Anda di halaman 1dari 25

ORGANISASI PROFESI

PROFESI KEPENDIDIKAN

Dosen Pengampuh : Novita Sariani M,Pd

Disusun oleh:

Ayu Awaliyah (321610083)


Dwi Retno Apriyanti (321610078)
Ratih Afhrie Wiratami (321610112)

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Swt. yang telah memberikan begitu
banyak limpahan nikmat sehingga di antara nikmat-Nya tersebut kami
(penulis) dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah dalam rangka
nenuntut ilmu.
Shalawat beriringkan salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada
baginda kita yang telah menuntun umatnya dari zaman jahiliah menuju
zaman ilmiah a’ni Nabi besar Muhammad Saw. juga kepada keluarganya,
para sahabatnya, tabi’in dan tabi’atnya, serta sampai kepada kita selaku
umatnya hingga hari kiamat, Amiin.
Selanjutnya makalah yang berada di hadapan pembaca merupakan
uraian materi yang ditulis mengacu kepada Organisasi Profesi kependidikan,
khususnya kegiatan seorang pendidik dengan Dosen pengampu Ibu Novita
Sariani, M. Pd. yaitu tentang Organisasi Profesi Kependidikan. yang
Alhamdulillah telah selesai dituis. Tidak akan ada kata selesai disusun
makalah ini melainkan dukungan dari semua pihak baik segi moril maupun
materil. Untuk itu penulis sampaikan banyak terima kasih.
Sudah barang tentu dalam makalah ini tidak luput dari kekeliruan
ataupun kekurangan baik dalam materi maupun dalam hal ikhwal
penyusunan. Untuk itu penulis bermohon maaf dan tak lupa untuk sedia
menerima berbagai masukan yang bersifat membangun untuk
penyempurnaannya.

Pontianak, 29 Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULAN .....................................................................................1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................2
C. TUJUAN .................................................................................................2
BAB II ...............................................................................................................3
PEMBAHASAN ................................................................................................3
A. HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN ORGANISASI
PROFESI KEPENDIDIKAN ...............................................................3
1. Hakikat Organisasi ..............................................................................3
2. Hakikat Profesi ....................................................................................3
3. Organisasi Profesi Kependidikan ........................................................6
4. Fungsi Organisasi Profesi Kependidikan ............................................8
5. Tujuan Organisasi Profesi Kependidikan ............................................9
B. RUANG LINGKUP ORGANISASI PROFESI
KEPENDIDIKAN .................................................................................11
1. Bentuk dan Corak Organisasi Kependidikan .....................................11
2. Struktur dan Kedudukan Organisasi Kependidikan ...........................12
3. Keanggotaan Organisasi Profesi Kependidikan .................................12
4. Program Operasional Organisasi Profesi ............................................13
C. MACAM-MACAM ORGANISASI PROFESI
KEPENDIDIKAN DI INDONESIA ....................................................14
1. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ......................................14
2. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) .......................................15
3. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) ......................................16
4. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) .....................................18

BAB III ..............................................................................................................20

ii
PENUTUP ..........................................................................................................20
A. KESIMPULAN .............................................................................................20
B. SARAN .........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta


perubahan sosio-kultural yang terkadang sulit diprediksi, profesi pendidikan
seakan-akan dihdapkan pada dilema yang kompleks. Di satu pihak,
masyarakat pengguna jasa kependidikan menuntut akan kualitas layanan
jasa kependidikan secara lebih baik, tetapi di pihak lain para penyandang
profesi kependidikan dihadapkan pada pelbagai keterbatasan. Bahkan secara
individual mereka dihadapkan pula pada suatu realitas bahwa
kesejahteraannya perlu mendapat perhatian khusus. Imbalan jasa
kependidikan yang kurang sesuai menurut ukuran kebutuhan hidup realistis
masih menjadi topik diskusi keseharian masyarakat. Padahal masyarakat
yakin betul bahwa kelangsungan hidup bangsa ini akan sangat ditentukan
oleh keberhasilan proses sistem pendidikan.
Yang masih terasa membelenggu kalangan pendidikan antara lain
gelarpahlawan tanpa tanda jasa bagi para guru di Indonesia. Gelar ini
bukan sesuatu yang tidak baik, tetapi kalau penafsirannya tidak tepat akan
menghasilkan implilkasi yang justru menyudutkan para guru. Apa artinya
gelar sebagus itu jika tidak memberikan jaminan hidup yang layak?
Itulah sekelumit permasalahan yang sesungguhnya akan terasa amat
sulit jika dihadapi secara individual. Artinya, kalangan profesional
kependidikan dipandang perlu untuk membentuk suatu organisasi profesi
dan masuk di dalamnya sebagai anggota. Melalui fungsi pemersatu
organisasi ini, penyandang profesi kependidikan memiliki kekuatan dan
kekuasaan dalam menjalankan tugas keprofesiannya. Bukan hanya itu, suatu
organisasi kependidikan berupaya meningkatkan dn mengembangkan karier,
kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan kesejahteraan tenaga
kependidikan.
Banyak hal yang bermanfaat bagi penyandang profesi
kependidikandari organisasi profesinya sendiri. Sebab itu, disini dipandang

1
penting untuk dibahas.Berikut ini dikemikakan hakikat, fungsi, tujuan,
ruang lingkup, dan maam-macam organisasi profesi kependidikan.

B. Rumusan Masalah
Berikut adalah paparan rumusan masalah yang akan dibahas didalam
makalah ini:
1. Apa yang dimaksud dengan Organisasi?
2. Apa yang dimaksud dengan Profesi?
3. Apa yang dimaksud dengan Organisasi Profesi Kependidikan?
4. Apa fungsi Organisasi Profesi Kependdikan?
5. Apa tujuan Organisasi Profesi Kependidikan?
6. Bagaimana Organisasi Profesi Kependidikan di Ruang Lingkup
Kehidupan?
7. Apa saja ciri-ciri Profesi Kependidikan?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan
penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apa yang di maksud Organisasi.
b. Untuk mengetahui apa itu Profesi.
c. Untuk mengetahui apa itu Organisasi Profesi Kependidikan.
d. Untuk mengetahui fungsi dari Organisasi Profesi Kependidikan.
e. Untuk mengetahui tujuan dari Organisasi Profesi Kependidikan.
f. Untuk mengetahui apa –apa saja Organisasi Profesi Kependidikan
yang ada.
g. Untuk mengetahui ciri-ciri Profesi Kependidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN ORGANISASI PROFESI


KEPENDIDIKAN

1. HAKIKAT ORGANISASI
Organisasi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu organisasi
formal dan organisasi non-formal.dimana Organisasi formal adalah
kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan
suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang
rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain
sebagainya. Sedangkan Organisasi informal adalah kumpulan dari
dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan
bersama yang tidak disadari.Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung,
belajar bersama anak-anak SD, kemping ke gunung pangrango rame-
rame dengan teman, dan lain-lain.
Ada banyak pendapat yang mengemukan pengertian dari
organisasi. Seperti berikut ini:
a. Organisasi Menurut Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang
melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer
mengejar tujuan bersama.

b. Organisasi Menurut James D. Mooney


Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia
untuk mencapai tujuan bersama.

c. Organisasi Menurut Chester I. Bernard


Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.

2. HAKIKAT PROFESI
Profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu:
profesi, profesionalitas, profesional, profesionalisasi, dan
profesionalisme. Profesi menunjuk pada suatu pelayanan atau
jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan

3
terhadapnya. Profesionalitas menunjuk pada kualitas atau sikap
pribadi individu terhadap suatu pekerjaan. Dalam profesi digunkan
teknik dan prosedur intelektul yng harus dipelajari secara sengaja
sehingga dapat diterapkan untuk kemaslhatan orang lain. Profesional
menunjuk pada penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan
yang seharusnya dan menunjuk pada orangnya itu sendiri.
Profesionalisasi menunjuk pada proses menjadikan seseorang
sebagai profesional. Profesionalisme menunjuk pada (a) derajat
penampilan seseorang sebagai profesional; tinggi, rendah sedang,
dan (b) sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja
berdasarkan standar yang paling ideal dari kode etik profesinya.
Rokhman Natawidjaja mengemukakan beberapa kriteria sebagi
ciri suatu profesi ;
a. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas
b. Ada lembga pendidikan khusus untuk pelakunya dengan
program dan jenjang pendidikan yang baku serta
memiliki standar akademik yang memadai.
c. Ada organisasi yang mewadai para pelakunya.
d. Ada etika dan kode etik yang mengatur prilaku para
pelakunya.
e. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil
dan baku
f. Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan itu
sebagai suatu profesi.
Public Trust atau Kepercayaan masyarakat yang menjadi
penopang suatu profesi didasari oleh tiga perangkat keyakinan.
Pertama, kepercayaan masyarakat terjadi dengan adanya suatu
persepsi tentang kompetensi. Kedua, adanya persepsi masyarakat
bahwa kelompok-kelompok profesional mengatur dirinya dan lebih
lanjut diatur oleh masyarakat berdasarkan minat dan kepentingan
masyarakat. Ketiga, persepsi yang melahirkan kepercayaan
masyarakat itu ialah anggota-anggota suatu profesi memiliki

4
motivasi untuk memberikan layanan kepada orang-orang dengan
siapa mereka bekerja.
Sampai pada suatu kesimpulan bahwa hakikat profesi adalah
suatu pernyataan atau suatu janji yang terbuka. Suatu profesi
mengandung unsur pengabdian menurut Oemar Hamalik, suatu
profesi bukanlah dimaksudkan untuk mencari keuntungan materi
belaka, melainkan untuk pengabdian kepada masyarakat.
Pengabdian seorang profesional menunjuk pada pengutamaan
kepentingan orang banyak daripada kepentingan diri sendiri.

Ciri-Ciri Profesi
Erik Hoyle (1969 : 80-85) mengemukakah enam ciri profesi,
yaitu:
a. A profession performa an esential social service (suatu
profesi menunjukkan suatu pelayanan sosial)
b. A profession is founded up on a systematic body of
knowledge (suatu profesi didasari oleh tubuh keilmuan
yang sistematis);
c. A profession requires a lengthy periode of academic and
practical Training (suatu profesi memerlukan suatu
pendidikan dan latihan dalam periode waktu yang cukup
lama);
d. A profession has a light degree of autonomy (suatu
profesi memiliki otonomi yang tinggi);
e. A profession has a code of ethics (suatu profesi memliki
kode etik);
f. A profession gengerat in service growth (suatu profesi
berkembang dalam proses pemberian layanan)

5
Suatu jabatan profesional harus mempunyai beberapa ciri pokok
yaitu:
a. Pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan
latihan secara formal;
b. Pekerjaan itu mendapat pengakuan dari masyarakat;
c. Adanya pengawasan dari suatu organisasi profesi seperti
IDI, PGRI dan IPBI;
d. Mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab profesi tersebut.

Ciri suatu profesi. Pertama, pekerjaan itu mempunyai fungsi


dan signifikansi sosial karena diperlukan mengabdi kaepada
masyarakat. Kedua, profesi menuntut keterampilan tertentu yang
diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang “lama” dan intensif
serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat
dipertanggungjawabkan. Ketiga, profesi didukung oleh suatu disiplin
ilmu. Keempat, ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku
anggotanya beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar
kode etik. Kelima, sebagai konsekuensi profesi secara perorangan
ataupun kelompok memperoleh imbalan finansial atau materil.

3. Organisasi Profesi Kependidikan


Sesuai dengan hakikat profesi dan ciri-cirinya, dapatlah diterima
bahwa jabatan kependidikan / keguruan merupakan suatu profesi.
Pekerjaan sebagai guru muncul dari kepercayaan masyarakat dan
mengabdikan diri pada masyarakat. Pekerjaan itu menuntut
keterampilan tertentu yang dipersiapkan melalui proses pendidikan
dan latihan yang relatif lama, serta dilakukan dalam lembaga tertentu
yang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti IKIP, FKIP di pelbagai
universitas dan sekolah tinggi serta LPTK lainnya. Profesi keguruan
didukung oleh suatu disiplin ilmu, yaitu ilmu keguruan dan ilmu

6
pendidikan. Profesi ini juga memiliki kode etik dan organisasi
profesinya. Dari pekerjaan ini seroang guru memperoleh imbalan
finansial dari masyarakat sebagai konsekuensi dari layanan yang
diberikannya.

4. FUNGSI ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN


Organisasi profesi kependidikan selain sebagai ciri suatu profesi
kependidikan, sekaligus juga memiliki fungsi tersendiri yang
bermanfaat bagi anggotanya. Organisasi profesi kependidikan
Organisasi profesi kependidikan selain sebagai ciri suatu profesi
kependidikan berfungsi sebagai pemersatu seluruh anggota profesi
dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki
fungsi peningkatan kemampuan profesional profesi ini. Kedua fungsi
tersebut dapat diuraikan berikut ini.
a. Fungsi Pemersatu
Kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif
yang mendasarinya, yaitu dorongan yang menggerakkan para
profesional untuk membeantuk suatu organisasi keprofesian. Motif
tersebut begitu bervariasi, ada yang bersifat sosial, politik, ekonomi,
kultural, dan falsafah tentang sistem nilai. Namun, umumnya dilatar
belakangi oleh dua motif, yaitu motif intrinsik dan ekstrinsik. Secara
intrinsik, para profesional terdorong oleh keinginannya medapatkan
kehidupan yang layak, sesuai dengan tugas profesi yang
diembannya, bahkan mungkin mereka terdorong oleh semangat
menunaikan tugasnya sebaik dan seikhlas mengkin. Secara ekstrinsik
mereka terdorong oleh tuntutan masyarakat pengguna jasa suatu
profesi yang semakin hari semakin klompleks.
Kedua motif tersebut sekaligus merupakan tantangan bagi
pengemban suatu profesi, yang secara teoritis sangat sulit dihadapi
dan diselesaikan secara individual. Kesadaran atas realitas ini
menyebabkan para profesional membentuk organisasi profesi.
Demikian pula organisasi profesi kependidikan , merupakan

7
organisasi profesi sebagai wadah pemersatu pelbagai potensi profesi
kependidikan dalam menghadapi kopleksitas tantangan dan harapan
masyarakat pengguna pengguna jasa kependidikan. Dengan
mempersatukan potensi tersebut diharapkan organisasi profesi
kependidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam
menentukan kebijakan dan melakukan tindakan bersama, yaitu
upaya untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan para
pengemban profesi kependidikan itu sendiri dan kepentingan
masyarakat pengguna jasa profesi ini.

b. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional


Fungsi kedua dari organisasi profesi adalah meningkatkan
kemampuan profesional para pengemban profesi kependidikan.
Fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal
61 yang berbunyi:
Tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai
wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan
karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan
kesejahteraan tenaga kependidikan.
PP tersebut menunjukkan adanya legalitas formal yang secara
tersirat mewajibkan para anggota profesi kependidikan untuk selalu
meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui organisaasi atau
ikatan profesi kependidikan. Bahkan dalam UUSPN Tahun 1989,
Pasal 31; ayat 4 dinyatakan bahwa:
Tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha
mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai dengan
perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta
pembangunan bangsa.
Kemampuan yang dimaksud dalam konteks ini adalah apa
yang disebut dengan istilah kompetensi , yang oleh Abin
Syamsuddin dijelaskan bahwa kopetensi merupakan kecakapan atau

8
kemampuan mengerjakan pekerjaan kependidikan. Guru yang
memiliki kemampuan atau kecakapan untuk mengerjakan pekerjaan
kependidikan disebut dengan guru yang kompeten.
Peningkatan kemampuan profesional tenaga kependidikan
berdasarkan Kurikulum 1994 dapat dilakukan melalui dua program,
yaitu program terstruktur dan tidak terstruktur. Program terstruktur
adalah program yang dibuat dan dilaksanakan sedemikian rupa,
mempunyai bahan dan produk kegiatan belajar yang dapat
diakreditasikan secara akademik dalam jumlah SKS tertentu. Dengan
demikian , Pada akhir program para peserta akan memperoleh
sejumlah SKS yang pada gilirannya dapat disertakan dengan
kualifikasi tetrtentu tenaga kependidikan. Program tidak terstruktur
adalah program pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan
yang dibuka berdasarkan kebutuhan tertentu sesuai dengan tuntutan
waktu dan lingkungan yang ada. Terlingkup dalam program tidak
terstruktur ini adalah:
1. Penataran tingkat nasional dan wilayah;
2. Supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas atau pejabat yang
terkait seperti Kepala Sekolah, Kepala Bidang, Kakandep;
3. Pembinaan dan pengembangan sejawat, yaitu dengan sesama
tenaga kependidikan sejenis melalui forum konunikasi, seperti
MGI.
4. Pembinaan dan pengembangan individual, yaitu upaya atas
inisiatif sendiri dengan partisipasi dalam seminar, loka karya,
dan yang lainnya.

5. TUJUAN ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN


Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi kesadaran
sikap, mutu dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan
guru.]

9
Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 19992, pasal 61,
ada lilma misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan
dan/atau mengembangkan (1) karier, (2) kemampuan, (3) kewenangan
profesional, (4) martabat, dan (5) kesejahteraan seluruh tenaga
kependidikan. Sedangkan visinya secara umum ialah terwujudnya
tenaga kependidikan yang profesional.
1. Meningkatkan dan/atau mengembangkan karier anggota,
merupakan upaya dalam mengembangkan karier anggota sesuai
dengan bidang pekerjaan yang diembannya. Karier yang dimaksud
adalah perwujudan diri seorang pengemban profesi secara
bermakna, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain
(lingkungannya) melalui serangkaian aktivitas. Organisasi profesi
berperan sebagai fasilitator dan motifator terjadinya peningkatan
karier setiap anggota. Adalah kewajiban organisasi profesi
kependidikan untuk mampu memfasilitasi dan memotifasi
anggotanya mencapai karier yang diharapkan sesuai dengan tugas
yang diembannya.

2. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kemampuan


anggota, merupkan upaya terwujudnya kompetensi kependidikan
yang handal. Dengan kekuatan dan kewibawaan organisasi, para
pengemban profsi akan memiliki mkekuatan moral untuk
senantiasa meningkatkan kemampuannya.

3. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kewenangan


profesional anggota, merupakan upaya para profsional untuk
menmpatkan anggota suatu profesi sesuai dengan kemampuannya.
Organisasi profesi keendidikan bertujuan untuk megembangkan
dan meningkatkan kemampuan kepada anggotanya melaluai
pendidikan atau latihan terprogram.

10
4. Meningkatkan dan/atau mengembangkan martabat anggota,
merupakan upaya organisasi profesi kependidikan agar anggotanya
terhindar dari perlakuan tidak manusiawi dari pihak lain dan tidak
melakukan praktik melecehkan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan
memasuki organisasi profesi keendidikan anggota sekaligus
terlindungi dari perlakuan masyarakat yang tidak mengindahkan
martabat kemanusiaan dan berupaya memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai dengan standar etis yang disepakati.

5. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kesejahteraa,


merupakan upaya organisasi profesi keendidikan untuk
meningkatkan kesejahteraanlahir batin anggotanya. Dalam teori
Maslow, kesejahteraan ini mungkin menempati urutan pertama
berupa kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi. Banyak kiprah
organisasi profesi keendidikan dalam meningkatkan kesejahteraan
anggota. Asprasi anggota melalui organisasi terhadap pemerintah
akan lebih terindahkan dibandingkan individu.

B. RUANG LINGKUP ORGANISASI KEPENDIDIKAN


1. Bentuk dan Corak Organisasi Kependidikan
Bentuk organisaasi profesi kependidikan begitu bervariasi
dipandang dari segi derajat keeratan dan keterkaitan antar
anggotanya. Ada tiga bentuk organisaasi profesi kependidikan.
Pertama, berbentuk persatuan(union), antara lain di Ausrtalia,
Singapura, dan Malaysia, misalnya:Ausrtalian Education Union
(AUE), National Tertiary Education Union (NTEU), Singapore
Teachers’ Union (STU), National Union of the Teaching Profession
(NUTP), dan Sabah Teachers Union (STU). Kedua, berbentuk
federasi (federation) antara lain di India dan Bangladesh,
misalnya: All India Primary Teachers Federation
(AIPTF), dan Bangladesh Teachers’ Federation (BTF). Ketiga,
berbentuk aliansi (alliance), antara lain di Pilipina, sepertiNational

11
Alliance of Teachers and Office Workers (NATOW). Keempat,
berbentuk asosiasi (association) seperti yang terdapat di
kebanyakan negara, misalnya, All Pakistan Government School
Teachar Association (APGSTA) di Pakistan, dan Brunei Malay
Teachers’ Association (BMTA) di Brunei.
Ditinjau dari kategori keanggotaannya, corak organisasi
profesi kependidikan beragam pula. Corak organisasi profesi ini
dapat dibedakan berdasarkan (1) Jenjang pendidikan di mana mereka
bertugas (SD, SMP, dll); (2) Status penyelenggara kelembagaan
pendidikannya (negeri, swasta); (3) Bidang studi keahliannya
(bahasa, kesenian, matematika, dll); (4) Jender (Pria, Wanita); (5)
berdasarkan latar belakang etnis (cina, tamil, dll) seperti China
education Society di Malaysia.

2. Struktur dan Kedudukan Organisasi Kependidikan


Berdasarkan struktur dan kedudukannya, organisasi profesi
kependidikan terbagi atas tiga kelompok, yaitu (1) Organisasi profesi
kependidikan yang bersifat lokal (kedaerahan dan kewilayahan),
misalnya Serawak Teachers’ Union di Malaysia; (2) Organisasi
profesi kependidikan yang bersifat nasional seperti Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI); dan (3) Organisasi profesi kependidikan
yang bersifat internasional seperti UNESCO (United Nations
Educational, Scientific, and Culture Organization).

3. Keanggotaan Organisasi Profesi Kependidikan


Dengan adanya keragaman bentuk dan corak serta struktur dan
kedudukan Organisasi Profesi Kependidikan/Keguruan seperti telah
dipaparkan di muka, dengan sendirinya keanggotaan Organisasi
Profesi Kependidikan ini beragam pula. Akan tetapi pada umumnya
Organisasi profesi kependidikan yang bersifat asosiasi atau persatuan

12
langsung dari setiap pribadi pengemban profesi yang bersangkutan.
Sedangkan keanggotaan organisasi profesi kependidikan yang
bersifat federasi cukup terbatas oleh pucuk organisasi yang
berserikat saja.

4. Program Operasional Organisasi Profesi


Kependidikan/Keguruan
Sebagaimana organisasi profesi kependidikan memiliki tujuan
dan fungsi, bahkan visi dan misi tersendiri. Untuk merealisasikan hal
tersebut organisasi profesi ini lazimnya memiliki program
operasional tertentu yang secara terencana, dan pelaksanaannya
harus dipertanggungjawabkan kepada para anggotanya melalui
forum resmi, seperti termaktub dalam anggaran dasar (AD) atau
anggaran rumah tangga (ART) atau bahkan hasil konvensi anggota
profesi kependidikan. Kandungan program tersebut mencakup hal-
hal berikut:
 Upaya-upaya yang menunjang terjaminnya pelaksanaan hak dan
kewajiban para anggotanya, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
 Upaya-upaya yang memajukan dan mengembangkan
kemampuan profesionaldan karier para anggotanya, melalui
berbagai kegiatan ilmiahdan profesional seperti seminar,
simposium, loka karya dan sebagainya.
 Upaya-upaya yang menunjang bagi terlaksananya hak dan
kewajiban pengguna jasa pelayanan profesional, baik keamanan
maupun kualitasnya.
 Upaya-upaya yang bertalian dengan pengembangan dan
pembangunan yang relevan dengan bidang keprofesiannya.

13
C. MACAM-MACAM ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN DI
INDONESIA
Secara kuantitas, tidak berlebihan jika banyak kalangan
pendidik menyatakan bahwa organisasi profesi kependidikan di
indonesia berkembang pesat bagaikan tumbuhan di musim penghujan.
Sampai sampai ada sebagian pengemban profesi pendidikan yang tidak
tahu menahu tentang organisasi kependidikan itu. Yang lebih dikenal
kalangan umum adalah PGRI.
Disamping PGRI yang satu-satunya organisasi yang diakui oleh
pemerinta juga terdapat organisasi lain yang disebut Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) yang didirikan atas anjuran Departeman
Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya, organisasi ini tidak ada kaitan
yang formal dengan PGRI. Selain itu ada juga organisasi profesional
guru yang lain yaitu ikatan serjana pendidikan indonesia (ISPI), yang
sekarang suda mempunyai nanyak devisi yaitu Ikatan Petugas
Bimbingan Belajar (IPBI), Himpunan Serjana Administrasi Pendidikan
Indonesia (HSPBI), dan lain-lain, hubungannya secara formal dengan
PGRI juga belum tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan
kerjasama yang saling menunjang dalam meningkatkan mutu
anggotanya.

1. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)


PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI
adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda
(PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan
Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.
Pada saat didirikannya, organisasi ini disamping memiliki
misi profesi juga ada tiga misi lainnya, yaitu misi politis-deologis,
misi peraturan organisaoris, dan misi kesejahteraan.

14
Misi profesi PGRI adalah upaya untuk meningkatkan mutu
guru sebagai penegak dan pelaksana pendidikan nasional. Guru
merupakan pioner pendidikan sehinnga dituntut oleh UUSPN tahun
1989: pasal 31; ayat 4, dan PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 agar
memasuki organisasi profesi kependidikan serta selalu
meningkatkan dan mengembagkan kemampuan profesinya.
Misi politis-teologis tidak lain dari upaya penanaman jiwa
nasionalise, yaitu komitmen terhadap pernyataan bahwa kita
bangsa yang satu yaitu bangsa indonesia, juga penanaman nilai-
nilai luhur falsafah hidup berbangsa dan benegara, yaiitu panca
sila. Itu sesungguhnya misi politis-ideologis PGRI, yang dalam
perjalanannya dikhawatirkan terjebak dalam area polotik praktis
sehingga tidak dipungkiri bahwa PGRI harus pernah menelan pil
pahit, terperangkap oleh kepanjangan tangan orde baru.
Misi peraturan organisasi PGRI merupakan upaya
pengejawantahan peaturan keorgaisasian , terutama dalam
menyamakan persepsi terhadap visi, misi, dan kode etik keelasan
sruktur organisasi sangatlah diperlukan.
Dipandang dari segi derajat keeratan dan keterkaitan
antaranggotanya, PGRI berbentuk persatuan (union). Sedangkan
struktur dan kedudukannya bertaraf nasional, kewilayahan, serta
kedaerahan. Keanggotaan organisasi profesi ini bersifat langsung
dari setiap pribadi pengemban profesi kependidikan. Kalau
demikian, sesunguhnya PGRI merupakan organisasi profesi yang
memiliki kekuatan dan mengakar diseluruh penjuru indonesia.
Arrtinya, PGRI memiliki potensi besar untuk meningkatkan hakikat
dan martabat guru, masyarakat, lebih jauh lagi bangsa dan negara.

2. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)


Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) lahir pada
pertengahan tahun 1960-an. Pada awalnya organisasi profesi
kependidikan ini bersifat regional karena berbagai hal menyangkut

15
komunikasi antaranggotanya.Keadaan seperti ini berlangsung
cukup lama sampai kongresnya yang pertama di Jakarta 17-19 Mei
1984.
Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI,
yaitu: (a) Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai
spesialisasi di seluruh Indonesia; (b) meningkatkan sikap dan
kemampuan profesional para angotanya; (c) membina serta
mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan dalam rangka
membantu pemerintah mensukseskan pembangunan bangsa dan
negara; (d) mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan
baru dan dalam bidang ilmu, seni, dan teknologi pndidikan; (e)
meindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para
anggota; (f) meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai
spesialisasi pendidikan; dan (g) menyelenggarakan komunikasi
antarorganisasi yang relevan.
Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi
Profesi Ilmiah (FOPI) yang terlealisasikan dalam bentuk
himpunan-himpunan. Yang tlah ada himpunannya adalah
Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia (HISPIPSI),
Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Alam, dan lain sebagainya.

3. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)


Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) didirikan di
Malang pada tanggal 17 Desember 1975. Organisasi profesi
kependidikan yang bersifat keilmuan dan profesioal ini berhasrat
memberikan sumbangan dan ikut serta secara lebih nyata dan
positif dalam menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya
sebagai guru pembimbing. Organisasi ini merupakan himpunan
para petugas bimbingan se Indonesia dan bertujuan

16
mengembangkan serta memajukan bimbingan sebagai ilmu dan
profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya.
Secara rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia (IPBI) adalah sebagai berikut ini.
1. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah
organisasi.
2. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian
dan keterampilan, teknik, alat dan fasilitas yang telah
dikembangkan di Indonesia di bidang bimbingan, dengan
demikian dimungkinkan pemanfaatan tenaga ahli dan
keahlian tersebut dengan sebaik-baiknya.
3. Meingatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi
peningkatan profesi dan tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu
bimbingan sebagai disiplin, maupun program layanan
bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).
Untuk menopang pencapaian tujuan tersebut dicanangkan
empat kegiatan, yaitu:
1. Pengembangan ilmu dalam bimbingan dan konseling;
2. Peningkatan layanan bimbingan dan konseling;
3. Pembinaan hubungan dengan organisasi profesi dan lembaga-
lembaga lin, baik dalam maupun luar negeri; dan
4. Pembinaan sarana (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).
Kegiatan pertama dijabarkan kembali dalam anggaran rumah
tangga (ART IPBI, 1975) sebagai berikut ini.
1. Penerbitan, mencakup: buletin Ikatan Petugas Bmbingan
Indoesia dan brosur atau penerbitan lain.
2. Pengembangan alat-alat bimbingan dan penyebarannya.
3. Pengembangan teknik-teknik bimbingan dan penyebarannya.
4. Penelitian di bidang bimbingan.
5. Penataran, seminar, lokakarya, simposium, dan kegiatan-
kegiatan lain yang sejenis.

17
6. Kegiatan-kegiatan lain untuk memajukan dan mengembangkan
bimbingan.
4. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru


mata pelajaran yang berada di suatu sanggar/kabupaten/kota yang berfungsi
sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan
pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai
praktisi/perilaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas
(Depdiknas,2004: 1).
Menurut Mangkoesapoetra (2004:1) MGMP merupakan forum atau
wadah profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah
kebupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah.
Tujuan MGMP adalah:
Tujuan diselenggarakannya MGMP menurut pedoman MGMP (2004: 2)
adalah:
a. Tujuan umum.
Tujuan MGMP adalah untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam
meningkatkan profesionalisme guru.
b. Tujuan khusus.
1. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran dalam upaya
mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.
2. Mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat proses
pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan siswa.
3. Membangun kerjasama dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. (Depdiknas, 2004: 2)
Menurut Mangkoesapoetra (2004: 2) tujuan diselenggarakannya MGMP
adalah untuk:
a. Memotivasi guru, meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
merencanakan, melaksanakan dan membuat evaluasi program pembelajaran
dalam rangka meningkatkan keyakinan diri sebagai guru profesional.
b. Meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan
pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan
mutu pendidikan.
c. Mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru dalam
melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari solusi alternative pemecahan
sesuai dengan kaarakteristik mata pelajaran masingmasing, guru, sekolah
dan lingkungannya.
Peranan MGMP adalah
Menurut pedoman MGMP (Depdiknas. 2004: 4) MGMP berperan untuk:
a. Mengakomodir aspirasi dari,oleh dan untuk anggota.
b. Mengakomodasi aspirasi masyarakat/stokeholder dan siswa
c. Melaksanakan perubahan yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses
pembelajaran.
d. Mitra kerja Dinas Pendidikan dalam menyebarkan informasi kebijakan
pendidikan.
Sedangkan menurut Mangkoesapoetra (2004: 3) peranan MGMP adalah:

18
a. Reformator dalam classroom reform, terutama dalam
reorientasi pembelajaran efektif.
b. Mediator dalam pengembangan dan peningkatan kompetensi
guru terutama dalam pengembangan kurikulum dan sistem pengujian
c. Supporting agency dalam inivasi manajemen kelas dan
manajemen sekolah.
d. Collaborator terhadap unit terkait dan organisasi profesi
yang relevan.
e. Evaluator dan developer school reform dalam konteks
MPMBS.
f. Clinical dan academic supervisor dengan pendekatan
penilaian appraisal.
Fungsi MGMP adalah
Adapun fungsi MGMP menurut Mangkoesapoetra (2004: 3) adalah:
a. Menyusun pogram jangka panjang, jangka menengah dan
jangka pendek serta mengatur jadwal dan tempat kegiatan secara
rutin.
b. Memotivasi para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP
secara rutin, baik di tingkat sekolah, wilayah, maupun kota.
c. Meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian/evaluasi pembelajaran di
kelas sehingga mampu mengupayakan peningkatan dan pemerataan
mutu pendidikan di sekolah.

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Organisasi profesi adalah perkumpulan yang berbadan
hukum yang didirikan dan diurus oleh sekelompok orang
yang bmemiliki profesi yang sama untuk mengembangkan
profesiolitasnya dan untuk mencapai tujuan bersama.

 Organisasi profesi keguruan adalah suatu wadah


perkumpulan orang-orang yang memiliki suatu keahlian
khusus dalam mendidik.
 Fungsi organisasi profesi keguruan yaitu sebagai pemersatu
dan peningkatan kemampuan professional.
 Lima misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu:
meningkatkan dan/atau mengembangkan (1) karier, (2)
kemampuan, (3) kewenangan profesional, (4) martabat, dan
(5) kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan
 Jenis-jenis organisasi profesi kependidikan yang ada di
Indonesia: Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Ikatan
Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia (IPBI).

B. SARAN
Pentingnya pengawasan, pengendalian, dan pengontrolan
terhadap pekerjaan yang telah diakui sebaga profesi.
Pemerintah membuat suatu acuan atau himbauan kepada
setiap profesi memiliki organisasi masing-masing profesi.
Dengan demikian setiap profesi secara tidak langsung akan
menjadi bagian dari organisasi profesi. Bagi profes guru
untuk mengembangkan bakat dan manajemen
keprofesianalan. Guru dapat menjadi bagian daripengurus
organisasi profesi(PGRI, IGI, MGMP, dan sebagainya)
Secara tidak langsung guru telah menjadi anggota organisasi
profesi maka tuntutan dari pemerintah berupa
keprofesionalan. Guru dapat memenuhi kewajibannya
sebelum mendapatkan hak-hak yang akan didapatkan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bigs dan Blocher. 1986. The Cocgnitive Approach to Ethical Counseling.


New York: State University of New York.
Depdikbud. 1992. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992.
_________. 1989. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun
1989.
Engkoswara dan Husna Asmara. 1995. Pendidikan dan Prospeknya
terhadap Pembangunan Bangsa dalam PJP II (Ilmu dan Organisasi
Profesi Pendidikan). Jakarta: ISPI.
Hamalik, Oemar. 1984. Pendidikan Guru; Konsep – Kurikulum – Strateggi.
Bandung: Pustaka Martiana.
________. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
________. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi aksara Jakarta.
Saud, Udin Syaefudin. 2008. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfa
Beta.
Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta:
Adicita Karaya Nusa.
Syamsuddin, M. Abin. 1999. Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga
Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Zanti, Sutan dan Syahmiar Syahrun. 1992. Dasar-dasar Kependidikan.
Jakarta: Depdikbud.
http://beautifulindonesiaandpeace.blogspot.com/2009/01/makalah-profesi-
keguruan.html

21

Anda mungkin juga menyukai