Anda di halaman 1dari 5

Elget's story

ini adalah sebuah blog yang memuat semua hal yang disukai elget, mulai dari
travelling, menulis puisi, menulis cerita dan perjalanan/ kisah yang bermakna dan
diharapkan menjadi inspirasi positif buat semua.
 Beranda
 profil
 puisi
 aktifitas
 tulisan
Senin, 25 Juli 2016

Peletak Dasar Sosiologi


1. Ibnu Khaldun
Abu Zaid Abdurrahman Ibnu Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Khaldun
Waliyuddin al-Tunisi al-Hadrami al-Isybili al-Maliki, dikenal sebagai sejarahwan dan sosiolog
muslim yang banyak mengemukakan gagasannya tentang manusia. Ia dilahirkan pada tanggal 27
Mei 1332 M di Tunisia, dan wafat di Kairo pada tanggal 17 Maret 1406. Ibn Khaldun dikenal
pula sebagai bapak ilmu-ilmu social.
Menurut Ibnu Chaldun, sosiologi adalah mempelajari tentang masyarakat manusia dalam
bentuknya yang bermacam-macam, watak dan ciri-ciri dari pada tiap-tiap bentuk itu dan hukum
yang menguasai perkembangan.
Sebagaimana diketahui bahwa ia adalah pengasas sosiologi, karena dalam berbagai kitabnya,
yang terutama dalam muqaddimahnya ia mengkaji “realitas realitas al-‘umranal-basyari” atau
keadaan kemasyarakatan manusia, yang mana keadaan tersebut dinamakan “fenomene fenomena
sosial”, dan inilah yang merupakan objek pembahasan sosiologi. Sebagaimana perkataannya
dalam muqaddimah3 “Ketahuilah bahwa sejarah adalah catatan tentang masyarakat ummah
manusia atau kebudayaan dunia, tentang perubahan perubahan yang terjadi pada watak
masyarakat itu, seperti keprimitifan, keramahtamahan, dan solidaritas kelompok; tentang
revolusi revolusi dan pemberontakan pemberontakan oleh sekelompok masyarakat melawan
sekelompok masyarakat yang lain, yang berakibat timbulnya kekuasaan kekuasaan baru dengan
berbagai macam peringkatnya; tentang macam macam kegiatan dan kedudukan orang, baik
untuk mencapai penghidupannya maupun dalam bermacam macam cabang ilmu pengetahuan
dan keahlian dan pada umumnya tentang segala perubahan yang terjadi dalam masyarakat kerena
watak masyarakat itu sendiri.
Adapun metode yang ia gunakan dalam mengkaji fenomena fenomena sosial
adalah metoda yang ilmiah, karena dalam mengkaji bidang ini (fenomena) sosial ia selalu
bertanya “mengapa” dan ia jawab pertanyaan ini dengan ungkapan ungkapan yang dimulai
dengan “sebabnya ialah” atau “hal ini terjadi karena”, pertanyaan itulah yang membentuk
sosiologi dan metode yang digunakan adalah bercorak experimental.
Menurut Ibn Khaldun Masyarakat berbudaya di mana saja dalam menuju kemajuannya harus
melalui tiga fase secara berurutan, yaitu:
1. Fase primitif, yaitu fase yang bercirikan kekerasan, keberanian, dan fanatik. Pada fase ini
masyarakat dikendalikan oleh adat istiadat dan kebutuhannya serta tidak dikendalikan oleh
hukum.
2. Fase perubahan masyarakat dari primitif ke masyarakat maju berbudaya. Pada fase ini muncul
sebuah negara yang memiliki penguasa yang mengatur urusan-urusan masyarakat, dan
penduduknya mulai tunduk dan patuh kepada hukum dan undang-undang.
3. Fase timbulnya negara. Pada fase ini para penduduk saling bekerja sama dalam memelihara dan
mempertahankan negara dari bahaya, baik yang timbul dari dalam maupun dari luar demi
kestabilan dan keamanan. Pada fase ini pula kefanatikan terhadap golongan akan hilang[23].
Menurut Ibn Khaldun, manusia itu lemah, pada mulanya bebal dan pada dasarnya
egois (self centred). Di segi lain, menurutnya, Allah memberi manusia kekuatan untuk
melakukan penalaran dan pemikiran yang abstrak. Bertolak dari premis ini, ia menjelaskan
masyarakat dari sudut keharusan, bukan dari sudut kealamiahan atau keotomatisan. Ibn Khaldun
melihat masyarakat sebagai suatu alat manusia yang sengaja diciptakan guna mengimbangi
kelemahan manusia dan memperbesar peluang-peluangnya untuk mempertahankan hidup.
Pemikiran Ibn Khaldun mengenai sosiologi dapat ditemukan dalam karya monumentalnya yang
berjudul “Al-Muqaddimah”

2. Auguste Comte
Kata atau istilah ”sosiologi” pertama-tama muncul dalam salah satu jilid karya tulis
Auguste Comte (1978 – 1857) yaitu di dalam tulisannya yang berjudul ”Cours de philosophie
Positive.” Oleh Comte, istilah sosiologi tersebut disarankan sebagai nama dari suatu disiplin
yang mempelajari ”masyarakat” secara ilmiah. Dalam hubungan ini, ia begitu yakin bahwa dunia
sosial juga ”berjalan mengikuti hukum-hukum tertentu” sebagaimana halnya dunia fisik atau
dunia alam. Berdasarkan hal diatas, kita tahu bahwa Comte menyakini dunia sosial juga
dipelajari dengan metode yang sama sebagaimana digunakan untuk mempelajari dunia fisik atau
kealaman.
Aguste Comte dikenal sebagai bapak sosiologi, ia lahir di Montpellier tahun 1798. Ia
merupakan seorang penulis kebanyakan, konsep, prinsip dan metode yang sekarang dipakai
dalam sosiologi berasal dari Comte. Comte membagikan sosiologi atas statika social dan
dinamika social dan sosiologi mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1. Bersifat empiris yaitu didsarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat
spekulatif.
2. Bersifat teoritis yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dan hasil observasi.
3. Bersifat kumulatif yaitu teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori yang ada kemudian
diperbaiki, diperluas dan diperhalus
4. Bersifat nenotis yaitu tidak mempersoalkan baik buruk suatu fakta tertentu tetapi untuk
menjelaskan fakta tersebut.
Comte mengatakan bahwa tiap-tiap cabang ilmu pengetahuan manusia mesti
melalui tiga tahapan perkembangan teori secara berturut-turut yaitu keagamaan atau khayalan,
metafisika atau abstrak dan saintifik atau positif. Pada jenjang pertama, manusia mencoba
menjelaskan gejala di sekitarnya dengan mengacu pada hal-hal yang bersifat adikodrati; pada
jenjang kedua, manusia mengacu pada kekuatan-kekuatan metafisik dan abstrak; dan pada
jenjang ketiga, penjelasan alam maupun sosial dilakukan dengan mengacu pada deskripsi ilmiah
(didasarkan atas hukum-hukum ilmiah).
Sumbangan pemikiran Comte yang lain dalam bidang sosiologi adalah bahwa ia
menyebut sosiologi sebagai “Ratu ilmu-ilmu sosial”. Ia membagi sosiologi ke dalam dua bagian
besar: statika sosial (social statics) dan dinamika sosial (social dynamic). Statika mewakili
stabilitas, sedangkan dinamika mewakili perubahan.

3. Emile Durkheim
David Émile Durkheim di Épinal, Prancis, yang terletak di Lorraine (15 April
1858 – 15 November 1917) dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi modern. Ia mendirikan
fakultas sosiologi pertama di sebuah universitas Eropa pada 1895, dan menerbitkan salah satu
jurnal pertama yang diabdikan kepada ilmu sosial, L’Année Sociologique pada 1896
Durkheim merupakan seorang ilmuwan yang sangat produktif. Karya-karya
utamanya antara lain: The Division of Labor in Socity (1968), karya pertamanya yang berbentuk
disertasi doktor; Rules of Sociological Method (1968); Suicide (1968); Moral Education (1973),
dan The elementary Forms of the Religious life (1966).
Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan solidaritas. Ia
membedakan antara dua tipe utama solidaritas, yaitu solidaritas mekanis dan solodaritas organis.
Solodaritas mekanis merupakan suatu tipe solidaritas yang didasarkan atas persamaan. Menurut
Durkheim solidaritas mekanis dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana, yang dinamakan
“segmental” pada masyarakat ini tidak ada sistem pembagian kerja. Pada masyarakat ini apa
yang dilakukan seseorang dapat pula dikerjakan oleh orang lain, sehingga tidak ada sikap saling
ketergantungan dengan orang lain. Tipe solidaritas sosial yang didasarkan atas kepercayaan dan
kesetiakawanan ini diikat oleh sesuatu yang oleh Durkheim dinamanakan conscience
collective (hati nurani kolektif), yaitu suatu sistem kepercayaan dan perasaan yang menyebar
merata pada semua anggota masyarakat.
Pada buku The Division of Labor in Socity, Durkheim menekankan pada arti
penting pembagian kerja dalam masyarakat, karena menurutnya pembagian kerja berfungsi
untuk meningkatkan solidaritas. Pembagian kerja yang berkembang pada masyarakat dengan
solidaritas mekanis tidak mengakibatkan disintegrasi masyarakat yang bersangkutan, tetapi justru
meningkatkan solidaritas karena bagian-bagian masyarakat menjadi saling bergantung.
Pada buku Rules of Sociological Method, Durkheim menawarkan definisi
mengenai sosiologi. Menurutnya, bidang yang harus dipelajari sosiologi adalah fakta-fakta
sosial, yaitu fakta-fakta yang berisikan cara bertindak, berfikir, dan merasakan yang
mengendalikan individu tersebut. Di antara contoh-contoh yang dikemukan Durkheim mengenai
fakta sosial adalah hukum, moral, kepercayaan, adat istiadat, tata cara berpakaian, dan kaidah
ekonomi. Fakta-fakta sosial seperti inilah yang menurut Durkheim yang menjadi pokok perhatian
sosiologi.
Kalau Comte membagi sosiologi menjadi statika sosial dan dinamika sosial, maka
Durkheim memperkenalkan pembagian berdasarkan pokok bahasannya, yaitu sosiologi umum,
sosiologi agama, sosiologi hukum, sosiologi kejahatan, sosiologi konflik, sosiologi ekonomi,
morfologi, sosial, dan sejumlah pokok bahasan yang mencakup sosiologi estetika, teknologi,
bahasa, dan perang.
Paradigma Fakta Sosial Dikembangkan oleh Emile Durkheim dlm The Rules of Sociological
Method th.1895 dan Suicide th . 1897. Ia mengkritik sosiologi yang didominasi August Comte
dengang positivismenya bahwa sosiologi dikaji berdasarkan pemikiran, bukan fakta lapangan .
Durkheim menempatkan fakta sosial sebagai sasaran kajian sosiologi yang harus melalui kajian
lapangan (field research ) bukan dengan penalaran murni . Teori teori dalam paradigma ini
adalah : teori Fungsional Struktural , teori Konflik , teori Sosiologi Makro , dan teori Sistem.
Yang menjadi kajian paradigma Fakta Sosial adalah : Struktur Sosial dan Pranata Sosial.
Struktur social: jaringan hubungan sosial dimana interaksi terjadi dan terorganisir serta melalui
mana posisi sosial individu dan sub kelompok dibedakan . Pranata social: norma dan pola nilai.

Empat Proposisi yg mendukung kelompok sebagai fakta social


 Kelompok dilihat melalui sekumpulan individu
 Kelompok tersusun atas beberapa individu
 Fenomena sosial hanya memiliki realitas dlm individu, dan
 Tujuan mempelajari kelompok utk membantu menerangkan/meramalkan tindakan individu
Diposting oleh elgetstory di 18.32
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Pengunjung Elget's story
26,455
About Elget
elgetstory
Lihat profil lengkapku
Elget's posting
 ► 2019 (5)
 ▼ 2016 (38)
o ► Agustus (3)
o ▼ Juli (8)
 cerita motivasi : jangan menilai dari sesuatu yang...
 siklus alam
 cerita motivasi : jangan sombong
 Resume : SOSIOLOGI FEMINIS
 resume : sejarah sosiologi pendidikan 2
 Peletak Dasar Sosiologi
 Rendang : Makanan asli minang nan mendunia
 lebaran haruskah berbaju baru?
o ► Juni (5)
o ► Mei (9)
o ► April (4)
o ► Maret (6)
o ► Februari (2)
o ► Januari (1)
 ► 2015 (18)
 ► 2014 (2)
 ► 2013 (3)

Translate

Diberdayakan oleh Terjemahan


Label
 kisah :
 Photo

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai