Anda di halaman 1dari 18

Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.

ADINE KHAIRUNISA NADYA


Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendapatan merupakan kata kunci yang berpengaruh terhadap laporan laba -rugi dan
neraca. Pendapatan yang telah diakui akan menambah jumlah aset dan mengurangi
liabilitas. Kata “pendapatan” sendiri digunakan dalam laporan laba -rugi yang dinyatakan
sebagai pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan tidak hanya berhubungan
dengan jumlah namun juga dengan waktu. oleh karena itu pengakuan pendapatan
berpengaruh terhadap laporan keuangan.

M enurut PSAK 23, Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendapatan hanya meliputi arus mas uk bruto dari manfaat
ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh entitas untuk dirinya sendiri. Jumlah yang
ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan
manfaat ekonomi yang mengalir ke entitas dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Oleh karena itu, hal tersebut dikeluarkan dari pendapatan. Demikian juga dalam
hubungan keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonom i meliputi jumlah yang ditagih
atas nama prinsipal, yang tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas entitas. Jum la h yang
ditagih atas nama prinsipal bukan merupakan pendapatan, yang merupakan pendapatan
adalah komisi yang diterima.

Pengakuan pendapatan merupakan isu yang sangat krusial dan tidak hentinya
diperbincangkan dalam dunia akuntansi. Pengakuan pendapatan berhubungan dengan
berbagai hal mulai dari keuntungan sampai kerugian yang dialami perusahaan.
Banyaknya perusahaan baik ditingkat nasional maupun tingkat internas ional mengalami
masalah yang berhubungan dengan pengakuan pendapatan menimbulkan banyak
pertanyaan dan penelitian seputar pengakuan pendapatan mulai dari karakteristik

1
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pengakuan pendapatan sampai jumlah pendapatan yang diakui oleh perusahaan yang
menyebabkan kesalahan terjadi pada laporan keuangan .

Salah satu kasus kecurangan pengakuan pendapatan terjadi pada Xerox Corporation.
Pada 6 Januari 2001, The W all Street Journal menerbitkan artikel panjang tentang
analisis praktik akuntansi di Xerox Corporation. Xerox Corporation melakukan
manipulasi pada laporan keuangan tahun 1997-2000. M anipulasi dilakukan pada
pendapatan yang diperoleh dari penjualan mesin fotokopi kepada konsumen dengan
perjanjian jangka panjang. Dalam perjanjian ini, konsumen membayar dimuka untuk
pembelian mesin fotokopi Xerox dan biaya pemeliharaan selama masa perjanjian. Dalam
praktiknya, Xerox Corporation mencatat pendapatan dari pembelian mesin fotokopi dan
pendapatan biaya pemeliharaan awal pada pos pendapatan ditahun pertama. Pendapatan
dari biaya pemeliharaan lainnya dicatat pada tahun-tahun berikutnya selama masa
perjanjian berlangsung. Dari perspektif pembukuan tidak ada kesalahan yang dilakukan
oleh Xerox Corporation. Angka yang tercatat pada laporan keuangan telah sesuai dengan
pendapatan yang telah terealisasi. Pelaporan keuangan Xerox Corporation ini kemudian
diinvestigasi oleh SEC pada tahun 2002. Hasilnya Xerox Corporation terpaksa
mengklasifikasi ulang laporan keuangannya dari tahun 1997 sampai tahun 2000. Hal ini
disebabkan karena Xerox Corporation tidak mengakui pendapatan pada waktu yang
benar.

Sebagai contoh Xerox Corporation menjual mesin fotokopi dengan perjanjian jangka
panjang selama lima tahun seharga US$100 per unit. K onsumen membeli mesin fotokopi
dengan harga US$100 ditambah dengan biaya pemeliharaan US$10 per tahun. M enurut
perjanjian, konsumen harus membayar mesin fotokopi dan biaya pemeliharaan diawal
sehingga konsumen akan membayar US$150 ditahun pertama. Dalam kejadian ini Xerox
Corporation seharusnya mencatat pendapatan ditahun pertama sebesar US$110 terdiri
dari US$100 sebagai harga mesin fotokopi dan US$10 sebag ai biaya pemeliharaan mesin
fotokopi tahun pertama. Akan tetapi pendapatan US$10 diakui sebagai pendapatan pada
tahun kedua dan seterusnya sampai tahun kelima sesuai dengan perjanjian. Dengan
pencatatan ini maka pendapatan Xerox Corporation dari sebuah mesin fotokopi sebesar
US$150 termasuk biaya pemeliharan selama lima tahun. Jumlah yang dicatat Xerox

2
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Corporation tidak berbeda dengan contoh diatas. Xerox Corporation mencatat US$150
sebagai pendapatan sebuah mesin fotokopi dan biaya pemeliharaan selama lima tahun.
Bila dilihat jumlahnya pencatatan Xerox Corporation sudah benar namun SEC perbedaan
terletak pada waktu pengakuan pendapatan penj ualan mesin fotokopi tersebut. D alam
praktiknya Xerox Corporation mencatat pendapatan tahun pertama sebesar US$125
untuk satu unit mesin fotokopi dan US$5 untuk biaya pemeliharaan. Kamudian
pendapatan sebesar US$5 diakui dan dicatat pada tahun kedua dan seterusnya sampai
masa perjanjian selesai. Jum lah dari dua metode pencatatan sama yaitu sebesar US$150
namun pengakuan pendapatannya berbeda. Dengan pencatatan tersebut, Xerox
Corporation mengakui pendapatan lebih besar ditahun pertama sehingga profit tahun
pertama lebih besar dari yang seharusnya. Dengan menaikkan profit ditahun pertama
maka profit tahun-tahun berikutnya salama masa perjanjian dicatat kurang dari yang
seharusnya.

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa Xerox Corporation telah melakukan kecurangan
dalam pelaporan keuangannya. Kejadian ini diinvestigasi oleh SEC yang kemudian
berujung pada pembebanan denda kepada Xerox Corporation sebesar US$10 juta.
Setelah investigasi dilakukan SEC, Xerox Corporation kemudian mengklasifikasi ulang
laporan keuangan dari tahun 1997 sampai tahun 2000. Klasifikasi u lang menunjukkan
penurunan pendapatan sebesar US$3.000 juta dan penurunan profit sebesar US$1.500
juta diimbangi dengan penurunan ekuitas dengan jumlah yang sama. Kasus ini
menunjukkan bahwa pengakuan pendapatan harus sangat diperhatikan oleh perusahaan
terutama pada perusahaan berskala internasional karena kelalaian d alam pengakuan
pendapatan dapat berakibat kerugian bukan hanya berkurangnya pendapatan dan profit
tetapi juga berkurangnya ekuitas perusahaan.

Kasus lain seputar kecurangan pengakuan pendapatan juga terjadi di Indonesia. pada
tahun 2005, PT KAI telah mendapatkan sorotan dari public Indonesia. Perusahaan
BUM N tersebut melakukan manipulasi pada laporan keuangan. Laporan keuangan PT
KAI tahun 2003 dan sebelumnya diaudit oleh Badan Pemeriksaan Keuangan namun pada
tahun 2004, pengauditan laporan keuangan dilakukan oleh BPK dan kantor akuntan
publik S. M anan. Hasil audit laporan keuangan tersebut kemudian diserahkan kepada

3
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

komisaris PT KAI sebelum diumumkan dalam rapat pemegang saham. Hekinus M anao
yang waktu itu menjabat sebagai komisaris PT K AI menolak hasil aud it laporan
keuangan yang dilakuakan oleh BPK dan akuntan publik. Penolakan tersebut bukan tanpa
alasan. Dari hasil audit ditemukan beberapa kejanggalan dalam laporan keuangan. PT
KAI dicatat meraih keuntungan sebesar Rp 6.900.000.000 pada laporan keuangan tahun
2005 namun ternyata kenyataan yang terjadi, perusahaan BUM N tersebut mengalami
kerugian sebesar Rp 63.000.000.000. Perbedaan nilai yang sangat besar terjadi karena PT
KAI mengakui pajak pihak ketiga yang tidak dibayarkan selama tiga tahun sebagai
pendapatan selama tahun 2005. Pencatatan ini tidak seharusnya terjadi karena piutang
yang tidak tertegih seharusnya tidak dapat dianggap sebagai pendapatan maupun aset.
Perbedaan persepsi mengenai pengakuan pendapatan terjadi di pihak internal PT KAI.
Ada yang berpendapat bahwa puitang belum tertagih sudah bisa diakui sebagai
pendapatan karena suatu waktu akan tertagih sebagai pendapatan. Namun beberapa pihak
berpendapatan berkebalikan bahwa puitang belum tertagih tidak seharusnya dicatat
sebagai pendapatan karena faktor-faktor yang membuatnya diakui dan dicatat sebagai
pendapatan bahkan belum dapat terpenuhi. Kasus seperti ini terjadi karena PT KAI belum
dapat menyamakan persepsi mengenai pengakuan dan pencatatan pendapatan yang sesuai
dengan aturan dan kebijakan yang telah disepakati.

Kecurangan dalam pelaporan keuangan terutama pada pencatatan dan pengakuan


pendapatan dapat menyebabkan persepsi atau pandangan yang berbeda terhadap suatu
entitas. Dengan membaca laporaan keuangan, para pemegang saham mendapatk an
informasi terkait kegiatan dan hasil pencapaian perusahaan yang kemudian akan
digunakan sebagai dasar pengambilan kepiutusan terhadap investasi yang akan dilakukan.
Apabila suatu perusahaan mencatat dan mengakui pendapatan lebih besar dari yang
seharusnya maka pemegang saham akan menganggap bahwa perusahaan telah melakukan
kegiatan dengan baik sehingga dapat berkembang sesuai yang diharapkan. Kesalah
pendangan dan intrepetasi seperti ini tidak akan terjadi apabila pencatatan dan pengakuan
pendapatan pada perusahaan dilakukan dengan benar dan jujur. Laporan keuangan tidak
akan mengalami kejanggalan dan pengguna laporan keuangan dapat melihat keadaan
perusahaan yang sebenarnya. Dengan demikian investasi yang dilakukan oleh pemegang
atas dasar kepercayaan dapat dipertanggungjawabkan dengan pencatatan laporan

4
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

keuangan yang benar. Sebaliknya apabila terjadi kecurangan dalam pendapatatan salah
satu pos saja dalam laporan keuangan, kepercayaan yang seharusnya terbangun antara
perusahaan dan pemegang saham akan hilang bersamaan dengan terungkapnya
kecurangan yang terjadi.

Pendapatan merupakan penyebab penting perubahan ekuitas yang berasal dari seluruh
kegiatan operasi perusahaan dan sebagai penentu laba perusahaan dalam laporan laba -
rugi. Untuk mendefinisikan pendapatan diperlukan pemahaman tentang karakteristik
yang harus dipenuhi sehingga suatu jumlah dapat benar -benar diakui sebagai pendapatan.
Pendapatan dapat diakui selama produksi untuk kontrak jangka panjang ( Accounting
Research Bulletin 45), pendapatan dapat diakui setelah produksi selesai pada bidang
pertanian dan pertambangan (Accounting Research Bulletin 43), pendapatan dapat diakui
saat kas diperoleh ketika penjualan real estate terlaksana. Pada tahun 1934, American
Institute of Certified Public Accountants (AICPA) mengadopsi enam aturan dalam
pengakuan pendapatan. Salah satu dari aturan pengakuan pendapatan menjelaskan bahwa
pendapatan dianggap terealisasi ketika penjualan dari kegiatan bisnis dapat terlaksana
kecuali pada keadaan dari pengumpulan hasil penjualan diasumsikan tidak cukup
(Accounting Research Bulletin 43 chapter 1). Pada SFAS No.32 tahun 1979, FASB
menyatakan memulai program menambah standar dari Statement of Position (SO P) dan
Accounting Guides, memodifikasi, dan membuat agar konsisten dengan konsep dan
statemen FSAB dan menerbitkannya sebagai SFASs.

Berbagai teori telah diungkapkan untuk mengatur pengakuan pendapatan. Teori dan
prinsip yang telah ada harus dijadikan dasar bagi perusahaan dan bisnis dalam pengakuan
pendapatan. M eskipun telah cukup jelas diungkapkan tentang bagaimana pendapatan
harus diakui dan diungkapkan namun masih banyak perusahaan yang melakukan
kesalahan dalam pencatatan dan pengakuan pendapatan. Kesalahan tersebut seringkali
tidak dianggap sebagai hal yang serius karena tidak selalu mempengaruhi jumlah
pendapatan. Kesalahan pengakuan pendapatan seringkali berupa pencatatan waktu yang
tidak tepat namun apabila hal ini terus dilanjutkan maka akan berpengaruh terhadap
kesehatan perusahaan.

5
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Banyaknya perusahaan yang mengalami kasus dalam pengakuan pendapatan membuat


penulis ingin meneliti lebih lanjut pengakuan pendapatan khususnya di perusahaan yang
bukan hanya melayani jasa jual beli tetapi juga melaksanakan proses dari pengambilan
bahan baku sampai dengan penjualan barang jadi. Penulis memilih penelitian terhadap PT
Timah Tbk. sebagai perusahaan tambang biji timah yang melakukan seluruh proses m ulai
dari penambangan biji timah sampai dengan menjual hasil jadi biji timah.

Pengakuan pendapatan pada perusahaan terkadang tidak sesuai dengan teori yang ada.
M isalnya dalam pertambangan timah, perusahaan mengambil biji timah. Biji yang telah
ditambang tersebut sudah dipesan maka perusahaan mengakui pendapatannya setelah biji
timah diambil. Tetapi pengakuan pendapatan dengan cara seperti itu tidak dapat
diterapkan pada seluruh usaha. Untuk itu penulis ingin mengetahui bagaimana pengakuan
pendapatan yang terjadi di suatu perusahaan dan mengapa perusahaan tersebut
menggunakan dasar pengakuan pendapatan tersebu t. Penulis ingin melihat apakah
perusahaaan tersebut sudah benar dan sesuai dalam pengakuan pendapatannya sesuai
dengan teori yang ada.

1.2. Rumusan Masalah

Pengakuan pendapatan merupakan hal yang penting bagi perusahaan dalam menyajikan
laporan keuangan dan pengendalian perusahaan. Pengakuan pendapatan yang telah sesuai
dengan teori dan kebijakan yang ada dapat menyajikan informasi yang menjelaskan
waktu terjadinya transaksi dan pengakuan terhadap pendapatan dari transaksi tersebut.

M eskipun teori dan kebijakan mengenai pengakuan pendapatan ini telah banyak diado psi
dan digunakan namun masih banyak perusahaan yang menyalahi aturan pengakuan
pendapatan. Kesalahan dalam pengakuan perndapatan tidak selalu mempengaruhi jumlah
pendapatan akhir namun akan berpengaruh kepada pencatatan waktu pendapatan diakui.
Informasi yang diperlukan perusahaan terkait waktu pengakuan pendapatan diperoleh
dari pencatatan tersebut. artinya apabila pencatatan pengakuan pendapatan tidak tepat
maka perusahaan tidak dapat memperoleh informasi yang tepat dan dapat menyebabkan
kesalahan fatal bagi jalannya perusahaan terutama pada perusahaan yang bergerak di
berbagai bidang seperti PT Timah Tbk. yang melakukan kegia tan operasi berupa

6
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

penambangan sampai dengan penjualan biji timah. Total pendapatan PT Timah Tbk.
sebesar Rp7.822.560.000.000,00 pada tahun 2012. Pengakuan dan pencatatan pendapatan
bagi PT Timah Tbk. jelas menjadi hal yang harus sangat diperhatikan. Kesalahan dalam
pencatatan dan pengakuan pendapatan akan sangat mempengaruhi besarnya pendapatan
per tahun. Kesalahan pengakuan pendapatan yang dilanjutkan dengan pencatatan pos
pendapatan pada laporan keuangan dapat mengakibatkan beberapa kerugian bagi
perusahaan seperti berkurangnya kepercayaan para pemegang saham apabila men getahui
perusahaan melakukan kesalahan pengakuan dan pencatatan dalma laporan keuangan,
terjadinya kesalahan pencatatan lain akibat pencatatan sebelumnya yang tidak tepat,
penurunan nilai saham karena penilaian terhadap kinerja perusahaan yang menurun, dan
lainnya. Kesalahan pengakuan dan pencatatan pendapatan dapat mengurangi pendapatan,
profit, dan tentunya ekuitas yang tertera dalam laporan keuangan. Pembenaran pada
laporan keuangan mungkin saja dilakukan namun keslahan pengakuan dan pencatatan
pendapatan ini akan mempengaruhi pandangan pihak-pihak yang bersangkutan terutama
pada pihak yang menggunakan laporan keuangan seperti pemegang saham, pihak internal
perusahaan, dan auditor. M engingat banyaknya jumlah pendapatan yang tercatat dalam
laporan keuangan PT Timah Tbk., kesalahan pengakuan dan pencatatan pendapatan pada
laporan keuangan tidak seharusnya terjadi. Untuk itu penulis tertartarik untuk meneliti
apakah pengakuan pendapatan yang dilakukan sudah sesuai dengan kebijakan yang
diterapkan dalam PT Tim ah Tbk. dan apakah kebijakan yang diterapkan sesuai dengan
kebijakan yang sudah ada.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis sampaikan maka yang menjadi pertanyaan
penelitian adalah:

1. Apa saja kebijakan yang menjadi dasar perusahaan dalam pengakuan


pendapatannya?
2. Kapan perusahaan dapat melakukan pengakuan pendapatannya sesuai dengan
kejadian dalam perolehan pendapatan tersebut?
3. Apa yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan untuk agar pencatatan
pendapatan dapat dilakukan dengan benar sesuai dengan teori yang ada?

7
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan maka penelitian ini m empunyai
tujuan untuk mengevaluasi kebijakan yang digunakan PT Timah Tbk. mengenai
pengakuan pendapatan.

1.5. Lingkup Penelitian

Penelitiana ini dilakjukan terhadap PT Timah Tbk. yang berlokasi di Pangkalpinang.


Penelitian ini melibatkan berbagai teori mengenai pengakuan pendapatan yang besaral
dari jurnal, buku, dan sumber lainnya. Adapun kebijakan yang digunakan dalam
penelitian ini terbatas pada kebijakan yang berhubungan dengan penjualan dan
pengakuan penjualan yang dapat digunakan sebagai kebijakan acuan untuk
membandingkan kebijakan yang diadopsi pada PT Timah Tbk.

1.6. Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada PT Timah Tbk. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk mengetahui kebijakan yang
tepat untuk diadopsi sehubungan dengan pendapatan dan pengakuan pendapatan serta
mengevaluasi kebijakan yang sudah tepat dengan acuan kebijakan yang telah ada.

8
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB II
LANDASAN TEORI

Bab ini membahas teori-teori yang terkait dengan komponen penting penelitian yaitu
pengertian pendapatan, pengertian pengakuan pendapatan, pernyataan mengenai
pengakuan pendapatan, criteria pengakuan pendapatan, dan jenis-jenis pengakuan
pendapatan yang berkaitan dengan critical event.

Untuk mendefinisikan pendapatan diperlukan pengertian mengenai karakteristik yang


diperlkan sehingga suatu jumlah dapat dikatakan sebagai pendapatan. Berbagai teori telah
diungkapkan untuk menjelaskan pengertian dari pendapatan, diantaranya:

1. Pendapatan adalah hasil dari penjualan barang dan pengolahan jasa yang
diukur dari perubahan kepada konsumen, klien, atau penyewa jasa atas barang
dan jasa yang telah diberikan (Accounting Terminology Bulletin 2).
2. Pendapatan adalah jumlah kotor yang meningkat pada aset dan pengurangan
jumlah kotor pada liabilitas yang diukur sesuai dengan Generally Accepted
Accounting Principal (GAAP) yang merupakan hasil dari aktivitas penghasil
keuntungan (Accounting Principles Board statement 4)
3. Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan aset pada suatu entitas atau
penyelesaian dari liabilitas selama satu periode produksi dan penjualan
barang, pemberian jasa, atau kegiatan lainnya yang berkaitan dengan hasil
kegiatan operasional entitas ( Statement of Financial Accounting Concept
No.6)
4. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang
dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa
(fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa (Ikatan Akuntan Indonesia).

Pendapatan dipengaruhi oleh faktor tertentu ya itu aliran fisik dan aliran moneter. Aliran
fisik terdiri dari kejadian produksi dan penjualan hasil produksi, sedangkan objek
merupakan hasil dari produksi tersebut. aliran moneter terdiri dari nilai yang naik di
dalam perusahaan karena suatu kejadian dan objek yang merupakan nilai nominal yang

9
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

diperoleh dari penjualan hasil produksi. K eempat faktor jelas bersangkutan tetapi tidak
semua faktor dapat merepresentasikan difinisi dari pendapatan.

Dalam buku Teori A kuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Suwardjono (2013,


h.363) mengatakan sebelum pendapatan dapat diakui, pendapatan harus terlebih dahulu
dibentuk. Konsep pembentukan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan terbentuk,
terhimpun, atau terhak bersamaan dengan da n melekat pada seluruh atau totalitas proses
berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan se bagai hasil transaksi tertentu. Konsep
tersebut menjelaskan bahwa pendapatan terbentuk dari seluruh proses operaasional
meliputi penjualan, produksi, dan pengumpulan piutang. K onsep ini disebut earning
process approach atau activities approach.

Setelah pembentukan pendapatan, langkah selanjutnya yang terjadi adalah realisasi


pendapatan. Konsep realisasi pendapatan menyatakan, pendapatan baru dapat dikatakan
terjadi atau terbentuk pada saat terjadi kesepakatan atau kontrak dengan pihak
independen untuk membayar produk baik produk telah selesai dan diserahkan ataupun
belum dibuat sama sekali (Suwardjono, 2013, h.366). Pendapatan dianggap dapat
terealisasi apabila transaksi atau kontrak telah terbentuk. Pendapatan belum dapat
terealisasi sebelum adanya transaksi atau kontrak. Konsep tersebut perupakan transaction
approach yang dikemukakan oleh Herdiksen dan Van Breda (1991). Suwardjono (2013)
menyatakan bahwa konsep realisasi lebih berkaitan dengan masalah pengukuran
pendapatan secara objektif dan lebih bersifat criteria pengakuan dari pada bersifat makna
pendapatan. Konsep realisasi atau pendekatan transaksi lebih menekankan kejadian
(event) yang dapat menandai pengakuan pendaatan yaitu:

1. Kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa lain melalui proses


penjualan yang sah atau semacamnya (missal kontrak penjualan);
2. Penguatan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan diperolehnya aset
lancer (kas, setara kas, atau piutang).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa kejadian 1 merupakan kepastian akan keterukuran


pendapatan yang terhimpun melalui proses pembentukan pendapatan dan kejadian 2
menuntaskan atau meyakinkan pengakuan tersebut.

10
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Konsep-konsep yang telah dijelaskan sebelumnya dapat digunakan untuk memenuhi


criteria pengakuan pendapatan dan meme nuhi kualitas keterukuran (measurability) dan
keandalan (reliability). Pemikiran tersebut menjadi dasar bagi FSAB dalam mengajukan
dua kriteria sesuai dengan SFAC No.5 paragraf 84 tentang pengakuan pendapatan yang
harus terpenuhi yaitu:
1. Realized or realizable
Pendapatan (dan utang) baru dapat diakui setelah pendapatan terealisasi atau
cukup pasti terealisasi. Pendapatan dapat dikatakan telah terealisasi apabila
produk (barang atau jasa), barang daganganh, atau aset lain telah terjual
ditukarkan dengan kas atau klaim atas kas. Pendapatan (dan untung) dapat
dikatakan cukup pasti terealisasi apabila aset berkaitan yang diterima atau
ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas yang memounyai
(a) harga satuan yang tetap tidak tergantung bentuk dan penyajian barang
(interchangeable/fungible units) dan (b) daftar harga barang tersedia di suatu
pasar aktif yang mempu menyerap seluruh kuantitas barang (aset) yang
tersedia di perusahaan tanpa mempengaruhi harga pasar secara cukup berarti.
2. Earned
Pendapatan baru dapat diakui setalah terbentuk. Pendapatan dikatan telah
terbentuk apabila perusahaan telah melakukan secara substansial kegiatan
yang harus dilakukan untuk dapat menhhaki manfaat atau nilai yang terletak
pada pendapatan. Disbanding pendapatan, untng tidak timbul karena proses
pembentukan tetapi karena kejadian tertentu sehingga kriteria terbentuk
kurang penting untuk untung disbanding kriteria terealisasi atau cukup pasti
terealisasi.

Sedangkan Kam (1990, h.243-252) mengemukakan pendapatan baru dapat diakui jika
memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Measurability of asset value


2. Existence of a transaction
3. Substancial completion of the earning process

11
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Untuk mengakui pendapatan diperlukan faktor yang harus terpenuhi agar suatu objek
memenuhi definisi pendapatan dan dapat diakui. Pendapatan merupakan suatu kejadian,
bukan suatu objek. Artinya pendapatan dapat didefinisikan sebagai kejadian dimana
perusahaan mengalami penambahan nilai pada pos tertentu seperti aset dan pengurangan
nilai pada liabilitas. Penambahan pendapatan ini diakui dengan melakukan pencatatan
sejumlah nilai nominal yang bertambah pada laporan keuangan.

M enurut Suwardjono (2013, h.362), pengakuan pendapatan adalah pencatatan jumlah


secara resmi kedalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut tere fleksi dalam
statemen keuangan. Pendapatan dapat diakui apabila memenuhi kualitas keterukuran
(measurability) dan keandalan (reliability). Berdasarkan waktu dan jenis usahanya,
pengakuan pendapatan tidak dapat disamakan satu sama lain. Perusahaan yang bergerak
di bidang yang berbeda akan mempunyai cara yang berbeda dalam pengakuan dan
pencatatan pendapatannya. Pengakuan pendapatan tidak selal u dilakukan saat penjualan
telah terjadi. Contohnya pada perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi. Waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan satu proyek pembangunan bisa jadi lebih dari satu
periode sehingga pengakuan pendapatan tidak dapat dilakukan s eperti transaksi jual beli
pada umumnya. Terdapat empat teori pengakuan pendapatan yang didasarkan pada waktu
kejadian yaitu:

1. Pendapatan diakui selama produksi berlangsung;


2. Pendapatan diakui di akhir proses produksi;
3. Pendapatan diakui saat terjadi penjualan;
4. Pendapatan diakui saat kas diterima.

Dalam PwC Pocket Guide (2013, h.29) disebutkan bahwa kontrak konstruksi merupakan
sebuah kontrak yang dinegosiasikan khusus untuk kontrak terhadap aset atau kombinasi
aset, termasuk kontrak pemberian layanan atau jasa secara langsung yang berhubungan
dengan konstruksi aset tersebut. pendapatan dan biaya pada kontrak konstruksi diakui
dengan menggunakan metode prosentase penyelesaian. Artinya pendapatan, biaya, dan
keuntungan dapat diakui secara bertahap berdasarkan aktivitas kontrak yang telah

12
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dilaksanakan. Pengakuan pendapatan berdasarkan critical event khususnya pada kontrak


konstruksi dijelaskan dalam PSAK 34 poin 22, 23, dan 24 yang berbunyi:
22. Jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan
kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi
diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan memerhatikan
tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal akhir periode pelaporan.
Taksiran rugi pada kontrak konstruksi tersebut segera diakui sebagai beba n
sesuai dengan paragraf 36.
23. Dalam hal kontrak harga tetap, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi
secara andal jika semua kondisi berikut ini dapat terpenuhi:
a) total pendapatan kontrak dapat diukur secara andal;
b) kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan
kontrak tersebut akan mengalir ke entitas;
c) baik biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak maupun tahap
penyelesaian kontrak pada akhir periode pelaporan dapat diukur
secara andal; dan
d) biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak dapat diidentifikasi
dengan jela dan diukur secara andal sehingga biaya kontrak aktual
dapat dibandingkan dengan estimasi sebelumnya.
24. Dalam hal kontrak biaya-plus, hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara
andal jika semua kondisi berikut ini terpenuhi:
a) kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan
kontrak tersebut akan mengalir ke entitas; dan
b) biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak, apakah dapat
ditagih atau tidak ke pelanggan, dapat diidentifikasi dengan jelas dan
diukur secara andal.

13
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Adapun pedoman pengakuan pendapatan telah diringkas dalam SFAC No.5 paragraf 84
yang berbunyi sebagai berikut:
a. Kriteria terbentuk atau terealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk atau
barang dagangan diserahkan atau jasa diberikan kepada konsumen. Oleh
karena itu, pendapatan dari kegiatan produksi dan pemasaran serta untung dan
rugi dari penjualan aset lainnya pada umumnya diakui pada saat penjualan
(dalam arti pertukaran atau pengiriman barang).
b. Jika kontrak penjualan atau penerimaan ka s (atau keduanya) mendahului
produksi dan pengiriman, pendapatan dapat diakui pada saat terhak ( earned)
dan pengiriman (delivery).
c. Jika produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat diakui secara
bertahap dengan metode presentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk
asalkan taksiran yang layak atas hasil pada saat penyelesaian dan taksiran
kemajuan produksi dapat diukur dengan cukup andal.
d. Jika jasa diberikan atau hak untuk menggunakan aset berlangsung secara
menerus salama satu periode dengan kontrak harga yang pasti, pendapatan
dapat diakui bersamaan dengan berjalannya waktu.
e. Jika produk atau aset lain dapat segera terealisasi karena dapat dijual dengan
harga yang cukup pasti tanpa biaya tambahan yang berarti, pendapatan dan
beberapa untung atau rugi dapat diakui pada saat selesainya produksi atau
pada saat harga aset tersebut berubah.
f. Jika produk, jasa, atau aset lain ditukarkan dengan aset nonmoneter yang tidak
segera dapat dikonversi menjadi kas, pendapatan atau untung dan rugi dapat
diakui pada saat mereka telah terhak atau pada saat transaksi telah selesai
asalkan nilai wajar nonmoneter yang terlibat dapat ditentukan dalam kisaran
yang layak.
g. Jika kolektibilitas aset yang diterima untuk produk, jasa, atau aset lain
meragukan, pendaatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.

14
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Dalam pengakuan pendapatannya, setiap perusahaan akan melakukan pengakuan


pendapatan dengan cara yang berbeda. Contohnya pada perusahaan konstruksi,
pendapatan diakui secara bertahap sesuai dengan prosentase pemban gunan yang telah
selesai dikerjakan sedangkan pada perusahaan jual-beli, pendapatan langsung dapat
diakui setelah barang sampai ditangan pembeli dan proses pembayaran terhadap barang
telah selesai dilakukan. Perbedaan pengakuan pendapatan dalam masing -masing
perusahaan ini dapat menimbulkan kesalahan interpretasi dan penyajian laporan
keuangan. potensi kesalah yang m ungkin bisa terjadi adalah pencatatan pos pendapatan
tidak sesuai jumlah yang diperoleh karena dilakukan secara bertahap sehingga ada
perbedaan antara nilai selesainya barang atau produk dengan nilai yang harus dicatat,
waktu pengakuan pendapatan tidak sesuai kenyataan yang terjadi sehingga menimbulkan
kesalahan dalam persepsi waktu bagi pihak yang membaca laporan keuangan, dan
berpotensi menimbu lkan kecurangan dalam waktu pengakuan pendapatan walaupun nilai
yang diakui jumlahnya sama. Potensi kesalahan seperti yang telah dijelaskan dapat
dicegah dengan memahami peraturan dan kebijakan pengakuan pendapatan yang ada
sehingga akan mengurangi kesalahan dan kecurangan yang berhubungan dengan
pengakuan pendapatan.

15
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang bergeraak dibidang pertambangan biji
timah yaitu PT Timah Tbk. terletak di Jl. Jenderal Sudirman 51 Pangkal Pinang 33121,
Bangka, Indonesia

Penelitian ini dilakukan dengan metode:

1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara staff bagian keuangan
melalui e-m ail. Kemudian data diperoleh langsung dari PT Timah Tbk. secara
resmi dengan perantara staff keuangan. Data yang diperoleh berupa kebijakan
yang digunakan untuk pengakuan pendapatan yaitu PSAK 23 tentang
penjualan barang yang berbunyi:
Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut
dipenuhi:
(a) entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang
secara signifikan kepada pembeli;
(b) entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait
dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian
efektif atas barang yang dijual;
(c) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
(d) kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi
tersebut akan mengalir kepada entitas terssebut; dan
(e) biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan tersebut dapat diukur dengan andal.
Adapun term of delivery yang disepakati dalam PT Timah Tbk. berupa Cost,
Insurance, and Freight (CIF) yang berbunyi:
Cost, Insurance, and Freight (CIF) means that the seller delivers when the
goods pass the ship’s rail in the port of shipment. Timah must pay the
costs and freight necessary to bring the goods to the named port

16
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

destination but the risk of lost of or damage to the goods, as well as any
additional costs due to events occurring to the time of delivery, are
transferred from the seller to the buyer. Timah also has to procure marine
insurance against the buyer’s risk of loss of or damage of the goods
during carriage. (International Chamber of Commerce (ICC) – Incoterms
2000)

Term of delivery digunakan sebagai dasar pengentaran barang atau produk


yang siap dikirim kepada konsumen atau pembeli. Dengan adanya Term of
delivery ini, PT Timah Tbk. dan pihak pembeli sama -sama dapat memperoleh
kesepakatan dalam pengantaran barang dengan dasar yang jelas sehingga
dimaksudkan agarv tidak terjadi kesalahpahaman antara pihak penjual dan
pembeli. Dalam Term of delivery telah dijelaskan bahwa PT Timah Tbk.
sebagai penjual harus membayar biaya dan beban yang diperlukan untuk
pengantaran barang atau produk sam pai pelabuhan tujuan (tempat pembeli
berada) tetapi segala risiko kehilangan dan kerusakan serta niaya tambahan
untuk barang yang diangkut, ditransfer dari penjual ke pembeli. PT Timah
Tbk. juga harus menyediakan asuransi laut terhadap pembeli yang dapat
mengganti kerusakan dan kehilangan selama masa pengiriman. Dengan
adanya peraturan ini maka jelas bagi PT Timah Tbk. dan pihak pembeli dalam
kegiatan pengantaran barang atau produk sehingga diharapkan tidak akan
terjadi salah paham atau lempar tanggungjawab terhadap biaya dan segala
risiko yang terjadi selama pengiriman.

2. Analisis
Penulis melakukan pembahasan melalui analisis deskriptif yaitu dengan
membandingkan antara literatur dan teori pengakuan dan pengukuran
pendapatan pada perusahaan tambang menurut Standar Akuntansi Keuangan
dengan praktek ang terjadi pada PT. Timah Tbk. M enganalisis data-data yang
didapatkan dari perusahaan dengan cara membandingkan kebijakan yang
diterapkan PT Timah Tbk. berkaitan dengan pengakuan pendapatan dengan

17
Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah Tbk.
ADINE KHAIRUNISA NADYA
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kebijakan-kebijakan yang diambil dari PSA K, SFAC, dan berbagai kebijakan


lainnya yang mendukung. Analisa kebijakan dilakukan untuk mengetahui
apakah kebijakan yang digunakan oleh PT Timah Tbk. telah sesuai dengan
kebijakan yang seharusnya digunakan untuk perusahaan pertambangan yang
tertera pasa PSAK dan SFAC yang berkaitan.

Langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. M enganalisis kebijakan dari PSAK, SFAC, dan berbagai kebijakan lainnya
yang mendukung.
2. M enganalisis kebijakan yang diterapkan di PT Timah Tbk.
3. M embandingkan analisis kebijakan yang diterapkan di PT Timah Tbk.
dengan kebijakan dari PSAK , SFAC, dan berbagai kebijakan lainnya yang
mendukung.
4. M engidentifikasi perbedaan-perbedaan yang ada dan akibat yang
dihasilkan.

18

Anda mungkin juga menyukai