Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
dan K-Stearat/Suksinant yang tidak pahit rasanya dan dibuat dalam bentuk susupensi.
Dalam tubuh bentuk ester akan diubah menjadi kloramfenikol aktif.
Pada praktikum ini kami akan membuat sediaan suspensi kloramfenikol. Diharapkan
pada praktikum ini kami dapat mengenal dan memahami cara pembuatan dan komposisi
bahan dalam sediaan suspensi kloramfenikol dan cara evaluasi sediaan suspensi
kloramfenikol.
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.2 Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara
tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1. Ukuran partikel.
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut
serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel
merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara
luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya
semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume
yang sama) .Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas
cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga
untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil
ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan
tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan
turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah
viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan
diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu
tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum “ STOKES “.
d2 ( -0) g
V = -------------------------
5
Keterangan : V = kecepatan aliran
d = diameter dari partikel
= berat jenis dari partikel
0 = berat jenis cairan
g = gravitasi
= viskositas cairan
4. Sifat/muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada
kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang
sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan
sifat alam, maka kita tidak dapat mempe-ngaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi
dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila
partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan
yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat
oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk
compacted cake dan peristiwa ini disebut caking .
Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor konsentrasi dan sifat
dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena
konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel
merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel
dan viskositas.
6
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer,
homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat
dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan
tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent
(bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air
(hidrokoloid).
Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth
sangat lambat mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya
dilakukan pemanasan, Mucilago tragacanth lebih kental dari mucilago dari gom
arab. Mucilago tragacanth baik sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan
sebagai emulgator.
Algin
Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan
terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan
senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi
dengan algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai
suspending agent umumnya 1-2 %.
8
karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan golongan
karbohidrat.
Metode praesipitasi.
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang
hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencer- kan
dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan halus dan
tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Cairan organik tersebut adalah : etanol,
propilenglikol, dan polietilenglikol
Sistem deflokulasi
Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya
membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang
keras dan sukar tersuspensi kembali.
10
Flokulasi :
1. Partikel merupakan agregat yang bebas.
2. Sedimentasi terjadi cepat.
3. Sedimen terbentuk cepat.
4. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi
kembali seperti semula
5. Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan
diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
Vu
F=
Vo
2. Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap
volume sedimen akhir suspensi deflokulasi ( Voc)
Vu
Derajat Flokulasi =
Voc
3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu
menentukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk
tujuan perbandingan.
13
Wadah tertutup
13. Wadah - Botol kaca coklat -
rapat
Nama sediaan
Kadar bahan aktif
dalam volume
tertentu
Komposisi
Indikasi
Kontraindikasi
Efek samping
Aturan pakai Pada etiket tertera
14. Penandaan - -
Tanggal kadaluarsa sesuai monografi
Nama pabrik
Cara penyimpanan
No. batch
No. reg
Logo :
14
Antibiotikum ( untuk menghambat dan membunuh pertumbuhan
10 Penggunaan
mikroorganisme
11 Dosis lazim 4dd 500 – 750 mg p.c ( Obat – Obat penting edisi 6 hlm 86)
Tidak kurang dari 95 % dan tidak lebih dari jumlah yang teretera di
12 Sediaan Lazim dan kadar
etiket
13 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya
1. Pemerian Serbuk putih, tidak berbau, seperti granul bedak, tidak berasa.
2. Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95%, eter dan toluene, mudah
terdispersi dalam air pada semua temperature membentuk jelas solusi
koloid.
6. Dosis
8. Cara -
Pemakaian
15
2. Sirupus Simplex (FI III Halaman 557)
16
Parenteral= 10-60%
Topikal= 5-80%
17
4. Susut pengeringan Tidak kurang dari 1% dan tidak lebih dari 5%
5. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
6. Pengunaan Zat tambahan
7. OTT -
18
4. Bahan pengawet apa yang Bahan pengawet Pencampuran Uji Nipagin , karena
sesuai untuk sediaan ini? : homogenitas sediaan mengandung
Asam sorbit zat yang rentan.
Natrium Terhadap
benzoat ragi,cendawan dan
Nipagin jasadrenik lainya.
Nipasol
5. Bahan aktif tidak dapat Wettieng agent: Pencampuran Dengan tambahan
terdispersi dalam pembawa 1. Gliserin bahan pembasah
( air) ? 2. Propilengli untuk tegangan antar
kol muka agar bahan
aktif dapat
terdispersi dengan
baik. Yakni dengan
menggunakan
propilengkol
(kelarutan baik
dalam air)
6. Sedian suspense dalam Memperkecil Pencampuran Memeperkecil
kurung waktu dalam ukuran partikel partikel agar
penyimpanan tertentu akan dan meningkatan memperoleh serbuk
mengalami pengendapan viskositas halus dan
(penamabahan menurunlkan
suspending viskositas agar laju
egent) pengendapan
menurun, dengan
menggunakan CMC
Na karena CMC Na
mudah terdispersi
didalam air dan
dapat membentuk
suspense
19
7. Bagaimana menutupi rasa Ditambahkan zat Pencampuran Uji Digunakan sirupus
yang tidak enak dari zat pemanis : organoleptis simplex karena dapat
aktif? sirupus simplex menutupi rasa yang
tidak enak dari
sediaan dan juga
dapat meningkatkan
viskositas dari
sediaan tersebut
8. Apa wadah yang sesuai Wadah : Pengemasan Botol coklat, karena
untuk zat aktif yang mudah Botol coklat menghindari zat
teroksidasi? Botol bening aktif yang mudah
teroksidasi oleh
panas dan cahaya
9. Sedian tidak memiliki Flavouring agent Ditambahakan Menambahakan
aroma ? 1. Oleum sedikit demi bahan pewangi yaitu
Aurantii sedkit dalam oleum aurantii agara
2. Strawbe sediaan memberi aroma
rry jeruk pada sedian
essence
3. Vanillin
20
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
1.1 Formula
R/ SUSPENSI ORAL
CHLORAMPENICOL 60 ml NO. III
1.2 Perhitungan
NO Nama Bahan Jumlah Yang Ditimbang
2. CMC ( 2 % ) 2
x 60 ml = 1,2 gram
100
4. Sirupus Simplex ( 60 %) 60
x 60 ml = 6,25 ml
100
5. Propylenglycolum ( 5 % ) 10
x 60ml = 6 ml
100
8. Aqua dest Ad 60 ml
1.3 Penimbangan
1. Cloramphenicol Palmitas 6 gram
2. CMC 4,8 gram
21
3. Aqua CMC 96 ml
4. Sirupus Simplex 25 ml
5. Propylenglycolum 24 ml
6. Methyl Paraben 0,24 gram
7. Oleum Aurantii 0,72 ml
8. Aqua Dest ad 60 ml
b. Bahan
1. Kloramfenikol palmitat
2. CMC Na
3. Sirupus simplex
4. Propylenglycolum
5. Methyl paraben
6. Oleum Aurantii
7. Aquades
22
1.6 Cara Kerja
1. Dipersiapkan alat dan bahan
2. Kalibrasi botol 60 ml
3. Timbang semua bahan
4. Timbang 1,5 gram kloramfenikol palmitat, 1,2 gram CMC Na, 0,06 gram methyl paraben.
5. Dimasukkan air panas sebanyak 24 ml kedalam mortar lalu masukkan CMC Na kedalamnya
gerus halus sampai homogen.
6. Ditambahkan kloramfenicol palmitat yang sudah ditimbang, aduk hingga rata dan homogen
7. Ditambahkan methyl paraben dan propylenglitkol gerus hingga rata dan homogen.
8. Ditambahkan sirupus simplex gerus homogen
9. Ditambahkan oleum aurantii gerus homogeny
10. Ditambahkan air sedikit demi sedikit
11. Dimasukan kedalam botol lalu ditambahkan sisa aquadest hingga 60 ml
12. Diberi etiket
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair (FI IV hlm 17). Dibuat sediaan suspensi karena suspensi mempunyai beberapa
keunggulan, diantaranya baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet dan kapsul,
terutama anak-anak, memiliki homogenitas tinggi, lebih mudah diabsorpsi daripada tablet dan
kapsul karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat, dapat
menutupi rasa tidak enak dan pahit obat, dan mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil
dalam air (RPS ed. 15 Vol. 3 hlm 1538-1539). Sedangkan penggunaan sediaan yang dibuat
yaitu untuk oral. Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan
oral (FI IV hlm 17).
Zat aktif yang digunakan pada prakttikum ini adalah kloramfenikol palmitas.
Kloramfenikol memiliki sifat hidrofob oleh karena sifatnya yang tidak larut dalam air,
kloramfenikol dibuat dalam bentuk suspensi.
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan suspensi dengan bahan aktif Kloramfenikol
palmitat. Formula yang digunakan yaitu Kloramfenikol palmitat sebanyak 10% b/v, Sirupus
b
simplex sebanyak 25% /v, Methyl paraben sebanyak 0,015% b/v, Propyl paraben sebanyak
0,01% b/v, Propilen Glikol sebanyak 10% b/v, HPMC sebanyak 2,5% b/v, Na-sakarin sebanyak
0,2% b/v, KH2 PO4 sebanyak 0,2408% b/v, Na2 HPO4 sebanyak 0,75% b/v, HCl 0,4 N sebanyak 2
tetes, Pasta Jeruk sebanyak 10 tetes, Oleum aurantii sebanyak 2 tetes, dan Aquadest sebanyak
100% v/v.
Sediaan yang akan dibuat berupa suspensi dengan bahan aktif Kloramfenikol palmitat
dengan dosis untuk dewasa yaitu 4 x 1 sendok takar @5-7,5 ml. Sedangkan khasiat dari
Kloramfenikol palmitat yaitu untuk mengobati demam tifoidoleh H. influenza. Kloramfenikol
palmitat dikontraindikasikan kepada bayi, anak kecil di bawah 2 bulan, pasien dengan gangguan
hati, gangguan darah dan pasien yang hipersensitif. Efek samping dari Kloramfenikol palmitat
yaitu reaksi saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare, anemia aplastic. (Farmakologi
dan Terapi ed. V hlm701-702).
24
Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada
ribosom subunit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptide tidak
terbentuk pada proses sintesis kuman. Efek toksik kloramfenikol pada system hemopoetik sel
mamalia diduga berhubungan dengan mekanisme kerja obat ini. Kloramfenikol umumnya
bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Pada konsentrasi tinggi
kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid (membunuh) terhadap kuman-kuman tertentu.
Setelah pemberian oral, kloramfenikol diserap dengan cepat.kadar puncak dalam darah tercapai
dalam 2 jam. Masa paruh eliminasinya pada orang dewasa kurang lebih 3 jam. Kira-kira 50%
kloramfenikol dalam darah terikat dengan albumin. Obat ini didistribusikan secara baik ke
berbagai jaringan tubuh, termasuk jaringan otak, cairan serebro spinal dan mata. Kloramfenikol
yang diberikan oral telah diekskresi melalui ginjal. Dari seluruh kloramfenikol yang diekskresi
melalui urin, hanya 5-10% dalam bentuk aktif. Sisanya terdapat dalam bentuk glukuronat taau
hidrolisat lain yang tidak aktif. Banyak pendapat mengenai indikasi penggunaan kloramfenikol,
tetapi sebaiknya obat ini hanya digunakan unruk mengobati demam tifois tau meningitis oleh
H.influenzae. infeksi lain sebaiknya tidak diobati dengan kloramfenikol bila masih ada
atimikroba lain yang lebih aman dan efektif. Kloramfenikol dikontraindikasikan untuk bayi,
anak kecil di bawah 2 bulan, pasien dengan gangguan hati, gangguan darah dan pasien yang
hipersensitif. Kloramfenikol tidak lagi menjadi pilihan utama untuk mengobati penyakit
tersebut karena telah tersedia obta-obat yang lebih aman. Walaupun demikian, pemakaiannya
sebagai lini pertama dapat dibenarkan bila resistensi belum merupakan masalah. Efek samping
dari Kloramfenikol palmitat yaitu reaksi saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare,
anemia aplastic. (Farmakologi dan Terapi ed. V hlm701-702).
Bahan aktif tidak larut dalam air (Farmakope Indonesia edisi V hlm 690),
maka dibuat sediaan berupa suspensi. Kloramfenikol digunakan untuk pemakaian
luar dan rasanya sangat pahit (Farmakope Indonesia edisi IV hlm 189), maka dari
itu bahan aktif Kloramfenikol diganti menjadi Kloramfenikol palmitat. Bahan aktif
hampir tidak berasa (Farmakope Indonesia edisi V hlm 690) sehingga akan
menurukan akseptabilitas terhadap pasien, maka dari itu dalam sediaan ditambahkan
pemanis (sweetening agent) yaitu sirupus simplex (HOPE 6th Edition page 703)
dan Na-sakarin (HOPE 6th Edition page 608) untuk menambah rasa manis pada
sediaan dan meningkatkan akseptabilitas terhadap pasien. Sirupus simplex dibuat
dari sukrosa 65g+aquadest ad 100ml yang dipanaskan hingga sukrosa melarut
25
dengan sempurna. Sediaan disimpan dalam jangka waktu lama sebagai multiple
dose, dan sediaan terkandung sukrosa dan air sebagai nutrisi dan medium
pertumbuhan mikroba, dengan demikian akan rentan terkontaminasi mikroba, maka
sediaan ditambahkan pengawet, yaitu pengawet Methyl paraben dan Propyl paraben
(HOPE 6thedition page 441& 596). Agar pengawet dapat bekerja dengan efektif
maka dikombinasikan pengawet Methyl paraben dan Propyl paraben. Digunakan
pengawet Methyl paraben dan Propyl paraben karena menyesuaikan dengan pH
sediaan yang dibuat= 6,7 dengan pH aktivitas antimikroba Methyl paraben dan
Propyl paraben yaitu 4-8 (HOPE 6thedition page 441& 596). Methyl paraben dan
Propyl paraben sukar larut dalam air, mudah larut dalam propilen glikol (HOPE
6thedition page 441& 596), maka Methyl paraben dan Propyl paraben dilarutkan
dalam propilen glikol. Bahan aktif memiliki pH sediaan= 6,7 (TPC 1994 hlm 789),
maka pH sediaan yang akan dibuat= 6,7. Untuk mempertahankan pH sediaan yang
diinginkan, ditambahkan Dapar Phospat untuk mempertahankan pH
sediaan(Farmakope Indonesia edisi V hlm 1727). Untuk mencapai pH sediaan
yang di inginkan, ditambahkan adjust pH HCl 0,1 N atau NaOH 0,1 N (jika perlu).
Bahan aktif harus terlindung dari cahaya (Martindale 36 hlm 239), maka
digunakan botol kaca berwarna coklat saat penyimpanan. Untuk memperlambat
pengendapan sediaan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan
resin dan bahan berlemak, ditambahkan suspending agent yaitu HPMC untuk
memperlambat pengendapan sediaan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah
penggumpalan resin dan bahan berlemak (HOPE 6th Edition page 326). Untuk
menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan
meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut, ditambahkan wetting agent yaitu
propilen glikol untuk menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut
kontak) dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak m larut (HOPE 6thed halaman
592). Agar warna dan bau sirup lebih menarik, ditambahkan colouring agent dan
flavouring agent Pasta Jeruk dan oleum aurantii (Martindale 36 hlm 2357). CO2
dapat mempengaruhi pH sediaan karena dapat terlarut ke dalam air dan membentuk
ion H+ sehingga dapat mengubah pH sediaan, maka digunakanlah pelarut air bebas
CO2. Pada pembuatan sediaan tiap botol dilebihkan 2% yaitu menjadi 61,2ml, ini
dilakukan untuk menjamin kehilangan volume pada setiap botol sesuai yang tertera
pada label dan etiket dan memenuhi syarat volume terpindahkan. Untuk volume
26
total juga dilebihkan sebanyak 10% untuk menjamin agar tidak terjadi kehilangan
volume total sediaan.
Eksipien yang digunakan diantaranya: Sirupus simplex 25%, Methyl paraben
0,015%, Propyl paraben 0,01%, Propilen Glikol 10%, HPMC 2,5%, Na-sakarin
0,2%, KH2 PO4 0,2408%, Na2 HPO4 0,75%, HCl 0,4 N 2tetes, Pasta Jeruk10 tetes,
Oleum aurantii 2 tetes, dan Aquadest ad 100%.
Sediaan dibuat secara berurutan mulai dari pembuatan air bebas CO2, kalibrasi
yang terdiri dari kalibrasi botol coklat 60ml, beaker glass utama (500 ml), dan
kalibrasi beaker glass untuk sirupus simplex (250ml), lalu dilanjutkan dengan
penimbangan formula atau bahan-bahan yang telah dilakukan perhitungan
sebelumnya, pembuatan sirupus simplex, pembuatan dapar phospat, pembuatan gel
HPMC, dan pembuatan suspensi 10%. HPMC dibuat di dalam mortir karena HPMC
mudah terdispersi dalam air dan membentuk larutan koloidal (Martindale 36 hlm
2144).
Selama praktikum saya melakukan kalibrasi botol kaca berwarna coklat
sebanyak 61 ml, kalibrasi beaker glass utama 500 ml, kalibrasi beaker glass untuk
membuat sirupus simplex, dan penimbangan.
Setelah sediaan dibuat dan dimasukkan ke masing-masing botol yang telah
dikalibrasi sebelumnya dan ditutup rapat dilakukan evaluasi, diantaranya ada
evaluasi organoleptik, yaitu meliputi evaluasi bau, rasa dan warna. Sediaan yang
telah jadi memiliki bau jeruk, rasa manis, dan warna orange.
Yang kedua yaitu evaluasi evaluasi pengujian pH sediaan. Sediaan diukur
pHnya menggunakan pH indikator dengan cara mencelupkan indikator ke dalam
sediaan yang telah dibuat 80% dari volumekeseluruhan dan disamakan warnanya
dengan pH yang tersedia, pH yang didapat yaitu 9. Karena pH sediaan yang telah
jadi melebihi dari pH sediaan yang dispesifikasikan yaitu 6,7, maka ditambahkan
adjust pH HCl 4 N sebanyak 2 tetes dan dikur pHnya kembali dengan menggunakan
indikator pH, diperoleh pH sediaan yaitu 7.
Yang ketiga yaitu evaluasi volume terpindahkan (FI V halaman 1615). 1 botol
dituangkan ke dalam gelas ukur 500 ml, ditutup dengan kertas perkamen, dan
dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit, diukur volume dalam gelas ukur.
Diperoleh volume yaitu 60ml. Pada evaluasi volume terpindahkan, syaratnya yaitu
tidak ada satu wadah pun volumenya kurang dari 95% dari volume yang tertera
27
pada etiket (FI V halaman 1615). Hasil volume sediaan yang diperoleh yaitu 60ml
(tidak kurang dari 95%). Sediaan dapat dinyatakan memenuhi syarat evaluasi.
Yang keempat yaitu evaluasi bobot jenis (FI V hal 1553). Piknometer yang
bersih dan kering ditimbang di atas timbangan analitik saat kosong sebagai W 1,
saat diisi aquadest sebagai W2, dan saat diisi sediaan sebagai W3. Lalu dihitung
menggunakan rumus bobot jenis, diperoleh bobot jenis sediaan yaitu 1,02 g/ml.
Yang kelima yaitu evaluasi viskositas (Modul Praktikum Farmasi Fisika,
2002 hlm 17-18). Pengujian dilakukan menggunakan viscometer Brookfield.
Viskositas sediaan yang diperoleh yaitu 80cP.
Yang keenam yaitu evaluasi homogenitas. Teteskan menggunakan pipet tetes
sediaan dari dalam botol ke kaca arloji, ratakan dengan sudip, amati ukuran
partikelnya. Syaratnya yaitu jika ukuran partikel yang sama semua disebut
homogen dan jika ukuran partikel ada yang berbeda disebut tidak homogen. Hasil
pengamatan yang didapatkan yaitu sediaan termasuk homogen karena ukuran
partikelnya sama semua.
Yang ketujuh yaitu evaluasi volume sedimentasi. Tuangkan sediaan 1 botol ke
dalam gelas ukur, tutup dengan kertas perkamen, amati pengendapan yang terjadi
tiap 0’, 1 hari, 2 hari, dan 6 hari. Setiap selang waktu sesuai dengan yang telah
ditentukan, lakukan pengamatan, ukur volume sediaan (Ho) dan volume sediaan
yang jernih (Hv), hitung dengan membagi volume sediaan (Ho) dan volume
sediaan yang jernih (Hv). Syaratnya yaitu nilai ƒ tidak lebih dari 1. Hasil yang
diperoleh yaitu pada 0’ nilai ƒ= 1, pada 1 hari nilai ƒ= 0,80, pada 2 hari nilai ƒ=
0,83, dan pada 6 hari nilai ƒ= 0,86. Berdasarkan hasil evaluasi volume sedimentasi
dapat dinyatakan baik karena nilai ƒ mendekati 1. Pada awal evaluasi tidak terdapat
endapan pada gelas ukur dan ketika dibiarkan selama 1 hari endapan terbentuk
banyak sehingga bagian yang jernihnya dapat terlihat dengan jelas dan dapat diukur
volumenya. Pengukuran bagian volume yang jernih di lihat dari bagian yang tidak
terdapat partikel melayangnya atau dengan kata lain sama dengan jernih, bagian
tersebut yang dapat dikatakan sebagai Hv sehingga dapat diukur bagian yang
jernihnya. Semakin lama sediaan dibiarkan, endapan yang terbentuk semakin
sedikit dan volume yang jernihnyapun semakin bertambah sehingga nilai ƒ
semakin mendekati 1.
28
Yang kedelapan yaitu evaluasi kemampuan teredispersi. Sediaan disimpan
dalam botol bening, diamkan selama 0’, 1 hari, 2 hari, dan 6 hari. Setiap selang
waktu sesuai dengan yang telah ditentukan, amati dan kocok botol dengan
kemiringan 900 sampai sediaan teredispersi kembali. Hitung berapa kali tiap
mengkocok botol. Hasilnya pada waktu 0’ sediaan teredispersi kembali setelah
dikocok sebanyak 0 kali. Pada waktu 1 hari, sediaan teredispersi kembali setelah
dikocok sebanyak 10 kali. Pada waktu 2 hari, sediaan teredispersi kembali setelah
dikocok sebanyak 13 kali. Dan pada wkatu 6 hari, sediaan teredispersi kembali
setelah dikocok sebanyak 40 kali. Berdasarkan hasil evaluasi kemampuan
redispersi sediaan dapat dinyatakan kurang baik karena dari hari ke hari persebaran
partikel dari sediaan semakin lama untuk kembali.
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Komposisi bahan dalam pembuatan suspensi kloramfenikol ini terdiri dari
Chloramphenicol, Carboxymethylcellulosum Natricum, Propylenglycol, Sirup dan
Aqua dest.
2. Dari hasil praktikum ini didapatkan sediaan suspensi kloramfenikol yang baik secara
fisik, namun belum dilakukan evaluasi sediaan karena keterbatasan waktu.
5.2 Saran
1. Untuk mendapatkan suspensi yang baik, sebaiknya ditambahkan suspending agent
dengan konsentrasi yang sesuai.
2. Sebelum dikonsumsi, seharusnya dilakukan pengocokan, agar terdispersi merata.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen POM., (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, Depkes RI, Jakarta, 474, 509.
2. Ansel, H.C., (1989), “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, edisi IV, Terjemahan Farida
Ibrahim, UI Press, Jakarta.
3. Anief, Moh., (2005)., ”Ilmu Meracik Obat”, cetakan XII, Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.143, 147.
4. Lachman, L dan Leibermann A, 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri . Edisi III, Jakarta
:Universitas Indonesia.
5. Martindale 28, 1982. London : The Pharmaceutical Press
31