Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PANCASILA

“PERKEMBANGAN PANCASILA DALAM ORDE BARU”

Oleh Kelompok1 :
1. Reynaldi Satriawan W. [18081010096]
2. Ja’far Shodiq [18081010083]
3. Rega Suryatama Amaril Haq [18081010115]
4. Fahmi A. D. [18081010128]
5. M. Ainur Rofik [18081010073]
6. M Rafli Agung Subekti [18081010111]
7. Syafri Firmansyah [18081010142]
8. Hamzah Dimas Syah Reza [18081010119]
9. Airlangga Susanto [18081010107]
10. M. Rizal Waskito [18081010095]
11. Aghil Sahputro [18081010110]
12. Rifqi Raditya [18081010074]
13. Avail Walad [18081010151]
14. M. Muchtarul Hanif [18081010060]
15. M. Suriansyah [1634010076]

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


JAWA TIMUR
2019
 Orde Baru
Era Orde Baru dalam sejarah republik ini merupakan masa pemerintahan yang
terlama, dan bisa juga dikatakan sebagai masa pemerintahan yang paling stabil.
Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966.
Di era orde baru Pancasila menjadi alat bagi pemerintah untuk semakin
menancapkan kekuasaan di Indonesia. Pancasila begitu diagung-agungkan
Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai dan hakikatnya kepada rakyat dan rakyat
tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang mengganjal.
Di era Orde Baru, terdapat kebijakan Pemerintah terkait penanaman nilai-nilai
Pancasila, yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Materi
penataran P4 bukan hanya Pancasila, terdapat juga materi lain seperti UUD 1945,
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Wawasan Nusantara, dan materi lain
yang berkaitan dengan kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme.
Visi Orde Baru pada saat itu adalah untuk mewujudkan tatanan kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara yang melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen.
Penanaman nilai-nilai Pancasila pada saat itu dilakukan tanpa sejalan dengan
fakta yang terjadi di masyarakat, berdasarkan perbuatan pemerintah. Akibatnya,
bukan nilai-nilai Pancasila yang meresap ke dalam kehidupan masyarakat, tetapi
kemunafikan yang tumbuh subur dalam masyarakat. Sebab setiap ungkapan para
pemimpin mengenai nilai-nilai kehidupan tidak disertai dengan keteladanan serta
tindakan yang nyata, sehingga banyak masyarakat pun tidak menerima adanya
penataran yang tidak dibarengi dengan perbuatan pemerintah yang benar-benar pro-
rakyat.
Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan
masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Suharto
selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan cita-
cita Orde Baru. Pada awal kelahirannya tahun 1966, Orde Baru bertekad untuk
menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Namun dalam pelaksanaannya, pemerintahan Orde Baru
banyak melakukan penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-
ketentuan yang tertuang dalam UUD 1945 yang sangat merugikan rakyat kecil.
Bahkan, Pancasila dan UUD 1945 hanya dijadikan legitimasi untuk mempertahankan
kekuasaan.

Penyimpangan-penyimpangan itu melahirkan krisis multidimensional yang


menjadi penyebab umum lahirnya gerakan reformasi, seperti berikut ini :

1. Krisis Politik
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai
kebijakan politik pemerintahan Orde Baru. Berbagai kebijakan politik yang
dikeluarkan pemerintahan Orde Baru selalu dengan alasan dalam kerangka
pelaksanaan demokrasi Pancasila. Namun yang sebenarnya terjadi adalah dalam
rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto dan kroni-kroninya.
Artinya, demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi
yang semestinya.
2. Krisis Hukum
Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas
pada bidang politik. Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan intervensi.
Artinya, kekuasaan peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan
para penguasa dan bukan untuk melayani masyarakat dengan penuh keadilan.
Bahkan, hukum sering dijadikan alat pembenaran para penguasa. Kenyataan itu
bertentangan dengan ketentuan pasa 24 UUD 1945 yang menyatakan
bahwa‘kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari
kekuasaan pemerintah (eksekutif).

3. Krisis Ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli 1996
mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ternyata, ekonomi
Indonesia tidak mampu menghadapi krisis global yang melanda dunia. Krisis
ekonomi Indonesia diawali dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat. Pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus melemah dan
mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00 per dollar Krisis ekonomi yang
melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti: hutang
luar negeri Indonesia yang sangat

4. Krisis Sosial
Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis
sosial. Pelaksanaan politik yang represif dan tidak demokratis menyebabkan
terjadinya konflik politik maupun konflik antar etnis dan agama. Semua itu berakhir
pada meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa daerah.

Gerakan mahasiswa Indonesia 1998


Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 adalah puncak gerakan mahasiswa dan
gerakan rakyat pro-demokrasi pada akhir dasawarsa 1990-an. Gerakan ini menjadi
monumental karena dianggap berhasil memaksa Soeharto berhenti dari jabatan
Presiden Republik Indonesia pada tangal 21 Mei 1998, setelah 32 tahun menjadi
Presiden Republik Indonesia sejak dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) pada tanggal 11 Maret 1966 hingga tahun 1998. Pada April 1998,
Soeharto terpilih kembali menjadi Presiden Republik Indonesia untuk ketujuh kalinya
(tanpa wakil presiden), setelah didampingi Try Soetrisno (1993-1997) dan Baharuddin
Jusuf Habibie (Oktober 1997-Maret 1998). Namun, mereka tidak mengakui Soeharto dan
melaksanakan pemilu kembali. Pada saat itu, hingga 1999, dan selama 29 tahun, Partai
Golkar merupakan partai yang menguasai Indonesia selama hampir 30 tahun, melebihi
rejim PNI yang menguasai Indonesia selama 25 tahun. Namun, terpliihnya Soeharto
untuk terakhir kalinya ini ternyata mendapatkan kecaman dari mahasiswa karena krisis
ekonomi yang membuat hampir setengah dari seluruh penduduk Indonesia mengalami
kemiskinan.

Gerakan ini mendapatkan momentumnya saat terjadinya krisis moneter pada


pertengahan tahun 1997. Namun para analis asing kerap menyoroti percepatan gerakan
pro-demokrasi pasca Peristiwa 27 Juli 1996 yang terjadi 27 Juli 1996. Harga-harga
kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang. Tuntutan
mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Ibarat gayung
bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda reformasi mendapat simpati dan
dukungan dari rakyat.
Latar belakang terjadinya demo mahasiswa dan runtuh nya era orde baru

1. Pembentukan (Krisis keuangan Asia)


Pada bulan Mei 1998, Indonesia mengalami pukulan terberat krisis ekonomi
1997-1999, yang menerpa kawasan Asia Timur, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.
Meningkatnya inflasi dan pengangguran menciptakan penderitaan di mana-
mana. Ketidak-puasan terhadap pemerintahan zaman Orde Baru (Kabinet
Pembangunan) dan merajalelanya korupsi juga meningkat
Pada bulan April 1998, ketika Soeharto untuk terakhir kalinya terpilih kembali
menjadi Presiden Republik Indonesia, setelah masa bakti 1993-1998 bersama Try
Soetrisno, mahasiswa dari berbagai universitas di seluruh Indonesia
menyelenggarakan demonstrasi besar-besaran. Mereka menuntut pemilu kembali
diadakan dan tindakan efektif pemerintah untuk mengatasi krisis.
Ini adalah insiden terbaru, ketika mahasiswa Indonesia meneriakkan aspirasi
rakyat dan dipukuli karena dianggap akan menimbulkan gangguan.

2. . Tragedi Trisakti
Soeharto mendapatkan surat dari Harmoko, mantan ketua DPR saat itu, ketika
sedang menghadiri konferensi tingkat tinggi antar-negara di Mesir pada
tanggal 20 Mei 1998. Isi surat itu adalah : "Soeharto harus mengundurkan diri dari
jabatan Presiden RI karena Jakarta tidak aman lagi". Surat ditandatangani oleh 15
orang, termasuk 14 menteri Kabinet Pembangunan VII, yang merasa telah
"meninggalkan" Soeharto.
Puncak kebencian mereka pada zaman orde baru telah meradang dalam
gelombang unjuk rasa mahasiswa yang menimbulkan Tragedi Trisakti pada
tanggal 12-20 Mei 1998. Saat itu, Soeharto Hingga akhirnya, pada tanggal 21
Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden, dan pada akhirnya
posisi Soeharto digantikan oleh Baharuddin Jusuf Habibie yang sebelumnya
adalah wakil presiden terakhir pada zaman orde baru. Gerakan mahasiswa
Indonesia 1998 memang begitu monumental, karena telah berhasil menurunkan
Soeharto dari jabatannya.
Kelebihan :

1. Dilaksanakannya Pemilu sehingga kedaulatan rakyat sepenuhnya ditegakkan. Pada


Orde Lama, pemilu ini sendiri tidak terlaksana.
2. Terjadi perkembangan GDP per kapita dari Indonesia sehingga kesejahteraan rakyat
jauh lebih baik.
3. Munculnya gerakan nasionalisme yang mengkampanyekan kecintaan atas produk
dalam negeri.
4. Kebutuhan pangan masyarakat tercukupi
5. Suksesnya program-program pembangunan masyarakat seperti transmigrasi,
gerakan wajib belajar, gerakan orang tua asuh dan lain sebagainya.
6. Stabilisasi nasional jauh lebih terjamin.
7. Dibentuknya sejumlah lembaga negara yang sesuai dan sejalan dengan amanat dari
UUD 1945
Kekurangan :
1. Pemilu terlaksana namun dengan segenap pembatasan sehingga selama presiden
yang terpilih secara terus menerus adalah Soeharto.
2. Kehidupan ekonomi membaik namun Korupsi-Kolusi-Nepotisme tumbuh subur.
3. Dunia politik dikuasai oleh pihak militer yang berakibat pada kurang didengarnya
aspirasi rakyat.
4. Banyak terjadi pelanggaran hak asasi manusia yang menjadi mereka yang vokal
mengkritisi kebijakan pemerintah sebagai target.
5. Masyarakat golongan tertentu (tionghoa) diperlakukan diskriminatif oleh pemerintah.
6. Peran politik masyarakat dibatasi, media dikontrol penuh dan harus pro terhadap
pemerintah.
7. Eksploitasi SDA besar-besaran namun pertumbuhan ekonomi tidak merata.

Anda mungkin juga menyukai