Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOMEDIS II

Nama : Kiki Nur Azizah H F


NIM : 1813015019
Kelas : D1 2018

PROGRAM STUDI SARJANA (S1 FARMASI)


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
PRAKTIKUM KE-1
SISTEM KARDIOVASKULAR DAN BMI

TUJUAN PERCOBAAN

1. Mahasiswa mampu mengukur kenormalan tekanan darah, denyut nadi, bunyi


jantung, irama jantung dalam berbagai kondisi

2. Mahasiswa mampu mengukur BMI dan mengaitkan BMI dengan resiko


penyakit kardiovaskular

3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai kondisi patologis sistem


kardiovaskular dari jenis kerusakan organ dan histopatologi jaringannya

DASAR TEORI
Dasar teori mengenai sistem kardiovaskular telah disampaikan di
perkuliahan teori Biomedis I, dan mekanisme patofisiologinya akan diperdalam di
MK Biomedis II. Maka, praktikum ini akan lebih berfokus pada ketrampilan cek
kesehatan dan analisis hasil yang berkaitan dengan sirkulasi darah, ditambah
dengan BMI. Kondisi ketidaknormalan pada tingkat organ, jaringan, dan sel pada
penyakit yang berkaitan dengan sistem ini akan disimulasikan dengan alat peraga
gambar.

ALAT DAN BAHAN :


1. Sfigmomanometer/Tensimeter air raksa dan tensimeter digital
2. Stethoskop
3. Timbangan badan
4. Pengukur tinggi badan
5. Timer

CARA KERJA
A. Cara Pengukuran Tekanan Darah Arteri secara tidak langsung
A.1 Cara Palpasi (Perabaan) :
1. Memberi penjelasan bahwa akan dilakukan pengukuran tekanan
darah.
2. Mempersilahkan sukarelawan untuk beristirahat selama 10 menit.
3. Mempersilahkan sukarelawan duduk kembali.
4. Memasang manset di salah satu lengan 2-3 cm di atas fosa cubiti.
Manset dipasang dalam keadaan tidak longgar / terlalu ketat.
5. Menetapkan posisi air raksa pada posisi 0 mmHg.
6. Meraba arteri radialis.
7. Memompa air raksa sampai denyut arteri radialis tidak teraba lagi.
8. Meningkatkan air raksa 10-30 mmHg di atas posisi pada saat arteri
radialis tidak teraba.
9. Menurunkan air raksa perlahan sampai denyut arteri radialis mulai
teraba lagi.
10. Menentukan tekanan sistol orang percobaan.
11. Menurunkan air raksa sampai 0 mmHg.
12. Mengulangi langkah 6 sampai 11 dengan sebanyak 2 kali.
13. Menetapkan tekanan sistol rata-rata dari 3 kali pengukuran dengan
benar.
A.2 Cara Auskultasi :
1. Memberi petunjuk bahwa akan dilakukan pengukuran tekanan darah.
2. Mempersilahkan sukarelawan beristirahat selama 10 menit.
3. Mempersilahkan sukarelawan duduk kembali.
4. Memasang manset di salah satu lengan 2-3 cm di atas fosa cubiti.
Usahakan manset terpasang dalam keadaan tidak longgar/ terlalu
ketat.
5. Menetapkan posisi air raksa pada posisi 0.
6. Meraba arteri brakialis dan arteri radialis.
7. Memompa air raksa sambil meraba arteri radialis/brakialis.
8. Memasang stetoskop di atas arteri brakialis.
9. Meningkatkan air raksa perlahan sambil mendengarkan bunyi.
10. Menetapkan tekanan sistol dan diastol berdasarkan kelima fase
korotkof.
11. Menurunkan air raksa sampai 0.
12. Mengulangi langkah 7 sampai 11 dengan benar sebanyak 2 kali.
13. Menetapkan tekanan sistol dan diastol rata-rata dari 3 kali
pengukuran benar.

B. Pengukuran Tekanan Darah Arteri brakialis pada Sikap Berbaring, Duduk


dan Berdiri
B.1Berbaring terlentang
1. Sukarelawan berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit.
2. Selama menunggu, memasang manset sfigmomanometer pada lengan
kanan atas sukarelawan
3. Mencari dengan palpasi denyut arteri brakhialis pada fossa cubiti dan
denyut arteri radialis pada pergelangan tangan sukarelawan.
4. Setelah sukarelawan berbaring 10 menit, menetapkan kelima fase
korotkof dalam pengukuran tekanan darah sukarelawan tersebut
5. Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
B.2 Duduk
1. Tanpa melepas manset, sukarelawan disuruh duduk.
2. Menunggu 3 menit.
3. Kemudian mengukur lagi tekanan darah pada saat sukarelawan duduk.
4. Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
B.3 Berdiri
1. Tanpa melepaskan manset sukarelawan diminta berdiri.
2. Setelah ditunggu 3 menit ukur kembali tekanan darah dengan cara yang
sama.
3. Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
4. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah sukarelawan pada
ketiga sikap yang berbeda di atas.
C. Pengukuran Tekanan Darah Sesudah Kerja Otot
1. Mengukur tekanan darah arteri brankhialis sukarelawan dengan
penilaian menurut metode baru pada sikap duduk (sukarelawan tak
perlu yang sama seperti pada B)
2. Tanpa melepaskan manset suruhlah sukarelawan berlari ditempat
dengan frekuensi ±120 loncatan/ menit selama 2 menit. Segera setelah
selesai sukarelawan disuruh duduk dan ukurlah tekanan darahnya.
3. Mengulangi pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai tekanan
darahnya kembali seperti semula.
4. Mencatat hasil pengukuran tersebut

B. PEMERIKSAAN BUNYI JANTUNG

1. INSPEKSI

Bentuk dada :

Normal = simetris

Menonjol = pembesaran jantung, efusi pleura, tumor

Pemeriksaan Denyut jantung

Dengarkan jumlah kekuatan denyut jantung pada apeks atau pada ICS 5
midklavikula kiri menggunakan stetoskop. Denyutan meningkat jika curah
jantung besar atau terjadi hipertrofi jantung. Jumlah denyutan normal = 60-100x
per menit. Catat jumlah denyut jantung sukarelawan.

2. AUSKULTASI

Bunyi jantung I (S1) terdengar saat terjadi penutupan katub mitral dan
trikuspidalis

Bunyi jantung II (S2) terdengar saat terjadi penutupan katub aorta dan pulmonal

Jarak S1 – S2 : 1 detik atau kurang, S1 lebih keras dari S2

Tempat mendengarkan bunyi jantung :


Katub mitral : Linea midklavikula kiri ICS 5

Trikuspidalis : Linea sterna kiri ICS 4

Aorta : Linea sterna kanan ICS 2

Pulmonalis : Linea sterna kiri ICS 2

C. DENYUT NADI

Dengan menggunakan 2 jari yaitu telunjuk dan jari tengah, atau 3 jari, telunjuk,
jari tengah dan jari manis jika kita kesulitan menggunakan 2 jari. Temukan titik
nadi (daerah yang denyutannya paling keras), yaitu nadi karotis di cekungan
bagian pinggir leher kira-kira 2 cm di kiri/kanan garis tengah leher ( kira-kira 2
cm disamping jakun pada laki-laki ), nadi radialis di pergelangan tangan di sisi ibu
jari. Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglah jumlah
denyutannya selama 15 detik, setelah itu kalikan 4, ini merupakan denyut nadi
dalam 1 menit.

Sedangkan untuk mengetahui kekuatan denyut nadi maksimal yaitu dengan


rumus:

Nadi Max = 80% x (220 – umur )

D. Body Mass Index (BMI)

BMI merupakan acuan keseimbangan proporsi antara berat badan dengan tinggi
badan manusia.

Rumusnya adalah (BERAT BADAN(KG))/(TINGGI BADAN dalam satuan


meter)2

Pengkategoriannya sebagai berikut:

Kategori BMI
Underweight <18,5
Normal weight 18,5-24,9
Overweight 25-29,9
Obesity ≥30
KONDISI KETIDAKNORMALAN ORGAN, JARINGAN DAN SEL YANG
BERKAITAN DENGAN KARDIOVASKULAR

Anda akan mendapatkan gambar-gambar yang menunjukkan posisi bagian


yang tidak normal pada beberapa jenis kondisi penyakit atau gangguan
kardiovaskular. Cermati baik-baik gambar tersebut kemudian salin di kertas
kosong. Gambar-gambar yang disediakan laboratorium sebagian besar
diambil dari buku elektronik Robbin’s Basic of Pathophysiology.

HASIL YANG DIPEROLEH

A. Pengukuran tekanan darah

Pengukuran TD tak
Nama TD pada 3 posisi TD setelah kerja
langsung
Sukarelawan otot
Palpasi Auskultasi Berbaring Duduk Berdiri
Kiki 107/73 107/73 109/73 109/77 109/79 120/78
Bayu 120/80 122/100 130/100 130/100 125/100 140/100
Made 90/80 90/80 98/68 106/75 103/61 110/76

B. Pemeriksaan bunyi jantung

Denyut Bunyi jantung I Bunyi jantung II


Nama
Inspeksi jantung
sukarelawan terdengar tidak terdengar tidak
(x/menit)
Bayu - 59 -   -
Kinaz - 77  -  -
Winchy - 83  -  -
Eni - 86  -  -

C. Pemeriksaan denyut nadi

Nama sukarelawan Usia Denyut nadi/menit Nadi max


Kinaz 19 60/menit 160,8
Eni 19 80/menit 160,8
Bayu 19 76/menit 160,8

D. Pemeriksaan BMI
Berat badan Tinggi badan
Nama BMI Kategori
(kg) (m)
Winchy 57 156 23,4 Normal
Eni 49 164 18,2 Underweight
Kinaz 51 162 19,4 Normal

E. GAMBAR ORGAN, JARINGAN, DAN SEL YANG RUSAK


BERKAITAN DENGAN PATOFISIOLOGI GANGGUAN
KARDIOVASKULAR
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, membahas tentang Sistem Kardiovaskular dan BMI
Yang bertujuan agar praktikan mampu mengukur kenormalan tekanan darah,
denyut nadi, bunyi jantung. irama jantung dalam berbagai kondisi. Mampu
mengukur BMI dan mengaitkannya dengan resiko penyakit kardiovaskular. Serta
mampu mengidentifikasi berbagai kondisi patologis system kardiovaskular dari
jenis kerusakan organ dan histopatologi jaringannya.
Langkah kerja dalam pengukuran tekanan darah pada praktikum kali ini
kami menggunakan pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung yaitu
dengan cara palpasi (perabaan) dimana pertama kami memberikan penjelasan
mengenai pengukuran tekanan darah kepada sukarelawan. lalu, kami
mempersilahkan sukarelawan untuk beristirahat selama 10 menit dan
mempersilahkan sukarelawan duduk kembali. Kemudian memasang manset di
salah satu lengan 2-3 cm di atas fosa cubiti dimana manset dipasang dalam
keadaan tidak longgar/ terlalu ketat. Selanjutnya kami menetapkan posisi air raksa
pada posisi o mmHg dan meraba arteri radialis. Memompa air raksa sampai
denyut arteri radialis tidak teraba lagi. Lalu meningkatkan air raksa perlahan
sampai denyut arteri radialis mulai teraba lagi dan selanjutnyan menentukan
tekanan sistol dan menurunkan kembali air raksa sampai 0 mmHg. Pada
praktikum pengukuran tekanan darah kami juga melakukan pengukuran tekanan
darah sesudah kerja otot dimana sukarelawan mengukur tekanan darah arteri
brankhialis dengan metode baru pada sikap duduk. Kemudian tanpa melepaskan
manset kami meminta sukarelawan unruk berlari ditempat dengan frekuensi
kurang lebih 120 loncatan/ menit selama 2 menit lalu setelah selesai kami
menyuruh relawan untuk duduk kemudian kami mengukur tekanan darahnya.
Langkah kerja untuk Pengukuran Tekanan Darah Arteri brakialis pada
Sikap Berbaring, Duduk dan Berdiri adalah pada posisi berbaring terlentang
Sukarelawan berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit. Selama
menunggu, memasang manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas
sukarelawan lalu mencari dengan palpasi denyut arteri brakhialis pada fossa cubiti
dan denyut arteri radialis pada pergelangan tangan sukarelawan. Setelah
sukarelawan berbaring 10 menit, menetapkan kelima fase korotkof dalam
pengukuran tekanan darah sukarelawan tersebut dan Mengulangi pengukuran
sebanyak 3 kali. Pada posisi Duduk Tanpa melepas manset, sukarelawan disuruh
duduk. Menunggu 3 menit. Kemudian mengukur lagi tekanan darah pada saat
sukarelawan duduk dan mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali. Pada posisi
berdiri tanpa melepaskan manset sukarelawan diminta berdiri. Setelah ditunggu 3
menit ukur kembali tekanan darah dengan cara yang sama.
Langkah kerja Pengukuran denyut nadi adalah dengan menggunakan 2 jari
yaitu telunjuk dan jari tengah, atau 3 jari, telunjuk, jari tengah dan jari manis jika
kita kesulitan menggunakan 2 jari. Kemudian Temukan titik nadi (daerah yang
denyutannya paling keras), yaitu nadi karotis di cekungan bagian pinggir leher
kira-kira 2 cm di kiri/kanan garis tengah leher ( kira-kira 2 cm disamping jakun
pada laki-laki), nadi radialis di pergelangan tangan di sisi ibu jari. Setelah
menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglah jumlah denyutannya
selama 15 detik, setelah itu kalikan 4, ini merupakan denyut nadi dalam 1 menit
dan yang terakhir yaitu BMI, dilakukan penimbangan berat badan sebanyak 2 kali
jika hasilnya berbeda gunakan lah hasil pengukuran yang kedua, lalu mengukur
tinggi badan dilakukan sebanyak 2 kali jika hasilnya berbeda gunakanlah hasil
yang kedua. Kemudian hitung BMI dengan menggunakan Rumusnya adalah
(BERAT BADAN(KG))/(TINGGI BADAN dalam satuan meter)2.
Data masing masing sukarelawan yang sudah diukur mulai dari tekanan
darah , bunyi jantung , denyut nadi, dan BMI, pertama data untuk sukarelawan
pengukuran bunyi jantung. Ada sukarelawan Bayu dengan denyut jantung 59 dan
bunyi jantung (I) tidak terdengar dan bunyi jantung (II) terdengar. Yang kedua ada
sukarelawan Kinaz dengan denyut jantung 77, bunyi jantung (I) terdengar dan
bunyi jantung (II) terdengar. Yang ketiga ada sukarelawan Winchy dengan denyut
jantung 83, bunyi jantung (I) terdengar dan bunyi jantung (II) terdengar. Yang
keempat ada sukarelawan Eni dengan denyut jantung 86, bunyi jantung (I)
terdengar dan bunyi jantung (II) terdengar.
Data yang kedua ada pemeriksaan denyut nadi dengan sukarelawan Kinaz
yang berusia 19 tahun dengan denyut nadi/menit sekitar 160,8. Sukarelawan
kedua yaitu Eni berusia 19 tahun dengan denyut nadi/menit 160,8. Sukarelawan
ketiga yaitu Bayu yang berusia 19 tahun dengan denyut nadi/menit sekitar 160,8.
Data yang ketiga ada BMI, sukarelawan bernama Winchy dengan berat
badan 57 kg dan tinggi badan 156 cm dengan kategori yaitu normal. Sukarelawan
ketiga bernama Eni dengan berat badan 46 kg dan tinggi badan 164 cm dengan
kategori underweight. Sukarelawan ketiga bernama Kinaz dengan berat badan 51
kg dan tinggi badan 162 cm dengan kategori normal. Khusus pada pasien
Ovetrwight dan Obesity mudah terkena penyakit kardiovaskular. Hubungan
system kardiovaskular dan BMI dalam bidang farmasi adalah system
kardiovaskular mengatur peredaran darah sehingga kebutuhan metabolism dan
jaringan dapat terangkut dengan baik. System kardiovaskular diatur oleh system
saraf otonom melalui nodus SA, nodus AV. Setiap gangguan dalam system
tersebut akan mengakibatkan kelainan pada system kardiovaskular sehingga dapat
diketahui obat apa saja yang akan mempengaruhi dan memperbaiki system
kardiovaskular.
Sistem kardiovaskular adalah kumpulan organ yang bekerja sama untuk
melakukan fungsi transportasi dalam tubuh manusia. Sistem ini bertanggung
jawab untuk mentransportasikan darah yang mengandung nutrisi, bahan sisa
metabolisme, hormone, zat kekebalan tubuh dan zat lainnya ke seluruh tubuh.
(Griadhi, 2016).
BMI atau Body Mass Index merupakan teknik pengukuran yang digunakan
untuk menilai proposionalitas perbandingan antara tinggi dan berat seseorang.
BMI mempunyai beberapa kategori menurut hasil perbandingan antara tinggi dan
berat seseorang yaitu, underweight (kurus), normalweight (normal), overweight
(gemuk) dan obesity (obesitas). Tujuan kita mengetahui BMI antara lain untuk
mengontrol berat badan sehingga mencapai berat badan normal sesuai dengan
tinggi badan dan untuk menentukan resiko terhadapa penyakit yang berhubungan
dengan berat badan (Syukra Alhamda, 2015).
Ada beberapa patofisiologi yang berkaitan dengan system kardiovaskular
dan BMI antara lain Penyakit Jantung Koroner, Obesitas dan Aritmia. Penyakit
Jantung Koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan
darah karena adanya penyempitan pembuluh darah coroner. Faktor risiko PJK
secara umum dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, dan genetik. Faktor risiko yang dapat
dimodifikasi adalah hipertensi, hiperkolesterol, hipertrigliserida, diabetes melitus,
merokok, obesitas, kurang aktivitas, dan stress (Rahayu, 2015).
Obesitas didefinisikan sebagai kandungan lemak berlebih pada jaringan
adiposa. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan
akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga
dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009). Obesitas terjadi jika dalam suatu
periode waktu, lebih banyak kilokalori yang masuk melalui makanan daripada
yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, dengan kelebihan
energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak (Sherwood, 2012).
Dalam percobaan, ada beberapa tahapan percobaan seperti pengukuran
dengan pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung baik dengan cara
palpasi (perabaan) dan auskultasi, praktikan juga melakukan pengukuran tekanan
darah arteri brakialis pada 3 posisi (berbaring, duduk, berdiri) dan pengukuran
tekanan darah sesudah kerja. Alasan pengukuran dengan perlakuan yang berbeda
ini karena setiap posisi menghasilkan tekanan darah yang berbeda contohnya
ketika kita berbaring, tekanan darah akan lebih rendah daripada duduk dan berdiri
karena pada saat itu tubuh sedang dalam posisi rileks. Ketika kita berdiri, terdapat
gaya gravitasi yang mengakibatkan darah banyak menumpuk di tubuh bagian
bawah (kaki) sehingga tekanan darah lebih tinggi daripada tekanan darah pada
saat berbaring dan duduk. Ketika kita melakukan aktivitas, tekanan darah akan
meningkat karena akan memacu otot untuk bekerja lebih banyak daripada
berbaring, duduk dan berdiri.
Tekanan darah bisa bervariasi bahkan pada orang yang sama misalnya
pada saat berolahraga. Olahraga akan menyebabkan tekanan darah meningkat
untuk waktu yang singkat dan akan kembali normal ketika berhenti berolahraga.
Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda yaitu pada waktu pagi hari tekanan
darah lebih tinggi dibandingkan saat tidur malam hari karena adanya perbedaan
tekanan darah sistolik selama 2 jam pertama setelah bangun tidur dikurangi
tekanan darah sistolik terendah dalam sehari. Selain itu, faktor yang dapat
mempengaruhi perbedaan tekanan pada pembuluh darah adalah posisi tubuh
dimana perubahan tekanan darah pada posisi tubuh dipengaruhi oleh faktor
gravitasi (Amirudin, 2015).
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon,
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.
(Nuraini,2015)
Manfaat mempelajari sistem kardiovaskular bagi mahasiswa farmasis
adalah untuk mempersiapkan mahasiswa farmasi memahami mekanisme kerja
obat untuk mengembalikan fungsi yang berubah (penyakit) menjadi normal
kembali. Untuk memahami pemilihan obat yang tepat untuk penyakit yang tepat,
untuk memahami penyesuai dosis pada pasien pasien yang mengalami gangguan
fungsi organ pada sistem kardiovaskular.

PERTANYAAN
1. Gangguan apa saja yang dapat muncul akibat ketidaknormalan pada bunyi
jantung dan tekanan darah? Jelaskan
Jawab :
1. Bunyi Jantung Abnormal
a. Bunyi Gallop

Pada kondisi normal, pada fase sistolik dan diastolik tidak terdengar
bunyi. Namun, pada kondisi patologis ventrikel, dapat timbul bunyi fase
sistolik dan diastolik yang dinamakan gallop (Muttaqin,2009).

b. Murmur

Penyempitan patologis yang bermakna pada muara katup saat seharusnya


terbuka antara katup pada saat katup menutup akan menimbulkan bunyi
memanjang (Muttaqin,2009)

2. Abnormal tekanan darah

a) Demensia, merupakan penyakit gangguan fungsi otak yang mengabitkan


gangguan terhadap kemampuan kognitif ,merancang,cara berfikir dan kemampuan
mengurus diri. Penyebab demensia yaitu tekanan darah tinggi yang
menyebabkanadanya gangguan aliran darah ke sel-sel otak sehingga pembuluh
darah pecah dan terjadinya pendarahan dalam otak (Razak, 2019).

b) Hipertensi, merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140


mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat. Jika kenaikan
tekanan darah terus berlangsung dalam jangka waktu lama maka akan merusak
ginjal, otak, dan jantung (kementerian kesehatan,2014)

2. Penyakit apa saja yang dapat muncul dari kerusakan pada pembuluh darah? Sel
dan jaringan spesifik apa yang mengalami kerusakan?
Jawab:
a. Stroke hemoragik merupakan Darah yang keluar dan menyebar menuju
jaringan parenkim otak, ruang serebrospinal, atau kombinasi keduanya adalah
akibat dari pecahnya pembuluh darah otak (Goetz, 2007)

b. Aterosklerosis merupakan penyakit progresif yang merupakan suatu respon


inflamasi kronik terhadap deposisi lipoprotein pada dinding arteri, sehingga
arteri mengeras dan tidak elastis atau mempersempit lumen pembuluh darah,
pembuluh darah yang sering terkena arteri koroner, aorta dan arteri serebral
(syaputra dkk,2014).

c. Varises Vena normal yang mengalami dilatasi akibat pengaruh peningkatan


tekanan vena yang umumnya terjadi pada tungkai (pratiknyo, 2016)

3. Apa kaitan BMI dengan penyakit metabolik?


Jawab:
Apabila berat badan mengalami overweight maka akan menimbulkan penyakit
pada sistem metabolik penyakitnya yaitu:
a. Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah yang lebih tinggi dari
rata-rata dan jika terus berlangsung dapat meningkatkan risiko mengalami
serangan jantung dan stroke. Banyak faktor yang erat berkaitan dengan
hipertensi diantaranya adalah kelebihan berat badan dan kebiasaan
mengkonsumsi lemak tinggi. Menurut Beevers dkk (2007), orang yang
overweight/obesitas cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
dari pada orang yang memiliki berat badan normal/kurus. Selain itu,
sebagian besar hipertensi disebabkan oleh arterosklerosis karena tingginya
kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah akibat konsumsi lemak yang
berlebihan. Mekanisme pengaruh kegemukan/ kelebihan berat badan
terhadap tekanan darah erat kaitannya dengan timbunan lemak dalam
tubuh. Orang gemuk, jantungnya bekerja lebih keras dalam memompa
darah. Hal ini dikarenakan pembuluh darah orang-orang yang gemuk
terjepit kulit yang berlemak. Orang gemuk/kelebihan berat badan,
tubuhnya bekerja keras membakar berlebihnya kalori yang masuk.
Pembakaran kalori ini memerlukan suplai oksigen yang cukup. Semakin
banyak kalori yang dibakar, semakin banyak pula pasokan oksigen dalam
darah. Banyaknya pasokan darah menyebabkan jantung bekerja lebih keras
sehingga tekanan darah orang yang gemuk cenderung lebih tinggi.
b. Diabetes Melitus
DM sangat erat dengan kelebihan berat badan, pada penderita diabetes
melitus pancreas menghasilkan insulin dengan jumlah yang cukup utnuk
mempertahankan kadar glukosa dalam darah pada kondisi normal, namun
insulin tidak dapat melakukan kerjanya dengan maksimal yaitu membantu
sel darah menyeraap glukosa diakibatkan kadar lemak dalam darah terlalu
tinggi terutama kolestrol dan trigliserida.

(Nangge,2018)
DAFTAR PUSTAKA
Martini, Fundamentals of Anatomy and Physiology, 5th Ed. Prentice Hall, New
Jersey
Guyton, CA, Fisiologi Kedokteran, Buku Kedokteran, ECG, Jakarta
Evelyn Pearce, Anatomi dan fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta
Andrajati, Retnosari dkk. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia.
Depok: Departemen Farmasi FMIPA UI, 2008.
Ganong, William F., MD., 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20.
Jakarta: EGC
Silverthorn., 2001. Human Physiology An Integrated Approach. Second Edition.
United States of America: Benjamin Cummings
Nangge, misrini , gresty masi,wendi oroh. 2018. Hubungan obesitas dengan
kejadian Diabetes Melitus di wilayah kerja puskesmas Ranomut Kota
Manado. E-journal Keperwatan (e-Kp) volume 6 nomor 1
Pratiknyo, Kuncoro Adi, dkk. 2016. Faktor Resiko Terjadinya Varises Tungkai
Bawah (VVTB) Pada Pramuniaga di Kota Semarang. Jurnal Kedoktern
Dipenogoro Volume 5. Nomor 1
Syaputra, anwar ,Enikarmila Asni, Zulkifli Malik, Ismawati. 2014.
HISTOPATOLOGI ARTERI KORONER Rattus novergicus STRAIN
WISTAR JANTAN PADA MINGGU KE-12 SETELAH PEMBERIAN
DIET ATEROGENIK. JURNAL JOM FK VOL 1 NO.2 OKTOBER 2018
Goetz, CG.. 2007. Neurologi klinik. Edisi ke-3. Philadelphia: Saunders.

Kementrian kesehatan RI. 2014. Hipertensi. Infodatin: Jakarta Selatan

Muttaqin,arief. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

Razak, Asrenee Ab dan Rozanizam Zakaria. 2019. Penjagaan pesakit demensia.


Malaysia : penerbit Universitas Malaysia

Rahayu, Mulyati Sri. 2015. HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN


PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT UMUM CUT
MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA. Bagian Patologi Anatomi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Malikussaleh

Anda mungkin juga menyukai