PENDAHULUAN
Sangat penting bagi para pelayan kesehatan untuk mengetahui lebih dalam
tentang abortus agar mampu menegakkan diagnosis dan kemudian memberikan
penatalaksanaan yang sesuai dan akurat, serta mencegah komplikasi.
1
BAB II
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
RM : 10-28-73
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
2
II. ANAMNESIS
a. Anamnesis : Autoanamnesis (pada pasien) di kamar bersalin.
b. Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluar darah dari jalan lahir sejak ±20 jam yang lalu. Awalnya
perdarahan hanya berupa flek-flek yang berwarna merah segar kemudian
keluar gumpalan darah. Pasien sudah 3 kali ganti pembalut dan setiap
pembalut selalu penuh. Keluhan disertai nyeri perut bagian bawah. Pasien
memiliki riwayat trauma yaitu terjatuh dari tangga 5 hari yang lalu. Riwayat
penggunaan obat-obatan medis dan tradisonal disangkal. Riwayat
memasukkan benda asing ke jalan lahir disangkal.
d. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Lama haid : 7 hari
Siklus haid : 28 hari, teratur
HPHT : 15-12-2018
e. Riwayat Pernikahan
Menikah 1x, dengan suami sekarang selama ±5 tahun.
f. Riwayat Obstetri
Komplikasi Anak
Tempat Penolong Jenis
No. Tahun Kehamilan BBL Keadaan
Bersalin Persalinan Persalian Kehamilan Persalinan Nifas JK
(gr) Sekarang
1. BPM Bidan 2014 Aterm PPN - - - ♀ 3400 Hidup
2. 2015/UK 9 minggu/Abortus/Spontan/Tidak dikuret
RSKDIA
3. Dokter 2016 Aterm PPN - - - ♀ 2700 Hidup
Pertiwi
4. 2018/Kehamilan sekarang
g. Riwayat Kehamilan Sekarang
G4P2A1
Usia Kehamilan : 10 minggu 0 hari
Taksiran Persalinan : 21-09-2018
Periksa Kehamilan : 1 kali di dokter praktek
3
Suntik TT : tidak pernah
h. Riwayat KB
Riwayat pernah menggunakan metode KB suntik tiap 1 bulan selama ±1
tahun setelah melahirkan anak kedua (pertengahan tahun 2016-pertengahan
tahun 2017)
i. Perilaku kesehatan
Merokok : disangkal
Minum alkohol : disangkal
Konsumsi narkoba : disangkal
j. Riwayat Operasi
Tidak pernah
k. Riwayat Penyakit
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat ISK : disangkal
Riwayat IMS : disangkal
Riwayat TORCH : disangkal
l. Riwayat Penyakit Keluarga
Asma : disangkal
Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes melitus : disangkal
Penyakit Jantung : disangkal
Alergi : disangkal
m. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tidak bekerja dan tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga,
suami bekerja sebagai karyawan swasta. Biaya pengobatan ditanggung
BPJS. Kesan ekonomi cukup.
4
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
- Kesan : Sakit sedang
- Keadaan Gizi : TB: 157 cm, BB: 57 kg
- Kesadaran : E4V5M6 (Compos mentis)
2. Tanda vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg (Normal)
- Nadi : 80 kali/menit, regular, kuat angkat. (Normal)
- Pernapasan : 20 kali/menit (Normal)
- Suhu axial : 36,7˚C (Normal)
3. Pemeriksaan Fisik Umum
- Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-)
- Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Ekstremitas : Edema: Akral: hangat
- -
- -
5
Uterus : kesan membesar
AD/DC : tidak ada kelainan/tidak ada kelainan
Pelepasan : darah (+)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. HASIL USG TRANSABDOMINAL (23 Februari 2018)
6
b. HASIL PEMERIKSAAN LAB (23 Februari 2018)
DARAH RUTIN
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
WBC 10,00 4,00 – 10,00 x 103/µL
RBC 4,03 4,00 – 6,00 x 106/µL
HGB 12,5 12,0 – 16,0 g/Dl
HCT 35,2 37,0 – 48,0 %
MCV 87,3 80,0 – 97,0 fL
MCH 31,0 26,5 – 33,5 Pg
MCHC 35,5 31,5- 35,0 g/dL
PLT 236 150 – 400 x 103/µL
RDW-SD 43,1 37,0 – 54,0 fL
RDW-CV 14,0 10,0 – 15,0 %
PDW 9,9 10,0 – 18,0 fL
MPV 9,3 6,50 – 11,0 fL
P-LCR 19,7 13,0 – 43,0 %
PCT 0,22 0,15 – 0,50 %
PEMERIKSAAN HASIL
CT 7’ 10’’
BT 2’ 00’’
GDS 102 mg/dL
HBSAg Non Reaktif
VCT Non Reaktif
7
VI. RESUME
Ny. R, 23 tahun, G4P2A1 dengan usia kehamilan 10 minggu datang
dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak ±20 jam yang lalu.
Awalnya perdarahan hanya berupa flek-flek yang berwarna merah segar
kemudian keluar gumpalan darah. Pasien sudah 3 kali ganti pembalut dan
setiap pembalut selalu penuh. Keluhan disertai nyeri perut bagian bawah.
Pasien memiliki riwayat trauma yaitu terjatuh dari tangga 5 hari yang lalu.
Pada tahun 2015 ada riwayat abortus komplit saat usia kehamilan 9 minggu.
Pemeriksaan luar abdomen didapatkan TFU tidak teraba. Pemeriksaan
dalam vagina didapatkan portio lunak, OUE/OUI terbuka/terbuka teraba
jaringan, uterus kesan membesar, pelepasan darah (+).
Pada pemeriksaan USG transabdominal didapatkan uterus anteflexi dan
tampak massa hiperekoik di dalam cavum uteri kesan sisa jaringan hasil
konsepsi. Pemeriksaan laboratorium berupa darah rutin, CT/BT serta GDS
dalam batas normal. HBSAg dan VCT non reaktif.
VII. DIAGNOSIS
G4P2A1 gravid 10 minggu + abortus inkomplit
VIII. PENATALAKSANAAN
a. Pre operasi:
Digitalisasi, kesan masih tersisa jaringan
Drips Oxytocin 10 IU dalam 500 ml Ringer Laktat 28 tpm
Rencana kuretase elektif Sabtu 24/02/2018 pukul 09:00
Puasa 8 jam pre-operasi
Siap PRC 2 bag
Inj. Antibiotic Cefoperazone 1 gr/iv profilaksis 1 jam pre-operasi
b. Post operasi:
Metilergometrin tab 0,125 mg 3x1
Asam mefenamat tab 500 mg 3x1
Cefadroxil tab 500 mg 3x1
8
Livron tab 1x1
Vaginal toilet
Konseling KB
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Abortus ialah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan digunakan kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1,5
B. KLASIFIKASI
a. Menurut kejadiannya
1) Abortus spontan
Abortus spontan adalah abortus yang berlangsung tanpa tindakan.
2) Abortus provokatus
Abortus provokatus adalah abortus yang terjadi dengan sengaja
dilakukan tindakan. Abortus provokatus terbagi atas dua, yaitu:
• Abortus provokatus medisinalis, yaitu abortus provokatus yang
dilakukan atas indikasi medis. Abortus provokatus medisinalis
didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu.
Di sini pertimbangan dilakukan oleh minimal 3 dokter spesialis
yaitu spesialis Kebidanan dan Kandungan, spesialis Penyakit
Dalam, dan spesialis Jiwa. Bila perlu dapat ditambah pertimbangan
oleh tokoh agama terkait. Setelah dilakukan terminasi kehamilan,
harus perhatikan agar ibu dan suaminya tidak terkena trauma psikis
di kemudian hari.
• Abortus provokatus kriminalis, yaitu abortus provokatus yang
dilakukan tanpa indikasi medis.1
10
b. Menurut derajatnya
1) Abortus imminens
Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan, dimana terjadi
perdarahan pervaginam ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan.
2) Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam dimana
serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi
hasil konsepsi masih dalam kavum uteri.
3) Abortus inkomplit
Abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri masih ada yang tertinggal.
4) Abortus komplit
Abortus komplit adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu.1
C. ETIOLOGI
Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas peristiwa abortus tidak
selalu tampak jelas. Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil
konsepsi yang terjadi secara spontan hampir selalu didahului kematian embrio
atau janin, namun pada kehamilan beberapa bulan berikutnya, sering janin
sebelum ekspulsi masih hidup dalam uterus. Kematian janin sering disebabkan
oleh abnormalitas pada ovum atau zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu,
dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari ayahnya.1,6
Faktor Fetal
Abnormalitas kromosom merupakan penyebab dari abortus spontan.
Sebuah penelitian meta-analisis menemukan kasus abnormalitas
kromosom sekitar 49% dari abortus spontan. Trisomi autosomal
merupakan anomali yang paling sering ditemukan (52%), kemudian
diikuti oleh poliploidi (21 %) dan monosomi X (13%).1,6
11
Faktor Maternal
Biasanya penyakit maternal berkaitan dengan abortus euploidi.
Peristiwa abortus tersebut mencapai puncaknya pada kehamilan 13
minggu, dan karena saat terjadinya abortus lebih belakangan, pada
sebagian kasus dapat ditentukan etiologi abortus yang dapat dikoreksi.
Sejumlah penyakit, kondisi kejiwaan dan kelainan perkembangan pernah
terlibat dalam peristiwa abortus euploidi.1,6
1) Infeksi
Organisme seperti Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis,
Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina, virus herpes
simpleks, cytomegalovirus, Listeria monocytogenes dicurigai berperan
sebagai penyebab abortus. Toxoplasma juga disebutkan dapat
menyebabkan abortus. Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma
urealyticum dari traktus genetalia sebagaian wanita yang mengalami
abortus telah menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi
mikoplasma yang menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan
abortus. Dari kedua organisme tersebut, Ureaplasma Urealyticum
merupakan penyebab utama.1
2) Penyakit-Penyakit Kronis yang Melemahkan
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
keadaan ibu misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang
menyebabkan abortus.1,6 Hipertensi jarang disertai dengan abortus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi keadaan ini dapat
menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur. Diabetes
maternal pernah ditemukan oleh sebagian peneliti sebagai faktor
predisposisi abortus spontan, tetapi kejadian ini tidak ditemukan oleh
peneliti lainnya.1
3) Pengaruh Endokrin
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme,
diabetes mellitus, dan defisiensi progesteron. Diabetes tidak
menyebabkan abortus jika kadar gula dapat dikendalikan dengan baik.
12
Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari
korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan
insiden abortus. Karena progesterone berfungsi mempertahankan
desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu
nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut berperan dalam
peristiwa kematiannya.1,6,7
4) Nutrisi
Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling
besar kemungkinanya menjadi predisposisi meningkatnya
kemungkinan abortus. Nausea serta vomitus yang lebih sering
ditemukan selama awal kehamilan dan setiap deplesi nutrient yang
ditimbulkan, jarang diikuti dengan abortus spontan. Sebagaian besar
mikronutrien pernah dilaporkan sebagai unsur yang penting untuk
mengurangi abortus spontan.1,6,7
5) Obat-Obatan dan Toksin Lingkungan
Berbagai macam zat dilaporkan berhubungan dengan kenaikan
insiden abortus. Namun ternyata tidak semua laporan ini mudah
dikonfirmasikan.
6) Faktor-faktor Imunologis
Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat
menyebabkan abortus spontan yang berulang antara lain : lupus
anticoagulant (LAC) dan anticardiolipin antibody (ACA) yang
mengakibatkan destruksi vaskuler, trombosis, abortus serta destruksi
plasenta.
7) Gamet yang Menua
Baik umur sperma maupun ovum dapat mempengaruhi angka
insiden abortus spontan. Insiden abortus meningkat terhadap
kehamilan yang berhasil bila inseminasi terjadi empat hari sebelum
atau tiga hari sesudah peralihan temperatur basal tubuh, karena itu
disimpulkan bahwa gamet yang bertambah tua di dalam traktus
genitalis wanita sebelum fertilisasi dapat menaikkan kemungkinan
13
terjadinya abortus. Beberapa percobaan binatang juga selaras dengan
hasil observasi tersebut.1,6
8) Laparotomi
Trauma akibat laparotomi kadang-kadang dapat mencetuskan
terjadinya abortus. Pada umumnya, semakin dekat tempat pembedahan
tersebut dengan organ panggul, semakin besar kemungkinan terjadinya
abortus. Meskipun demikian, sering kali kista ovarii dan mioma
bertangkai dapat diangkat pada waktu kehamilan apabila mengganggu
gestasi. Peritonitis dapat menambah besar kemungkinan abortus.1,6
9) Trauma Fisik dan Trauma Emosional
Kebanyakan abortus spontan terjadi beberapa saat setelah kematian
embrio atau kematian janin. Jika abortus disebabkan khususnya oleh
trauma, kemungkinan kecelakaan tersebut bukan peristiwa yang baru
terjadi tetapi lebih merupakan kejadian yang terjadi beberapa minggu
sebelum abortus. Abortus yang disebabkan oleh trauma emosional
bersifat spekulatif, tidak ada dasar yang mendukung konsep abortus
dipengaruhi oleh rasa ketakutan marah ataupun cemas.1,6
10) Kelainan Uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan
kelainan yang timbul dalam proses perkembangan janin, defek duktus
mulleri yang dapat terjadi secara spontan atau yang ditimbulkan oleh
pemberian dietilstilbestrol (DES).6,7
Cacat uterus akuisita yang berkaitan dengan abortus adalah
leiomioma dan perlekatan intrauteri. Leiomioma uterus yang besar dan
majemuk sekalipun tidak selalu disertai dengan abortus, bahkan lokasi
leiomioma tampaknya lebih penting daripada ukurannya.
Mioma submokosa, tapi bukan mioma intramural atau subserosa,
lebih besar kemungkinannya untuk menyebabkan abortus. Namun
demikian, leiomioma dapat dianggap sebagai faktor kausatif hanya bila
hasil pemeriksaan klinis lainnya ternyata negatif dan histerogram
menunjukkan adanya defek pengisian dalam kavum endometrium.
14
Miomektomi sering mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat
mengalami ruptur pada kehamilan berikutnya, sebelum atau selama
persalinan.
Perlekatan intrauteri (sinekia atau sindrom Ashennan) paling sering
terjadi akibat tindakan kuretase pada abortus yang terinfeksi atau pada
missed abortus atau mungkin pula akibat komplikasi postpartum.
Keadaan tersebut disebabkan oleh destruksi endometrium yang sangat
luas. Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan amenore dan abortus
habitualis yang diyakini terjadi akibat endometrium yang kurang
memadai untuk mendukung implatansi hasil pembuahan.
11) Inkompetensi serviks
Kejadian abortus pada uterus dengan serviks yang inkompeten
biasanya terjadi pada trimester kedua. Ekspulsi jaringan konsepsi
terjadi setelah membran plasenta mengalami ruptur pada prolaps yang
disertai dengan balloning membran plasenta ke dalam vagina.1,6,7
Faktor Paternal
Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam
proses timbulnya abortus spontan. Yang pasti, translokasi kromosom
sperma dapat menimbulkan zigot yang mengandung bahan kromosom
terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus.6
1) Faktor fetal
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan
kematian janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan
kematian janin pada hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan
kelainan dalam pertumbuhan janin antara lain kelainan kromosom,
lingkungan kurang sempurna dan pengaruh dari luar. Kelainan
kromosom merupakan kelainan yang sering ditemukan pada abortus
spotan seperti trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks. Lingkungan yang kurang sempurna terjadi bila
lingkungan endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
15
sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu. Pengaruh dari luar seperti radiasi,virus, obat-obat yang
sifatnya teratogenik.1,6,7
2) Faktor plasenta
Seperti endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan
menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi
sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi yang menahun.
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua yang
menyebabakn nekrosis jaringan. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat
perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan
mengawali adanya proses abortus. Karena hasil konsepsi tersebut terlepas
dapat menjadi benda asing dalam uterus yang menyebabkan uterus kontraksi
dan mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih
terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan,
meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau
di kanalis servikalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran
hasil konsepsi. Pada kehamilan 8-14 minggu biasanya diawali dengan
pecahnya selaput ketuban dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat
namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering
menimbulkan perdarahan pervaginam banyak. Pada kehamilan minggu ke 14-
22, janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta
beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam
uterus sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi
perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih
sedikit namun rasa sakit lebih menonjol.
Pada abortus hasil konsepsi yang dikeluarkan terdapat dalam berbagai
16
bentuk yaitu kantong amnion kosong, di dalam kantung amnion terdapat
benda kecil yang bentuknya masih belum jelas (blighted ovum), atau janin
telah mati lama. Plasentasi tidak adekuat sehingga sel tropoblas gagal masuk
ke dalam arteri spiralis. Akibatnya, terjadi peredaran darah prematur dari ibu
ke anak.4,8,9
E. GEJALA KLINIS
Keluhan yang terdapat pada pasien abortus antara lain:
1) Abortus Imminens
Riwayat terlambat haid dengan hasil βhCG (+) dengan usia kehamilan
dibawah 20 minggu
Perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak, berwarna
kecoklatan dan bercampur lendir
Tidak disertai nyeri atau kram
2) Abortus insipiens
Perdarahan bertambah banyak, berwarna merah segar disertai
terbukanya serviks
Perut nyeri ringan atau spasme (seperti kontraksi saat persalinan)
3) Abortus Inkomplit
Perdarahan aktif
Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
Mulut rahim terbuka dengan sebagian sisa konsepsi tertinggal
Terkadang pasien datang dalam keadaan syok akibat perdarahan
4) Abortus komplit
Perdarahan sedikit
Nyeri perut atau kram ringan
OUI/OUE sudah tertutup
Pengeluaran seluruh hasil konsepsi.10
17
F. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
Penilaian tanda-tanda syok
Periksa konjungtiva untuk tanda anemia
Mencari ada tidaknya massa abdomen
Tanda-tanda akut abdomen dan defans muscular
b. Pemeriksaan Ginekologi
1) Abortus iminens
- Ostium uteri masih menutup
- Perdarahan berwarna kecoklatan disertai lender
- Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
- Detak jantung janin masih ditemukan
2) Abortus insipiens
- Ostium uteri terbuka, dengan terdapat penonjolan kantong dan di
dalamnya berisi cairan ketuban
- Perdarahan berwarna merah segar
- Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
- Detak jantung janin masih ditemukan
3) Abortus inkomplit
- Ostium uteri terbuka, dengan terdapat sebagian sisa konsepsi
- Perdarahan aktif
- Ukuran uterus sesuai usia kehamilan
4) Abortus komplit
- Ostium uteri tertutup
- Perdarahan sedikit
- Ukuran uterus lebih kecil usia kehamilan. 10
18
Diagnosis Perdarahan Nyeri Perut Uterus Serviks Gejala Khas
Tidak ada epulsi
Abortus Sesuai usia
Sedikit Sedang Tertutup jaringan
Imminens kehamilan
konsepsi
Tidak ada epulsi
Abortus Sedang- Sesuai usia
Sedang-hebat Terbuka jaringan
Insipiens banyak kehamilan
konsepsi
Lebih kecil Epulsi sebagian
Abortus Sedang-
Sedang-hebat dari usia Terbuka jaringan
Inkomplit banyak
kehamilan konsepsi
Lebih kecil Epulsi seluruh
Abortus Terbuka/
Sedikit Tanpa/sedikit dari usia jaringan
Komplit tertutup
kehamilan konsepsi
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan USG: massa hiperekoik yang tidak beraturan.
Pemeriksaan tes kehamilan (βhCG): biasanya masih positif sampai 7-10
hari setelah abortus.
Pemeriksaan darah perifer lengkap. 10
H. DIAGNOSIS BANDING
Kehamilan ektopik
Mola hidatidosa
Missed Abortion.10
19
I. PENATALAKSANAAN
1) Tatalaksana Umum
Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan
sistolik <90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal
syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan
tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu
karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan
komplikasi, berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam
untuk 48 jam:
- Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
- Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
- Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
Segera rujuk ibu ke rumah sakit.
Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan
emosional dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.11
2) Tatalaksana Khusus
a. Penatalaksanaan Abortus imminens terdiri atas :
- Pertahankan kehamilan.
- Tidak perlu pengobatan khusus.
- Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
- Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada
pemeriksaan antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG
panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan penilaian ulang bila
perdarahan terjadi lagi.
- Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG. Nilai
kemungkinan adanya penyebab lain.
20
b. Abortus insipiens
- Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa
tidak nyaman selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi
mengenai kontrasepsi pasca keguguran.
- Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu: lakukan evakuasi isi
uterus. Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
o Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian
bila perlu)
o Rencanakan evakuasi segera.
- Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
o Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi
sisa hasil konsepsi dari dalam uterus.
o Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9%
atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi
- Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
- Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
- Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar
hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb
>8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
c. Abortus inkomplit
- Lakukan konseling.
- Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan
kurang dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks.
21
- Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu,
lakukan evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah
metode yang dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila
AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan,
berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila
perlu).
- Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU
oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil
konsepsi.
- Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2
jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
- Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
- Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar
hemoglobin setelah 24 jam. BIla hasil pemantauan baik dan kadar Hb
>8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
d. Abortus komplit
- Tidak diperlukan evakuasi lagi.
- Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan
menawarkan kontrasepsi pasca keguguran.
- Observasi keadaan ibu.
- Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/
hari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
- Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.11
22
dapat kembali kira-kira 14 hari setelah keguguran. Untuk mencegah
kehamilan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) umumnya dapat
dipasang secara aman setelah aborsi spontan atau diinduksi.
Kontraindikasi pemasangan AKDR pasca keguguran antara lain adalah
infeksi pelvik, abortus septik, atau komplikasi serius lain dari abortus.
Follow up dilakukan setelah 2 minggu. 10
K. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada abortus ialah
Perdarahan
Infeksi
Perforasi
Syok. 10
L. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam. 10
M. PENCEGAHAN
Pemeriksaan rutin antenatal
Makan makanan yang bergizi (sayuran, susu, ikan, daging, telur).
Menjaga kebersihan diri, terutama daerah kewanitaan dengan tujuan
mencegah infeksi yang bisa mengganggu proses implantasi janin.
Hindari rokok, karena nikotin mempunyai efek vasoaktif sehingga
menghambat sirkulasi uteroplasenta.
Apabila terdapat anemia sedang berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari
selama 2 minggu. Bila anemia berat maka berikan transfusi darah. 10
23
DAFTAR PUSTAKA
24
11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
25