Anda di halaman 1dari 96

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit tidak menular yang masih menjadi

masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Seiring dengan semakin

meningkatnya morbiditas dan mortalitas dalam waktu yang

bersamaan,dimana di Indonesia peningkatan kasus dapat berdampak negatif

terhadap ekonomi dan produktivitas bangsa, karena pengobatan stroke

membutuhkan waktu lama dan memerlukan biaya yang besar(Darotin

dkk,2017). Seseorang yang dinyatakan kondisi fisiknya sehat oleh dokter,

secara mendadak dapat terserang stroke secara tiba-tiba. Penderita tidak lagi

didominasi oleh masyarakat kalangan bawah tetapi juga kalangan pejabat dan

masyarakat menengah ke atas. Serangan Stroke dapat terjadi jika pembuluh

darah yang membawa darah ke otak pecah atau tersumbat karena terjadinya

gangguan sirkulasi pembulu darah yang menyediakan darah ke otak (Ratna,

2011).

Berdasarkan penelitian sebelumnya di Puskesmas gajahan Surakarta

mengatakan bahwa Dukungan keluarga yang didapat pada pasien pasca

Stroke didapatkan jika pada 25 responden mendapatkan dukungan keluarga

yang baik sedangkan 21 responden mendapatkan dukungan keluarga yang

tidak baik (Oktaviani, 2017).

Data dari American Heart Association (AHA) melaporkan bahwa

stroke merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada tahun

2015. Jumlah kematian meningkat sebesar 5% antara 2005 dan 2015


2

(Benjamin dkk, 2018). Kejadian stroke setiap tahun di Indonesia mencapai

sekitar 500.000 penduduk dan sekitar 125.000 orang meninggal sedangkan

sisanya mengalami kecacatan ringan maupun berat (Hanumn dkk,

2017)Menurut data Kemenkes, prevalensi stroke naik 7% (2013) menjadi

10,9% (2018) di Jawa Timur, jumlah pasien stroke berdasarkan diagnosa

dokter menempati urutan kedelapan dimana prevalensi kasus stroke tertinggi

didapatkan pada usia ≥75 tahun (Bandan Penelitian Dan Pengembangan

Kesehatan, 2018) Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Jombang pada

tahun 2017 menyatakan bahwa sebanyak 517 orang menderita stroke dan

paling banyak terjadi pada laki-laki sekitar 287 sedangkan perempuan

sebanyak 230. Pada data tersebut diketahui bahwa penderita penyakit stroke

didominasi pada Puskesmas Cukir yakni sebanyak 110 orang, kedua

didominasi oleh Puskesmas Mojowarno sebanyak 42 orang dan yang ketiga

didominasi pada Puskesmas Bareng sebanyak 33 orang. Adanya data tersebut

maka pada penelitian ini akan membahas mengenai penyakit stroke yang ada

di Puskesmas Cukir, karena pada Puskesmas tersebut memiliki pasien stroke

yang paling mendominasi dibandingkan dengan Puskesmas lainnya.

Penyakit stroke tidak terjadi dengan sendirinya melainkan terdapat

beberapa tanda gejala pada penyakit stroke yakni kelemahan pada wajah

tangan atau kaki pada satu tubuh atau seluruh tubuh,sulit berbicara,

pengelihatan ganda mendadak kesulitan berjalan dan kehilangan

keseimbangan pada orang yang sudah terkena Stroke biasanya hanya bisa

berbaring ditempat tidur saja bahkan untuk berkomunikasi saja sangat sulit

untuk dilakukan. PenelitianCameron dkk(2014)menyatakan bahwa sebanyak


3

50% penderita stroke akan mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas

seperti, menyiapkan makanan, berjalan kaki, mandi, Melakukan pekerjaan

rumah tangga dan bepergian. Penderita stroke tidak dapat mandiri tetapi

mereka memerlukan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Sepertiga dari penderita stroke memerlukan perawatan lanjutan minimal

selama 3 bulan untuk meningkatkan kemampuan mandiri keluarga dalam

menjalankan sebuah peran pendukung yang penting selama periode

pemulihan dan rehabilitasi klien. Menurut Mubarak dkk (2009)fungsi

perawatan keluarga salah satunya membahas tentang dukungan atau

(Reinforcement) jika didalam suatu keluarga ada yang sakit maka keluarga

yang lain harus memberi dukungan kepada keluarga yang sakit. Keluarga

memegang peran penting dalam memelihara kesehatan fisik keluarganya serta

bertugas untuk membangkitkan dorongan dan semangat kepada anggota

keluarganya(Torwanto & Wartonah, 2003) Jika didalam suatu keluarga ada

yang sakit dan keluarga yang lain tidak ada yang mendukung maka tingkat

kesembuhan akan berkurang maka dari itu dukungan keluarga sangatlah

dibutuhkan. Di dalam penelitian Taylor, (1995)menjelaskan tentang

dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah penekanan masalah

yang sedang dihadapi. Seseorang dengan dukungan keluarga yang tinggi akan

lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang

tidak memiliki dukungan sama sekali. Keluarga merupakan lingkungan

pertama yang dikenal oleh individu dalam proses sosialisasinya. Dukungan

keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain

berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima
4

dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tentram. Jika dukungan ini

tidak tersedia, keberhasilan pemulihan atau rehabilitasi menurun secara

signifikan (Friedmn dkk, 2010)selain itu Dukungan Keluarga adalah sumber

daya sosial yang dapat membantu individu dalam menghadapi suatu kejadian

yang menekan. Dukungan Keluarga juga mempunyai hubungan yang positif

yang daapat mempengaruhi kesehatan individu dan kesejahteraannya atau

dapat meningkatkan kreativitas individu dalam kemampuan penyesuaian

yang adaptif terhadap stres dan rasa sakit yang dialami (Wangmuba, 2009)

Pada penderita stroke mereka akan mengalami kesulitan dan

keterbatasan saat melakukan aktivitas sehari- hari yang berdampak pada

hubungan, keintiman baik dalam pekerjaan maupun hobi (Mahreswati, 2012).

Oleh karna itu hal yang perlu dipertimbangkan oleh keluarga adalah tingkat

kemandirian atau tingkat ketergantungan pasien terhadap orang lain dalam

melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari atau lebih dikenal denganActivity

Daily Living (ADL) (Mulyatsih dkk, 2010) menurut Daily dkk (2017) ada

beberapa faktor yang berhubungan dengan ADL Pengetahuan, dukungan

keluarga dan Motivasi. Menurut Alligod & Tomey (2006) Nursalam, (2017)

Orem mendefinisikan bahwa faktor dasar yang dapat mempengaruhi

kemandarian dalam perawatan diri (self-care) yaitu sistem keluarga ,gender,

pola hidup, tahap perkembangan, usia, sistem pelayanan kesehatan,

lingkungan eksternal dan tinggkat kesehatan. Konsep ini mendasari peran

perawat dalam memenuhi kebutuhan perawatan dari klien utuk menerapkan

kemandirian dan kesehatan yang optimal.


5

Berdasarkan uraian fakta dan masalah diatas, peneliti tertarik

melakukan penelitian tentang “ Hubungan Dukungan keluarga dengan

kemandirian Activity daily livingpasien post Stroke diwilayah kerja

Puskesmas Cukir Diwek Jombang ”.

1.2 Identifikasi Masalah


Dari uraian latar belakang diatas,Dapat di identifikasi masalah yang

mempengaruhi kemandirian pada pasien post stroke adalah Dukungan

Keluarga. Pada Pasien post stroke memerlukan dukungan dalam pemenuhan

kebutuhan fisik,karna pasien post stroke tidak atau kurang mampu untuk

melakukan aktifitas sehari-hari dengan mandiri. Adanya dukungan dari

keluarga merupakan kebutuhan yang dianggap berperan dalam kemandirian

pada Pasien Post Stroke

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ apakah ada hubungan

antara dukungan keluarga dengan kemandirianActivity Daily Living Pasien

post Stroke di Wilayah Puskesmas Cukir Diwek Jombang “

1.4 Batasan Masalah

Agar permasalahan tidak terlalu luas karna kompleksnya

permasalahan pada pasien stroke ,maka penulis hanya memfokuskan pada

masalah dukungan keluarga dengan kemandirian Activity Daily Living pasien

post stroke Di Wilayah Kerja Puskesmas Cukir


6

1.5 Tujuan

1.5.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan

kemandirianActivity Daily Living Pasien post Stroke Wilayah kerja

Puskesmas Cukir Diwek Jombang

1.5.2 Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi Dukungan Keluarga pada Pasien Post Stroke

Wilayah kerja Puskesmas Cukir Diwek Jombang

b. Mengidentifikasi kemandirianActivity Daily Living pada Pasien Post

Stroke Wilayah kerja Puskesmas Cukir Diwek Jombang

c. Menganalisis hubungan Dukungan Keluarga dengan

kemandirianActivity Daily Living pasien post stroke Wilayah kerja

Puskesmas Cukir Diwek Jombang

1.6 Manfaat penelitian

1.6.1 Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat memperkaya konsep dan teori

yang menyongkong perkembangan ilmu pengetahuan tentang dukungan

keluarga dengan kemandirian pasien post stroke Penelitian ini juga dapat

menjadi masukan bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan

penelitian lebih lanjut


7

1.6.2 Praktis

a. Keluarga

Memberikan pemahaman tentang dukungan-dukungan yang perlu

diberikan kepada keluarga dan Pasien Post Stroke agar mereka dapat

menikmati aktivitas sehari-hari.

b. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan mengenai pentingnya dukungan keluarga

terhadap kemandirian Activity Daily Living pada Pasien Post Stroke

serta menambah pengalaman dalam hal penulisan.

c. Bagi institusi pendidikan

Sebagai informasi dan menambah pengetahuan baru terkait tentang

hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian Activity Daily

LivingPasien Post Stroke

d. Bagi Responden

Keluarga dapat menerapkan dukungan keluarga dan kemandirian

Activity Daily Living Pasien Post Stroke

e. Bagi lahan

Dapat sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan dalam aspek

psikologis bagi Pasien Stroke


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dukungan
2.1.1 Definisi Dukungan
Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan

orang lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan dorongan

atau motivasi, Semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi

pembuat keputusan(Caplin, 2006)

Sedangkan menurutKuntjoro (2002) dukungan adalah informasi verbal

atau pun non verbal, saran, bantuan, yang nyata atau pun tingkah laku yang

diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan

sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan

keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya

atau dukungan adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orangorang

yang diandalkan, menghargai dan menyayangi kita.

Dukungan adalah suatu nasihat atau dorongan yang diberikan kepada

seseorang yang sedang menghadapi masalah dan bertujuan untuk

meninggkatkan semangat individu itu sendiri.

2.1.2 Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh

perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya umum, meninggkatkan perkembangan fisik,

mental,emosional, dan sosial dari individu-individu yang ada

8
9

didalamnya terlihat pola interaksi yang paling ketergantungan untuk

mencapai tujuan bersama (Achar, 2010)

2.1.3 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur

keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat

beberapa fungsi keluarga menurut (Achar, 2010)yaitu :

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi

kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan

respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap

anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana

cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan

sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak,

memebrikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,

meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga produktif

terhadap sosial dan bagaimana keluarga memperkenalkan anak dengan

dunia luar dengan belajar berdisiplin, mengenal budaya dan norma

melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan

dalam masyarakat.

c. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga

dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga


10

serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan

spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta

mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti

sandang,pagan dan kebutuhan lainya melalui keefektifan sumber dana

keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan

keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

e. Fungsi Biologis

Fungsi biologis bukan hanya ditunjukan untuk meneruskan

keturunan terapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk

kelanjutkan generasi selanjutnya.

f. Fungsi Psikologis

Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih

sayang dan rasa aman, memebrikan perhatian diantara anggota

keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan

memberikan identitas keluarga.

g. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan

pengetahuan, keterampilan, membentuk perileku anak, mempersiapkan

anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tinggkat

perkembanganya.
11

2.1.4 Tipe Keluarga

Berbagai bentuk dan tipe keluarga, berdasarkan berbagai sumber,

dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dan non keluarga tradisional

seperti:

a. Menurut Achar (2010)pembagian tipe keluarga :

1) Keluarga Tradisional

a) Keluarga inti adalah keluaraga yang terdiri dari suami,istri dan

anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama

b) Keluaraga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga hanya

dengan satu orang yang mengeplei akibat dari perceraian,

pisah atau ditinggalkan.

c) Pasangan inti, hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa

anak atau tidak anak yang tinggal bersama mereka.

d) Bujang dewasa yang tinggal sendiri

e) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari

nafkah, istri tinggal dirumah dengan anak sudah kawin atau

bekerja

f) Jaringan keluarga besar: terdiri dari dua keluarga inti atau lebih

atau anggota keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan

dalam daerah geografis

2) Kehidupan Non Tradisional

a) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak

menikah
12

b) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai

anak

c) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin

sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah

d) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih

satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama

2.1.5 Pengertian Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang

melindungi seseorang dari efek stress yang buruk (Sutini, 2018).

Dukungan keluarga menurut Friedman et al(2010)adalah sikap tindakan

peneriman keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan

informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan

emosional. Jadi dukungan adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang

meliputi sikap, tindakan da penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga

angota keluarga merasa ada yang memperhatikan

2.1.6 Jenis-jenis Dukungan Keluarga


Menurut Sutini(2018)menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai

sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan. Terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga

yaitu:

a. Dukungan emosional berfungsi sebagai pelabuhanistirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan emosional serta meningkatkan

moral keluarga (Friedman et al., 2010)Dukungan emosianal


13

melibatkan ekspresi empati, perhatian, pemberian semangat,

kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan emosional. Dengan semua

tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman dan mengarahkan

individu untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati, dan dicintai, dan

bahwa orang lain bersedia untuk memberikan perhatian (Sarafino &

Smith, 2011)

b. Dukungan informasi, keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

disseminator (penyebar) informasi tentang dunia (Friedman,

2003)Dukungan informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga dalam

bentuk nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi

atau memecahkan masalah yang ada (Sarafino & Smith, 2011)

c. Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber

pertolongan praktis dan konkrit (Friedman, 2003). Dukungan

instrumental merupakan dukungan yang diberikan oleh keluarga

secara langsung yang meliputi bantuan material seperti memberikan

13 tempat tinggal, memimnjamkan atau memberikan uang dan

bantuan dalam mengerjakan tugas rumah sehari-hari (Sarafino &

Smith, 2011)

d. Dukungan penghargaan, keluarga bertindak (keluarga bertindak

sebagai sistem pembimbing umpan balik, membimbing dan

memerantai pemecahan masalah dan merupakan sumber validator

identitas anggota (Friedman, 2003). Dukungan penghargaan terjadi

melalui ekspresi penghargaan yang positif melibatkan pernyataan

setuju dan panilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa


14

orang lain yang berbanding positif antara individu dengan orang lain

(Sarafino & Smith, 2011)

2.1.7 Faktor yang mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Sutini (2018)faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan

keluarga adalah:

a. Faktor Internal

1) Tahap Perkembangan

Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal

ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian

setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon

terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

a) Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk

oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar

belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu. Kemampuan

kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk

kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan

dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang

kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.

b) Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap

adanya dukungan dan cara melakukannya. Seseorang yang

mengalami respon stress dalam setiap perubahan hidupnya

cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin


15

dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit

tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang

secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon

emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang

tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap

ancaman penyakit mungkin.

c) Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang

menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang

dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan

kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

b. Eksternal

1) Praktik Keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya

mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya, klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan

pencegahan jika keluarga melakukan hal yang sama.

2) Faktor sosio-ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko

terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang

mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel

psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan

lingkungan kerja.Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan

persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi


16

keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi

tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap

terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Sehingga ia akan segera

mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada

kesehatannya.

3) Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan

kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara

pelaksanaan kesehatan pribadi.

2.2 Konsep Kemandirian Activity Daily Living

2.2.1Pengertian Kemandirian

Kemandirian adalah dimana seseorang dapat mengurus dirinya sendiri,

ini berarti bahwa jika seseorang sudah menyatakan dirinya siap mandiri

berarti dirinya sesedikit mungkin minta pertolongan atau tergantung kepada

orang lain(Bandiyah, 2012)

Kemandirian berasal dari kata diri, maka pembahasan mengenai

kemandirian tidak dapat dilepaskan dari perkembangan diri itu sendiri. Diri

adalah inti dari kepribadian dan merupakan titik pusat yang menyelaraskan

dan mengkoordinasikan seluruh aspek kepribadian (Surakhmad,

2008)Kemandirian dapat juga diartikan sebagai suatu kondisi dimana

seseorang tidak tergantung kepada otoritas dan tidak membutuhkan arahan

secara penuh (Parker, 2006)


17

2.2.2 Pengertian Activity Daily Living

ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-

hari. ADLmerupakan aktivitas pokok-pokok bagi perawatan diri. ADL dapat

diukur menggunakan index barthel yang meliputi

BAB,BAK,berdandan,berpakian, makan, berpindah tempat, berjalan,

memakai baju,naik tangga dan mandi

2.2.3Faktor Faktor yang berhubungan dengan Activity Daily Living

Menurut Aini et al. ( 2017)

a. Pengetahuan

Pada pasien post stroke memang membutuhkan pengetahuan

dan pemahaman dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari.

Jika tidak dipahami akan menyebabkan lamanya proses penyembuhan.

b. Dukungan keluarga

Kesembuhan pasien post stroke akan sangat terbantu jika

keluarga memberikan dorongan, Dukungan keluarga tidak hanya

diberikan dalam aspek fisik tetapi aspek emosional pun juga adanya

dukungan dari orang sekitar akan dianggap sangat berperan dalam

proses pemulihan kondisi pasien

c. Motivasi

Jika pasien selalu dimotivasi untuk melakukan kegiatan

sehari-hari akan mempercepat penyembuhan pasca stroke, sehingga

pasien dapat secara mandiri melakukan aktivitasnya.


18

2.2.4. Bentuk ADL

a. Tentang mandi, dinilai kemampuan klien untuk mengosok

gigi/membersihkan sendiri seluruh bagian badanya, atau lebih dalam

hal mandi dengan cara pancuran atau dengan cara masuk keluar sendiri

dari bath tub. Dikatakan independent (mandiri), bila dalam melakukan

aktivitas ini, klien hanya memerlukan bantuan untuk contohnya

mengosok/membersihkan sebagaian tertentu dari anggota badanya.

Lansia mampu mandi sendiri tapi tak lengkap seluruhnya. Dikatakan

dependent bila klien memerlukan bantuan untuk lebih dari satu bagian

badanya.

b. Dalam berpakaian, dikatakan independent bila tak mampu mengambil

sendiri pakian dalam lemari atau laci misalnya, mengenakan bajunya

sendiri,memasang kancing baju atau resleting (mengikat tali sepatu,

dikecualikan).

c. Ke toilet ,dikatakan independent bila lansia tidak mampu ke toilet

sendiri beranjak dari kloset, merapikan pakian sendiri, membersihkan

sendiri orang eksresi, bila harus menggunakan bed pan hanya

digunakan di malam hari.

d. Transferring, dikatakan independent bila mampu naik-turun sendiri ke

tempat tidur atau kursi. Bila hanya memerlukan sedirkit bantuan yang

bersifat mekanis, tidak termasuk. Sebaliknya, dependen bila selelu

memerlukan bantuan untuk kegiatan tersebut.


19

e. Kontinensia, tergolong independt bila mampu BAB/BAK sendiri.

Sebaliknya termasuk dependen jika salah satu dari keduanya

memerlukan enema/katater.

f. Makan, diakatan indepeden bila mampu menyuap makanan sendiri,

mengambil dari piring. Dalam penilian tidak termasuk mengiris

potongan daging (Sugiarto, 2005)

2.2.5 Cara Mengukur Activity Daily Living

ADL termasuk mencakup kategori yang sangat luas dan dibagi-bagi

menjadi beberapa kategori atau domain seperti transfer, makan minum,

toileting/higieni pribadi, komunikasi, berpakaian, berpakaian, mobilitas,

mandi,vokasional,rekreasi,instrumental ADL dasar,sering disebut ADL saja,

merupakan ketrampilan dasar yang memang harus dimiliki seseorang untuk

merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi,

berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang

air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga

disertakan kemampuan mobilitas(Sugiarto, 2005)

Pengkajian ADL sangatlah penting untuk mengetahui tingkat

ketergantungan atau besarnya bantuan yang diperlukan dalam kehidupan

sehari-hari. Pada Pengukuran kemandirian ADL akan lebih mudah dinilai

dan dievaluasi secara kuantitatif dengan adanya sistem skor yang sudah

banyak dikemukakan oleh berbagai penulis ADL dasar, yaitu ketrampilan

yang paling dasar dan harus dimiliki oleh seseorang tersebut untuk merawat

dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Dan
20

Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil

dalam kategori ADL dasar ini serta kemampuan mobilitas(Sugiarto, 2005)

2.2.6Index Batrhel

Indeks barthel mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan

diri dan mobilisasi Mengungkapkan bahwa indeks barthel dapat digunakan

sebagai criteria dalam menilai kemampuan fungsional.

Interprestasi hasil :

Tabel 2.1 Index Barthel

No Item yang dinilai Skor


1 Makan (feeding) 0 = Tidak Mampu
1 = Butuh bantuan memotong, mengoles
mentega dll.
2 = Mandiri
2 Mandi (Bathing) 0 = Tergantung orang lain
1 = Mandiri
3 Perawatan diri (grooming) 0 = membutuhkan bantuan orang lain.
1 = Mandiri dalam merawat muka,
rambut, gigi dan bercukur
4 Berpakaian (Dressing) 0 = Tergantung orang lain
1 = sebagian dibantu (Misal mengancing
baju)
2 = Mandiri
5 Buang air kecil (Bowel) 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan
tidak terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia (Maks, 1x24
jam)
2 = Kontinensia
6 Buang air besar (Bowel) 0 = Inkontinensi (Tidak terartur atau
perlu enema)
1 = Kadang Inkontinensi (Sekali
seminggu)
2 = Kontinensi (Terartur untuk lebih dari
7 hari)
7 Penggunaan toilet 0 = Tergantung orang lain
1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8 Bergerak (Dari tempat tidur 0 = Tidak mampu
ke kursi dan kembali lagi) 1 = Butuh bantuan orang laon untuk bisa
duduk (dua orang)
2 = Bantuan kecil (satu orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas (pada tempat 0 = Immobile (tidak mampu)
21

datar) 1 = Menggunakan kursi roda


2 = Berjalan dengan dibantu satu orang
3 = Mandiri (meskipun menggunkan alat
bantu seperti tongkat)
10 Naik turun tangga 0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = Mandiri

Interprestasi hasil :

a. 20 : Mandiri

b. 12 – 19 : Ketergantungan ringan

c. 9 – 11 : Ketergantungan sedang

d. 5 – 8 : Ketergantungan berat

e. 0 – 4 : Ketergantungan Total.

2.3 Konsep dasar Stroke

2.3.1 Definisi Stroke


Stroke atau cerebro vasculer accident (CVA) adalah sindrom klinik

yang diawali dengan timbulnya mendadak progresif cepat serta berupa

difisit neurologis local ataupun global yang berlangsung 24 jam lebih.

Selain itu bisa langsung menimbulkan kematian yang disebabkan oleh

gangguan peredaran otak neotraumatik (Ariani, 2014)

Stroke adalah gangguan peredarah darah di otak menyebabkan fungsi

otak terganggu yang dapat mengakibatkan berbagai ganguan pada tubuh,

tergantung bagian otak mana yang rusak. Bila terkena stroke dapat

mengalami gangguan seperti hilangnya kesadaran kelumpuhan serta tidak

berfungsinya pasca indra/ nafas berhenti berakibat fatal yaitu penderita akan

meninggal (Ratna, 2011)


22

2.3.2 Etiologi

Menurut Ariani (2014)Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu

empat kejadian yaitu sebagai berikut:

a. Trombosis serebral

Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral

adalah penyebab utama trombosis serebral yang merupakan penyebab

paling umum dari Stroke. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi.

Sakit kepala adalah onset yang tidak umum, beberapa pasien dapat

mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang dan beberapa

mengalami onset yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi

intraserebral atau embolisme serebral, secara umum, trombisis serebral,

himiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului onset

paralisis berat pada beberapa jam atau hari

b. Embolisme serebral

Embolisme biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau

cabang-cabangnya sehingga merusak sirkulasi serebral. Onset

hemiparesis atau hemiplagia tiba-tiba dengan afasia, tanpa afasia, atau

kehilanga kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau

pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral.

c. Iskemia serebral

Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama

karena konstriksi aternoma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.

d. Hemoragi serebral
23

1) Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural)adalah kedaruratan bedah

neuro yang memerlukan perawatan segera, keadaan ini biasanya

mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah dan arteri

meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera

untuk mempertahankan hidup.

2) Hemoragi subdural pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural,

kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek,

Oleh karna itu, Periode pembentukan hematoma lebih lama dan

menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin

mengalami hemoragi subdural kronik tanpa menunjukan tanda atua

gejala.

3) hemoragi subaraknoid dapat terjadi sebagai berikut akibat trauma

atau hipertensi, tetapi penyebab paling sering adaah kebocoran

aneurisma pada area sirkulasi willisi dan malformasi arteri vena

kongenital pada otak

4) hemoragi intraserebral adalah perdarahan disubstansi dalam otak,

paling umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan

aterosklerosis serebral disebabkan oleh perubahan degeneratif karena

penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembulu darah. Biasanya

onset tib-tiba, dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi membesar,

makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan

kesadaran dan abnormalitas pada tanda fital.

2.3.3 Gejala
Menurut Ariani(2014)manifestasi klinis Stroke adalah sebagai berikut :
24

a. Defisit Lapang pengelihatan

1) Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang

pengelihatan) tidak menyadari lapang atau objek ditempat

kehilangan, pengelihatan, mengabaikan salah satu sisi tubuh,

kesulitan menilai jarak.

2) Kehilangan pengelihatan perifer

Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau batas

objek .

3) Diplopia

Pengelihatan ganda

b. Defisit Motorik

1) Hemiparases

Kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama,

paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan)

2) Ataksia

Berjalan tidak menetap, tegak. Tidak mampu menyatukan

kaki, perlu dasar berdiri yang luas.

3) Disartria

Kesulitan untuk membentuk kata

4) Disfagia

Kesulitan dalam menelan.

c. Defisit Verbal

1) Afasia ekspresif
25

Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami,

mungkin mampu bicara dalam respons kata tunggal

2) Afasia resptif

Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu

bicara tapi kadang pembicaraan tersebut tidak masuk akal.

3) Afasia global

Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif

d. Defisit kongnitif

Penderita Stroke akan kehilangn memori jangka pendek dan

panjang, penurunan lapangan perhatian, kerusakan kemampuan untuk

berkonsentrasi, alasan abstrak buruk, dan perubahan penilaian.

e. Defisit Emosional

Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas

emosional, penurunan toleransi paa situasi yang menimbulkan stres,

depresi, menarik diri,rasa takut, bermusuhan dan murah, serta prasaan

isolasi.

2.3.4 Patofisiologi
MenurutAriani(2014), otak sangat bergantung pada oksigen dan tidak

mempunyai cadangan oksigen. Bila terjadi anoksia seperti halnya yang

terjadi pada CVA, metabolisme diotak segera mengalami perubahan,

kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi dalam 3 sampai 10

menit. Tiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi otak akan

menimbulkan hipoksia aatu anoksia. Hipoksia menyebabkan iskemik otak.

Iskemik otak dalam waktu lama menyebabkan sel mati permanen dan
26

berakibat terjadi infark otak yang disertai dengan edema otak karena pada

daerah yang dialiri darah terjadi penurunan perfusi dan oksigen, serta

peningkatan karbondioksida dan asam laktat.

Menurut Satyanegara (1998), adanya gangguan peredaran darah otak

dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui empat mekanisme,

yaitu sebagai berikut.

a. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan atau

penyumbatan lumen sehingga aliran darah dan suplainya kesebagian

otak tidak adekuat, serta selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-

perubahan iskemik otak. Bila hal ini terjadi sedemikian hebatnya, dapat

menimbulkan nekrosis (infark)

b. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke

jaringan (hemoragi)

c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan

jaringan otak (misalnya : malformasi angiomatosa, aneurisma)

d. Edema serebri yang merupakan pengumpalan cairan diruang intersisial

jaringan otak.

2.3.5 Faktor Resiko terjadinya Stroke

Menurut Ariani(2014)yang menentukan timbulnya manifestasi stroke

dikenal sebagai faktor resiko stroke. Adapun faktor-faktor tersebut adalah

sebagai berikut.

a. Umur

b. Hipertensi merupakan faktor Stroke yang potensial.


27

c. Diabetes Melitus merupakan faktor resiko terjadi Stroke yaitu dengan

peningkatan aterogenesis

d. Penyakit jantung/kardiovaskuler berpotensi untuk menimbulkan Stroke

faktor resiko ini akan menimbulkan embolisme serebral yang berasal dari

jantung.

e. Kadar hematokrit normal tinggi yang berhubungan dengan infark

serebral.

f. Kontrasepsi oral, peningkatan hipertensi yang menyertai, usia diatas 35

tahun, perokok, dan kadar estrogen tinggi

g. Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka panjang

dapat menyebabkan iskemia serebral umum.

h. Penyalahgunaan obat, terutama pada remaja dan dewasa muda.

i. Konsumsi alkohol

Sementara itu menurut Ariani(2014)semua faktor yang

menentukan timbunya manifestasi Stroke dikenal sebagai faktor resiko

Stroke. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor resiko yang potensial. Hipertensi

dapat mengakibatkan pecahnya maupun penyempitan pembuluh darah

otak. Apabila pebukuh darah otak pecah, maka timbulah perdarahan

otak dan apabila pembuluh darah otak menyempit, aka aliran darah ke

otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian


28

b. Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah mampu menebalkan dinding pembulu

darah otak yang berukuran besar, menebalnya dinding pembuludarah

otak akan menyempitkan diameter pembuluh darah tadi dan

penyempitaan tersebut kemudian akan menganggu kelancaran alian

darah ke otak, yag pada akhirnya aan menyebabkan infark sel-sel otak.

c. Penyakit jantung

Berbagai penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan Stroke.

Faktor risiko ini akan menimbulkan hambatan/ sumbatan aliran darah

ke otak karena jantung melepas gumpalan darah atau sel-sel/ Jaringan

yang telah mati kedalam aliran darah.

d. Gangguan aliran darah otak sepintas

Pada umunya bentuk-bentuk gejala tidak hemiparesis, disartria,

kelumpuhan otot-otot mulut atau pipi, kebutaan mendadak,

hemiparestesi, dan afasia

e. Hiperkolesterolemi

Meningginya angka kolestrol dalam darah, terutaa low density

lipoprotein (LDL), merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya

arteriosklerosis (menebalnya dinding pembulu darah yang kemudian

diikuti penurunan elastisitas pembulu darah). Peningkatan kadar LDL

dan penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL) merupakan

faktor risiko untung terjadinyna penyakit jantung koroner.


29

f. Infeksi

Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor risiko

Stroke adalah tuberkulosis, malaria, lues (siflis), leptospirosis dan

infeksi cacing

g. Obesitas

Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung

h. Merokok

Merokok merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya infark jantung

i. Kelainan pembuluh darah otak

Pembuluh darah otak yang tidak notmal di mana suatu saat akan

pecah dan menimbulkan perdarahan.

j. Lain-lain

Lanjut usia, penyakit paru-paru menahun, penyakit darah, asam

urat yang berlebihan, kombinasi berbagai faktor risiko secara teori.

2.3.6 Klasifikasi Stroke


MenurutAriani(2014),gangguan peredaran darah otak atau Stroke dapat

dikalsifikasikan menjadi dua, yaitu non hemoragik/iskemik/infarks dan

stroke hemoragi

a. Non-hemoragi/iskemik/infark.

1) Serangan iskemik sepintas (Transient ishemicAttack TIA).

TIA merupakan tampilan peristiwa berupa episode-episode

serangan sesaat dari suatu disfungsi serebral fokal akibat gangguan

vaskuler, dengan lama serangan sekitar 2-15 menit sampai paling

lama 24 jam
30

2) Defisit neurologis iskemik sepintas (Reversible Ischemic neurology

deficit - RIND)

Gejala dan tanda gangguan neurologis yang berlangsung

lebih lama dari 24 jam dan kemudian pulih kembali ( dalam jangka

waktu kurang dari tiga minggu)

3) In Evolutional atau progressing Stroke.

Gejala gangguan neurologis yang progresif dalam waktu 6

jam atau lebih

b. Stroke Hemoragi

Perdarahan intrakarnial dibedakan berdasarkan tempat

perdarahanya.yakni dirongga subraknoid atau didalam parenkim otak

(intraserebral). Ada juga perdarahan yang terjadi beersamaan pada

kadua tempat di atas seperti perdarahan subaraknoid yang bocor

kedalam otak atau sebaliknya. Selanjutnya gangguan-gangguan arteri

yang menimbulkan perdarahan otak spontan dibedakan lagi berdasarkan

ukura dan lokasi regional otak.

2.3.7 Komplikasi

Komplikasi Stroke menurutAriani(2014)adalah sebagai berikut :

Komplikasi dini (0-48 jam pertama).

a. Edema serebri: defisit neurologis cenderung membarat, dapat

mengakibatkan peningkatan tekanan intrakarnial, berniasi, dan akhirnya

menimbulkan kematian.

b. Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal

1) Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama)


31

a) Pneumonia: akibat imobilisasi lama.

b) Infark miokard.

c) Emboli paru: cenderung terjadi 7 -14 hari pasca Stroke, sering

kali pada saat penderita mulai imobilisasi

d) Stroke rekuren: dapat terjadi pada setiap saat

2) Komplikasi jangka panjang

Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskuler lain:

penyakit vaskuler perifer.

Menurut Smeltzer (2001), komplikasi yang terjadi pada pasien

Stroke yaitu sebagai berikut:

a) Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigen.

b) Penurunan darah serebral

c) Embolisme srebral

2.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Activity Daily

Living Pasien Post Stroke

Self-careagency adalah kekuatan atau kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang individu untuk, menetapkan, mengidentifikasi dan mengambil

keputusan untuk melakukan Self-care. Orem mengidentifikasi 10 faktor dasar

yang mempengaruhi Self-care agency yaitu tahap perkembangan, usia, gender,

sistem pelayanan kesehatan, tinggkat kesehatan, pola hidup, lingkungan

eksternal (Nursalam, 2017)

Pandangan orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan pada

kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta

mengatur kebutuhannya. Konsep keperawatan Orem (2001) mengembangkan


32

tiga teori self care, salah satunya yakni teori keperawatan diri sendiri (self care

theory) dalam teori self care orem menjelaskan bahwa self care meliputi :

yang pertama self care itu sendiri yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari

individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta

mempertahankan kehidupan, kesejahteraan serta kesehatan. Kedua self care

agency yakni suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri

sendiri, yangbisa dipengaruhi oleh beberapa hal yakni sosio kultural, usia,

perkembangan, kesehata dan lain-lain. Ketiga adanya tuntutan atau perintah

dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang

dilakukan dalam waktu tertentu untuk merawat diri sendiri dengan

menggunakan metode dan alat dalam tindakan. Keempat kebutuhan self care

merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyedia dam perawatan diri

sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan

sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan ke dalam kebutuhan dasar

manusianya.(Istiqomah, 2016)

Pada tahun 1991 orem mengidentifikasi lima area aktivitas keperawatan

salah satunya yakni membina hubungan pasien dengan keluarga, pada

indivudu yang sudah terkena Post Stroke karna pada pasien post stroke

mereka akan mengalami depresi dan stres karna tidak trima dengan keadaan

yang sekarang dan disinilah dukungan keluarga harus ada, Dukungan keluarga

adalah sesuatu hal yang sangat penting dalam upaya untuk membantu individu

tersebut mencapai kesehatan yang di inginkan. Bentuk dukungan keluarga

tersebut yang dapat membantu untuk mencapai tinggkat kesehatanya adalah

dengan cara melatih kemampuan pasien dalam menjalankan aktivitas sehari-


33

hari dan selalu mendukung baik secara emosional atau informasi serta

memberi dorongan terhadap klien untuk meninggkat kan kemandirian ADL

(Pitna & Savalera, 2015)

Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada anggota

keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat yang mampu

membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tenteram.

Dukungan ini merupakan tindakan atau sikap dan penerimaan keluarga

terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang

yang bersifat mendukung akan selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan apa saja yang memang diperlukan. Dukungan keluarga yang diterima

salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga yang lainnya dalam rangka

menjalankan fungsiyang terdapat dalam sebuah keluarga. Bentuk dukungan

keluarga terhadap anggota keluarga adalah secara moral atau material. Adanya

dukungan keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri pada

penderita dalam menghadapi proses pengobatan penyakitnya(Susilawati,

2013)
34

2.5 Konsep Model Keperawatan

2.5.1 Konsep Model Keperawatan Dorothea Orem

Menurut Alligod & Tomey (2006) Nursalam, (2017) Orem

mendefinisikan bahwa faktor dasar yang dapat mempengaruhi kemandarian

dalam perawatan diri (self-care) yaitu sistem keluarga ,gender,pola hidup,

tahap perkembangan,usia,sistem pelayanan kesehatan, lingkungan eksternal

dan tinggkat kesehatan

2.2Kerangka Model Teori Keperawatan Dorothea Orem

2.1 Gambar kerangka konsep Model Orem

Konsep model Orem mendasari peran perawat dalam memenuhi

kebutuhan perawatan dari klien untuk menerapkan kemandirian dan

kesehatan yang optimal. Orem mengembangkan teori yang saling

berhubungan yaitu teori “salf care defisit”, teori “salf care” dan teori

“nursing system”. Ketiga teori tersebut berfokus pada manusia

menyeimbangkan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan dengan merawat

diri mereka sendiri.


35

a. Teori self-care defisit

Merupakan bagian yag terpenting dalam perawatan secara umum

yang dimana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat

perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan saat seseorang tidak

mampu untuk melakukan self-carenya secara terus menerus. Dalam

teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan yang

tidak dapat memenuhi kebutuhan keperawatan dirinya sendiri dan

memiliki berbagai keterbatasan-keterbatasan dalam mencapai taraf

kesehatannya. Perawatan yang diberikan berdasarkan tingkat

ketergantungannya, yaitu ketergantungan total atau persial. Deficite

perawatan diri menjelaskan bahwa hubungan antara kemampuan

seseorang dalam bertindak atau beraktifitas dengan tuntutan

kebutuhan perawatan diri, sehingga apabila tuntutan lebih besar dari

kemampuan, maka ia akan mengalami pennurunan deficite perawatan

diri.

b. Teori self-care

Teori self care adalah tindakan yang matang dan mementingkan

orang lain yang mempunyai potensi untuk berkembang serta

mengembangkan kemampuan yang dimiliki agara menggunakan

secara tepat, dan valid untuk mempertahankan fungsi berkembang dan

stabil dalam perubahan dan lingkungan, self care digunakan untuk

mengontrol atau faktor eksternal, internal yang mempengaruhi


36

aktivitas seseorang untuk menjalankan fungsinya dan peranan untuk

mencapai kesejahteraan.

Teori self-care meliputi :

1) Self-care deficite merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu

serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam memnuhi serta

mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.

2) Self-care agency merupakan suatu kemampuan individu dalam

melakukan perawatan diri, yang tepat dipengaruhi oleh usia,

gender, tahap perkembangan, tingkat kesehatan, pola hidup,

sistem keluarga dan lingkungan eksternal.

3) Self Care Demand tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri

sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam

waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan

metode dan alat dalam tindakan yang tepat.

c. Teori Nursing System

Sistem keperawatan, ketika perawat menentukan, mendisain, dan

menyediakan perawatan yang mengatur individu dan mencapai

pemenuhan kebutuhan perawatan diri. Orem memberikan identifikasi

dalam sistem pelayanan diantaranya :

1) Sistem Bantuan Secara Penuh (Wholly Copensatory System)

merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan

bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidamampuan

pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang

memerlukan bantuan dalam pergerakan, pngontrolan, dan


37

ambulansi serta adanya manipulasi gerakan. Contoh: pemberian

bantuan pada pasien koma.

2) Sistem Bantuan Sebagian (Partially Compensatory System)

merupakan siste dalam pemberian perawatan diri sendiri secara

sebagian saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan

bantuan secara minimal. Contoh: perawatan pada pasien post

operasi abdomen di mana pasien tidak memiliki kemampuan

untuk melakukan perawatan luka.

3) Sistem Supportif dan Edukatif merupakan sistem bantuan yang

diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan

dengan harapan pasien mampu memerlukan perawatan secara

mandiri. Sistem ini dilakukan agara pasien mampu melakukan

tindakan keperawatan setelah dilakukan pembelajaran. Contoh :

pemberian sistem ini dapat dilakukan pada pasien yang

memelukan informasi pada pengaturan kelahiran.

2.5.2 Hubungan konsep self-care Orem dengan Dukungan Keluargadalam

kemandirian Activity Daily Living

Konsep model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori

keperawatan mandiri (Self-care) yang dikemukakan oleh Dorothea

E.Orem. Orem mengatakan bahwa menurunya kemandirian atau bisa

disebut dengan self care pada pasien Post Stroke disebabkan karna adanya

gangguan neurologis, yang akan menyebabkan pasien post Stroke

mengalami gangguan kemampuan dalam perawatan diri atau bisa disebut

juga dengan kemampuan pasien post Stroke dalam memenuhi kebutuhan


38

dasar yakni Activity Daily Living seperti menyiapkan makanan, menaiki

tangga, berjalan kaki dan mandi

Orem mengidentifikasikan 10 faktor dasar yang mempengaruhi self

care-agency yaitu tahap perkembangan, usia, gender, sistem pelayanan

kesehatan, tinggkat kesehatan, pola hidup, lingkungan eksternal dan yang

terakhir yakni sistem keluarga dan didalam penelitian ini faktor yang akan

diteliti adalah sistem keluarga yakni dukungan keluarga. Pada pasien post

Stroke keluarga harus mengetahui tuntutan kebutuhan apa saja yang harus

dipenuhi dalam melakukan kemandirian ADL pada klien seperti

menyiapkan naik tangga,berjalan kaki, berdandan, dan mandi. Disinilah

terjadinya antara ketidak seimbangan antara tuntutan kemandirian ADL

dengan kemampuan melakukan self-careyang akan berdampak pada

deficit kemandirian ADL pada pasien Post Stroke. Komunikasi keluarga

dengan klien Post Stroke dapat terjadi jika klien mengalami deficit

kemandirian. Dan disinilah nursing agency disebut dimana sistem keluarga

adalah sistem yang ikatanya paling dekat dengan klien maka dari itu

keluarga adalah lembaga keperawatan atau nursing agency yang berguna

untuk memberikan dukungan kepada klien Post Stroke baik dukungan

emosional maupun dukungan instrumental.


39

2.6 Kerangka Konseptual


Self Care

Tidak Mampu Melakukan


Perwatan Diri

1. Kelemahan otot
R 2. Sulit berbicara R
3. Kehilangan
keseimbangan saat
berjalan
Self Care Agency Self Care Demands

Variabel independen Variabel Dependen


faktor yang berhubungan
dengan ADL 1. Makan
2. Mandi
1. Pengetahuan 3. Perawatan diri
Self Care balance 4. Berpakaian
2. Dukungan 5. BAK
keluarga 6. BAB
Defisit kemandirian aktivitas 7. Penggunaan
3. Motivasi sehari-hari pasien post Stroke toilet
8. Bergerak
9. Mobilisasi
10. Naik turun
Nursing Agency
tangga
Tindakan keperawatan
1. V
1. Meninggkatkan
R kemandirian a
2. Kolaborasi r
3. Meberikan komunikasi i
R
terapeutik a
b
Keterangan : e
: Diteliti < = Kurang/ Tidak seimbang l

: Tidak Diteliti R = Berhubungan D


e
Gambar 2.2 Kerangka konsep Penelitian Hubungan Dukungan Keluarga dengan p
Kemandirian Activity Daily Living Pasien Post Stroke diwilayah e
kerja Puskesmas Cukir diwek jombang n
d
e
n

y
i
a
p
k
a
n

m
a
40

2.7 Hipotesa

Hipotesa adalah suatu jawaban sementara dari pernyataan penelitian

tersebut (Notoatmodjo, 2018)

H1: ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian Activity

Daily Living pasien post Stroke


41

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang akan disusun

sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap

pertanyaan peneliti. Dalam pengertian yang luas desain mencakup berbagai

hal yang dilakukan oleh peneliti, mulai dari identifikasi masalah, perumusan

hipotesis operasionalisasi hipotesis tersebut, sampai pada analisa data

(Sugiono, 2011)

Desain dari Penelitian ini adalah analitik korelasional yaitu mengkaji

hubungan antara variabel dengan menggunakan pendekatan cross

sectionalyaitu peneliti yang bertujuan mencari hubungan antara satu keadaan

dengan keadaan yang lain yang terdapat dalam satu populasi yang sama

(Azwar, 2011)

3.2Kerangka Kerja

Kerangka Kerja merupakan langkah-langkah yang pasti akan

dilakukan dalam proses penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka atau

alur penelitian meliputi siapa saja yang akan diteliti (Subjek Peneliti),

variabel yang akan diteliti, an variabel yang mempengaruhi dalam penelitian

(Hidayat, 2014)

41
42

Desain penelitian
Analitik korelasional dengan pendekatan Cross Sectional

Populasi
Semua keluarga pasien Post Stroke di wilayah kerja Puskesmas Cukir Diwek
kabupaten Jombang pada tahun 2018 januari sampai maret 2019 sebanyak 55
orang

Sampel
Sebagian keluarga pasien Post Stroke di wilayah kerja Puskesmas Cukir Diwek
kabupaten Jombang pada tahun 2018 januari sampai maret 2019 sebanyak 48orang

Sampling
Simple Random Sampling

Pengumpulan Data
Kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner kemandirian Activity DailyLliving

Pengolahan Data
Editing, Coding, Secoring dan tabulating

Analisa Data
Analisa “Speraman Rank”

Kesimpulan
Ada hubungan antara Dukungan Keluarga dengan kemandirian Activity daily living
pasien post Stroke di Wilayah kerja Puskesmas Cukir

Gambar 3.1Kerangka kerja Hubungan Dukungan Keluarga dengan


KemandirianActivity Daily Living pasien Post Stroke
Diwilayah kerja Puskesmas Cukir Diwek Jombang
43

3.3 Populasi,Sample, Dan Sampling


3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan elemen/ subjek riset (contoh seperti

manusia) populasi dapat terbatas atau tak terbatas. Populasi terbatas jika

elemen-elemen dapat dihitung, sedangkan populasi tak terbatas jika elemen-

elemen penelitian tak terhitung banyaknya (Azwar, 2011)Populasi dalam

penelitian adalah subjek (contoh manusia ; klien) yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan oleh peneliti itu sendiri(Nursalam, 2017)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga(pasanganya jika

masih hidup, anaknya jika pasanganya sudah meninggal) pasien Post Stroke

di wilayah kerja Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang

pada tahun 2018 sebanyak 55 orang.

3.3.2 Sample

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagai jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

2008). Bila populasi besar, Peneliti tidak mungkin mengambil semua untuk

penelitian dikarenakan keterbatasnya dana atau, waktu dan tenaga maka dari

itu peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Apa yang dipelajari dari sample, kesimpulan akan dapat diberlakukan untuk

populasi. Untuk itu sample yang diambil dari populasi harus memang benar-

benar mewakili dan harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang

seharusnya diukur (Sujarweni, 2014)


44

Penentuan sampel berdasarkan rumus(Nursalam, 2017):

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2

Keterangan:

N = jumlah populasi

n = jumlah sampel

d = tingkat signifikansi (d=0,05)

55
𝑛=
1 + 55 (0,05)2

55
𝑛=
1 + 55 (0.0025)

55
=
1 + 0,1375

55
=
1,1375

= 48

Jadi besar sample dalam penelitian ini adalah sejumlah 48 responden

3.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Tehnik sampling ini merupakan cara yang ditempuh

untuk pengambilan sample agar memperoleh sample yang benar-benar

sesuia dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2017)


45

Didalam penelitian ini menggunakan simple random sampling, yaitu

suatu teknik untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi dengan

acak. Di dalam penelitian ini peneliti membuat daftar nama populasi pasien

post Stroke sejumlah 55 orang lalu dibuat undian, yang setelah itu akan di

undi, kemudian jika ada nama yang keluar dari undian tersebut akan

dijadikan sample lalu dimasukan kembali untuk di undi lagi, begitu

seterusnya sampai memenuhi jumlah sample yang dibutuhkan yakni 48

responden

3.4 Kriteria Sample

Penentuan kriteria sample sangat membantu dalam peneliti untuk

mengurangi bias hasil penelitian tersebut, Khususnya jika terhadap variabel-

variabel kontrol yang ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang

akan kita teliti. Kriteria sample dapat dibedakan menjadi dua bagian, yakni:

inklusi dan eksklusi(Nursalam, 2017)

3.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan yang akan diteliti. Pertimbangan

ilmiah harus menjadi pedoman saat peneliti menentukan kriteria inklusi

(Nursalam, 2017)kriteria inkusi dalam penelitian ini adalah :

1) Keluarga Pasien Post Stroke yang tinggal satu rumah dengan Pasien

Post Stroke

2) Keluarga Pasien Post Stroke yang bisa baca tulis

3) Keluarga Pasien Stroke yang bersedia menjadi Responden


46

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karna berbagai sebab, antara

lain:

1) Keluarga atau Pasien Post Stroke yang menolak untuk melanjutkan

menjadi responden ditengah penelitian

2) Pasien stroke yang sangat ketergantungan dalam melakukan aktivitas

3.5 Identifikasi Variabel


Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda,manusia dan lain-lain) (Soeparto,Putra &

Haryanto,2000) (Nursalam, 2017)

3.5.1 Variabel Independen (Bebas)


Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau

nilanya menentukan variabel yang lainya (Nursalam, 2017) Variabel

Independen dalam Penelitian ini adalah Dukungan Keluarga

3.5.2 Variabel Dependent (Terikat)


Variabel Dependent merupakan variabel yang dipengaruhi nilainya

oleh variabel lain. (Nursalam, 2017) variabel Dependent dalam penelitian

ini adalah Activity Daily Living

3.6 Definisi Operasional


Definisi Operasional merupakan mendefinisikan variabel secara

operasional berdasrkan karakteristik yang akan diamati, sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara


47

cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi Operasional ditentukan

berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan

cara pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan

ditentukan karakteristiknya (Hidayat, 2014)

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian Dukungan Keluarga dengankemandirian


Activity Daily Living Pasien Post Stroke Diwilayah Kerja Puskesmas
Cukir Diwek Jombang
Variabel Definisi Parameter Alat Skala Kategori
Operasional ukur
Variabel Pemberian Dukungan K N Dari item
Independen: dukungan Keluarga : U O pertanyaan apabila
Dukungan kepada anggota 1.Dukungan E M menjawab :
Keluarga keluarga lain Emosional I I
yang sedang 2.Dukungan S N Pernyataan positif
mengalami Informasi O A (favourable)
permasalahan 3.Dukungan N L a.Selalu = 3
untuk Instrumental E b.Sering = 2
meninggkatkan 4.Dukungan R c.Kadang-kadang
semangat Penghargaan Skala =1
dalam Likert d.Tidak Pernah = 0
menghadapi
permasalahan Pernyataan Negatif
tersebut (Unfavourable)
a.Selalu = 0
b.Sering = 1
c.Kadang-Kadang
=2
d.Tidak Pernah = 3

Dengan kriteria :
T Positif jika T ≥
50

T Negatif jika T ≤
50
Variabel Kegiatan yang 1.BAB K O a.Sangat
Dependent: dilakukan 2.BAK U R Ketergantunga=5-8
kemandirian sehari-hari 3.Berdandan E D b.Tergantung
Activity daily dalam 4.Berpakaian I I Sebagian= 9-11
Living memenuhi 5.Makan S N c.Memerlukan
kebutuhan 6.Berpindah O A bantuan
dasar seperti tempat N L Minimal=12-19
makan, mandi 7.Berjalan E d.Mandiri= 20
dan melakukan 8.memakai baju R
hobi 9.naik tangga Index
Mandi Barthel
48

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.7.1 Lokasi Penelitian
Tempat Penelitian dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Cukir

Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang

3.7.2 Waktu Penelitian


Penelitian dilakukam padabulan Juli tanggal 20 Juli – 26 Juli

3.8Tehnik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


3.8.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2017)

Dalam penelitian ini prosedur pengumpulan data dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Peneliti mengajukan surat rekomendasi penelitian kepada institusi

STIKES PEMKAB JOMBANG yang ditujukan kepada kepala Dinas

Kabupaten Jombang

b. Meminta ijin kepada kepala Puskesmas Cukir kecamatan Diwek

Kabupaten Jombang untuk melakukan penelitian

c. Menghitung populasi pasien Post Stroke di Puskesmas Cukir kecamatan

Diwek Kabupaten Jombang sejumlah 55 orang yang tersebar di 20 desa

d. Menghitung besar sample paisen post Stroke di Puskesmas Cukir

kecamatan Diwek Kabupaten Jombang sejumlah 48orang

e. Mengambil sample dengan cara simple random sampling, yaitu peneliti

membuat daftar nama populasi pasien post stroke di wilayah kerja


49

puskesmas Cukir Diwek kabupaten Jombang sejumlah 55 orang untuk

dibuatkan undian, yang kemudian diundi mana yang keluar dari udian

tersebut dijadikan sample dan di masukan lagi untuk diundi lagi, begitu

seterusnya sampai memenuhi jumlah sample yaitu 48 responden

f. Menjelaskan kepada calon respondenyaitu keluarga pasien post stroke,

tentang penelitian yang akan dilakukan bila bersedia menjadi responden

dipersilahkan untuk menandatangani informed consent

g. Memberikan informed consent dan ditanda tagani oleh responden yaitu

keluarga pasien post stroke

h. Memberikan kueisoner Dukungan keluarga dan kemandirian Activity

Daily Living pasien post stroke kepada keluarga pasienpost Stroke

i. Setelah mengisi kueisoner peneliti memberikan souvenir kepada

responden

j. Setelah semua data sudah terkumpul, peneliti melakukan pengecekan,

skoring,tabulasi dan kemudian melakukan analisa data

k. Menyusun laporan hasil penelitian

3.8.2 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat ukur pengumpulan data (Hidayat, 2014)

didalam penelitian ini instrumen Dukungan Keluarga menggunakan

kueisoner dan untuk instrumen Activity Daily Living menggunakan

kueisoner

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini

adalah :
50

a. Instrumen Dukungan Keluarga

Instrumen yang digunakan untuk dukungan keluarga adalah

menggunakan kueisoneryang belum baku sehingga akan diuji validitas

dan reliabilitas di Wilayah kerja Puskesmas Mojowarno dengan

karakteristik yang sama dengan jumlah soal 20 butir dengan jawaban

selalu,sering, kadang-kadang dan tidak pernah

Pada jenis pengukuran ini, peneliti mengumpulkan data secara

formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis.

Pertanyaan yang diajukan dapat juga dibedakan menjadi pertanyaan

terstruktur, peneliti hanya menjawab sesuai dengan pedoman yang

sudah ditetapkan dan tidak terstruktur, yaitu subjek menjawab secara

bebas tentang sejumlah pertanyaan yang diajukan secara terbuka oleh

peneliti. Pertanyaan dapat diajukan secara langsung kepada subjek atau

disampaikan secara lisan oleh peneliti dari pertanyaan yang sudah

tertulis. Hal ini dilakukan khususnya kepada subjek yang buta huruf,

lanjut usia, dan subjek dengan kesulitan membaca yang lain (Nursalam,

2016)

b. Uji Validitas

Setelah kuesioner dibuat, kemudian kuesioner di uji coba pada

beberapa respoden. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji

validitas dengan melihat korelasi antar item pertanyaan. Uji validitas

digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar

pertanyaan dalam mendifinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan ini

pada umumnya mendukung suatu kelompok variabel tertentu. Uji


51

validitas sebaiknya dilakukan pada setiap butir pertanyaan diuji

validitasnya. Hasil r hitung dibandingkan dengan r tabel dimana df =

n-2 dengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka valid. Uji validitas

menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

n xy   x  y 
rhitung 
n x 2

  x  n y 2   y 
2 2

Keterangan:

rhitung = koefisien korelasi

∑x = jumlah skor item

∑y = jumlah skor total (item)

n = jumlah responden

(Sujarweni, 2014)

Hasil uji validitas kuesioner dikatakan valid jika r hitung > r tabel

(0,468),

Uji validitas dilakukan pada 10 responden di tempat yang

berbeda sesuai dengan karakteristik responden yang akan dijadikan

responden dalam penelitian

c. Uji Reliabilitas

Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas

data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak (Hidayat, 2014). Uji

reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi

responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-


52

kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan

disusun dalam suatu bentuk kuesioner (Sujarweni, 2014).

Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap

seluruh butir pertanyaan. Jika nilai Alpha > 0,60maka reliabel. Dengan

rumus sebagai berikut:

𝑘 ∑𝜎2𝑏
𝑟=[ ] [1 − ]
(𝑘 − 1) 𝜎2𝑡
Keterangan :

r = koefisien reliability instrument (cronbachalfa)

k = banyaknya butir pertanyaan

∑𝜎𝑏2 = total varians butir

𝜎𝑡2 = total varians

(Sujarweni, 2014).

Pada uji reliabilitas didapatkan nilai Cronbach's Alpha (0,921) >

0,60 maka kuesioner tersebut dinyatakan reliabel. Oleh karena itu

kuesioner tersebut layak untuk digunakan.

d. Instrumen Activity Daily Living

Instrumen yang digunakan untuk Activity Daily Livingadalah

dengan menggunakan kueisoner Index Barthel yang sudah baku dengan

jumlah 10 butir dengan jawaban tidak mandiri,dibantu dan mandiri


53

3.9 Pengolahan Data dan Analisa Data

3.9.1 Editing

Editing adalah kegiatan untuk mengecek dan perbaikan isian formulir

atau kueisoner tersebut :

a. Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi

b. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau

terbaca

c. Apakah jawaban relavan dengan pertanyaanya

d. Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban

pertanyaan yang lainya

3.9.2 Coding

Coding merupakan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.

a. Responden

Responden 1 : R1

Responden 2 : R2

Responden 3 : R3

Responden 40 : R4

b. Jenis Kelamin

Laki-laki : J1

Perempuan : J2

c. Kode Umur Responden

45 – 54 tahun : U1
54

55 – 64 tahun : U2

>65 tahun : U3

d. Kode Tinggkat Pendidikan

Tidak Sekolah : P1

SD : P2

SMP : P3

SMA : P4

Perguruan Tinggi : P5

e. Kode Jenis Pekerjaan

Tidak Bekerja : B1

Bekerja : B2

f. Lama Menderita Stroke

< 1 tahun : L1

1-2 tahun : L2

3-4 tahun : L3

>5 tahun : L4

g. Kode Penilaian Kemandirian Activity Daily Living

Sangat Ketergantungan : K1

Tergantungan Sebagaian : K2

Memerlukan Bantuan Minimal : K3

Mandiri : K4

h. Kode Penilaian Dukungan Keluarga

Pernyataan Positif

Selalu : H1
55

Sering : H2

Kadang- Kadang : H3

Tidak Pernah : H4

Pernyataan Negatif

Selalu : N1

Sering : N2

Kadang-Kadang : N3

Tidak Pernah : N4

3.9.3 Scoring
Scoring adalah penentuan jumlah skor, Dalam penelitian ini

menggunkana skala nominal. Perbandingan relatif akan menghasilkan

interpretasi skor individual sebagai lebih atau kurang favorable

dibandingkan rata-rata kelompoknya. Agar perbandingan itu mempunyai

arti, maka haruslah dinyatakan dalam satuan devisi standard kelompok itu

sendiri kelompoknya. Agar perbandingan itu menjadi punya arti, haruslah

dinyatakan dalam satuan devisi satandar kelompok itu sendiri yang berarti

kita harus mengubah skor individual menjadi skor standard (Azwar, 2011)

1. Skor Dukungan Kelurga

Alat pengukur yang digunakan dalam mengumpulkan variabel

independen Dukungan keluarga adalah kueisoner yang diuji validitas dan

reabilitas menggunakan skala likert. Sebanyak 20 item kueisoner

Dukungan Keluarga.

Pernyataan didalam kueisoner bersifat tertutup, yaitu variasi

jawaban sudah ditentukan dan disusun terlebih dahulu oleh peneliti


56

sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk memilih jawaban

kecualipilihan yang sudah disedikan, dengan menggunakan skala ordinal.

Data Dukungan Keluarga diperoleh dengan cara mengisi kueisoner yang

telah dirancang berdasarkan kebutuhan penelitian.

Cara penilaian Dukungan Keluarga :

a. Bila responden menjawab selalu skornya adalah (3)

b. Bila responden menjawab sering skornya adalah (2)

c. Bila responden menjawab kadang-kadang skornya adalah (1)

d. Bila responden menjawab tidak pernah skornya adalah (0)

Kemudian dari jawaban responden masing-masing item

pertanyaan dihitung tabulasi. Untuk perilaku dikategorikan menjadi

positif dan negatif dengan menghitung terlebih dahulu skor-T. Untuk

mencari T-skor menggunakan rumus, yaitu :

xx
T  50  10
SD

Keterangan :

X = Skor Responden

x̅ = Nilai rata-rata kelompok

SD = Standart Deviasi

(Azwar, 2011)

Untuk mencari SD menggunakan rumus (Hidayat, 2014):


57

√∑(x−x
̅ )²
SD=
n−1

Setelah itu dikategorikanDukungan Keluargapositif bila nilai skor

: T Responden >T mean (50), dikategorikanDukungan keluarga negatif

apabila nilai skor : T Responden ≤ T mean (50) (Azwar, 2011)

2. Skor KemandirianActivity Daily Living

Interprestasi hasil :

a. 20 : Mandiri

b. 12 – 19 : Ketergantungan ringan

c. 9 – 11 : Ketergantungan sedang

d. 5–8 : Ketergantungan berat

e. 0–4 : Ketergantungan Total.

3.9.4 Tabulating

Menurut Nursalam (2016)hasil presentase dari pengolahan data di

interpretasikan dengan menggunakan skala :

100 % = Seluruhnya

76 % - 99 % = Hampir Seluruhnya

51 % - 75 % = Sebagian Besar

50 % = Setengah

26 % - 49 % = Hampir Setengahnya

1 % - 25 % = Sebagian Kecil

0% = Tidak Satupun
58

3.9.5 Analisa Data

Analisa data yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2018)yaitu hubungan

Dukungan keluarga dengan Kemandirian Activity Daily Living Pasien Post

Stroke

Analisa data dalam penelitian ini adalah analisa bivariant yaitu

analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel (Notoatmodjo, 2018)analisa

Bivariant berfungsi untuk mengenthui hubungan antar variabel (Sujarweni,

2014)

Uji statistic yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

speraman rank , digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji

signifikan hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang digunakan

berbentuk ordinal (Notoatmodjo, 2018)

Untuk memberikan interpretasi terhadap kuat lemahnya hubungan

antar variabel yang dituju,digunakan pedoman menurut Arikunto (2010)

sebagai berikut :

Table 3.2 Intepretasi korelasi Nilai X


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
Antara 0,800-1,000 Sangat kuat
Antara 0,600-0,799 Kuat
Antara 0,400-0,599 Sedang
Antara 0,200-0,399 Rendah
Antara 0,000-0,199 Sangat rendah
Uji statistic dilakukan dengan menggunakan software computer

program Statistical Product and Service Solution (SPSS) dengan derajat

kemaknaan p ≤0,05, artinya ada hubungan antara dua variabel maka H0

ditolak.
59

3.10 Etika Penelitian

3.10.1 Nonmaleficience

Peneliti harus meminimalkan resiko bahaya pada responden selama

penelitian (Afiyanti & Rachmawati,2014). Penelitin ini tidak menimbulkan

bahaya bagi responden karena penelitian ini responden di anjurkan untuk

mengisi lembar Kueisoner

3.10.2 Beneficience

Prinsip mengharuskan peneliti untuk meminimalkan resiko dan

memaksimalkan manfaat. Penelitian yang dilakukan kepada manusia,

diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan manusia baik

secara individu maupun masyarakat secara keseluruhan (Saryono,2011).

3.10.3 Autonomy

Responden memiliki hak untuk menentukan keputusan dalam

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian setelah mendapatkan penjelasan

dari peneliti dan memahami partisipasi penelitian (Afiyanti & Rachmawati,

2014). Penelitian ini tidak memaksakan responden untuk mengikuti kegiatan

penelitian karena responden memiliki hak untuk menentukan keputusan sendiri

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama. Responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3.10.4 Anonymity
60

Responden yang menjadi subjek penelitian tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur melainkan

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data,hasil penelitian yang

akan disajikan (Hidayat, 2014). Penelitian ini, peneliti akan menggunakan

kode sebagai pengganti nama responden untuk menjaga kerahasiaan

identitas responden penelitian.

3.10.5 Justice

Prinsip ini dilakukan dengan menjunjung tinggi keadilan manusia

dengan hak menjaga privasi manusia dan memberikan perlakuan yang

sama terhadap manusia (Hidayat, 2014). Peneliti menghargai dan

menghormati semua responden tanpa membedakan latar belakang

responden.

3.10.6 Veracity

Penelitian yang dilakukan harus didasarkan pada kejujuran. Apabila

dalam melakukan penelitian, hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan

yang diinginkan maka peneliti tidak boleh melakukan rekayasa data untuk

mengubah hasil. Hasil penelitian harus didasarkan pada temuan yang

diperoleh, baik sesuai dengan keinginan peneliti maupun tidak (Sarosa,

2017). Pada penelitian ini, peneliti berusaha jujur untuk menuliskan data

yang diperoleh dari penelitian sampai hasil penelitian.

3.10.7 Confidentiality

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset (Hidayat, 2014). Pada penelitian ini, semua informasi yang diperoleh
61

dari responden akan dijamin kerahasiannya dan hanya peneliti yang

mengetahui informasi selama kegiatan penelitian.

3.10.8 Informed Consent

Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Responden

dapat memutuskan bersedia atau menolak menjadi sampel penelitian

setelah mendapatkan informasi penelitian dari peneliti. Apabila responden

bersedia menjadi sampel penelitian, maka responden dianjurkan untuk

mengisi informed consent (Saryono, 2011). Pada penelitian ini, sebelum

penelitian dilakukan peneliti akan memberikan informasi penelitian secara

lengkap kepada responden. Selanjutnya responden dapat memutuskan

bersedia atau menolak menjadi sampel penelitian, jika responden bersedia

menjadi sampel penelitian maka responden harus menandatangani

informed consent.

3.10. 9 Bujukan/Inducement

Bujukan/inducement merupakan penjelasan tentang insentif bagi

subjek penelitian, dapat berupa material seperti uang, hadiah, layanan

gratis jika diperlukan atau lainnya, berupa non material, uraian mengenai

kompensasi atau penggantian yang akan diberikan (dalam hal waktu,

perjalanan, hari-hari yang hilang dari pekerjaan, dll) insentif pada

penelitian yang beresiko luka fisik, atau lebih berat , termasuk pemberian

pengobatan bebas biaya termasuk asuransi, bahkan kompensasi jika terjadi

disabilitas , bahkan kematian (KEPPKN, 2017). Pada penelitian ini subjek


62

penelitian akan diberikan sebuah insentif berupa jilbab sebagai ucapan

terimakasih dan pengganti waktu yang diberikan kepada peneliti.

3.10.10 Keterbatasan Penelitian

Penelitian inidilakukan dengan keterbatasan penelitian yang dengan

keterbatasan tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian.

Keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini yaitu :

1. Penelitian ini menggunakan kuisioner yang memungkinkan responden

tidak jujur dalam menjawab pertanyaan, Sehingga meningkatkan bias

penelitian.

2. Keterbatasan peneliti dalam berbahasa jawa, menyebabkan responden

tidak begitu mengerti maksud yang peneliti sampaikan.

3. Beberapa responden tidak memahami isi dari kuisioner, sehingga

peneliti harus menjelaskannya setiap pernyaatan didalam kuisioner

4. Responden tidak berada dirumah saat peneliti berkunjung sehingga

menyita waktu penelitian.


63

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di

Puskesmas Cukir Diwek kabupaten Jombang pada tanggal 20 Juli – 26 Juli

2019. Hasil penelitian disajikan dalam 2 bagian yaitu data umum dan data

khusus. Data umum menampilkan karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan dan lama menderita stroke. Sedangkan

data khusus berkaitan dengan hubungan dukungan keluarga dengan

kemandirian Activity Daily Living pasien post stroke di wilayah kerja

Puskesmas Cukir Diwek Kabupaten Jombang.

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Cukir KecamatanDesa bandung terletak di Kabupaten

Jombang . Desa Bandung termasuk dalam Wilayah Kerja Puskesmas Cukir.

Dusun Bandung merupakan bagian dari Desa Bandung yang terletak di

kecematan Diwek Kabupaten Jombang. Dusun Bandung terdiri dari 12 RT

dan 2 RW. Sedangkan Desa Bandung sendiri terdiri 7 dusun 56 RT dan 11

RW. Desa Bandung berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Desa Kedawong

Sebelah Timur : Desa Jogoroto

Sebelah Barat : Desa Ceweng

Sebelah Selatan : Desa Jatirejo dan desa Grogol


64

Gambar 4.1 Lokasi denah pemetaan wilayah kerja puskesmas cukir

kabupaten jombang.

4.1.2 Data Umum

Data umum meliputi karakteristik responden berdasarkan pada

kelompok jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, lama menderita,

stroke.

a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis


kelaminresponden di wilayah kerja Puskesmas Cukir Diwek
Kabupaten Jombang
Jenis kelamin F Jumlah Presentase %
Laki- Laki 16 33,3
Perempuan 32 66,7
Total 48 100,0
Sumber : Data Primer,2019

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian

besar(66,7%) respondenberjenis kelamin perempuan sebanyak 32 orang


65

b. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel4.2 Distribusi karakteristik responden berdasarkan umurresponden


di wilayah kerja Puskesmas Cukir Diwek Kabupaten
Jombang
Umur F Jumlah Presentase %
45-54 tahun 37 77,1
56-64 tahun 2 4,2
>65 tahun 9 18,8
Total 48 100,0
Sumber : Data Primer,2019

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa hampir

seluruhnya(77,1%) berumur 45-54 tahun yaitu sebanyak 37 orang.

c. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 4.3 Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan


responden di wilayah kerja Puskesmas Cukir Diwek
Kabupaten Jombang
Pendidikan F Jumlah Presentase %
Tidak Sekolah 0 0
SD 0 0
SMP 15 31,2
SMA 27 56,2
Perguruan Tinggi 6 12,5
Total 48 100,0
Sumber : Data Primer,2019

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwasebagian besar(56,2%)

berpendidikan SMA yaitu sebanyak 27 orang .

d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.4 Distribusi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan


responden di wilayah kerja Puskesmas Cukir Diwek
Kabupaten Jombang
Pekerjaan F Jumlah Presentase %
Bekerja 33 68,8
Tidak Bekerja 15 31,2
Total 48 100,0
Sumber : Data Primer,2019

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwasebagian

besar(68,8%)bekerja yaitu sebanyak 33 orang.


66

e. Karakteristik responden berdasarkan lama menderita stroke

Tabel 4.5 Distribusi karakteristik responden berdasarkan Lama


menderita Strokedi wilayah kerja Puskesmas Cukir Diwek
Kabupaten Jombang
Lama Menderita F Jumlah Presentase %
1-2 tahun 7 14,6
3-4 tahun 28 58,3
>5 tahun 13 27,1
Total 48 100,0
Sumber : Data Primer,2019

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian

besar(58,3%) lama menderita3-4 tahun yaitu sebanyak 28 orang

4.1.3 Data Khusus

a. Dukungan Keluarga di wilayah kerja Puskesmas Cukir Diwek

Kabupaten Jombang

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi dukungan keluarga di wilayah kerja


Puskesmas Cukir Diwek Kabupaten Jombang

Dukungan Keluarga F %
Positif 34 70,8
Negatif 14 29,2
Total 48 100,0
Sumber : Data Primer,2019

Berdasarkan tabel 4.6dukungan keluarga diketahui sebagian

besar(70,8%)memiliki dukungan keluarga positif sebanyak 34 orang

b. Kemandirian Activity Daily Living pasien di wilayah kerja Puskesmas

Cukir Diwek Kabupaten Jombang

Tabel 4.7 Distribus frekuensi kemandirian activity daily living pasien di


wilayah kerja Puskesmas Cukir Diwek Kabupaten Jombang
Kemandirian ADL F %
Ketergantungan Ringan 36 75,0
Ketergantungan Sedang 12 25,0
Total 48 100,0
Sumber : Data Primer,2019
67

Berdasarkan tabel 4.7kemandirian activity daily livingdari 48 pasien

diketahui sebagian besar(75,0%)memiliki ketergantungan ringan

sebanyak 36 orang.

4.1.4 Tabulasi Silang

Tabel 4.8 Tabulasi silang antara umurkeluarga dengan dukungan keluarga


Dukungan keluarga
No Umur Positif Negatif ∑ %
f % f %
1 45- 54 25 52,1 12 25 37 77,1
2 55-64 2 4,2 0 0 2 4,2
3 >65 7 14,6 2 4,2 9 18,8
Total 34 70,8 14 29,2 48 100
Dari tabel 4.8 menunjukan bahwa dari 48 responden sebagian

besar(52,1%) umur 45-54 tahun memiliki dukungan positif sejumlah 25

responden

Tabel 4.9 Tabulasi silang antara pendidikan keluarga dengan dukungan


keluarga
Dukungan keluarga
No pendidikan Positif Negatif ∑ %
f % f %
1 SMP 8 16,7 7 14,6 15 31,2
2 SMA 23 47,9 4 8,3 27 56,2
3 PT 3 6,2 3 6,2 6 12,5
Total 34 70,8 14 29,2 38 100
Dari tabel 4.9 menunjukan bahwa dari 48 hampir setengahnya (47,9%)

pendidikan SMA memiliki dukungan positif sejumlah 23 responden .

Tabel 4.10 Tabulasi silang antara pekerjaan keluarga dengan dukungan


keluarga
Dukungan keluarga
No Pekerjaan Positif Negatif ∑ %
f % f %
1 Tidak bekerja 12 25 3 6,2 15 31,2
2 Bekerja 22 45,8 11 22,9 33 68,8
Total 34 70,8 14 29,2 48 100
Dari tabel 4.10 menunjukan bahwa dari 48 hampir setengahnya

(45,8 %) responden dengan bekerja memiliki dukungan positif sejumah 22

responden.

Tabel 4.11 Tabulasi silang antara umur dengan Activity Daily Living
68

ADL
No Umur Ringan Sedang ∑ %
f % f %
1 45-54 25 52,1 12 25 37 77,1
2 55-64 2 4,2 0 0 2 4,2
3 >65 9 18,8 0 0 9 18,8
Total 36 75,0 12 25 48 100
Dari tabel 4.11 menunjukan bahwa dari 48 sebagian besar (52,1 %)

responden dengan umur 45-54 tahun memiliki ADL ketergantungan ringan

sejumlah 25 responden.

Tabel 4.12 Tabulasi silang antara pendidikan dengan Activity Daily Living
ADL
No Pendidikan Ringan Sedang ∑ %
f % f %
SMP1 9 18,8 6 12,5 15 31,2
2 SMA 23 47,9 4 8,3 27 56,2
3 PT 4 8,3 2 4,2 6 12,5
Total 36 75 12 25 48 100
Dari tabel 4.12 menunjukan bahwa dari 48 hampir setengahnya

(47,9%) responden dengan pendidikan SMA memiliki Activity Daily Living

dengan ketergantungan ringan sejumlah 23 responden.

Tabel 4.13 Tabulasi silang antara pekerjaan dengan Activity Daily


Living
ADL
No Pekerjaan Ringan Sedang ∑ %
f % f %
1 Tidak bekerja 12 25 3 6,2 15 31,2
2 Bekerja 24 50 9 18,8 33 68,8
36 74 12 25 48 100
Dari tabel 4.13 menunjukan bahwa dari 48 setengahnya (50%)

responden dengan bekerja memilki ADL ketergantungan ringan

sejumlah 50 responden.
69

Tabel 4.14 Tabulasi Silangantara dukungan keluarga dengan


kemandirianActivity Daily Living Pasien Post Stroke di
Wilayah Puskesmas Cukir Diwek Jombang

Kemandirian Activity Daily Living


Dukungan Ketergantungan Ketergantungan Total
No
Keluarga Ringan Sedang
f % f % f %
1 Positif 30 88,2 4 11,8 34 100
2 Negatif 6 42,9 8 57,1 14 100

Total 36 75 12 25 48100

Berdasarkan tabel 4.14 di dapatkan bahwa dukungan keluarga

yang positif serta ketergantunganringan hampir seluruhnya (88,2%)

sejumlah 30 responden, dan dukungan keluarga yang negatif serta

ketergantunganringan hampir setengahnya (42,9%) sejumlah 6

responden.

4.2 Hasil Uji Statistik

Hasil uji Spearman rho menunjukkan adanya hubungan antara

variabel X (dukungan keluarga) dan Y (kemandirianActivity Daily Living).

Hal ini didukung dengan nilai probalitas (ρ) = 0.000 yang berarti lebih rendah

dari standart signifikan 0.01 atau (ρ<α), maka H1 diterima dan H0 ditolak.

Correlation Coeffient menunjukkan nilai 0.476, hal ini berarti dukungan

keluarga dengan kemandirianActivity Daily Livingmemiliki hubungan sedang.

Dikarenakan Correlation Coeffient 0.476 masuk dalam interval antara 0.400-

0.599 kategori hubungan sedang.

4.3 Pembahasan

Dari hasil penelitian tentang hubungan antara dukungan keluarga

dengan kemandirianActivity Daily Living Pasien Post Stroke di Wilayah kerja

Puskesmas Cukir Diwek Jombang, sebagai berikut :


70

4.3.1 Dukungan Keluarga di wilayah kerja Puskesmas Cukir Diwek

Kabupaten Jombang

Berdasarkan tabel 4.6 dukungan keluarga diketahui sebanyak 48

responden sebagian besar(70,8%)memiliki dukungan keluarga positif

sebanyak 34 orang, akan tetapi hampir setengahnya (29,2%) responden

memiliki dukungan negatif sejumlah 14 responden.

Dukungan keluarga mempunyai peranan sangat penting dalam

pengobatan karena keluarga bisa memberikan dorongan baik fisik maupun

mental bagi penderita stroke (Saputri, 2017).Dukungan keluarga dapat berupa

dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan

dukungan emosional. Jadi dukungan adalah suatu bentuk hubungan

interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota

keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan.

Dukungan keluarga di pengaruhi oleh beberapa faktor yakni pendidikan,

sosial ekonomi, dan spiritual.

Peran keluarga adalah memberikan bantuan selama proses

penyembuhan responden dan dukungan keluarga yang besar dapat

meningkatkan keberhasilan proses penyembuhan atau pun pemulihan.

Dikarenakan salah satu faktor dukungan keluarga berupa pendidikan dan

sosial ekonomi.

Dari tabel 4.8 menunjukan bahwa dari 48 responden sebagian

besar(52,1%) umur 45-54 tahun memiliki dukungan positif sejumlah 25

responden
71

Umur seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan, Dikarnakan

semakin banyak pengetahuan seseorang maka dukungan keluarga semakin

meningkat. Hal ini disebabkan umur seseorang menentukan tingkat

kematangan dalam berpikir dan berperilaku, dukungan keluarga dipengaruhi

tingkat kematangan usia seseorang, semakin matang usia seseorang maka

dapat memberikan dukungan terhadap orang lain ( Notoadjmojo.2010)

Berdasarkan fakta dan teori bahwa Responden umur 45-

54tahunmampu berfikir lebih baik dari pengalaman-pengalaman yang

sebelumnya. Karena dengan tingkat kematangannya seseorang responden

tersebut lebih banyak pengetahuan serta bisa berfikir bagaimana keluarga

dapat melakukan tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan yang cukup

pada satu rumah tersebut. Jika ada keluarga yang sakit maka anggota keluarga

lainnya akan memberi dukungan kepada keluarga yang sakitbaik berupa

semangat, motivasi atau pun memberi edukasi-edukasi pada anggota

keluarganya.

Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukan bahwa dari 48 hampir

setengahnya (47,9%) pendidikan SMA memiliki dukungan positif sejumlah

23 responden.

Menurut Yusra (2011), bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi

perilaku seseorang dalam mencari perawatan dan pengobatan penyakit yang

dideritanya, serta memilih dan memutuskan tindakan atau terapi yang akan

dijalani untuk mengatasi masalah kesehatannya.menurut sutini (2018) faktor

yang mempengaruhi dukunga keluarga adalah tingkat pendidikan karena

keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel


72

intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan

pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif membentuk cara berpikir

termasuk kemampuan dalam memahami faktor yang berhubungan dengan

penyakit.

Berdasarkan fakta dan teori Tingkat pendidikan bagi keluarga ini

sangat penting dalam berperan sebagai pemeliharaan kesehatan bagi

penderitapasien post stroke. Hal itu disebakan karena tingkat pendidikan

yang cukup sehingga keluarga sedikit memahami tentang mengenal stroke,

mengambil keputusan bagi penderita stroke, merawat penderitastroke,

memodifiksi lingkungan untuk menjamin kesehatan penderitastroke,

memanfaatkan fasilitas kesehatan bagi penderitastroke.

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukan bahwa dari 48 hampir

setengahnya (45,8 %) responden dengan bekerja memiliki dukungan positif

sejumah 22 responden.

Pekerjaan berhubungan dengan penggunaan aktivitas fisik. Menurut

Hartoyo dkk, (2016) aktifitas fisik yang dilakukan oleh responden yang

tidak bekerja kemungkinan besar lebih sedikit di bandingkan orang yang

memiliki pekerjaan di luar rumah. Pekerjaan berdampak pada interkasi

sosial individu yang mana merupakan sebagai dasar adanya dukungan

keluarga yang menjadikan kekuatan dalam merawat kelaurga (Sutini,2018)

Berdasarkan fakta dan teori menunjukkan bahwa anggota keluarga

yang bekerja kemungkinan besar mempunyai aktivitas fisik lebih banyak

sehingga kurang/negatif dalam memberikan dukungan terhadap anggota

keluargannya.
73

4.3.2 Kemandirian Activity Daily Living Pasien Post Stroke di Wilayah

Puskesmas Cukir Diwek Jombang

Berdasarkan tabel 4.7 kemandirian activity daily living pasien

diketahui sebagian besarmemiliki ketergantungan ringan sebanyak 36 orang

(75,0%), akan tetapi sebagian kecil (25%) responden dengan tingkat

ketergantungan sedang sejumlah 12 responden.

Pada umumnya penderita stroke mengalami penurunan fungsi tubuh

dan psikomotor dan gangguan dalam kemandirian aktivitas sehari-

hari.Orang yang sudah terkena Stroke biasanya hanya bisa berbaring

ditempat tidur saja bahkan untuk berkomunikasi saja sangat sulit untuk

dilakukan Perubahan ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik,

keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan dan situasi

lingkungan.Dari segi mental dan emosional sering muncul perasaan pesimis,

timbulnya perasaan tidak aman, dan rasa cemas Activity daily of living

(ADL) adalah keterampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimilki

seseorang untuk merawat dirinya sendiri secara mandiri dengan tujuan

untuk memenuhi peranya sebagai pribadi dalam keluarga dan

masyarakat(Kushariyadi., 2012)

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, kondisi yang sering

dialami pada penderita stroke yaitu kemandirian dalam aktivitas sehari-hari

yang menurun dikarenakan penderita stroke mengalami berbagai faktor

salah satunya faktor umur, karena semakin menuanya seseorang secara

otomatis akan mengalami penurunan fungsi tubuh yang semakin menurun.


74

Fakor lain mempengaruhi ADL seseorang yakni adanya dukungan keluarga,

pengetahuan dan motivasi.

Tabel 4.11 menunjukan sebagian besar (52,1 %) responden dengan

umur 45-54 tahun memiliki ADL ketergantungan ringan sejumlah 25

responden.

Usia seseorang dalam Activity daily living berpengaruh terhadap

perilaku keseharian, umur semakin muda dan tingkat keterganungan ringan

maka perilaku dan motivasi kategori positif, hal ini disebabkan usia muda

penurunan kesehatan dan ketergantungan masih ringan (Nursal,2009)

Berdasarkan fakta dan teori bahwa umur seseorang dapat

mempegaruhi ADL seseorang dikarenakan masih bisa dalam melakukan

aktivitas yang dirasa masih mampu.kondisi yang sering dialami pada

penderita stroke yaitu kemandirian dalam aktivitas sehari-hari yang

menurun dikarenakan penderita stroke mengalami berbagai faktor salah

satunya faktor umur, karena semakin menua nya seseorang secara otomatis

akan mengalami penurunan fungsi tubuh yang menurun.

Tabel 4.12 menunjukan bahwa dari 48 hampir setengahnya (47,9%)

responden dengan pendidikan SMA memiliki ADL dengan ketergantungan

ringan sejumlah 23 responden

Faktor yang mempengaruhi ADL salah satunya adalah pengetahuan,

karena pada pasien psot stroke memang membutuhkan penegtahuan dan

pemahaman dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari, jika tidak

dipahami akan menyebabkan lamanya proses penyembuhan.(Aini,2017)


75

Berdasarkan fakta dan teori tersebut tingakt pendidikan menjadi faktor

dalam menentukan kategori ketergantungan ADL sesorang, semakin tinggi

pendidikan seseorang maka pengetahuan dan informasi tentang penyakit

semakin baik dan penatalaksanaan serta pencegahanya.Tingkat pendidikan

juga bisa mempengaruhi seseorang disebut mandiri atau tidak, karena

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat

pengetahuannya dalam melakukan perawatan diri, maka semakin baik

tingkat kognitifnya dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah, jika

tingkat pendidikan nya tinggi secara otomatis penderita stroke akan semakin

banyak bergerak atau melakukan aktivitas, sehingga tingkat ketergantungan

nya semakin rendah, berbeda dengan penderita stroke yang berpendidikan

rendah.

Tabel 4.13 menunjukan bahwa dari 48 setengahnya (50%) responden

dengan bekerja memilki ADL ketergantungan ringan sejumlah 50

responden.

Pekerjaan sesorang dapat menentukan perilaku seseorang, sesorang

yang bekerja cendurung memiliki perilaku positif, dikarenakan adanya sikap

yang baik dan pengetahuan yang cukup dalam melakukan tindakan yang

akan dilakukan (Notoadmodjo.2010)

Berdasarkan fakta dan teori bahwa individu bekerja akan berpengaruh

terhadap koping individu tersebut dalam menyelesaikan masalah yang

dihadapi
76

4.3.3Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Activity

Daily Living Pasien Post Stroke di Wilayah Puskesmas Cukir Diwek

Jombang

Berdasarkan tabel 4.14 di dapatkan bahwa dukungan keluarga yang

positif serta ketergantungan ringan hampir seluruhnya (88,2%) sejumlah

30responden, dan dukungan keluarga yang negatif serta ketergantungan

ringan hampir setengahnya (42,9%) sejumlah 6 responden.nilai probalitas

(ρ) = 0.000 yang berarti lebih rendah dari standart signifikan 0.01 atau

(ρ<α), maka H1 diterima dan H0 ditolak. Correlation Coeffient

menunjukkan nilai 0.476, hal ini berarti dukungan keluarga dengan

kemandirianActivity Daily Livingmemiliki hubungan sedang

Umumnya penderita strokeakan mengalami kesulitan dan keterbatasan

saat melakukan aktivitas sehari- hari yang berdampak pada hubungan,

keintiman baik dalam pekerjaan maupun hobi (Mahreswati, 2012). Oleh

karena itu hal yang perlu dipertimbangkan oleh keluarga adalah tingkat

kemandirian atau tingkat ketergantungan pasien terhadap orang lain dalam

melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari atau lebih dikenal dengan Activity

Daily Living (ADL) (Mulyatsih dkk, 2010).

Menurut Daily dkk (2017) ada beberapa faktor yang berhubungan

dengan ADL Pengetahuan, dukungan keluarga dan Motivasi. Menurut

Alligod & Tomey (2006) Nursalam, (2017) Orem mendefinisikan bahwa

faktor dasar yang dapat mempengaruhi kemandarian dalam perawatan diri

(self-care) yaitu sistem keluarga ,gender, pola hidup, tahap perkembangan,

usia, sistem pelayanan kesehatan, lingkungan eksternal dan tinggkat


77

kesehatan. Konsep ini mendasari peran perawat dalam memenuhi kebutuhan

perawatan dari klien utuk menerapkan kemandirian dan kesehatan yang

optimal.

Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada

anggota keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat yang

mampu membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan

tentram. Dukungan ini merupakan tindakan atau sikap dan penerimaan

keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung akan selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan apa saja yang memang diperlukan. Dukungan

keluarga yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga

yang lainnya dalam rangka menjalankan fungsi yang terdapat dalam sebuah

keluarga. Bentuk dukungan keluarga terhadap anggota keluarga adalah

secara moral atau material. Adanya dukungan keluarga akan berdampak

pada peningkatan rasa percaya diri pada penderita dalam menghadapi proses

pengobatan penyakitnya (Susilawati, 2013).


78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah Puskesmas Cukir Diwek

Jombangdapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar pasien memiliki dukungan keluarga sebanyak 31 orang

positifdi Wilayah Puskesmas Cukir Diwek Jombang.

2. Hampir seluruhnya pasien mengalami tingkat ketergantungan ringan

sebanyak 36 orangdi Wilayah Puskesmas Cukir Diwek Jombang.

3. Adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirianActivity

Daily Livingdi Wilayah Puskesmas Cukir Diwek Jombang.

5.2 Saran

5.2.1 Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dan pengetahuan terutama bagi perawat, dalam mengembangkan bidang

kesehatan keperawatan terhadap penyakit stroke.

5.2.2 Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi instusi pendidikan diharapkan dapat digunakan sebagai

tambahan proses pembelajaran dan pengabdian serta sebagi referensi

kepustakaan, sehingga dapat digunakan pertimbangan bagi penelitian

selanjutnya.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya


79

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan acuan dalam pengembangan penelitian selanjutnya terutama

tentang dukungan terhadap pasien post stroke.

c. Bagi Responden

Diharapkan Keluarga dapat menerapkan dukungan keluarga dan

kemandirian Activity Daily Living Pasien Post Stroke.

d. Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan diharapkan hasil dari penelitian ini dapat

digunakan sebagai salah satu acuan dalam meningkatkan mutu

pelayanan dalam aspek psikologis bagi Pasien Stroke.


80

DAFTAR PUSTAKA

Achar, K. A. H. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Surabaya.


Aini, D. N., Arifianto, & Auliazardhi, Y. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kemandirian, 1–11.
Azwar, S. (2011). Metode Penelitian. Yogyakarta.
Bandiyah. (n.d.). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerotik. yogyakarta.
Cameron JI, Naglie G, Gignac MA, Bayley M, Warner G, Green T, Czerwonka A,
Huijbregts M, Silver FL, Phillips SJ, C. A. (2014). Randomized clinical trial
of the Timing it Right Stroke Family Support Program: research protocol.
Caplin.JP. (2006). Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan Kartono, K). Jakarta.
Darotin, R., Nurdiana, &Nasution, T. H. (2017). Analisis Faktor Prediktor
Mortalitas Stroke Hemoragik Di Rumah Sakit Daerah dr. SOEBANDI
JEMBER, 2.
Emelia J. Benjamin, Virani, S. S., Callaway, C. W., & Chamberlain, A. M.
(2018). Heart Disease and Stroke Statistics— 2018 Update.
Friedman, M. M. (2003). Keperawatan Keluarga teori dan Praktek (3rd ed.).
Jakarta.
Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Keluarga Riset, Teori & Praktik (5th ed.). Jakarta.

Hanum, P., Lubis, R., & Rasmaliah. (2017). Hubunga Karakteristik dan
Dukungan Keluarga Lansia dengan Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi
di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan, 3.
Hidayat, A. A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis data.
Jakarta.
Istiqomah, I. (2016). Pemenuhan Activity Daily Living pada Pasien Fraktur, 2.
Kuntjoro, Z. . (2002). Dukungan Sosial pada Lansia.

Mahreswati, E. (2012). Deteksi Dini gejala, pencegahan dan pengobatan Stroke


serangan jantung& gagal ginja. yogyakarta.
Mubarak, W. iqbal, Chayatin, N., & Santoso, B. A. (2009). Ilmu Keperawatan
Komunitas Konsep dan Aplikasi (2nd ed.). Jakarta.
Mulyatsih, E., & Ahmad, A. (2010). petunjuk perawatan pasien pasca Stroke
dirumah.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (3rd ed.). Jakarta.
Nursalam. (2016). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta.
81

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (4th ed.). Jakarta.


Oktaviani, D. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Pada pasien post Stroke.

Parker, D. (2006). Menumbuhkan Kemandirian dan Harga Diri Anak. Jakarta.

Pitna, N., & Savalera, aran made. (2015). Model Konseptual Keperawatan
Komunitas Menurut Dorothea Orem.
Ratna, pudiastuti dwi. (2011). Penyakit Pemicu Stroke (1st ed.). yogyakarta.
Salam, N. (2017). Metode Penelitian lmu Keperawatan (4th ed.). Jakarta.
Sarafino, E. P., & Smith, T. w. (2011). Health Psychology Biopsychosocial
Interactions Seventh edition. United States of America.
Sugiarto. (2005). ‘Penilian Keseimbangan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-
hari pada Lansia di Panti Werdha Pelkris Elim Semarang dengan
Menggunakan Berg Balance Scale dan Indeks Barthel.’
Sugiono. (2011). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung.
Sujarweni, V. W. (2014). Metodologi penelitian keperawatan. Yogyakarta: Gava
Media.
Surakhmad, W. (2008). Pengantar Interaksi Belajar–Mengajar Dasar Dan Teknik
Metodologi Pengajaran. bandung.
Susilawati, D. (2013). Hubungan antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP DRSARDJITO
YOGYAKARTA, 4.
Sutini. (2018). Hubungan Dukungan keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis. Ponorogo.
Taylor, shelly E. (1995). Health Psyc. singapore.
Torwanto, & Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar Mnusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta.
Tutu April Ariani. (2014). Sistem Neurobehaviour. Jakarta.
Wangmuba. (2009). Self Efficacy: Materi Psikologi.
82

Lampiran 1

SURAT PENGAJUAN JUDUL PROPOSAL


83

Lampiran 2

SURAT IJIN PENGAMBILAN DATA DAN STUDI PENDAHULUAN


84

Lampiran 3

SURAT PENGANTAR PERMOHONAN IJIN PENELITIAN


85

Lampiran 4

SURAT BALASAN DINAS KESEHATAN

PERMOHONAN IJIN PENELITIAN


86

Lampiran 5

KETERANGAN LOLOS UJI ETIK


87

Lanpiran 6

LEMBAR PENJELASAN SUBJEK PENELITIAN (PSP)

BAGI RESPONDEN PENELITIAN

Yang terhormat calon responden. Saya, Fitri Munfaridjatul M mahasiswa

sarjana keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pemkab Jombang akan

melakukan pengambilan data dari penelitian tentang “Hubungan Dukungan

Keluarga dengan Kemandirian Activity Daily Living pasien Post Stroke Di

Wilayah kerja Puskesmas Cukir Diwek Kabupaten Jombang”. Penelitian ini

dilaksanakan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan.

Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankan saya memohon kesediaan

responden yang saya hormati untuk bersedia menjadi responden pada penelitian

ini. Hasil penelitian akan diperoleh kepada pihak institusi penyelenggara

pendidikan, lahan praktik atau supervisi sebagai informasi dasar atas lingkungan

praktik pembelajaran di klinik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian Activity Daily Living pasien

Post Stroke. Sehingga, akan memberikan manfaat bagi partisipan sebagai

pengetahuan dan pengalaman rumah. Untuk hasil penelitian, peneliti menyimpan

dokumen hasil pengumpulan data yang terkait dalam tempat khusus yang hanya

bisa diakses peneliti dan penulis transkip data akan diberikan inisial untuk

menjaga kerahasiaan partisipan. Sebagai partisipan, keikutsertaan anda tidak akan

mendapat dampak atau pengaruh yang merugikan. Untuk itu apabila terjadi hal-

hal yang menimbulkan ketidaknyamanan, anda berhak secara penuh

mengundurkan diri atau menolak untuk berpartisipasi. Jika bersedia mohon


88

menandatangani lembar persetujuan (inform comsent) yang telah disediakan. Jika

ada pertanyaan terkait dengan penelitian ini, responden dapat menghubungi

peneliti Fitri Munfaridjatul Maysuroh nomor Hp 081450306468.

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi dan identitas yang diberikan.

Sebagai bentuk rasa terimakasih peneliti kepada responden dalam penelitian ini,

peneliti akan memberikan cinderamata sebagai kenang-kenangan dan ucapan

terima kasih. Demikian penjelasan saya atas perhatian, kesediaan, dan kerjasama

calon responden saya ucapkan terima kasih.

Jombang, Juli 2019

Peneliti

(Fitri Munfaridjatul M)
89

Lampiran 7

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

Setelah menandatangani penjelasan dan mengerti tentang tujuan penelitian

dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Activity Daily

Living Pasien Post Stroke Diwilayah kerja Puskesmas Cukir Diwek Jombang”

yang akan dilaksanakan oleh Fitri Munfaridjatul Maysuroh, bahwa saya dimintai

untuk berperan serta dalam penelitian yang nantinya akan menjawab pertanyaan

yang diajukan oleh peneliti. Sebelumnya saya sudah diberikan penjelasan

mengenai maksud dan tujuan penelitian ini, dan saya mengerti bahwa penelitian

akan menjaga kerahasiaan diri saya. Bila saya merasa tidak nyaman, maka saya

berhak untuk mengundurkan diri.

Demikiran secara sadar, sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari

siapapun, saya bersedia berperan dalam penelitian ini dan bersedia

menandatangani lembar persetujuan ini.

Jombang, Juli 2019

Saksi Responden Peneliti

(...............................) (................................) (Fitri Munfaridjatul M)


90

Lampiran 8

KISI-KISI KUEISONER
DUKUNGAN KELUARGA

Variabel Indikator Jumlah Positif Negatif

Dukungan informasi 4 No No 5

1,2,3,dan 4

Dukungan emosional 4 No 7,8,9 No 6

dan 10

Dukungan Dukungan instrumen 4 No No 13

Kleuarga 11,12,14

dan 15

Dukungan penilaian 4 No No 19

16,17,18,20
91

KUEISONER PENELITIAN

“HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN

ACTIVITY DAILY LIVING PASIEN POST STROKE DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS CUKIR KECAMATAN DIWEK KABUPATEN

JOMBANG”

No Kode :

Nama :

Alamat :

A. DATA UMUM

1. Apakah pendidikan terakhir anda ?

Pendidikan Dasar (SD)


Pendidikan Menangah Pertama (SMP)
Pendidikan Menengah Keatas (SMA)
Perguruan Tinggi

2. Jenis Kelamin ?

Laki laki
Perempuan

3. Apakah anda Masih Bekerja sampai Sekarang ?

Ya
Tidak

4. Lama menderita Stroke ?

< 1 tahun = L1
1-2 Tahun = L2
3-4 Tahun = L3
> 5 Tahun = L4
92

5. Umur penderita stroke ?

45-54 TAHUN = U1
55-64 TAHUN = U2
>65 TAHUN = U3
93

B. Data KHUSUS

1. Kueisoner Dukungan Keluarga

Petunjuk Pengisian

1. Semua pertanyaan harus diberijawaban

2. Beritanda centang

3. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan 1 jawaban yang sesuai

menurut responden

KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA

No Pernyataan Selalu Sering Kadang Tidak


-kadang pernah
DUKUNGAN INFORMASI
1. Keluarga memberikan nasehat
tentang perilaku-perilaku yang dapat
memperburuk sakit penderita
2. Keluarga menjelaskan tentang
pentingnya memeriksakan penyakit
penderita secara teratur
3. Keluarga menjelaskan akan
pentingnya meminum obat secara
teratur ketika penderita sakit
4. Keluarga kurang menjelaskan
tentang pentingnya memeriksakan
penyakit penderita
5. Penderita kurang mendapatkan
informasi tentang penyakit dari
keluarga
DUKUNGAN EMOSIONAL
6. Keluarga kurang berperan aktif
dalam setiap pemeriksaan penyakit
penderita
7. Keluarga setia mendampingi
penderita dalam pemeriksaan
penyakit
8. Keluarga memberikan kepercayaan
kepada penderita untuk melakukan
aktivitas sesuai dengan kemampuan
penderita
9. Keluarga tetap mencintai dan
94

memperhatikan keadaan penderita


disaat sakit
10. Keluarga mengikut sertakan
penderita dalam setiap acara
keluarga
DUKUNGAN INSTRUMENTAL
11. Keluarga berusaha untuk mencarikan
kekurangan sarana dan pralatan yang
penderita perlukan
12. Keluarga menyediakan waktu dan
fasilitas jika penderita memerlukan
untuk keperluan pemeriksaan
kesehatan
13. Keluarga sering mengeluh disaat
penderita membutuhkan fasilitas
kesehatan untuk pemeriksaan
kesehatan penderita
14. Keluarga bersedia membiayai biaya
kesehatan penderita
15. Keluarga terlambat menyediakan
obat disaat penderita kehabisan
persediaan obat-obatan yang
diperlukan
DUKUNGAN PENILAIAN
16. Keluarga menerima penderita apa
adanya dengan segala keterbatasan
17. Keluarga menunjukan wajah yang
menyenagkan saat membantu atau
melayani penderita
18. Keluarga memandang salah apa yang
penderitalakukan
19. Keluarga tidak memberikan pujian
dan perhatian kepada penderita
20. Keluarga membawa penderita
berobat atau memeriksakan
kesehatan jika kondisi pendeirta
menurun
95

KUEISONER KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING INDEX

BARTHEL

PETUNJUK PENGISIAN

Bacalah setiap item kemampuan aktivitas dibawah ini dengan seksama, kemudian
berikan jawaban anda pada lembar jawaban bagi setiap item aktivitas tersebut
dengan cara mencontreng pada salah satu jawaban yang menunjukan gambaran
kemampuan Pasien Post Stroke dalam setiap item aktivitas, sebagai berikut:

No Item yang dinilai Nilai Keterangan Skor


1. Makan (Feeding) 0 Tidak mampu
1 Butuh bantuan memotong,
mengoles mentega dll
2 Mandiri
2. Mandi (bathing) 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
3. Perawatan diri 0 Membutuhkan bantuan orang lain
(grooming)
1 Mandiri dalam merawat muka,
rambut, gigi dan bercukur
4. Berpakaian 0 Tergantung orang lain
(dressing)
1 Sebagian dibantu (misal
mengancing baju)
2 Mandiri
5. Buang air kecil 0 Inkontinensia atau pakai kateter
(bowel) dan tidak terkontrol
1 Kadang inkontinensia (maks,
1x24jam)
2 Kontinensia (teratur untuk lebih
dari 7 hari)
6. Buang air besar 0 Inkontinensia (tidak teratur)
(bladeer)
1 Kadang inkontinensia (sekali
seminggu)
2 Kontinensia
7. Penggunaan toilet 0 Tergantung bantuan orang lain
1 Membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2 Mandiri
8. Bergerak (dari 0 Tidak mampu
tempat tidur ke
kursi dan kembali)
1 Butuh bantuan untuk bisa duduk
(dua orang)
2 Bantuan kecil (satu orang)
96

3 Mandiri
9. Mobilitas (pada 0 Immobile (tidak mampu)
tempat datar)
1 Menggunakan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan satu
orang
3 Mandiri (meskipun menggunakan
alat bantu seperti tongkat)
10 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Membutuhkan bantuan (alat
bantu)
2 Mandiri
JUMLAH

Anda mungkin juga menyukai