Anda di halaman 1dari 12

1.

Struktur Anatomi Clavicula


Jawab:
a. Tulang
Clavicula adalah satu-satunya perlekatan tulang antara truncus dan extremitas
superior. Tulang ini dapat diraba sepanjang tulangnya dan memiliki kontur halus
menyerupai huruf S, dengan bagian medialnya cembung ke depan dan bagian
lateralnya cekung ke belakang. Ujung acromial (lateral) clavicula bentuknya pipih,
sedangkan ujung sternal (medial) lebih menonjol dan menyerupai segi empat
(Gambar 7.7)

Ujung acromial clavicula memiliki facies ovalis kecil pada permukaannya untuk
bersendi dengan facies yang serupa pada permukaan medial acromion scapula. Ujung
sternal memiliki facies yang lebih besar untuk bersendi terutama dengan manubrium
sterni, dan juga sedikit dengan tulang rawan costa I.
Permukaan inferior sepertiga lateral clavicula memiliki tuberositas yang jelas,
terdiri atas tuberculum (tuberculum conoideum) dan permukaan yang kasar di lateral
(linea trapezoidea), untuk perlekatan struktur penting berupa ligamentum
coracoclaviculare.
Selain itu, permukaan dan tepi clavicula menjadi kasar karena adanya perlekatan
musculi yang menghubungkan clavicula pada thorax. regio cervicalis, dan extremitas
superior. Permukaan superior lebih halus dibandingkan dengan permukaan inferior.

b. Sendi
1) Sendi sternoclavicularis
Sendi sternoclavicularis terbentuk di antara ujung proximal clavicula dan
incisura ciavicularis dari manubrium sterni bersama dengan bagian kecil dari
tulang rawan costa I (Gambar 7.10. 7.11).
Sendi ini adalah sendi synovialis dan berbentuk pelana. Cavitas articularis
terpisah sempurna menjadi dua kompartemen dengan adanya discus
articularis. Sendi sternoclavicularis memungkinkan gerak clavicula, terutama
pada bidang anteroposterior dan verticalis, walaupun rotasi kadang kala juga
terjadi.
Sendi sternoclavicularis dikelilingi oleh capsula articularis dan diperkuat
oleh empat ligamenta (Gambar 7.10):
• Ligamentum sternoclaviculare anterius dan ligamentum sternoclaviculare
posterius secara berturut-turut terletak di anterior dan posterior sendi.
• Ligamentum interclaviculare saling menghubungkan ujung kedua davicula
dan ke permukaan superior manubrium
• Ligamentum costoclaviculare berada di lateral sendi dan menghubungkan
ujung proximal clavicula ke costa I beserta tulang rawan costanya.
2) Sendi acromioclavicularis
Sendi acromioclavicularis adalah sendi synovialis kecil di antara facies
ovalis pada permukaan medial acromion dan facies yang serupa pada ujung
acromial clavicula (Gambar 7.12: 7.13).
Sendi ini memungkinkan gerak di bidang anteroposterior dan verticalis,
juga sedikit rotasi axial. Sendi acromioclavicularis dikelilingi oleh capsula
articularis dan diperkuat oleh (Gambar 7.12)
• ligamentum acromioclaviculare yang kecil di sebelah superior dari sendi dan
lewat di antara daerah yang berdekatan pada clavicula dan acromion:
• ligamentum coracoclaviculare yang jauh lebih besar, yang tidak secara
langsung terhubung dengan sendi, namun merupakan ligamentum asesorius
yang kuat, menjadi penyangga berat utama untuk extremitas superior pada
clavicula dan mempertahankan posisi clavicula pada acromion. Ligamentum
ini terbentang di antara processus coracoideus scapulae dan permukaan
inferior ujung acromial clavicula dan terdiri atas ligamentum trapezoideum
(yang melekat di linea trapezoidea pada clavicula) di anterior dan ligamentum
conoideum (yang melekat di tuberculum conoideum yang terkait) di posterior.

c. Muskulus
Dua musculus paling superfisial di bahu adalah musculus trapezius dan musculus
deltoideus (Tabel 7.1. Gambar 7.24). Bersama-sama. keduanya membentuk kontur
khas pada bahu: • Trapezius melekatkan scapula dan clavicula ke truncus. •
Deltoideus melekatkan scapula dan clavicula ke humerus. Trapezius dan deltoideus
sama-sama melekat ke permukaan dan tepi spina scapulae, acromion, dan clavicula
yang berlawanan dan struktur ini dapat diraba di antara perlekatan trapezius dan
deltoideus. Sebelah dalam dari trapezius, terdapat tiga musculus yang melekatkan
scapula pada columna vertebralis yaitu levator scapulae, rhomboideus minor, dan
rhomboideus major (Tabel 7.1. Gambar 7.24). Ketiga musculi ini bekerja bersama
musculus trapezius (dan dengan musculi di anterior) untuk memposisikan scapula
pada truncus.
d. Nervus
1) Nervus axillaris
Nervus axillaris berasal dari fasciculus posterior plexus brachialis. Nervus ini
keluar dari regio axillaris melalui spatium quadrangularis di dinding posterior
regio axillaris, dan memasuki regio scapularis posterior (lihat Gambar 7.26).
Bersama dengan arteria dan vena circumfiexa posterior humeri nervus ini
langsung dihubungkan dengan permukaan posterior collum chirurgicum humeri.
Nervus axillaris mempersarafi musculus deltoideus dan musculus teres minor.
Selain itu, nervus ini memiliki cabang kulit, nervus cutaneus brachii lateralis
superior, yang membawa sensasi umum dari kulit bagian inferior musculus
deltoideus.
e. Vaskularis
1) Arteria suprascapularis
Berawal di pangkal leher sebagai cabang truncus thyrocervicalis, yang merupakan
cabang arteria subclavia (Gambar 7.27). Pembuluh darah ini juga bisa berasal
langsung dari bagian ketiga arteria subclavia. Normal arteria suprascapularis
masuk ke regio scapularis posterior di sebelah superior dari foramen
suprascapularis, sedangkan nervusnya melalui foramen suprascapularis. Di regio
scapularis posterior, pembuluh darah ini berjalan bersama nervus suprascapularis
(lihat Gambar 7.26). Selain menyuplai musculus supraspinatus dan musculus
infraspinatus, arteria suprascapularis memberikan cabang-cabang ke banyak
struktur di sepanjang perjalanannya.

2. LO 2 Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price dan
Wilson, 2006).
a. Fraktur clavicula adalah terputusnya hubungan tulang clavicula yang disebabkan oleh
trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputus atau tertarik keluar
(outstretched hand) karena trauma berlanjut dari pergelangan tangan sampai clavicula.

Klasifikasi fraktur
1. Menurut Mansjoer (2002) ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar di
bagi menjadi 2 antara lain:
a. Fraktur tertutup (closed)

Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada
fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak
sekitar trauma, yaitu:
1) Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
2) Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
3) Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam
dan pembengkakan.
4) Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman
sindroma kompartement.
b. Fraktur terbuka (open/compound fraktur) Dikatakan terbuka bila tulang yang patah
menembus otot dan kulit yang memungkinkan / potensial untuk terjadi infeksi dimana
kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah. Derajat patah
tulang terbuka :
1. Derajat I
Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen minimal.
2. Derajat II
Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen jelas.
3. Derajat III
Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.

2. Menurut Mansjoer (2002) derajat kerusakan tulang dibagi menjadi 2 yaitu:


a. Patah tulang lengkap (Complete fraktur)
Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan yang lainya, atau garis
fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya
berubak tempat.
a. Patah tulang tidak lengkap ( Incomplete fraktur )
Bila antara oatahan tulang masih ada hubungan sebagian. Salah satu sisi patah yang
lainya biasanya hanya bengkok yang sering disebut green stick. Menurut Price dan
Wilson ( 2005) kekuatan dan sudut dari tenaga fisik,keadaan tulang, dan jaringan lunak
di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur
tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.

3. Menurut Mansjoer (2002) bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma
ada 5 yaitu:
a. Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya malintang pada tulang dan merupakan
akibat trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi juga.
c. Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya sepiral yang di sebabkan oleh
trauma rotasi.
d. Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
tulang kea rah permukaan lain.
e. Fraktur Afulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.
4. Menurut Smeltzer dan Bare (2001) jumlah garis patahan ada 3 antara lain:
a. Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b. Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c. Fraktur Multiple : fraktur diman garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang
yang sama.

5. Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula menjadi 3 kelompok

a. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula(insidensi kejadian 75-
80%).
a. Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
b. Umumnya terjadi pada pasien yang muda.

b. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%) Terbagi menjadi 3 tipe
berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni (yakni conoid dan trapezoid).

- Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan tulang
maupun ganguan ligament coracoclevicular.

- Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, danligament coracoclavicular
masih melekat pada fragmen.

- Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupunkedua-duanya.

- Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yangmelibatkan AC joint.

- Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkanfragmen proksimal


berpindah keatas.

- Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.


Gambar 3 : Klasifikasi Fraktur Clavicula (Zuckerman 2011)

c. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%). Pada kejadian ini
biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.
6. Klasifikasi berdasarkan Allman:
• Grup I : Fraktur pada pertengahan klavikula (80%). Merupakan tipe yang paling
sering terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
• Grup II : Fraktur pada sepertiga distal (15%).
• Grup III : Fraktur pada sepertiga proximal (5%). Pergeseran minimal terjadi jika
ligamen-ligamen costoclavicular tetap utuh.
Walaupun membantu dalam pembagian tempat trauma, sistem tersebut tidak membagi
berdasarkan pergeseran, kominutif, atau pemendekan, dimana semua variabel tersebut
sangat
potensial dalam menentukan prognosa dan penanganan.

Neer membagi klasifikasi berdasarkan Allman tipe 2 menjadi tiga tipe2,6


• Tipe I : Ligamen coracoclavicular utuh.
• Tipe II : Ligamencoracoclavicular lepas dari segmen medial tetapi ligamen trapezoid
utuh sampai ke segmen distal.
• Tipe IIA :Conoid dan trapezoid menempel sampai ke segmen distal.
• Tipe IIB : Ligamen Conoid sobek, trapezoid menempel sampai ke segmen distal.
• Tipe III : Intra-articular meluas sampai ke sendi acromioclavicular.
Subgrup tipe III yaitu:
Type I: Pergeseran minimal.
Type II: Bergeser .
Type III:Intraarticular.
Type IV: Terpisah pada epifisis.
Type V: Komunitif.
b. Dislokasi Klavikula
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Dislokasi ini merupakan suatu
kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Dislokasi kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi misalnya tumor,
infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatik : merupakan kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak
dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan
tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan system vaskular.Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

Berdasarkan tipe kliniknya dibagi:


1. Dislokasi Akut : Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
2. Dislokasi Kronik
3. Dislokasi Berulang : Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.
Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.

Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih
bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC

De Jong, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih Bahasa : TIM Penerbit Ilmu Kedokteran, editor
: Sjamsuhidajat, R, Edisi 2, EGC : Jakarta

Muttaqin, Arif, 2012. Buku Saku Gangguan Muskuloskletal Aplikasi Pada Praktek Klinik
Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai