FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON 2019 MEMASTIKAN KEHIDUPAN YANG SEHAT DAN MENDUKUNG KESEJAHTERAAN BAGI SEMUA UNTUK SEMUA USIA KONTRIBUSI SDGs DALAM MASA KANAK – KANAK
Masa kanak – kanak adalah periode kritis untuk pengembangan modal
manusia dn sosial, dan sangat menentukan dalam mempersiapkan masyarakat untuk menjadi makmur, berkelanjutan dan inklusif di masa depan. OECD tela menjadikan kesejahteraan anak sebagai focus beberapa penelitian baru – baru ini, termasuk “Kesejahteraan Anak”. Portal data “Diluncurkan pada 2017”, laporan PISA 2015 tentang kemakmuran siswa (2017). Beberapa target SDG juga secara eksplisit dirahkan pada bayi dan anak – anak misalnya, beberapa target “Pendidikan Berkualitas”. Agenda 2030 adalah daftar komitmen kebijakan, yang disetujui oleh pemerintah nasional. Dengan demikian, memiliki ruang lingkup dan tujuan yang berbeda dari kerangka kesejahteraan anak OECD, yang merupakan diagnostic alat untuk menilai kesejahteraan anak – anak. Namun, ada beberapa tumpang tindih yang jelas dalam hal aspek kehidupan dipertimbangkan. Misalnya, kebutuhan material dasar anak – anak, kondisi perumahan, kesejahteraan, dan pendidikan dicakup oleh kedua inisiatif. Keduanya juga saling melengkapi, disatu sisi SDG memperluas perspektif kerangka kesejahteraan anak menuju aspek lain dari kehidupan yang membentuk lingkungan anak – anak, seperti 17 tujuan “ Kemitraan untuk Tujuan”. Di sisi lain, kerangka kesejahteraan anak memberikan informasi tambahan tentang aspek kehidupan yang tidak dianggap di SDGs, dan kualitas kehidupan sekolah. Berdasarkan indikator yang tersedia yang termasuk dalam daftar resmi PBB, Negara – Negara OECD rata – rata paling jauh dari mencapai target mereka untuk anak – anak dan remaja secara keseluruhan pendidikan, kemiskinan dan pekerjaan yang layak dan ekonomi. Dalam sasaran ini, kinerja bervariasi dari target ke target. Jarak untuk melakukan perjalanan dalam pendidikan sangat besar dengan lebih dari 25% siswa berusia 15 tahun di OECD berada di bawah tingkat kemampuan dasar di Indonesia berhitung atau melek huruf, dan sekitar 20% tidak mencapai kemahiran dasar dalam keterampilan ilmu lingkungan. Bidang kinerja yang buruk dengan 14% anak – anak OECD hidup dalam kemiskinan relatif untuk bagian orang dewasa muda yang mengalami lingkungan kerja berkualitas buruk, pengangguran dan bagian kaum muda yang tidak bekerja, pendidikan atau pelatihan semuanya mewakili area dimana Negara – Negara OECD juga memiliki jarak yang jauh untuk melakukan perjalanan guna memenuhi level target. Ini namun penting utuk menekankan bahwa manakah ini melaporkan hasil rata – rata nasional, tetapi jarak ke target mungkin juga bervariasi di setiap Negara. Beberapa anak dan remaja akan lebih jauh dari target daripada yag lain ketika memperluas analisis ke indicator diluar daftar resmi PBB, yang meningkatkan cakupan keduanya. Tujuan dan sasaran disorot diantara Negara – Negara dimana OECD berada jauh dari memenuhi komitmen SDG mereka. Namun, beberapa area prioritas tambahan, dan khususnya obesitas anak – anak, dan kaum muda persepsi korupsi dan kepercayaan mereka pada institusi. Studi ini juga menawarkan beberapa wawasan tentang apakah kinerja Negara – Negara OECD pada target SDG berbeda jika focus diletakan pada anak – anak dan remaja, bukan pada total populasi. Mungkin ada perbedaan besar antara Negara OECD dalam seberapa jauh mereka perlu melakukan perjalanan untuk memenuhi target SDG untuk anak – anak dan remaja. Variasi dalam kinerja sangat besar antara Negara – Negara OECD dalam beberapa jauh mereka perlu melakukan perjalanan untuk memenuhi target SDG untuk anak – anak dan remaja. Variasi dalam kinerja sangat besar untuk makanan dan gizi dan kemiskinan pendapatan misalnya, di Denmark, Belanda, Swiss dan Norwegia adalah antara 10% dan 15% sementara itu mencapai lebih dari 25% pada Yunani dan Kanada. Sebaliknya,kineja Negara – Negara OECD jauh lebih homogen. Misalnya, semua Negara OECD telah mencapai target kematian ibu, kematian bayi baru lahir dan balita. [1] DAFTAR PUSTAKA