kelompok usia 60 tahun ke atas.. Insiden konstipasi meningkat seiring bertambahnya umur,
terutama usia 65 tahun ke atas. Konstipasi bisa terjadi di mana saja, dapat terjadi saat
bepergian, misalnya karena jijik dengan WC-nya, bingung caranya buang air besar seperti
sewaktu naik pesawat dan kendaraan umum lainnya. Penyebab konstipasi bisa karena faktor
sistemik, efek samping obat, faktor neurogenik saraf sentral atau saraf perifer. Bisa juga karena
faktor kelainan organ di kolon seperti obstruksi organik atau fungsi otot kolon yang tidak
normal atau kelainan pada rektum, anak dan dasar pelvis dan dapat disebabkan faktor idiopatik
kronik. Mencegah konstipasi secara umum ternyata tidaklah sulit. Lagi-lagi, kuncinya
adalah mengonsumsi serat yang cukup. Serat yang paling mudah diperoleh adalah pada buah
dan sayur. Jika penderita konstipasi ini mengalami kesulitan mengunyah, misalnya karena
ompong, haluskan sayur atau buah tersebut dengan blender (Wald 2015).

Patofisiologi
Konstipasi bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala yang mengindikasikan adanya
penyakit atau masalah.

Yang dapat menyebabkan konstipasi antara lainkelainan saluran pencernaan (contoh:


divertikulitas), gangguan metabolism (contoh: diabetes), gangguan endokrin: Hipotiroidism).

Konstipasi pada umumnya terjadi akibat dari rendahnya konsumsi serat atau penggunaan obat-
obat yang dapat menimbulkan konstipasi seperti opiat

Konstipasi kadang-kadang juga dapat diakibatkan oleh factor psikologis.

Penyakit atau kondisi yang dapat menimbulkan konstipasi:

a. Gangguan saluran pencernaan:


1. Obstruksi gastroduodonal akibat ulser atau kanker
2. Irritable bowel syndrome
3. Divertikulitis
4. Hemorrhoids, anal fissures
5. Proktitis ulseratif
6. Tumor
b. Gangguan Metabolisme dan Endokrin:
1. Diabetes mellitus
2. Hipotiroidism
3. Panhipopituitarusme
4. Peokromositoma
5. Hiperkalsemia
c. Kehamilan
d. Konstipasi Neuragik:
1. Trauma kepala
2. Tumor system saraf pusat
3. Strok
4. Parkinson’s disease
e. Konstipasi Psikogenik:
1. Gangguan Pskistri
2. Inappropriate bowel habits
f. Obat-obat yang menginduksi konstipasi:
1. Analgesik
- Penghambat sintesis prostaglandin
- Opiat
2. Antikolinergik
- Antihistamin
- Antiparkinson
- Fenotiazin
3. Antidepresan trisiklik
4. Antasida yang mengandung kalsium karbonat atau alumunium hidroksida
5. Barium sulfat
6. Blok kanal kalsium
7. Klonidin
8. Diuretik(nonpotassium sparing)
9. Ganglion blokers
10. Preparat Besi
11. Muscle blokers ( d-tubokurarin, suksinilkolin)
12. Polistiren sodium sulfonat

Pemberian opiate peroral memiliki efek penghambatan pada saluran cerna lebih besar
dibandingkan pemberian parenteral.

Daftar Pustaka
Sukandar EY, dkk. 2013. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan:Jakarta. Wells. BG, Dipiro JT,
Schwinghammer TL, Dipiro C. 2015. Infectius disease , pharmacology a
pathophysiologic Approach, Ed ke- 9, new york: mc graw-hill companies 1998
Wald A, Scarpignato C, Mueller-Lissner S, Kamm MA, Hinkel U, Helfrich I, et al. A
multinational survey of prevalence and patterns of laxative use among adults with self-
defined constipation. Aliment Pharmacol Ther. 2008;28:917– 930.
Lindberg G, Hamid S, Malfertheiner P. Understanding the prevalence and impact of constipation
in Canada. Milwaukee: World gastroenterology organisation; 2010.
Peppas G, Alexiou VG, Mourtzoukou E, Fallagas ME. Epidemiology of constipation in Europe
and Oceania: a systematic review. BMC gastroenterology; 2008Feb 12;8:5
doi:10.1186/1471-230X-8-5.

Anda mungkin juga menyukai