Kampung Code Romo Mangun, Karya Nyata Arsitektur yang Memanusiakan Manusia
Oleh: Kinanthi Barru (I0216045)
Dosen Pembimbing: Ofita Purwani S.T., M.T., P.hD.
Menurut penuturan istri Bapak Slamet, Ketua RT setempat, orientasi bangunan sengaja
diarahkan menghadap ke sungai. Dari hal ini, kita bisa mengetahui bahwa keinginan sang
arsitek untuk mengubah pola pikir dan kepribadian masyarakat setempat agar mereka menjadi
masyarakat yang beretika yaitu masyarakat yang tidak membuang sampah di sungai karena
dapat mengganggu pemandangan dan menyebabkan banjir. Dalam konteks ini, Romo Mangun
berharap tempat yang semula menjadi ‘titik hitam’ kota Yogyakarta dapat berubah warna.
Bukan hanya bangunannya yang berubah tetap juga pola pikir, tingkah laku dan kebiasaan
masyarakat setempat.
Gambar 11. Mural pada dinding rumah warga yang mengandung pesan moral
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sisi baik lain dari Kampung unik nan cantik ini adalah masyarakat penghuninya mulai
memiliki wawasan lingkungan. Mereka mulai memanfaatkan lahan sempit yang ada untuk
kegiatan positif. Lahan kosong di tepi sungai, mereka manfaatkan sebagai sarana bermain.
Ayunan berbentuk bundar yang terbuat dari besi serta prosotan, mereka letakan di lahan ini.
Mainan tersebut merupakan bantuan dari Australia yang seharusnya diletakkan di PAUD. Akan
tetapi, karena terbatasnya lahan, akhirnya diletakkan di tempat yang mereka sebut dengan
“lapangan”. Anak-anak pun dapat bermain dengan bebas mengisi masa kecilnya.
Gambar 12. Anak-anak bermain di sebuah tempat yang sering mereka sebut dengan lapangan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Selain itu, lahan sempit di tebing sungai pun mereka manfaatkan untuk menanam pohon
yang menghasilkan. Seperti pisang, kacang panjang, maupun cabai rawit. Hal ini menunjukkan
dari waktu ke waktu pola pikir mereka mendekati seperti harapan pendiri perkampungan ini
yaitu Romo Mangun.