PKN Analisis Tawuran Fix PDF
PKN Analisis Tawuran Fix PDF
Diamankan Polisi
KOMPAS.com/IKA FITRIANA
Ketiganya adalah Lorensius Raymundo (18), Indra Prajaya (19), dan N alias Peyek (17).
Mereka merupakan pelajar sebuah SMK swasta di Kota Magelang.
"Ketiganya masih pelajar, sudah kami tetapkan sebagai tersangka," jelas Kepala Polres
Magelang AKBP Yudianto Adhi Nugroho, dalam gelar perkara, Jumat (1/2/2019).
Yudi menjelaskan tiga pelajar kelas XII itu diketahui terlibat dalam aksi tawuran antarpelajar
yang terjadi di Dusun Kadipiro, Desa Mungkid, Kabupaten Magelang, Kamis (31/1/2019)
lalu.
Akibat aksi tersebut seorang pelajar atas nama Narsul Aziz (17), pelajar SMK swasta di
Kabupaten Magelang, tewas akibat tikaman senjata tajam.
Selain itu, empat orang lainnya mengalami luka-luka dan masih dirawat intensif di sejumlah
rumah sakit di Kabupaten Magelang dan Kota Magelang.
"Dari hasil rekaman video, olah TKP, juga pengakuan tersangka, mereka yang membacok
dan menusuk korban sehingga menyebabkan korban meninggal dunia," ungkap Yudi.
Kelompok PKN Analisis Tawuran: Calvin (02), Felicia (07), Jonathan (11), Mary (14),
Shafira (17)
Yudi menegaskan, tersangka akan dijerat pasal 80 ayat 3 UU nomor 35/2014 tentang
Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman pidana penjara maksimal 15 tahun penjara
atau denda Rp 3 miliar.
Saat ini, pihaknya masih melakukan pengembangan guna mengungkap kemungkinan adanya
tersangka lainnya.
"Salah satu tersangka, N, masih di bawah umur sehingga akan kami proses cepat sesuai
ketentuan. Kami juga masih kembangkan terkait kemungkinan adanya tersangka lain.
Sementara 30 pelajar yang terlibat sudah kami periksa sebagai saksi," kata Yudi.
Menurut Yudi, tawuran antarpelajar itu dipicu karena saling ejek di media sosial. Puluhan
pelajar dari kedua SMK itu kemudian berencana untuk saling serang, termasuk melibatkan
para alumni mereka.
Para pelajar itu bahkan telah menyiapkan senjata tajam masing-masing, seperti modifikasi gir
sepeda motor, golok, celurit, hingga seng yang ditajamkan. Puluhan senjata tajam itu dan
sepeda motor kini telah diamankan polisi sebagai barang bukti.
"Tawuran ini sudah dipersiapkan mereka, saat berdatangan ke lokasi pun tidak bergerombol
supaya tidak ketahuan polisi. Sampai di lokasi di tengah sawah mereka membunyikan
patasan dan terjadilah tawuran," papar Yudi.
Lebih lanjut, 2 tersangka yakni Lorensius dan Indra, sebelumnya pernah diamankan polisi
karena kasus yang sama. Rupanya hukuman peringatan tidak menyebabkan mereka jera.
Oleh karena itu Yudi berharap peran aktif serta semua pihak, tidak hanya polisi tapi juga
orangtua, sekolah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam menangani persoalan tawuran
antarpelajar.
Kelompok 1
1. Kejadian ini dimulai pada tanggal 31 januari 2019, kurang lebih pukul 4 sore.
Kejadian ini terjadi setelah sekolah smk Ma’arif mengadakan uji coba UNBK, hal ini
dipicu oleh kedua sekolah yang saling mengejek alumni mereka, sehingga tawuran
pun tidak terhindarkan lagi. Tawuran ini melibatkan 30 orang, termasuk alumni.
Kesepuluh orang ini membawa senjata tajam, seperti parit dan sebagainya. Dari
kejadian ini ada 1 korban jiwa yaitu nazrul azis kelas 12.
2. Masalah ini tidak terlalu luas disebarkan di indonesia. Berita ini dipublikasi oleh
berita online dengan data-data informasi yang kurang lengkap. Menurut kami, ada
beberapa alasan mengapa kasus ini tidak disebar luaskan :
A. Kasus ini tidak terlalu besar dan parah dibandingkan kasus kasus yang pernah
terjadi di indonesia. Biasanya tawuran yangg parah melibatkan 100 orang dan
memakan korban jiwa lebih dari 5 orang.
Kelompok PKN Analisis Tawuran: Calvin (02), Felicia (07), Jonathan (11), Mary (14),
Shafira (17)
B. Rakyat indonesia sudah menganggap tawuran itu hal yang biasa. Hal ini
dikarenakan mindset dari masyarakat yang terlalu sering diperdengarkan
dengan kasus kasus tawuran yang tiidak parah, sehingga kasus kasus seperti
ini tidak lagi menjadi headline berita, karena sudah sering terjadi.
Kelompok II
1. - Pasal 170 KUHP
(1) Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan
kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun enam bulan.
2. dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan
luka berat; 3. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan
mengakibatkan maut.
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribulima ratus rupiah,
Kelompok PKN Analisis Tawuran: Calvin (02), Felicia (07), Jonathan (11), Mary (14),
Shafira (17)
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
1. dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, jika akibat
penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-luka berat;
2. dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika akibatnya ada yang mati.
ayat (2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penghilangan paksa dan penghilangan
nyawa
Pasal 24
Kelompok PKN Analisis Tawuran: Calvin (02), Felicia (07), Jonathan (11), Mary (14),
Shafira (17)
b.Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan,pembinaan, dan latihan
kerja; atau
Hak Atas rasa Aman,Yaitu terdapat dalam Pasal 33 ayat (1). Bagaimanapun juga,
perbuatan tawuran selalu membuat rasa tidak aman terhadap orang lain, terlebih lagi
kepada korban dan orang yang tidak terlibat. Karena sejatinya, definisi sifat perbuatan
tawuran merupakan sinkron dengan isi pasal 33 ayat (1) tersebut, yaitu perbuatan
tawuran merupakan perbuatan yang menyiksa secara kejam dan berdampak negatif
terhadap mental dan fisik bagi korban dan pihak yang bertikai.
Derajat dan martabat kemanusiaannya, yaitu terkandung dalam pasal 33 ayat (2).
Untuk pasal - pasal dari KUHP, disebukan bahwa pelanggaran pada tindakan
tondakannkekerasan tersebut akan dikenakan berbagai hukuman. Walaupun tidak
secara langsung disebutkan bahwa yang dimaksud adalah perilaku tawuran, namun
perilaku - perilaku yang disebutkan termasuk dalam kegiatan tawuran.
Namun dengan adanya kebijakan - kebijakan ini, maka masyarakat juga sudah
terlindungi, karena tindakan yang merugikan masyarakat dapat dikurangi. Sehingga
tujuan dibuatnya kebijakan ini untuk menjaga keamanan dan ketentraman masyarakat
sudah terpenuhi.
Kelompok PKN Analisis Tawuran: Calvin (02), Felicia (07), Jonathan (11), Mary (14),
Shafira (17)
Kelompok III
1) Kebijakan yang diyakini dapat mengatasi masalah.
Menurut kelompok kami, kebijakan ini membutuhkan peran
kepolisian. Kepolisian RI mengkaji data melalui survey atau angket ke
tiap-tiap sekolah yang ada mengenai tingkat tawuran yang ada di sekolah
masing-masing. Setelah data tersebut didapatkan, Polisi melakukan rekap
data dan menentukan titik-titik kritis (Lokasi) tawuran biasanya terjadi.
Setelah itu, pihak kepolisian RI menempatkan personil mereka ke tempat-
tempat yang telah ditandai dari angket yang telah didata, semakin rawan
tempat tersebut terjadi tawuran, personil Polri yang ditempatkan semakin
banyak, begitu pula sebaliknya.
Polisi pun melakukan pengawasan secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam konteks langsung, polisi melakukan pengawasan / Razia
rutin tiap hari-hari libur, atau hari tawuran pelajar sering terjadi.
Pengawasan tidak langsung bisa dilakukan dengan memantau media sosial
dari siswa-siswi sekolah yang sering melakukan tawuran dengan
memantau percakapan dengan desah-desus bisa terjadi aksi tawuran.
Apabila seorang pelajar tertangkap menjalani tawuran tersebut, polisi bisa
memberikan tindakan tegas berupa penangkapan para pelajar yang ikut
tawuran, dan diproses ke pengadilan anak.
2) Keuntungan dari kebijakan tersebut.
1. Tingkat tawuran pelajar semakin minimal
Mengingat dari kebijakan kelompok kami bahwa, dilakukan
pengawasan secara eksplisit maupun implisit, tingkat tawuran pelajar
cenderung menurun. Semua area kritis dan rencana dari tawuran tiap-
tiap sekolah sudah didata oleh polisi, sehingga kurang mungkin bagi
para pelajar untuk melakukan tawuran, karena sudah ada penyiagaan
secara antisipasi oleh polisi dalam menindaklanjuti masalah ini.
2. Dengan tingginya pengawasan dari piihak kepolisian, masyarakat pasti
merasa lebih aman. Hal ini akan membuat tugas polri dapat terlaksana
sebagaimana mestinya.
3. Sosial media yang marak digunakan oleh remaja, membuat pendekatan
yang dilakukan pemerintah tepat sasaran dan efektif. Dalam era
globalisasi ini, banyak sekali tawuran yang terjadi karena masalah-
masalah yang dipacu di dalam sosial media. Masalah ini semakin parah
karena di dalam sosial media, terkadang banyak detail-detail yang
terlewatkan. Dengan pemerintah semakin aktif menggunakan sosial
media sebagai media pengawasan, kami yakin kasus tawuran serta
Kelompok PKN Analisis Tawuran: Calvin (02), Felicia (07), Jonathan (11), Mary (14),
Shafira (17)
kasus-kasus oenyalahgunaan sosial media lainnya akan menurun
drastis.
3) Kebijakan tersebut tidak melanggar peraturan perundang-
undangan.
Pasal 170 KUHP, dalam terjemahan oleh Tim Penerjemah BPHN,
berbunyi sebagai berikut,
(1) Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama
menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Yang bersalah diancam :
1. dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja
menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan
mengakibatkan luka-luka;
2. dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan
mengakibatkan luka berat;
Pasal 358 KUHP merupakan salah satu pasal dalam Buku II Bab XX
tentang “Penganiayaan”. Ini berbeda dengan penempatan Pasal 170 KUHP
dalam Buku II Bab V “Kejahatan terhadap Ketertiban Umum”.
Pasal 358 KUHP, menurut terjemahan Tim Penerjemah BPHN,
menentukan bahwa, Mereka yang sengaja turut serta dalam penyerangan atau
perkelahian di mana terlibat beberapa orang, selain tanggung jawab masing-
masing terhadap apa yang khusus dilakukan olehnya, diancam :
1. dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, jika
akibat penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-luka berat;
2. dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika akibatnya ada
yang mati.
Dalam Pasal 170 KUHP, terdapat unsur dengan terang-terangan dan
dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang.
Hal itu sesuai dengan kebijakan kelompok kami, karena dalam kebijakan
kelompok kami, kami melakukan tindakan antisipasi terhadap kekerasan dari
tindakan tawuran ini yang dilakukan secara publik dimana tindakan ini
dilakukan secara berkelompok dan bersifat kekerasan terhadap orang.
Dalam Pasal 358 KUHP, terdapat unsur “turut serta”. Unsur “Turut
serta” serta di sini adalah dalam arti yang luas, yaitu setiap bentuk keikut sertaan
dalam penyerangan atau perkelahian. Perlu diperhatikan bahwa dalam
penerapan pasal ini kehendak orangorang tersebut yang harus dibuktikan adalah
kehendak untuk bergabung (turut serta dalam arti yang luas, bukan hanya seperti
yang diaksud pada pasal 55 dst) dalam penyerangan/perkelahian itu. Apa
motifnya untuk bergabung dinilai tersendiri, dalam arti jika penggabungannya
itu sambil melakukan tindak pidana lainnya.
Unsur mengenai “penyerangan” dan “perkelahian”. Jika akibat
penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-luka berat, atau jika akibatnya
ada yang mati. Orang yang terlibat dalam penyerangan atau perkelahian hanya
dapat dituntut berdasarkan Pasal 358 KUHP apabila sebagai akibat penyerangan
atau perkelahian itu ada orang yang luka berat atau mati. Sekalipun ada
penyerangan dan perkelahian tetapi pada akhirnya tidak ada yang luka berat
atau mati sebagai akibatnya, maka pasal ini juga tidak dapat diterapkan.
Dalam penuntutan terhadap tawuran berdasarkan Pasal 170 KUHP,
mungkin ada yang dituntut sebagai pelaku dan ada yang dituntut sebagai turut
Kelompok PKN Analisis Tawuran: Calvin (02), Felicia (07), Jonathan (11), Mary (14),
Shafira (17)
serta (Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP), dan kemungkinan pula peristiwa tawuran
itu memiliki penganjur/pembujuk sehingga dapat dituntut dengan
mengaitkannya dengan ketentuan dengan penganjur/pembujuk (Pasal 55 ayat
(1) ke 2 KUHP). Demikian pula penuntutan berdasarkan Pasal 358 KUHP perlu
menyertakan pasal tentang penyertaan. Mereka yang dikenakan Pasal 358
KUHP semuanya berkedudukan sebagai turut serta melakukan (medepleger)
karena bukan mereka yang langsung mengakibatkan orang luka berat atau mati,
tetapi semua bertanggungjawab sebagai turut serta.
Kelompok PKN Analisis Tawuran: Calvin (02), Felicia (07), Jonathan (11), Mary (14),
Shafira (17)