Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan adalah terjadinya perdarahan,


yang dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda, sering
dihubungkan dengan abortus.1

World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat 210 kematian wanita


tiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan pada
tahun 2013, dan jumlah total kematian wanita adalah 289.000 kematian. Jumlah
ini menurun sebesar 45% bila dibandingkan tahun 1993 di mana Maternal
Mortality Rate (MMR) pada tahun tersebut sebesar 380 dan jumlah kematian
wanita 523.000. Negara berkembang memiliki jumlah MMR empat belas kali
lipat lebih tinggi dibandingkan negara maju. Berdasarkan survei terakhir tahun
2012 yang dilakukan oleh Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI),
AKI menunjukkan kenaikan dari 228 di tahun 2007 menjadi 359 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup di tahun 2012.2

Prevalensi abortus meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada wanita


berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah 50%.3
Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.4

Sangat penting bagi para pelayan kesehatan untuk mengetahui lebih dalam
tentang abortus agar mampu menegakkan diagnosis dan kemudian memberikan
penatalaksanaan yang sesuai dan akurat, serta mencegah komplikasi.

1
BAB II

TINJAUAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. R

RM : 10-28-73

Tanggal lahir : 12 Desember 1994

Umur : 23 tahun

Alamat : Jl. H. A. Mappanyukki RT 04 RW 04, Makassar

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Tanggal Masuk : 23 Februari 2018 pukul 15.00

Tanggal Keluar : 25 Februari 2018

2
II. ANAMNESIS
a. Anamnesis : Autoanamnesis (pada pasien) di kamar bersalin.
b. Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluar darah dari jalan lahir sejak ±20 jam yang lalu. Awalnya
perdarahan hanya berupa flek-flek yang berwarna merah segar kemudian
keluar gumpalan darah. Pasien sudah 3 kali ganti pembalut dan setiap
pembalut selalu penuh. Keluhan disertai nyeri perut bagian bawah. Pasien
memiliki riwayat trauma yaitu terjatuh dari tangga 5 hari yang lalu. Riwayat
penggunaan obat-obatan medis dan tradisonal disangkal. Riwayat
memasukkan benda asing ke jalan lahir disangkal.
d. Riwayat Menstruasi
 Menarche : 14 tahun
 Lama haid : 7 hari
 Siklus haid : 28 hari, teratur
 HPHT : 15-12-2018
e. Riwayat Pernikahan
Menikah 1x, dengan suami sekarang selama ±5 tahun.
f. Riwayat Obstetri
Komplikasi Anak
Tempat Penolong Jenis
No. Tahun Kehamilan BBL Keadaan
Bersalin Persalinan Persalian Kehamilan Persalinan Nifas JK
(gr) Sekarang
1. BPM Bidan 2014 Aterm PPN - - - ♀ 3400 Hidup
2. 2015/UK 9 minggu/Abortus/Spontan/Tidak dikuret
RSKDIA
3. Dokter 2016 Aterm PPN - - - ♀ 2700 Hidup
Pertiwi
4. 2018/Kehamilan sekarang
g. Riwayat Kehamilan Sekarang
 G4P2A1
 Usia Kehamilan : 10 minggu 0 hari
 Taksiran Persalinan : 21-09-2018
 Periksa Kehamilan : 1 kali di dokter praktek

3
 Suntik TT : tidak pernah
h. Riwayat KB
Riwayat pernah menggunakan metode KB suntik tiap 1 bulan selama ±1
tahun setelah melahirkan anak kedua (pertengahan tahun 2016-pertengahan
tahun 2017)
i. Perilaku kesehatan
 Merokok : disangkal
 Minum alkohol : disangkal
 Konsumsi narkoba : disangkal
j. Riwayat Operasi
Tidak pernah
k. Riwayat Penyakit
 Riwayat Hipertensi : disangkal
 Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
 Riwayat Asma : disangkal
 Riwayat Alergi : disangkal
 Riwayat ISK : disangkal
 Riwayat IMS : disangkal
 Riwayat TORCH : disangkal
l. Riwayat Penyakit Keluarga
 Asma : disangkal
 Hipertensi : disangkal
 Riwayat Diabetes melitus : disangkal
 Penyakit Jantung : disangkal
 Alergi : disangkal
m. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tidak bekerja dan tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga,
suami bekerja sebagai karyawan swasta. Biaya pengobatan ditanggung
BPJS. Kesan ekonomi cukup.

4
III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum
- Kesan : Sakit sedang
- Keadaan Gizi : TB: 157 cm, BB: 57 kg
- Kesadaran : E4V5M6 (Compos mentis)
2. Tanda vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg (Normal)
- Nadi : 80 kali/menit, regular, kuat angkat. (Normal)
- Pernapasan : 20 kali/menit (Normal)
- Suhu axial : 36,7˚C (Normal)
3. Pemeriksaan Fisik Umum
- Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-)
- Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Ekstremitas : Edema: Akral: hangat
- -
- -

IV. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI


a. Pemeriksaan luar abdomen
 Inspeksi : Abdomen belum nampak adanya pembesaran, tidak ada
tanda-tanda peradangan, tidak ada bekas operasi.
 Palpasi : Leopold 1 : TFU Tidak teraba
Leopold 2 : Tidak dilakukan
Leopold 3 : Tidak dilakukan
Leopold 4 : Tidak dilakukan
b. Pemeriksaan dalam vagina
 Vulva/Vagina : tidak ada kelainan/tidak ada kelainan
 Portio : lunak
 OUI/OUE : terbuka/terbuka, teraba jaringan

5
 Uterus : kesan membesar
 AD/DC : tidak ada kelainan/tidak ada kelainan
 Pelepasan : darah (+)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. HASIL USG TRANSABDOMINAL (23 Februari 2018)

- Uterus anteflexi, tampak massa hiperekoik di dalam cavum uteri kesan


sisa jaringan hasil konsepsi.

6
b. HASIL PEMERIKSAAN LAB (23 Februari 2018)
DARAH RUTIN
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
WBC 10,00 4,00 – 10,00 x 103/µL
RBC 4,03 4,00 – 6,00 x 106/µL
HGB 12,5 12,0 – 16,0 g/Dl
HCT 35,2 37,0 – 48,0 %
MCV 87,3 80,0 – 97,0 fL
MCH 31,0 26,5 – 33,5 Pg
MCHC 35,5 31,5- 35,0 g/dL
PLT 236 150 – 400 x 103/µL
RDW-SD 43,1 37,0 – 54,0 fL
RDW-CV 14,0 10,0 – 15,0 %
PDW 9,9 10,0 – 18,0 fL
MPV 9,3 6,50 – 11,0 fL
P-LCR 19,7 13,0 – 43,0 %
PCT 0,22 0,15 – 0,50 %

PEMERIKSAAN HASIL
CT 7’ 10’’
BT 2’ 00’’
GDS 102 mg/dL
HBSAg Non Reaktif
VCT Non Reaktif

7
VI. RESUME
Ny. R, 23 tahun, G4P2A1 dengan usia kehamilan 10 minggu datang
dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak ±20 jam yang lalu.
Awalnya perdarahan hanya berupa flek-flek yang berwarna merah segar
kemudian keluar gumpalan darah. Pasien sudah 3 kali ganti pembalut dan
setiap pembalut selalu penuh. Keluhan disertai nyeri perut bagian bawah.
Pasien memiliki riwayat trauma yaitu terjatuh dari tangga 5 hari yang lalu.
Pada tahun 2015 ada riwayat abortus komplit saat usia kehamilan 9 minggu.
Pemeriksaan luar abdomen didapatkan TFU tidak teraba. Pemeriksaan
dalam vagina didapatkan portio lunak, OUE/OUI terbuka/terbuka teraba
jaringan, uterus kesan membesar, pelepasan darah (+).
Pada pemeriksaan USG transabdominal didapatkan uterus anteflexi dan
tampak massa hiperekoik di dalam cavum uteri kesan sisa jaringan hasil
konsepsi. Pemeriksaan laboratorium berupa darah rutin, CT/BT serta GDS
dalam batas normal. HBSAg dan VCT non reaktif.

VII. DIAGNOSIS
G4P2A1 gravid 10 minggu + abortus inkomplit

VIII. PENATALAKSANAAN
a. Pre operasi:
 Digitalisasi, kesan masih tersisa jaringan
 Drips Oxytocin 10 IU dalam 500 ml Ringer Laktat 28 tpm
 Rencana kuretase elektif Sabtu 24/02/2018 pukul 09:00
 Puasa 8 jam pre-operasi
 Siap PRC 2 bag
 Inj. Antibiotic Cefoperazone 1 gr/iv profilaksis 1 jam pre-operasi
b. Post operasi:
 Metilergometrin tab 0,125 mg 3x1
 Asam mefenamat tab 500 mg 3x1
 Cefadroxil tab 500 mg 3x1

8
 Livron tab 1x1
 Vaginal toilet
 Konseling KB

IX. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

9
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Abortus ialah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan digunakan kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1,5

B. KLASIFIKASI
a. Menurut kejadiannya
1) Abortus spontan
Abortus spontan adalah abortus yang berlangsung tanpa tindakan.
2) Abortus provokatus
Abortus provokatus adalah abortus yang terjadi dengan sengaja
dilakukan tindakan. Abortus provokatus terbagi atas dua, yaitu:
• Abortus provokatus medisinalis, yaitu abortus provokatus yang
dilakukan atas indikasi medis. Abortus provokatus medisinalis
didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu.
Di sini pertimbangan dilakukan oleh minimal 3 dokter spesialis
yaitu spesialis Kebidanan dan Kandungan, spesialis Penyakit
Dalam, dan spesialis Jiwa. Bila perlu dapat ditambah pertimbangan
oleh tokoh agama terkait. Setelah dilakukan terminasi kehamilan,
harus perhatikan agar ibu dan suaminya tidak terkena trauma psikis
di kemudian hari.
• Abortus provokatus kriminalis, yaitu abortus provokatus yang
dilakukan tanpa indikasi medis.1

10
b. Menurut derajatnya
1) Abortus imminens
Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan, dimana terjadi
perdarahan pervaginam ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan.
2) Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam dimana
serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi
hasil konsepsi masih dalam kavum uteri.
3) Abortus inkomplit
Abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri masih ada yang tertinggal.
4) Abortus komplit
Abortus komplit adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu.1

C. ETIOLOGI
Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas peristiwa abortus tidak
selalu tampak jelas. Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil
konsepsi yang terjadi secara spontan hampir selalu didahului kematian embrio
atau janin, namun pada kehamilan beberapa bulan berikutnya, sering janin
sebelum ekspulsi masih hidup dalam uterus. Kematian janin sering disebabkan
oleh abnormalitas pada ovum atau zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu,
dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari ayahnya.1,6
 Faktor Fetal
Abnormalitas kromosom merupakan penyebab dari abortus spontan.
Sebuah penelitian meta-analisis menemukan kasus abnormalitas
kromosom sekitar 49% dari abortus spontan. Trisomi autosomal
merupakan anomali yang paling sering ditemukan (52%), kemudian
diikuti oleh poliploidi (21 %) dan monosomi X (13%).1,6

11
 Faktor Maternal
Biasanya penyakit maternal berkaitan dengan abortus euploidi.
Peristiwa abortus tersebut mencapai puncaknya pada kehamilan 13
minggu, dan karena saat terjadinya abortus lebih belakangan, pada
sebagian kasus dapat ditentukan etiologi abortus yang dapat dikoreksi.
Sejumlah penyakit, kondisi kejiwaan dan kelainan perkembangan pernah
terlibat dalam peristiwa abortus euploidi.1,6
1) Infeksi
Organisme seperti Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis,
Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina, virus herpes
simpleks, cytomegalovirus, Listeria monocytogenes dicurigai berperan
sebagai penyebab abortus. Toxoplasma juga disebutkan dapat
menyebabkan abortus. Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma
urealyticum dari traktus genetalia sebagaian wanita yang mengalami
abortus telah menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi
mikoplasma yang menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan
abortus. Dari kedua organisme tersebut, Ureaplasma Urealyticum
merupakan penyebab utama.1
2) Penyakit-Penyakit Kronis yang Melemahkan
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
keadaan ibu misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang
menyebabkan abortus.1,6 Hipertensi jarang disertai dengan abortus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi keadaan ini dapat
menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur. Diabetes
maternal pernah ditemukan oleh sebagian peneliti sebagai faktor
predisposisi abortus spontan, tetapi kejadian ini tidak ditemukan oleh
peneliti lainnya.1
3) Pengaruh Endokrin
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme,
diabetes mellitus, dan defisiensi progesteron. Diabetes tidak
menyebabkan abortus jika kadar gula dapat dikendalikan dengan baik.

12
Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari
korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan
insiden abortus. Karena progesterone berfungsi mempertahankan
desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu
nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut berperan dalam
peristiwa kematiannya.1,6,7
4) Nutrisi
Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling
besar kemungkinanya menjadi predisposisi meningkatnya
kemungkinan abortus. Nausea serta vomitus yang lebih sering
ditemukan selama awal kehamilan dan setiap deplesi nutrient yang
ditimbulkan, jarang diikuti dengan abortus spontan. Sebagaian besar
mikronutrien pernah dilaporkan sebagai unsur yang penting untuk
mengurangi abortus spontan.1,6,7
5) Obat-Obatan dan Toksin Lingkungan
Berbagai macam zat dilaporkan berhubungan dengan kenaikan
insiden abortus. Namun ternyata tidak semua laporan ini mudah
dikonfirmasikan.
6) Faktor-faktor Imunologis
Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat
menyebabkan abortus spontan yang berulang antara lain : lupus
anticoagulant (LAC) dan anticardiolipin antibody (ACA) yang
mengakibatkan destruksi vaskuler, trombosis, abortus serta destruksi
plasenta.
7) Gamet yang Menua
Baik umur sperma maupun ovum dapat mempengaruhi angka
insiden abortus spontan. Insiden abortus meningkat terhadap
kehamilan yang berhasil bila inseminasi terjadi empat hari sebelum
atau tiga hari sesudah peralihan temperatur basal tubuh, karena itu
disimpulkan bahwa gamet yang bertambah tua di dalam traktus
genitalis wanita sebelum fertilisasi dapat menaikkan kemungkinan

13
terjadinya abortus. Beberapa percobaan binatang juga selaras dengan
hasil observasi tersebut.1,6
8) Laparotomi
Trauma akibat laparotomi kadang-kadang dapat mencetuskan
terjadinya abortus. Pada umumnya, semakin dekat tempat pembedahan
tersebut dengan organ panggul, semakin besar kemungkinan terjadinya
abortus. Meskipun demikian, sering kali kista ovarii dan mioma
bertangkai dapat diangkat pada waktu kehamilan apabila mengganggu
gestasi. Peritonitis dapat menambah besar kemungkinan abortus.1,6
9) Trauma Fisik dan Trauma Emosional
Kebanyakan abortus spontan terjadi beberapa saat setelah kematian
embrio atau kematian janin. Jika abortus disebabkan khususnya oleh
trauma, kemungkinan kecelakaan tersebut bukan peristiwa yang baru
terjadi tetapi lebih merupakan kejadian yang terjadi beberapa minggu
sebelum abortus. Abortus yang disebabkan oleh trauma emosional
bersifat spekulatif, tidak ada dasar yang mendukung konsep abortus
dipengaruhi oleh rasa ketakutan marah ataupun cemas.1,6
10) Kelainan Uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan
kelainan yang timbul dalam proses perkembangan janin, defek duktus
mulleri yang dapat terjadi secara spontan atau yang ditimbulkan oleh
pemberian dietilstilbestrol (DES).6,7
Cacat uterus akuisita yang berkaitan dengan abortus adalah
leiomioma dan perlekatan intrauteri. Leiomioma uterus yang besar dan
majemuk sekalipun tidak selalu disertai dengan abortus, bahkan lokasi
leiomioma tampaknya lebih penting daripada ukurannya.
Mioma submokosa, tapi bukan mioma intramural atau subserosa,
lebih besar kemungkinannya untuk menyebabkan abortus. Namun
demikian, leiomioma dapat dianggap sebagai faktor kausatif hanya bila
hasil pemeriksaan klinis lainnya ternyata negatif dan histerogram
menunjukkan adanya defek pengisian dalam kavum endometrium.

14
Miomektomi sering mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat
mengalami ruptur pada kehamilan berikutnya, sebelum atau selama
persalinan.
Perlekatan intrauteri (sinekia atau sindrom Ashennan) paling sering
terjadi akibat tindakan kuretase pada abortus yang terinfeksi atau pada
missed abortus atau mungkin pula akibat komplikasi postpartum.
Keadaan tersebut disebabkan oleh destruksi endometrium yang sangat
luas. Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan amenore dan abortus
habitualis yang diyakini terjadi akibat endometrium yang kurang
memadai untuk mendukung implatansi hasil pembuahan.
11) Inkompetensi serviks
Kejadian abortus pada uterus dengan serviks yang inkompeten
biasanya terjadi pada trimester kedua. Ekspulsi jaringan konsepsi
terjadi setelah membran plasenta mengalami ruptur pada prolaps yang
disertai dengan balloning membran plasenta ke dalam vagina.1,6,7

 Faktor Paternal
Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam
proses timbulnya abortus spontan. Yang pasti, translokasi kromosom
sperma dapat menimbulkan zigot yang mengandung bahan kromosom
terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus.6
1) Faktor fetal
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan
kematian janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan
kematian janin pada hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan
kelainan dalam pertumbuhan janin antara lain kelainan kromosom,
lingkungan kurang sempurna dan pengaruh dari luar. Kelainan
kromosom merupakan kelainan yang sering ditemukan pada abortus
spotan seperti trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks. Lingkungan yang kurang sempurna terjadi bila
lingkungan endometrium di sekitar tempat implantasi kurang

15
sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu. Pengaruh dari luar seperti radiasi,virus, obat-obat yang
sifatnya teratogenik.1,6,7
2) Faktor plasenta
Seperti endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan
menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi
sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi yang menahun.

D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua yang
menyebabakn nekrosis jaringan. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat
perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan
mengawali adanya proses abortus. Karena hasil konsepsi tersebut terlepas
dapat menjadi benda asing dalam uterus yang menyebabkan uterus kontraksi
dan mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih
terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan,
meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau
di kanalis servikalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran
hasil konsepsi. Pada kehamilan 8-14 minggu biasanya diawali dengan
pecahnya selaput ketuban dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat
namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering
menimbulkan perdarahan pervaginam banyak. Pada kehamilan minggu ke 14-
22, janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta
beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam
uterus sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi
perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih
sedikit namun rasa sakit lebih menonjol.
Pada abortus hasil konsepsi yang dikeluarkan terdapat dalam berbagai

16
bentuk yaitu kantong amnion kosong, di dalam kantung amnion terdapat
benda kecil yang bentuknya masih belum jelas (blighted ovum), atau janin
telah mati lama. Plasentasi tidak adekuat sehingga sel tropoblas gagal masuk
ke dalam arteri spiralis. Akibatnya, terjadi peredaran darah prematur dari ibu
ke anak.4,8,9

E. GEJALA KLINIS
Keluhan yang terdapat pada pasien abortus antara lain:
1) Abortus Imminens
 Riwayat terlambat haid dengan hasil βhCG (+) dengan usia kehamilan
dibawah 20 minggu
 Perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak, berwarna
kecoklatan dan bercampur lendir
 Tidak disertai nyeri atau kram
2) Abortus insipiens
 Perdarahan bertambah banyak, berwarna merah segar disertai
terbukanya serviks
 Perut nyeri ringan atau spasme (seperti kontraksi saat persalinan)
3) Abortus Inkomplit
 Perdarahan aktif
 Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan
 Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
 Mulut rahim terbuka dengan sebagian sisa konsepsi tertinggal
 Terkadang pasien datang dalam keadaan syok akibat perdarahan
4) Abortus komplit
 Perdarahan sedikit
 Nyeri perut atau kram ringan
 OUI/OUE sudah tertutup
 Pengeluaran seluruh hasil konsepsi.10

17
F. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Fisik Umum
 Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
 Penilaian tanda-tanda syok
 Periksa konjungtiva untuk tanda anemia
 Mencari ada tidaknya massa abdomen
 Tanda-tanda akut abdomen dan defans muscular

b. Pemeriksaan Ginekologi
1) Abortus iminens
- Ostium uteri masih menutup
- Perdarahan berwarna kecoklatan disertai lender
- Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
- Detak jantung janin masih ditemukan
2) Abortus insipiens
- Ostium uteri terbuka, dengan terdapat penonjolan kantong dan di
dalamnya berisi cairan ketuban
- Perdarahan berwarna merah segar
- Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
- Detak jantung janin masih ditemukan
3) Abortus inkomplit
- Ostium uteri terbuka, dengan terdapat sebagian sisa konsepsi
- Perdarahan aktif
- Ukuran uterus sesuai usia kehamilan
4) Abortus komplit
- Ostium uteri tertutup
- Perdarahan sedikit
- Ukuran uterus lebih kecil usia kehamilan. 10

18
Diagnosis Perdarahan Nyeri Perut Uterus Serviks Gejala Khas
Tidak ada epulsi
Abortus Sesuai usia
Sedikit Sedang Tertutup jaringan
Imminens kehamilan
konsepsi
Tidak ada epulsi
Abortus Sedang- Sesuai usia
Sedang-hebat Terbuka jaringan
Insipiens banyak kehamilan
konsepsi
Lebih kecil Epulsi sebagian
Abortus Sedang-
Sedang-hebat dari usia Terbuka jaringan
Inkomplit banyak
kehamilan konsepsi
Lebih kecil Epulsi seluruh
Abortus Terbuka/
Sedikit Tanpa/sedikit dari usia jaringan
Komplit tertutup
kehamilan konsepsi

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan USG: massa hiperekoik yang tidak beraturan.
 Pemeriksaan tes kehamilan (βhCG): biasanya masih positif sampai 7-10
hari setelah abortus.
 Pemeriksaan darah perifer lengkap. 10

H. DIAGNOSIS BANDING
 Kehamilan ektopik
 Mola hidatidosa
 Missed Abortion.10

19
I. PENATALAKSANAAN
1) Tatalaksana Umum
 Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
 Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan
sistolik <90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal
syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan
tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu
karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
 Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan
komplikasi, berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam
untuk 48 jam:
- Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
- Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
- Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
 Segera rujuk ibu ke rumah sakit.
 Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan
emosional dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
 Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.11

2) Tatalaksana Khusus
a. Penatalaksanaan Abortus imminens terdiri atas :
- Pertahankan kehamilan.
- Tidak perlu pengobatan khusus.
- Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
- Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada
pemeriksaan antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG
panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan penilaian ulang bila
perdarahan terjadi lagi.
- Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG. Nilai
kemungkinan adanya penyebab lain.

20
b. Abortus insipiens
- Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa
tidak nyaman selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi
mengenai kontrasepsi pasca keguguran.
- Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu: lakukan evakuasi isi
uterus. Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
o Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian
bila perlu)
o Rencanakan evakuasi segera.
- Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
o Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi
sisa hasil konsepsi dari dalam uterus.
o Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9%
atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi
- Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
- Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
- Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar
hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb
>8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.

c. Abortus inkomplit
- Lakukan konseling.
- Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan
kurang dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks.

21
- Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu,
lakukan evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah
metode yang dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila
AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan,
berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila
perlu).
- Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU
oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil
konsepsi.
- Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2
jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
- Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
- Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar
hemoglobin setelah 24 jam. BIla hasil pemantauan baik dan kadar Hb
>8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.

d. Abortus komplit
- Tidak diperlukan evakuasi lagi.
- Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan
menawarkan kontrasepsi pasca keguguran.
- Observasi keadaan ibu.
- Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/
hari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
- Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.11

J. RENCANA TINDAK LANJUT


 Melakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional
 Menganjurkan penggunaan kontrasepsi pasca keguguran karena kesuburan

22
dapat kembali kira-kira 14 hari setelah keguguran. Untuk mencegah
kehamilan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) umumnya dapat
dipasang secara aman setelah aborsi spontan atau diinduksi.
Kontraindikasi pemasangan AKDR pasca keguguran antara lain adalah
infeksi pelvik, abortus septik, atau komplikasi serius lain dari abortus.
 Follow up dilakukan setelah 2 minggu. 10

K. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada abortus ialah
 Perdarahan
 Infeksi
 Perforasi
 Syok. 10

L. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam. 10

M. PENCEGAHAN
 Pemeriksaan rutin antenatal
 Makan makanan yang bergizi (sayuran, susu, ikan, daging, telur).
 Menjaga kebersihan diri, terutama daerah kewanitaan dengan tujuan
mencegah infeksi yang bisa mengganggu proses implantasi janin.
 Hindari rokok, karena nikotin mempunyai efek vasoaktif sehingga
menghambat sirkulasi uteroplasenta.
 Apabila terdapat anemia sedang berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari
selama 2 minggu. Bila anemia berat maka berikan transfusi darah. 10

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B. Wiknjosastro GH. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan.


Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu Kebidanan.
Edisi 5. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002 : hal.
302 - 312.
2. Pedoman Diagnosis – Terapi Dan Bagian Alir Pelayanan Pasien, Lab/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RS
Sanglah Denpasar. 2003
3. Griebel CP, Vorsen JH, Golemon TB, Day AA. Management of Spontaneus
Abortion. American Family Physician. October 01 2005;72;1. Accesed on
07 February 2018.
4. Cunningham FG, dkk. Kehamilan pada Manusia. Dalam Hartanto
Huriawati, editor. Obstetric Williams volume satu. Edisi ke-21. Jakarta:
ECG. 2006.Hal 2-33
5. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2006. Standar Pelayanan
Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta . hal 23-25
6. Abortion. In : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap
LC, Wenstrom KD, editors. William Obsetrics. 22nd ed. USA : The
McGraw- Hills Companies, Inc ; 2005 : p. 231-247.
7. Stovall TG. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In : Berek
JS, et all. Novak's Gynaecology. 13th ed. Philadelphia; 2002 : p. 507 – 9
8. Brenner, B., 2004. Haemostatic changes in pregnancy. Thromb. Res. 114, 409–414
9. Toth B, Jeschke U, Rogenhofer N, Scholz C, Wufel W, Thaler CJ, et al. Recurrent
miscarriage: current concepts in diagnosis and treatment. Journal of
Reproductive Immunology 2010; 12(6): 1-8.
10. PB IDI. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer Edisi Revisi Tahun 2014. Jakarta: PB IDI; 2014.

24
11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 1st ed. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.

25

Anda mungkin juga menyukai