Disusun oleh :
NAMA : SUHERVI
NIM : 1800029102
KELAS :B
Dosen pengampu : Dr. Tri Ani Marwati
M.kes
HALAMANJUDUL ..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................6
BAB II. PEMBAHASAN ......................................................................................................7
2.1. Konsep Dan Teori Distribusi Pendapatan ......................................................7
2.2. Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan ........................................................13
2.3. Ketimpangan Pembangunan Dan Sosial ........................................................16
BAB IV. PENUTUP ..............................................................................................................24
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................25
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak orang yang beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat selalu
dibarengi kenaikan dalam ketimpangan distribusi pendapatan atau disebut dengan
ketimbangan relatif. Dengan kata lain, para ekonom berpendapat bahwa antara
pertumbuhan ekonomi yang pesat dan distribusi pendapatan terdapat suatu trade off, yang
membawa implikasi bahwa pemerataan dalam pembagian pendapatan hanya dapat
dicapai jika laju pertumbuhan ekonomi diturunkan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi
yang tinggi selalu akan disertai penurunan dalam distribusi pendapatan atau kenaikan
dalam ketimpangan relatif.
Di Indonesia pada awal Orde Baru para pembuat kebijaksanaan dan perencana
pembangunan di Jakarta masih sangat percaya bahwa proses pembangunan ekonomi yang
pada awalnya terpusatkan hanya di Jawa, Khususnya Jakarta dan sekitarnya, dan hanya di
sector-sektor tertentu saja, pada akhirnya akan menghasilkan “Trickle Down Effects”.
Didasarkan pada pemikiran tersebut, pada awal orde baru hingga akhir tahun 1970-an,
strategi pembangunan ekonomi yang dianut oleh pemerintahan Orde Baru lebih
berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa memperhatikan pemerataan
pembangunan ekonomi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pusat pembangunan ekonomi nasional di mulai
di Pulau Jawa dengan alasan bahwa semua fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan, seperti
transportasi, telekomunikasi, dan infrastruktur lainnya lebih tersedia di pulau jawa,
khususnya Jakarta, dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Pembangunan
saat itu juga hanya terpusatkan pada sektor-sektor tertentu saja yang secara potensial
memiliki kemampuan besar untuk menyumbang nilai pendapatan nasional yang tinggi.
Pemerintah saat itu percaya bahwa nantinya hasil dari pembangunan itu akan menetes ke
sektor-sektor dan wilayah Indonesia lainnya.
Ada berbagai cara untuk mengetahui prestasi pembangunan suatu negara yaitu dengan
pendekatan ekonomi dan pendekatan non-ekonomi. Dalam pendekatan ekonomi dapat
dilakukan berdasarkan tinjauan aspek pendapatan maupun aspek non pendapatan.Dalam
aspek pendapatan digunakan konsep pendapatan perkapita, namun hal tersebut belum
cukup untuk menilai prestasi pembangunan karena tidak mencerminkan bagaimana
pendapatan nasional sebuah negara terbagi di kalangan penduduknya, sehingga tidak
memantau unsur keadilan atau kemerataan. Untuk itu diperlukan data mengenai
kemerataan distribusi pendapatan dimana perhatiannya bukan hanya pada distribusi
pendapatan nasional tapi juga distribusi proses atau pelaksanaan pembangunan itu sendiri.
Krisis yang terjadi secara mendadak dan diluar perkiraan pada akhir dekade 1990-an
merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. Bagi kebanyakan
orang, dampak dari krisis yang terparah dan langsung dirasakan, diakibatkan oleh inflasi.
Antara tahun 1997 dan 1998 inflasi meningkat dari 6% menjadi 78%, sementara upah riil
turun menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya. Akibatnya, kemiskinan
meningkat tajam. Antara tahun 1996 dan 1999 proporsi orang yang hidup di bawah garis
kemiskinan bertambah dari 18% menjadi 24% dari jumlah penduduk. Pada saat yang
sama, kondisi kemiskinan menjadi semakin parah, karena pendapatan kaum miskin secara
keseluruhan menurun jauh di bawah garis kemiskinan.
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dan Teori Distribusi Pendapatan
Untuk menilai keberhasilan dalam pembangunan sebuah Negara dapat dilihat dari
berbagai macam cara dan tolak ukur, baik dengan pendekatan ekonomi maupun dengan
pendekatan non ekonomi. Penilaian dengan menggunakan pendekatan ekonomi dapat
dilakukan berdasarkan tinjauan aspek pendapatan maupun aspek non-pendapatan.Distribusi
pendapatan merupakan cerminan dari merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan
suatu Negara dikalangan penduduknya.Pemerataan pendapatan antar penduduk atau rumah
tangga mengandung dua segi.Pertama adalah meningkatkan tingkat hidup masyarakat yang
masih berada di bawah garis kemiskinan.Kedua adalah pemerataan pendapatan secara
menyeluruh, dalam arti mempersempit berbedanya tingkat pendapatan antar rumah tangga.
Para ahli ekonomi pada umumnya membedakan antara dua ukuran utama dari distribusi
pendapatan baik untuk tujuan analisis maupun kuantitatif yaitu:
3. Koefisien Gini
Alat ukur atau media yang sangat mudah digunakan untuk mengukur derajat
ketimpangan relatif disuatu negara adalah dengan menghitung rasio yangterletak
diantara garis diagonal dari Kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh segiempat
dimana kurva Lorenz itu berada.Dalam gambar. 2.3., rasio ini adalah rasiodaerah A
yang diarsir dibagi dengan luas segitiga BCD. Rasio ini dikenal denganKoefisien Gini
(Gini Coefficient) yang diambil dari nama ahli statistik Italia yangbernama C. Gini
yang merumuskan pertama kali pada tahun 1912 (Todaro danSmith, 2004:226).
2.3. Koefisien Gini
Sumber :www.knowledgerush.com/wiki_image
Koefisien Gini merupakan ukuran ketimpangan agregat yang angkanya
berkisar antara nol (pemerataan sempurna), hingga satu (ketimpangan sempurna).
Pada prateknya Koefisien Gini untuk negara - negara yang derajat ketimpangannya
tinggi berkisar antara 0,50 hingga 0,70, ketimpangan sedang berkisar antara 0,36
hingga 0,49 sedangkan untuk negara-negara yang distribusi pendapatannya relatif
merata angkanya berkisar antara 0,20 hingga 0,35 (Todaro dan Smith, 2004:226).
2.3 Ketimpangan Pembangunan Dan Sosial
Ketimpangan pembangunan yang terjadi di Indonesia secara makro dipengaruhi oleh
adanya kesenjangan dalam alokasi sumber daya; sumberdaya manusia,, fisik, teknologi
dan capital. Setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda didalam menghadapi isu
ketimpangan pembangunan.Indonesia bagian barat menjadi primadona pembangunan
ekonomi Indonesia sejak pemerintahan orde baru dimulai, terlebih sebelum era
desentralisasi diterapkan di Indonesia.Sementara sebaliknya, untuk wilayah Indonesia
Timur, banyak mengalami ketertinggalan diberbagai sector pembangunan.
Salah satu dampak sosial yang terjadi akibat kesenjangan atau ketimpangan
pembangunan ekonomi dalah adanya kemiskinan diberbagai sektor.Kemiskinan menjadi
problem kolektif bangsa Indonesia.Berbagai program dan strategi mengentaskan
kemiskinan juga telah banyak dilakukan oleh pemerintah; mulai dari penguatan kualitas
sumberdaya manusia, pembukaan lapangan pekerjaan, eksplorasi sumberdaya alam dan
penyediaan program padat karya. Tulisan ini secara global akan memotret dua persoalan
besar yang melanda dan menjadi problem bersama semua daerah.
Dalam sebuah negara pasti tidak akan terlepas dari aktivitas-aktivitas perekonomian.
Aktivitas perekonomian ini terjadi dalam setiap bentuk aktivitas kehidupan dan terjadi
pada semua kalangan masyarakat, baik masyarakat menengah ke bawah maupun pada
masyarakat kalangan atas.Dalam pelaksanaannya, perekonomian selalu menimbulkan
permasalahan.Terlebih lagi dalam pelaksanaannya di sebuah negara yang sedang
berkembang.Begitu juga dengan Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di
dunia.Permasalahan perekonomian yang dihadapi bangsa ini sangat kompleks karena
letak antara pulau satu dengan pulau yang lainnya sangat berjauhan.
Permasalahan ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia yang tetap terjadi hingga saat
ini adalah terjadinya ketimpangan pembangunan perekonomian..Oleh karena itu, untuk
mengatasi masalah perekonomian pemerintah harus menyelesaikan permasalahan
akarnya yaitu ketimpangan pembangunan dan perekonomian yang terjadi di wilayah
Indonesia. Apabila permasalahan inti ini sudah terselesaikan atau paling tidak
pembangunan perekonomian di Indonesia mulai terjadi pemerataan, maka permasalahan
perekonomian lain yang timbul sebagai akibat dari ketimpangan pembangunan
perekonomian akan terpecahkan satu per satu dari masalah yang terkecil.
Setiap pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah, setidaknya akan medapatkan
apa yang namanya prestasi pembangunan, untuk mengetahui Prestasi pembangunan
suatu negara atau daerah kita dapat menilainya dengan berbagai macam cara dan tolak
ukur, baik dengan pendekatan ekonomi maupun dengan pendekatan non ekonomi.
Penilaian dengan pendekatan ekonomi dapat dilakukan berdasarkan tinjauan aspek
pendapatan maupun aspek non pendapatan.Tolak ukur pendapatan perkapita,
sebagaimana kita sadari belum cukup untuk menilain prestasi pembangunan.Karena baru
merupakan konsep rata-rata, pendapatan perkapita tidak mencerminkan bagaimana
pendapatan suatu daerah terbagi dikalangan penduduknya, sehingga unsur kemerataan
atau keadilan tidak terpantau.Distribusi pendapatan mencerminkan merata atau
timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu daerah dikalangan penduduknya.
Dalam kontek untuk mengukur dan menilai kemerataan (parah atau lunaknya
ketimpangan) distribusi pendapatan, kita dapat melihatnya berdasarkan, pertama Kurva
Lorenz dan Indek atau Rasio Gini.Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif
pendapatan dikalangan lapisan-lapisan penduduk secara kumulatif pula.Kurva ini terletak
di dalam sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan presentase kumulatif
pendapatan.Sedangkan sisi datarnya mewakili presentase kumulatif penduduk.Kurva
Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus) menyiratkan distribusi
pendapatan yang semakin merata. Sebaliknya, jika Kurva Lorenz semakin jauh dari
diagonal (semakin lengkung), maka ia mencerminkan keadaan yang semakin buruk,
distibusi pendapatan semakin timpang dan tidak merata.
Sementara pada pendekatan Indek atau Rasio Gini, adalah suatu koefisien yang
berkisar dari angka 0 hingga 1, menjelaskan kadar kemerataan (ketimpangan) distribusi
pendapatan. Semakin kecil (semakin mendekati nol) koefisiennya, pertanda semakin baik
atau merata distribusi.Dilain pihak, koefisien yang semakin besar (semakin mendakati 1)
mengisyaratkan distribusi yang kian timpang atau senjang.
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Untuk menilai keberhasilan dalam pembangunan sebuah Negara dapat dilihat dari
berbagai macam cara dan tolak ukur, baik dengan pendekatan ekonomi maupun dengan
pendekatan non ekonomi. Penilaian dengan menggunakan pendekatan ekonomi dapat
dilakukan berdasarkan tinjauan aspek pendapatan maupun aspek non-pendapatan.Distribusi
pendapatan merupakan cerminan dari merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan
suatu Negara dikalangan penduduknya.Pemerataan pendapatan antar penduduk atau rumah
tangga mengandung dua segi.Pertama adalah meningkatkan tingkat hidup masyarakat yang
masih berada di bawah garis kemiskinan.Kedua adalah pemerataan pendapatan secara
menyeluruh, dalam arti mempersempit berbedanya tingkat pendapatan antar rumah tangga.