Anda di halaman 1dari 45

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MEKANIKA TANAH

No. Pertemuan Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan


1. Hubungan 3 Fase Tanah
1&2 INDEKS PROPERTIES
2. Batas-Batas Atterberg
1. Bentuk Partikel
2. Tanah Berbutir
3,4,5 STRUKTUR DAN TEKSTUR TANAH 3. Mineral Lempung
4. Permukaan Spesifik
5. Interaksi antara Air dengan Mineral Lempung
1. Distribusi Ukuran Butir
2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan USCS
6&7 KLASIFIKASI TANAH
3. Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO
4. Perbandingan Klasifikasi USCS dan AASHTO
8 UTS UTS
1. Teori Kompaksi
2. Pengaruh Pemadatan Terhadap Karakteristik Tanah
9 & 10 PEMADATAN 3. Spesifikasi Pemadatan di Lapangan
4. Metode dan Peralatan Pemadatan di Lapangan
5. Kontrol Pemadatan di Lapangan
1. Modulus Tegangan – Regangan
2. Lingkaran Mohr
11,12,13 KUAT GESER TANAH 3. Kriteria Keruntuhan Mohr – Coulomb
4. Pengukuran Parameter Kuat Geser Tanah
5. Tegangan Efektif
1. Dinamika Aliran Air
2. Parameter Permeabilitas Tanah
14 & 15 PERMEABILITAS DAN REMBESAN
3. Koefisien Permeabilitas Efektif Untuk Tanah Berlapis
4. Rembesan dan Jaringan Aliran
16 UAS UAS
Dalam praktek geoteknik kondisi tanah di lokasi seringkali tidak ideal, kadang-kadang terlalu
lunak, atau mempunyai sifat kemampumampatan tinggi, atau permeabilitasnva terlalu tinggi, atau
kombinasi beberapa masalah sekaligus. Menghadapi masalah-masalah tersebut, ada beberapa hal
yang dapat dilakukan antara lain memindahkan struktur yang akan dibangun ke tanah yang lebih
baik, atau melakukan desain pondasi yang disesuaikan dengan kondisi tanah di lokasi yang buruk
tersebut, atau melakukan perbaikan tanah. Perbaikan tanah ini dapat bersifat mekanis, kimiawi,
termal, atau bahkan elektris. Pada bab ini akan dibahas perbaikan tanah yang bersifat mekanis,
yaitu kompaksi atau pemadatan.
Kompaksi sangat penting dilakukan terutama bila tanah itu sendiri digunakan sebagai material
struktur, misalnya pada bendung dan timbunan badan jalan. Bila tanah timbunan hanya
disebar/dibuang ke lokasi tanpa pemadatan maka hasilnya adalah sebuah timbunan yang tidak
stabil dan akan mengalami penurunan yang besar.
Beberapa simbol dan definisi yang berkaitan dengan pemadatan diberikan pada Tabel 4. 1. untuk
memudahkan penjelasan selanjutnya.
4.1. TEORI KOMPAKSI
Kompaksi adalah proses pemadatan, biasanya dengan cara mekanis, yang membuat partikel tanah
menjadi lebih berdekatan satu sama lain sehingga meningkatkan berat isi kering tanah tersebut.
Dalam proses ini, kadang-kadang disertai pula dengan modifikasi kadar air dan gradasi tanah.
Tujuan kompaksi adalah untuk memperbaiki properties tanah, dan perbaikan tanah yang terjadi
akibat proses kompaksi itu meliputi:
• Peningkatan berat isi tanah
• Peningkatan kuat geser tanah
• Penurunan potensi susut tanah
• Penurunan permeabilitas tanah
• Penurunan kompresibilitas tanah
• Peningkatan potensi pengembangan tanah (swelling potential). Hal ini dapat berakibat
buruk bila kompaksi dilakukan pada tanah yang memang berpotensi untuk mengembang,
dan disertai drainase yang buruk.
Sekitar tahun 1930 R.R. Proctor membangun sebuah bendung di Los Angeles, dan mengembangkan
prinsip-prinsip kompaksi. Untuk menghormatinya, uji kompaksi standar di laboratorium disebut uji
Proctor.

Proctor menyatakan bahwa kompaksi merupakan fungsi dari 4 buah variabel, yaitu :
• Berat isi kering (ɣd)
• Kadar air (w)
• Energi kompaksi
• Jenis tanah (gradasi, adanya mineral lempung, dan sebagainya)

Energi kompaksi adalah ukuran dari energi mekanis yang diberikan pada suatu massa tanah. Di
lapangan, energi kompaksi diartikan sebagai jumlah lintasan alat pemadat yang mempunyai berat
tertentu yang bekerja pada suatu volume tanah yang diketahui. Di laboratorium, energi kompaksi
diartikan sebagai jumlah tumbukan palu atau remasan atau beban statis yang diberikan pada suatu massa
tanah yang diketahui volumenya.
Energi kompaksi di laboratorium yang paling sering digunakan adalah tumbukan palu kompaksi yang
berat, tinggi jatuh, jumlah tumbukan, dan jumlah lapisan tanahnya tertentu. Ketentuan standar energi
kompaksi di laboratorium diberikan pada Tabel 4. 2. dan Tabel 4. 3.
Prosedur dan cara penyusunan grafik hasil uji kompaksi dapat dilihat pada Buku Panduan
Praktikum Mekanika Tanah serta ASTM D698 (metode Proctor standar) dan ASTM D1557 (metode
Proctor modifikasi).
Hasil uji kompaksi dinyatakan dalam suatu grafik
hubungan berat isi kering sebagai ordinat dan kadar air
sebagai absis, yang dilengkapi dengan garis AV/kurva
rongga udara (AV line/air void curve). Dari grafik
tersebut akan diperoleh berat isi kering maksimum (ɣd

max) dan kadar air optimum (Wopt). Contoh grafik hasil


uji kompaksi dapat dilihat pada Gbr. 4. 1.

Pada kadar air yang rendah, kompaksi akan


menghasilkan kepadatan yang buruk dengan indikasi
berat isi kering yang rendah. Dengan peningkatan kadar
air, partikel tanah membentuk lapisan film air di
sekelilingnya yang bersifat sebagai pelumas sehingga
partikel-partikel tersebut lebih mudah bergerak menjadi
lebih padat saat kompaksi dilakukan.
Hal ini membuat berat isi kering meningkat seiring peningkatan kadar air, dan kurva kompaksi bergerak
naik hingga mencapai kadar air optimumnya di titik puncak. Pada titik ini bila kadar air ditingkatkan,
kepadatan tanah tidak bisa bertambah lagi karena air mulai terlalu banyak dan menggantikan partikel
tanah, sehingga kurva kompaksi cenderung akan turun.

Selain kurva kompaksi digambarkan pula garis AV (air void curve), vaitu kurva yang menunjukkan
hubungan berat isi kering dan kadar air untuk tanah yang mengandung Va tertentu. Untuk tanah yang
jenuh air, atau S = 100% dan Va = 0%, garis yang terbentuk disebut garis ZAV (zero air void curve).

Garis AV dibuat dengan memplot data yang diperoleh dari persamaan [4-1] atau [4-2],

Persamaan [4-1] Persamaan [4-2]


Kadar air optimum (wopt) adalah kadar air yang paling tepat untuk dipadatkan, karena akan
menghasilkan kepadatan yang maksimum dengan energi tertentu. Sedangkan berat isi kering
maksimum (ɣd max) adalah kepadatan maksimum yang dapat dicapai bila tanah dipadatkan dengan
energi tertentu dalam kondisi kadar air optimum.

Bila semua kondisi lainnya sama, maka semakin besar energi kompaksi hasil pemadatan semakin baik,
yang ditandai dengan tingginya berat isi kering. Hal ini dapat dilihat pada Gbr. 4.2. yang
mencantumkan hasil uji kompaksi Proctor standar (kurva A) dan Proctor modifikasi (kurva B).
Metode Proctor modifikasi dikembangkan oleh U.S. Army Corps of Engineers untuk merepresentasikan
dengan lebih baik pemadatan yang dibutuhkan pada lapangan terbang. Tujuannya adalah menaikkan
energi kompaksi untuk meningkatkan berat isi kering maksimum. Dan hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan, namun hal ini terjadi dengan penurunan kadar air optimum. Bila sebuah garis ditarik melewati
titik-titik puncak kurva kompaksi yang dilakukan pada tanah yang sama dengan energi berbeda-beda,
maka garis ini hampir pararel dengan ZAVC (zero air void curve), Garis ini disebut garis para optimum
(line of optimums).

Dari Gbr. 4. 2. terlihat bahwa titik optimum tanah yang diuji selalu berada pada derajat kejenuhan sekitar
75%. Bowles mengatakan bahwa kondisi ini terjadi pada sebagian besar tanah. Perhatikan pula bahwa
meskipun kompaksi dilakukan pada kadar air yang tinggi, kurva kompaksi tidak pernah menyentuh garis
ZAV yang derajat kejenuhannya 100% tersebut. Ini menunjukkan bahwa berapapun jumlah air yang
ditambahkan, tanah tidak pernah menjadi jenuh air sempurna akibat kompaksi.
Salah satu variabel kompaksi yang
dikemukakan oleh Proctor adalah jenis
tanah. Johnson dan Sallberg (1960)
melakukan uji kompaksi dengan energi
yang sama yaitu Proctor standar terhadap
berbagai macam jenis tanah dan hasilnya
digambarkan pada Gbr. 4.3. Terlihat
bahwa pasir yang bergradasi baik
mempunyai berat isi kering yang jauh
lebih tinggi daripada pasir bergradasi
buruk. Sedangkan untuk lempung,
semakin tinggi plastisitasnya semakin
rendah berat isi keringnya.
4.2. PENGARUH PEMADATAN TERHADAP KARAKTERISTIK

Kadar air yang menjadi salah satu variabel


kompaksi, dan ini dibuktikan oleh Seed dan Chan
(1959) yang hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa lempung yang dikompaksi dengan kadar
air rendah (sisi kiri/kering dari titik optimum)
tidak mengalami perubahan struktur yang
signifikan. Sedangkan lempung yang dikompaksi
pada kadar air tinggi (sisi kanan/basah dari titik
optimum) mengalami perubahan struktur tanah,
kekuatan, dan kompresibilitasnya. Hal ini dapat
dilihat pada Gbr. 4. 4.
Permeabilitas tanah pada energi kompaksi yang
sama akan berkurang dengan meningkatnya kadar
air, dan akan mencapai minimum pada titik
optimum. Penelitian terhadap tanah lempung
kepasiran Jamaica menunjukkan hal ini dan dapat
dilihat pada Gbr. 4. 5.

Sifat kompresibilitas atau kemampumampatan


tanah lempung yang dikompaksi merupakan
fungsi dari tingkat tegangan yang diberikan. Pada
tanah yang dikenai tegangan rendah, lempung
yang dikompaksi pada sisi basah dari optimum
akan lebih bersifat kompresibel. Namun bila
dikenai tegangan yang tinggi, yang terjadi adalah
sebaliknya.
Hal ini terlihat pada besarnya perubahan/penurunan angka pori yang terjadi pada Gbr. 4. 6.
Potensi pengembangan (swelling potential)
lempung yang dikompaksi lebih besar bila lempung
tersebut dikompaksi pada sisi kering dari optimum.
Hal ini terjadi karena pada kadar air kecil terdapat
kekurangan air yang lebih besar sehingga terjadi
kecenderungan menyerap air yang besar. Kebalikan
dari potensi pengembangan, potensi susut lebih
besar terjadi pada lempung yang dikompaksi pada
sisi basah dari optimum. Seed dan Chan (1959)
memberikan hasil penelitiannya pada Gbr. 4. 7.
4.3. SPESIFIKASI PEMADATAN DI LAPANGAN

Karena tujuan pemadatan adalah untuk memperbaiki kondisi tanah di lokasi, maka perlu dilakukan
suatu desain spesifikasi yang baik sehingga dapat dilaksanakan di lapangan. Proses desain tersebut
meliputi:
1. Melakukan uji laboratorium terhadap tanah yang akan dipadatkan untuk mengetahui
propertiesnya. Pengujian minimum yang harus dilakukan adalah indeks properties dan uji
kompaksi, dan bila tanah tersebut mempunyai masalah tertentu, dilakukan pula uji pendukung
seperti uji konsolidasi, uji kuat geser dan sebagainya. Uji ini dilakukan setiap 1000 - 3000 m3
material timbunan atau setiap ada perubahan karakter material yang mencolok.
2. Menentukan spesifikasi properties hasil akhir yang dibutuhkan.
3. Melakukan pemilihan metode dan spesifikasi peralatan pemadatan yang sesuai sehingga dapat
mencapai kualitas tanah yang dikehendaki.
4. Menentukan metode kontrol di lapangan.
Penentuan spesifikasi hasil akhir yang dikehendaki biasanya dinyatakan dalam kompaksi relatif (RC),
yaitu

Nilai ɣd max diperoleh dari hasil uji kompaksi di laboratorium, sedangkan ɣd lapangan adalah nilai berat isi
kering di lapangan setelah proses pemadatan dilakukan di lapangan.

Perlu dibedakan antara kompaksi relatif (RC) dengan kepadatan relatif (Dr). Kepadatan relatif hanya
dapat diasosiasikan dengan tanah granular atau tanah yang hanya mengandung butir halus maksimum
12%. Korelasi antara kepadatan relatif dan kompaksi relatif diberikan pada Gbr. 4.8. Dari hasil
penelitian terhadap 47 macam tanah granular, terlihat bahwa kompaksi relatif 80% berkorelasi dengan
kepadatan relatif 0%.
Pada spesifikasi pemadatan tanah, biasanya disebutkan berapa persen RC yang dikehendaki. Misalnya
bila disebutkan RC = 90%, artinya berat isi kering tanah setelah di kompaksi di lapangan harus
minimum mencapai 90% berat isi kering maksimum hasil uji laboratorium.

Pencapaian spesifikasi pemadatan dapat dilakukan dalam beberapa kondisi. Sebagai ilustrasi, Gbr. 4.9.
menunjukkan hasil uji kompaksi lapangan terhadap tanah yang sama dengan berbagai variasi energi
kompaksi. Kurva 1 menunjukkan kompaksi dilakukan dengan energy yang paling besar (yang biasanya
berkaitan dengan yang paling mahal karena peralatan lebih besar/berat/canggih). Tentu saja dengan
mudah spesifikasi RC - 90% yang disyaratkan terpenuhi atau bahkan terlampaui.
Kurva 3 menunjukkan kompaksi dilakukan dengan
energi yang cukup kecil, namun toh tetap dapat
mencapai syarat RC = 90%. Sehingga kompaksi
yang paling efektif dilakukan dengan energi kurva 3
dengan kadar air b.

Gbr. 4. 9. menunjukkan pula bahwa RC yang


disyaratkan dapat dicapai meskipun dilakukan pada
kadar air yang tinggi (c), yaitu dengan cara
menambah energi kompaksinya. Penambahan energi
dapat dilakukan dengan menggunakan alat pemadat
yang lebih berat atau menambah jumlah lintasan
pada alat yang sama.
Namun telah diketahui bahwa perbedaan kadar air pada proses kompaksi menghasilkan perubahan
permeabilitas, kompressibilitas, potensi pengembangan, potensi susut, dan kekuatan tanah yang
berbeda pula. Sehingga penambahan energi untuk m.engatasi tingginya kadar air, yang disebut sebagai
kompaksi berlebih (overcompaction) tidak boleh dilakukan. Untuk mencegah hal ini terjadi di
lapangan, dalam spesifikasi pemadatan harus dicantumkan rentang kadar air yang diijinkan.

Setelah spesifikasi hasil akhir ditentukan, penentuan jenis alat, jumlah lintasan, dan ketebalan per lapis
harus dilakukan sesuai dengan kapasitas alat yang tersedia. Sehingga secara umum, hal-hal yang
minimum harus dicantumkan dalam spesifikasi desain pemadatan adalah :
• Kompaksi relatif (RC)
• Rentang kadar air
• Ukuran butir roaksimum
• Jenis dan berat alat pemadat
• Jumlah lintasan
• Ketebalan tanah per lapis
Contoh Soal 4.1 :

Dari kedua kurva hasil uji kompaksi di bawah ini, tentukan :


a. Berat isi kering maksimum dan kadar air optimumnya
b. Batas-batas (rentang) kadar air pada RC = 95%
Jawaban :

Berat isi kering maksimum (ɣd max) dan kadar air optimum (wopt) adalah titik koordinat puncak kurva
kompaksi. Dalam hal ini, untuk kurva pemadatan standar (a) puncaknya ada di titik 3, sehingga absisnya
sebagai kadar air optimum, wopt = 16%, dan ordinatnya sebagai berat isi kering maksimum, ɣd max = 16.8
kN/m3.
Cara yang sama diterapkan pada kurva pemadatan modifikasi (a), sehingga diperoleh kadar air
optimum, wopt = 13%, dan berat isi kering maksimum, ɣd max =18.1 kN/m3.

Rentang kadar air untuk RC = 95% diperoleh dengan menarik garis horisontal pada nilai 95% ɣd max
setiap kurva, lalu dilakukan pembacaan kadar air yang berkorelasi dengan titik-titik pertemuan garis
horisontal dengan kurva (lihat gambar kanan atas).

Untuk kurva pemadatan standar (a), 95% ɣd max adalah 15.96 kN/m3, dan titik-titik yang dilintasi oleh
garis horisontal tersebut adalah 9.6% dan 21%, sehingga dapat dikatakan bahwa RC = 95% dapat
tercapai pada rentang kadar air 9.6% - 21%.
Dengan cara yang sama, 95% ɣd max kurva pemadatan modifikasi (b) untuk RC = 95% adalah 17.2 kN/m3
dan rentang kadar airnya adalah 7.5% - 18%.
4.4. METODE DAN PERALATAN PEMADATAN DI LAPANGAN

Metode “pemadatan” sudah dikenal sejak jaman dulu. Beberapa bangunan kuno yang dibangun di Cina dan
India, dibangun oleh orang-orang yang membawa keranjang kecil berisi tanah dan membuang/menyebar
tanah tersebut sebagai timbunan. Saat berjalan, orang-orang tersebut menginjak-injak timbunan sehingga
material tanah itu terpadatkan. Pada beberapa negara gajah digunakan sebagai alat pemadat, namun Meehan
(1967) melaporkan bahwa metode ini kurang efektif. Selain metode “kuno” tersebut, kini berkembang
berbagai metode pemadatan tanah, antara lain yang paling sering digunakan adalah metode pemadatan tanah
per lapis.
Bila suatu lokasi hendak ditimbun, biasanya material timbunan diambil dari suatu lokasi galian yang disebut
borrow area atau quarry. Penggalian di borrow area dilakukan menggunakan self-loading scraper (Gbr. 4.
11.), bila hendak dilakukan secara horisontal dan rata, di mana kadang-kadang dozer dibutuhkan untuk
membantu mengisi scraper. Selain itu back hoe dapat digunakan untuk menggali dalam arah vertikal.
Kadang-kadang lokasi timbunan berjarak jauh dari
borrow area, sehingga untuk transportasi antara lokasi
timbunan dengan borrow area biasa digunakan dump
truck (Gbr. 4. 12.). Setelah tiba di lokasi, material
timbunan ditumpahkan secara merata di lokasi-lokasi
tertentu untuk menghemat waktu penyebaran yang
Gbr. 4. 11. Self Loading Scraper nanti akan dilakukan. Kecuali bila kadar air material
(sumber: Holtz dan Kovacs, 1981)
sudah berada dalam rentang spesifikasi, seringkali
kontraktor harus melakukan pengeringan atau
pembasahan tanah untuk mencapai kadar air yang
disyaratkan.

Gbr. 4.12. Dump Truck


(sumber: Holtz dan Kovacs, 1981)
Bila kadar air material telah sesuai dengan spesifikasi,
bulldozer, front loader atau motor grader (Gbr. 4. 13.)
menyebarkan material per lapis dengan ketebaian (lift)
tertentu. Biasanya ketebalan per lapis berkisar antara
15-50 cm, bergantung kepada ukuran dan tipe alat
pemadat serta ukuran butir maksimum material
Gbr. 4.13. Motor Grader
timbunan. (sumber : Holtz dan Kovacs, 1981)

Pemadatan tiap lapis tanah dilakukan oleh alat pemadat yang dipilih berdasarkan jenis material timbunan.
Alat pemadat dapat bekerja dengan cara menekan, meremas, rnenggetarkan, menumbuk, atau kombinasi dari
cara-cara tersebut.
Pada alat drum roller atau smooth wheel roller (Gbr. 4.
14.) yang halus, kontak dengan tanah terjadi 100% pada
roda/drum dengan tegangan kontak sekitar 380 kPa.
Drum roller ini dapat digunakan pada hampir semua
jenis tanah kecuali tanah yang berbatu, namun paling
banyak digunakan untuk memadatkan material
perkerasan jalan. Gerakan pemadatan yang dilakukan Gbr. 4. 14. Drum Roller
(sumber: Holtz dan Kovacs, 1981)
bersifat menekan tanah.
Pneumatic roller/rubber tired roller (Gbr. 4. 15.)
memberikan tegangan kontak sekitar 700 kPa,
dengan luas kontak sekitar 80%. Alat ini mirip
dengan drum roller, dapat digunakan pada tanah
granular dan kohesif, dengan gerakannya yang
menekan dan meremas tanah. Gbr. 4. 15. Rubber Tired Roller
(sumber: Holtz dan Kovacs, 1981)
Sheepfoot roller (Gbr. 4.16) mempunyai luas kontak 8 – 12
% sehingga memberikan tegangan kontak sebesar 1400 -
7000 kPa. Gerakan sheepfoot roller yang menekan dan
meremas sangat cocok untuk tanah kohesif.

Grid roller aiau mesh roller (Gbr. 4. 17.) dengan luas


kontak 50% dan tegangan kontak antara 1400 - 6200 kPa
cocok untuk memadatkan tanah berbatu, kerikil, dan pasir.
Pemadatan dilakukan dengan getaran, penghancuran
material dan penumbukan.

Gbr. 4.16. Sheepfoot Roller


sumber: Holtz dan Kovacs, 1981)
Gbr. 4. 17. Grid Roller
(sumber: Holtz dan Kovacs, 1981)

Tamping foot roller (Gbr. 4. 18) yang mempunyai


gerakan menekan dan memukul/menumbuk cocok
digunakan pada tanah butir halus. Luas kontak
sekitar 40% dan tegangan kontak antara 1400 -
Gbr. 4. 18. Tamping Foot Roller
8400 kPa. (sumber : Holtz dan Kovacs, 1981)
Vibrating drum roller (Gbr. 4. 19.) bekerja dengan menekan dan menggetarkan tanah granular atau yang
mempunyai sedikit kohesi pada frekuensi tertentu. Alat ini bekerja paling efektif bila kadar air material
timbunan berada pada sisi kering dari optimum.

Gbr. 4. 19. Vibrating Drum Roller


sumber : Holtz dan Kovacs, 1981)
Secara umum, hal-hal yang menjadi pertimbangan pada pemadatan per lapis di lapangan adalah :
1. Karakteristik alat pemadat
• Ukuran dan berat
• Rentang frekuensi getaran dan frekuensi operasi
2. Karakteristik material yang dipadatkan
• Bentuk butir dan ukuran butir maksimum
• Berat isi awal
• Kadar air
3. Prosedur konstruksi
• Jumlah lintasan alat pemadat
• Ketebalan per lapis
• Kecepatan alat
• Frekuensi operasi alat penggetar
Caterpillar Tractor (1977) memberikan gambaran aplikasi alat pemadat yang tepat untuk jenis tanah
tertentu. Hal ini digambarkan pada Gbr. 4. 20.
Selain pemadatan lapis per lapis, ada beberapa cara pemadatan lain yang dapat dilakukan terutama bila
luas daerah yang akan dipadatkan cukup luas. Metode tersebut antara lain dengan kompaksi dinamik,
peledakan (blasting), dan penggunaan alat vibrofloatation.

Kompaksi dinamik dilakukan dengan menjatuhkan beban yang sangat berat (10-40 ton) dari suatu
ketinggian tertentu (10-40 m). Tumbukan yang terjadi menghasilkan gelombang getar yang
menyebabkan pemadatan pada tanah granular tak jenuh. Pada tanah granular jenuh air, gelombang
getar menyebabkan likuifaksi setempat yang diikuti oleh konsolidasi dan pemadatan cepat.

Variabel kompaksi dinamik meliputi energi (tinggi jatuh dan berat beban), jumlah jatuh pada setiap
titik (3-10 kali), serta pola jatuh di permukaan tanah (berjarak 5-15 m antar titik). Gbr. 4. 21.
menunjukkan proses kompaksi dinamik yang dilakukan di Bangladesh dengan beban 16 ton dan tinggi
jatuh 30 m.
Efek dari jatuhnya beban ke permukaan tanah akan
memadatkan tanah tersebut sampai kedalaman tertentu. Ini
disebut kedalaman pengaruh (D) yang ditentukan
menggunakan rumus :
D = 0.5 𝑾. 𝒉

Metode peledakan dilakukan dengan menyulut bahan peledak


tertentu, misalnya dinamit, pada kedalaman tertentu dari
permukaan tanah yang jenuh air. Jarak horisontal peledakan
berkisar antara 3 - 10 m. Tiga sampai lima ledakan beruntun
biasanya dilakukan untuk mencapai kepadatan yang
diinginkan. Dengan cara ini dapat dilakukan pemadatan hingga
kedalaman efektif 20 m dengan kepadatan relatif sekitar 80%
Gbr. 4. 21. Proses Kompaksi Dinamik di pada daerah yang luas.
Bangladesh
(sumber: Holtz dan Kovacs, 1981)
Biasanya bahan peledak diletakkan pada kedalaman dua per tiga dari ketebalan lapisan tanah yang akan
dipadatkan.

Daerah pengaruh ledakan secara teoritis berbentuk bola, dan bila digunakan dinamit 60% maka Mitchell
(1970) memberikan cara perhitungan jari-jari bola daerah pengaruh ledakan tersebut seperti pada persamaan
dibawah ini :

𝑊𝐸𝑋
𝑟=
0.0025

Metode vibrofloatation cocok untuk memadatkan tanah pasir lepas sehingga sering digunakan dalam
reklamasi pantai. Metode ini, bersama dengan dua buah metode pemadatan lain, yaitu dewatering dan
pembebanan awal (preloading), tidak dibahas dalam bab ini karena membutuhkan pengetahuan dasar yang
lebih tinggi.
4.5. KONTROL PEMADATAN DI LAPANGAN

Kontrol kualitas pemadatan di lapangan dilakukan secara visual dan pengujian tanah. Pengamatan
secara visual dilakukan terhadap pelaksanaan seperti pengawasan agar tumbuh-tumbuhan, sampah,
batu-batu besar, dan barang-barang lain yang ada di permukaan tanah dibuang seluruhnya sebelum
material timbunan disebarkan. Pengawasan lain secara visual adalah untuk menjamin bahwa alat
yang digunakan sesuai dengan spesifikasi dan berjalan sesuai dengan kecepatan standar, jumlah
lintasan yang disyaratkan dipenuhi dengan baik, dan ketebalan tanah per lapis (lift) tidak melebihi
spesifikasi.
Uji kadar air material sebelum dipadatkan juga dilakukan dengan jumlah yang representatif. Hal ini
perlu dilakukan agar rentang kadar air yang disyaratkan terpenuhi.
Pengujian tanah hasil pemadatan biasanya dikaitkan dengan berat isinya. Beberapa metode yang
sering dilakukan adalah dengan uji sand-cone (Gbr. 4. 22.), uji rubber balloon (Gbr. 4. 23 ), dan uji
minyak atau air (Gbr. 4. 24.).
Gbr 4.22. Uji Sand Cone Gbr 4.23. Uji Rubber Balloon
(sumber: Holtz dan Kovacs, 1981) (sumber: Holtz dan Kovacs, 1981)

Gbr 4.24. Metode Air atau Minyak


(sumber: Holtz dan Kovacs, 1981)
Pada prinsipnya pengujian dilakukan dengan menggali lubang pada tanah vang telah dipadatkan lalu
volume lubang diukur dan berat tanah tergali ditimbang, sehingga diperoleh berat isinya. Kadar air tanah
tergali diukur, sehingga berat isi keringnya diketahui dan dapat dilihat apakah kompaksi relatif yang
disyaratkan tercapai. Beberapa persamaan yang dapat dapat digunakan untuk penentuan berat isi kering
yang telah diberikan pada Bab 1 antara lain :

𝑊
𝛾=
𝑉0
dan
𝛾
𝛾𝑑 =
1+𝑤

Prosedur lengkap uji sand cone dapat dilihat pada ASTM D1556. Sedangkan uji rubber balloon diberikan
pada ASTM D2167. Penentuan berat isi tanah juga dapat dilakukan dengan metode nuklir yang dijelaskan
pada ASTM D5195.
Selain kontrol berat isi kering, kadang-kadang
dilakukan pula pengujian lain yang sesuai dengan
rencana penggunaan lokasi. Misalnya lokasi
timbunan tersebut adalah badan jalan, maka uji
tambahan yang paling sering dilakukan adalah uji
CBR lapangan (Gbr. 4. 25 ). Uji ini akan langsung
mengklasifikasikan apakah timbunan yang telah
dipadatkan tersebut baik atau buruk.

Gbr. 4. 25. Uji CBR Lapangan


(sumber: ELE International, 1993)
Contoh Soal 4. 2. :

Sebuah uji kepadatan di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode rubber balloon. Data mentah
hasil uji adalah sebagai berikut:

Berat tanah tergali + wadah = 1590 gr


Berat wadah = 125 gr
Bacaan balon awal = 1288 cm3
Bacaan balon final = 538 cm3

Uji kadar air:


Berat tanah basah + wadah = 404.9 gr
Berat tanah kering + wadah = 365.9 gr
Berat wadah = 122.0 gr

1. Hitung kadar air dan berat isi kering tanah tersebut.


2. Berdasarkan Gbr. 4. 2. sebagai acuan, hitung kompaksi relatifnya terhadap kurva Proctor modifikasi.
Jawaban :

𝑊 1590−125
Berat isi tanah, 𝛾 = = = 1.95 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 = 1.95 𝑡𝑜𝑛/𝑚3
𝑉0 1288−538

𝑊𝑊 404.9 −365.9
Kadar air tanah,𝑤 = × 100% = × 100% = 16%
𝑊𝑆 365.9 −122.0

𝛾 1.95
Berat isi kering, 𝛾𝑑 = = = 1.68 𝑡𝑜𝑛/𝑚3
1+𝑤 1+0.16

Dari Gbr. 4. 2. kurva Proctor modifikasi terlihat bahwa berat isi kering maksimum 𝛾𝑑 𝑚𝑎𝑥 = 1.86
ton/m3, sehingga kompaksi relatifnya dapat dihitung sebagai berikut:
𝛾𝑑 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1.68
𝑅𝐶 = × 100% = × 100% = 90%
𝛾𝑑 𝑚𝑎𝑥 1.86
4.6. SOAL LATIHAN

1. Hitung energi kompaksi metode Proctor standar dalam satuan Inggris dan SI.
Jawaban :
Satuan Inggris : Energi = 12.375 ft.lbf/ft3

Satuan SI: Energi = 592.7 kJ/m3

2. Kadar air alami suatu calon material timbunan adalah 8%. Bila 3000 gr material tersebut akan
digunakan dalam uji kompaksi menggunakan metode Proctor standar, hitung berapa banyak air yang
harus ditambahkan untuk memperoleh kadar air uji 11%, 13%, 15%, 17% dan 20%?
Jawaban :

Kadar air dikehendaki (%) Air yang ditambahkan (gr atau cm3)
11 83
13 139
15 194
17 250
20 333

Anda mungkin juga menyukai