DISUSUN OLEH:
AZKI AFIDATI PUTRI ANFA
(1410422025)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2017
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Pakan
Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, disenangi, dapat dicerna sebagian atau
seluruhnya, dapat diabsorbsi dan bermanfaat bagi ternak (Kamal, 1994). Pakan memiliki
peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk
mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi
ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan
kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang
diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering
diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat)
(Sihombing, 2017).
Proses pembuatan pakan diawali dengan pembelian bahan baku (purchasing),
penerimaan bahan baku (receiving), pengawasan mutu (quality control), proses
(processing), penggudangan (warehousing), bongkar muat (loading and transportation)
dan pemasaran (marketing). Mutu pakan meliputi sifat fisik, kimia, dan apabila perlu
dilakukan uji biologis. Perlunya dilakuan uji kualitas bahan pakan ini dikarenakan Bahan
baku sering terkontaminasi atau sengaja dicampur dengan benda-benda asing dapat
menurunkan kualitas sehingga perlu dilakukan pengujian secara fisik untuk menentukan
kemurnian bahan. Penurunan kualitas bahan baku dapat terjadi karena penanganan,
pengolahan atau penyimpanan yang kurang tepat. Kerusakan dapat terjadi karena
serangan jamur akibat kadar air yang tinggi, ketengikan dan serangan serangga
(Sihombing, 2017).
2.2 Pengujian Kualitas Pakan
2.2.1 Uji Fisik
Pegujian secara fisik mudah dilakukan dan tidak terlalu membutuhkan biaya yang
banyak. Pengujian sifat fisik pada pakan, dalam hal ini pelet ikan, meliputi kekerasan
pelet, stabilitas pelet dalam air, kecepatan tenggelam pelet, serta kadar kehalusan
(Mujiman, 1985). Dikutip dari Aslamsyah (2017), bahwasannya uji fisik meliputi
beberapa tingkatan, yaitu :
1) Tingkat homogenitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keseragaman ukuran partikel bahan
penyusun pakan. Pakan buatan berkualitas baik apabila mempunyai ukuran partikel bahan
baku yang halus, seragam, dan homogenitas tinggi. Adapun metode yang dapat digunakan
untuk uji tingkat homogenitas yaitu disediakan pakan sebanyak 5g kemudian digerus
sampai pecah. Kemudian diayak dengan menggunakan siknet ukuran 0,5 sampai
0,063mm. Tingkat homogenitas dihitung dalam persentasi pakan yang berukuran di
bawah 0,5mm. Menurut Asmawi (1983), sifat-sifat fisik partikel ditentukan oleh asal
bahan dan proses pengolahannya. Salah satunya adalah ukuran partikel serta distribusi
ukuran.
2) Tingkat kehalusan
Selain ukuran partikel, kadar kehalusan juga sangat perlu diperhatikan, hal ini
disebabkan karena mutu fisik terutama pada pelet ikan sebagian besar ditentukan oleh
kehalusan bahannya. Semakin halus bahannya, maka semakin stabil pelet berada di dalam
air, sehingga tidak cepat rapuh atau pecah berantakan (Asmawi, 1983). Metode yang
digunakan untuk pengujian tingkat kehalusan adalah sama dengan pengujian tingkat
homogenitas, yakni disediakan pakan sebanyak 5g kemudian digerus sampai pecah.
Kemudian diayak dengan menggunakan siknet ukuran 0,5 sampai 0,063mm. Tingkat
homogenitas dihitung dalam persentasi pakan yang berukuran di bawah 0,5mm.
3) Tingkat kekerasan
Pakan buatan sebaiknya memiliki karakteristik fisik yang kompak dan kering,
sehingga ketika dimasukkan dalam air, pakan menjadi lunak tetapi tidak hancur. Metode
yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian tingkat kekerasan ini adalah dengan
memasukkan 2 g pakan ke dalam pipa paralon dengan tinggi 1 m. kemudian pakan dijatuhi
beban anak timbangan dengan berat 500 g. Pakan yang telah dijatuhi beban kemudian
diayak menggunakan siknet ukuran 0,5 sampai 0,063 mm. Tingkat kekerasan dihitung
dalam persentasi pakan yang tidak hancur dengan menggunakan ayakan berbagai ukuran.
4) Stabilitas dalam air (water stability)
Menurut Mujiman (1985), stabilitas pelet ikan di dalam air minimal harus
mencapai waktu sepuluh menit agar pelet tidak terbuang percuma karena hancur dalam
air, yang akhirnya dapat menyebabkan pencemaran air oleh pakan dan akan
membahayakan kelangsungan hidup ikan.
Metode untuk pengujian stabilitas dalam air meliputi :
Uji Kecepatan Pecah
Pengujian ini dapat diamati secara visual. Kemudian, memasukkan pakan sebanyak
10 batang ke dalam gelas beaker yang diisi 1 L air, pengamatan dilakukan setiap 5
menit untuk mengetahui pakan sudah lembek atau belum. Pengamatan dilanjutkan
sampai pakan pecah atau hancur.
Uji Dispersi Padatan
Dispersi padatan diamati dengan menggunakan metode Balazs (1973). Pakan
sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam kotak kasa berukuran 10 x 10 cm dengan pori-
pori sekitar 1 mm, selanjutnya direndam dalam aquarium. Setelah 4 jam pakan yang
masih tersangkut dalam kotak kasa dikeringkan beserta kotak kasa dalam oven pada
suhu 105οC selama 10 jam. Selanjutnya didinginkan dalam deksikator, lalu timbang
sampai berat konstan. Menghitung dispersi padatan menggunakan formula:
Berat kering pakan akhir
Dispersi padatan (%)= x100
Berat kering pakan awal
Keterangan:
a – n = % asam amino dari protein yang dinilai
ae – ne= % asam amino dari protein telur
Wt – Wo
Pertumbuhan relatif = x100
W0
ln Wt – ln Wo
g = 𝑥100
t
Keterangan:
G = pertumbuhan mutlak individu (gram)
g = laju pertumbuhan harian individu (%)
Wt = bobot rata-rata ikan uji pada akhir penelitian (gram)
Wo = bobot rata-rata ikan uji pada awal penelitian (gram)
t = lamanya penelitian (hari)
Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar,
adapaun faktor dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap penyakit dan
kemampuan dalam memanfaatkan makanan, sedangkan faktor luar meliputi sifat fisika,
kimia dan biologi perairan. Faktor makanan dan suhu perairan merupakan faktor luar yang
utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Pertumbuhan ikan dapat terjadi jika
jumlah makanan yang dimakan melebihi kebutuhan untuk pemeliharaan tubuhnya
(Arofah, 1991).
3) Rasio konversi pakan
Semakin kecil nilai yang dihasilkan kualitas pakan semakin baik.
Jumlah pakan yang dikonsumsi
RKP=
Pertambahan bobot
4) Rasio efisiensi pakan
Semakin besar nilai yang dihasilkan kualitas pakan semakin baik. Secara khusus
dapat digunakan untuk mengukur rasio efisien protein (jumlah pakan yang dikonsumsi
adalah jumlah protein yang dikonsumsi).
Pertambahan bobot
REP=
Jumlah pakan yang dikonsumsi
Atau,
(Wt + Wd) − Wo
EP= 𝑥100
F
Dimana :
EP = efisiensi pakan (%)
Wo = bobot ikan uji pada awal penelitian (g)
Wt = bobot ikan uji pada waktu t (g)
Wd = bobot ikan uji yang mati selama penelitian (g)
F = bobot pakan yang dikonsumsi selama penelitian(g)
5) Koefisien pencernaan
Nilai kecernaan dikenal 2 macam, yaitu kecernaan total/semu (apparent
digestibility) dan kecernaan murni (true digestibility).
Kecernaan total/semu (apparent digestibility), yaitu semua komponen dalam feses
dianggap berasal dari makanan yang dikonsumsi. Kecernaan ini adalah cara
pengukuran dengan metode langsung.
I − F
DA= 𝑥100
I
Dimana :
DA = kecernaan total/semu (%)
Wo = jumlah pakan yang dikonsumsi yang dapat dinyatakan dalam gram nutrien atau
dalam satuan energi
F = jumlah feses yang dihasilkan setelah ikan mengkonsumsi pakan sebesar I
Kecernaan murni (true digestibility), yaitu hanya komponen feses yang berasal dari
makanan yang diperhitungkan, sedangkan komponen feses yang bersifat endigen
(berasal dari tubuh ikan itu sendiri) tidak diikut sertakan dalam perhitungan. Cara ini
sangat sulit dilakukan.
I – (F – FE)
DT= 𝑥100
I
Dimana :
DA = kecernaan murni (%)
Wo = jumlah pakan yang dikonsumsi
F = jumlah feses yang dihasilkan
FE = Jumlah komponen feses yang bersifat endogen (dapat berasal dari bakteri, enzim,
mukus dll).
Pengukuran Kecernaan dengan metode tidak langsung, yaitu dengan menggunakan
indikator. Beberapa bahan yang digunakan adalah : hydrolisis resistant organic matter
(HROM) bahan dasar yang resisten terhadap hidrolisis dengan bahan dasar selulosa
dan khitin, silika, serat kasar, Hydrolisis resistant ash atau acid insoluble ash (AIA),
chromium oxide (Cr2O3).
1 - a’ b'
Kecernaan (%) = x x100
a b
Keterangan :
a’ = nutrien dalam feses (%)
a = nutrien dalam pakan (%)
b’ = indikator dalam feses (%)
b = indikator dalam pakan (%)
Koefisien pencernaan
6) Carcas deposition (CD)
Carcas deposition adalah penentuan jumlah pakan yang telah diserap oleh tubuh ikan
kandungan nutrien karkas akhir -kandungan nutrien karkas awal
CD =
nutrien pakan selama penelitian
7) Nilai biologis
Nilai biologi adalah untuk menentukan persentase nitrogen yang telah diserap oleh
tubuh dengan cara mengukur buangan nitrogen. Pakan yang tidak dicerna dengan baik
menyebabkan jumlah nitrogen yang diserap oleh tubuh juga relatif lebih rendah
sehingga nilai biologisnya juga rendah
Npakan – (Nfeses + Nurin + Ninsang)
NB = 𝑥100%
Npakan
8) Net protein utilization (NPU)
Penggunaan protein bersih (Net protein utilization) adalah pertambahan protein dalam
tubuh berdasarkan jumlah protein yang diserap oleh ikan.
kandungan protein ikan akhir-kandungan protein ikan awal
CD = x100%
protein dalam pakan x koefisien kecernaan protein
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari materi diatas adalah :
1. Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, disenangi, dapat dicerna
sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorbsi dan bermanfaat bagi ternak.
2. Penentuan kualitas dapat dilakukan secara fisik, kimia dan biologis.
3. Pengujian kualitas pakan secara fisika meliputi, tingkat homogenitas, tingkat
kehalusan, tingkat kekerasan, dan stabilitas dalam air (water stability).
4. Pengujian kualitas pakan secara kimiawi meliputi analisis Proksimat, analisis
nutrien, pengujian kimia, skor kimia, indespensable amino acids index (IAAI), dan
essential Amino Acid Index (EAAI).
5. Pengujian kualitas pakan secara biologis meliputi, tingkat kelangsungan hidup
(TKH), pertumbuhan mutlak, rasio konversi pakan, rasio efisiensi pakan, koefisien
pencernaan , carcas deposition (CD), nilai biologis, net protein utilization (NPU)
, evaluasi energi pakan, dan pengukuran lain.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah apabila terdapat kesalahan terkhusus pada
literature yang dikutip dalam makalah ini dimohonkan untuk diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, J. 2007. Kualitas pakan ternak yang baik dan aman untuk mendukung kesuksesan usaha
peternakan. Disajikan dalam Pertemuan Koordinasi Peternak Menengah/Besar,
Pabrik Pakan / Distributor Obat, Pengawas Mutu Pakan dan Dinas Terkait yang
Menangani Fungsi Peternakan di Jawa Tengah. Balai Pengujian Mutu Pakan
Ternak Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Ungaran.
Amrullah, I.K. 2002. Seri Beternak Mandiri Nutrisi Ayam Broiler. Satu Gunungbudi. Bogor.
Arofah, Y.H. 1991. Pengaruh Jumlah Pakan dan Frekuensi Pemberian Pakan yang Berbeda
terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Kakap Putih (Lates
calcalifer). Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.
Aslamsyah, S. 2017. Pengujian Kualitas Bahan Baku Dan Pakan. http://oldlms.unhas.ac.id
(diakses pada 05 Maret 2017).
Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan dalam Karamba. PT. Gramedia. Jakarta.
Barry. 2004. Nutrisi Ternak. UGM Press. Yogyakarta.
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak Fakultas Peternakan. UGM. Yogyakarta.
Mujiman, A. 1985. Makanan Ikan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sihombing, A. 2017. Metode Uji Kualitas Bahan Pakan. http://www.bptu-sembawa.net (diakses
pada 05 Maret 2017).
Supito, K., dan I.S. Djunaidah. 1998. Kaji Pendahuluan Pembesaran Ikan Kerapu Macan
(Epinephelus fuscoguttatus) di Tambak. Prosiding Perikanan Pantai, Bali.
Sutikno, E. 2011. Pembuatan Pakan Buatan Ikan Bandeng. Pusat Penyuluhan Kelautan Dan
Perikanan Badan Pengembangan SDM Kelautan Dan Perikanan Kementerian
Kelautan Dan Perikanan.
Suwirya, K. 2002. Pakan dalam Budidaya Laut. Kumpulan Makalah Seminar Pengembangan
Teknolgi Budidaya Kerapu. Balai Budidaya Laut Lampung.
Tilman, A.D., H. Hartadi, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekotjo. 1993. Tabel Komposisi
Pakan Untuk Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.
Tim Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. 2012. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. CV.
Nutri Sejahtera. IPB Bogor.