Anda di halaman 1dari 14

RESUME EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD

Nama : Lailatus Zukriyah

NIM : 857047957

Kelas : B

Kode Mata Kuliah : MODUL 4 PDGK 4301

No. Absen : 6

UNIVERSITAS TERBUKA
JAKARTA 2019
MODUL 4
KEGIATAN BELAJAR 1
MENGUMPULKAN INFORMASI DAN MENGOLAH INFORMASI
HASIL BELAJAR

Kegiatan penilaian memiliki tujuan utama untuk mengetahui apakah kompetensi


dasar yang telah ditetapkan sudah dapat dicapai oleh siswa atau belum. Untuk itu guru
perlu mengetahui dengan benar bagaimana prosedur penilaian yang benar. Kisi-kisi
pengukuran diperlukan untuk memudahkan guru dalam melaksanakan penilaian.

Kisi-kisi pengukuran tersebut di antaranya berisi:

a. Aspek yang akan diukur: kognitif, afektif, psikomotorik


b. Jenis alat ukur yang digunakan: tes atau non tes
c. Teknik atau cara pengukurannya
d. Cara penskoran dan pengolahannya

Informasi hasil belajar siswa dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai bentuk
penilaian, misalnya dari tes tertulis (paper and pencil test) serta dari penilaian unjuk
kerja (performance).

A. MEMERIKSA DAN MENGOLAH HASIL TES


1. Memeriksa Hasil Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang paling dilakukan guru pada tes sumatif
karena tes objektif ini memiliki keunggulan dapat menanyakan banyak materi
dalam satu waktu ujian (sampel materi lebih banyak) dan juga hasil tes dapat
diolah dengan cepat dan objektif.
Dalam memeriksa hasil tes objektif guru melakukan beberapa cara yang
dinilai efektif tergantung dengan jumlah peserta tes.
a. Peserta Tes Sedikit
Jika jumlah peserta tes sedikit, maka guru dapat memeriksa secara manual.
Cara yang umum dilakukan guru yakni membuat satu master kunci jawaban
soal tes tersebut pada lembar jawaban yang kosong. Master kunci jawaban

1
itu kemudian dilubangi pada bagian pilihan jawaban yang benar. Namun,
guru harus teliti dalam membuat master kunci, sebelumnya pastikan terlebih
dahulu lembar jawaban untuk master kunci sama dengan lembar jawaban
milik siswa. Akan tetapi metode ini memiliki kelemahan yakni seringkali
kita temukan siswa memilih 2 alternatif jawaban di dalam satu soal, jika kita
menggunakan master kunci yang seperti ini dikhawatirkan kita tidak melihat
jawaban siswa tersebut. Untuk mengatasi masalah ini, guru dapat membuat
master kunci dari plastik tranparan, sehingga jika siswa memilih 2 alternatif
jawaban dapat terlihat oleh guru.
b. Peserta Tes Banyak
Jika jumlah peserta tes atau jumlah tesnya sangat banyak cara manual dirasa
akan membuat pemeriksa kesulitan. Jika jumlah peserta tes banyak maka
akan lebih efisien jika memeriksa menggunakan fasilitas komputer untuk
menskor dan mengolahnya.
Pemeriksaan menggunakan komputer biasanya menggunakan bantuan mesin
pembaca (scanner machine) dan lembar jawaban yang digunakan pun
khusus, yaitu lembar jawaban komputer (LJK) dan diisi menggunakan pensil
2B.
Prinsip kerja pemeriksaan jawaban dengan menggunakan fasilitas komputer
adalah sebagai berikut:
1. Semua jawaban siswa di-scan
2. Proses editing
3. Proses updating
4. Proses pemeriksaan (dapat dengan cara key-in dan scanning)
5. Scoring

Dalam memberikan skor pada tes objektif ini terdapat dua cara, yaitu skor 1
untuk jawaban yang benar skor 0 untuk jawaban yang salah dan yang kedua
kita dapat menggunakan formula tebakan (guessing formula).

1. Tes Benar Salah (True False)


Dalam pemberian skor di tes benar salah kita dapat menggunakan rumus:
Skor = Jumlah jawaban benar

2
Sedangkan untuk menghindari siswa asal menebak kita bisa
menggunakan rumus:
Skor = Jumlah jawaban benar – Jumlah jawaban salah
2. Tes Menjodohkan (Matching)
Dalam pemberian skor di tes menjodohkan kita dapat menggunakan
rumus:
Skor = Jumlah jawaban benar
3. Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Dalam pemberian skor di tes pilihan ganda kita juga dapat menggunakan
rumus:
Skor = Jumlah jawaban benar
Dapat pula menggunakan formula tebakan (guessing formula) untuk
menghindari siswa asal menebak, dengan menggunakan rumus:
𝑆
Skor = 𝐵 − 𝑛−1

B : Jumlah jawaban benar


S : Jumlah jawaban salah
N : Banyaknya alternatif jawaban

Guessing formula digunakan agar siswa lebih berhati-hati dalam


menjawab setiap butir soal. Jika guru menggunakan rumus ini, maka setiap
jawaban salah yang dijawab oleh siswa akan mengakibatkan penurunan skor.
Untuk jawaban yang belum dijawab dianggap jawaban salah tetapi dikategorikan
dalam jawaban yang belum diisi. Kesalahan seperti demikian dapat
mempengaruhi skor siswa. Ada baiknya guru mencantumkan keterangan di
lembar soal apabila ia akan menggunakan formula tebakan (guessing formula)
dalam penskoran, sehingga para siswa akan lebih berhati-hati dalam menjawab.

Contoh penggunaan guessing formula dalam penskoran:

Dalam tes akhir semester IPS diujikan 60 butir soal pilihan ganda dengan
4 alternatif jawaban. Tita dapat menjawab benar 40 butir soal, 20 butir salah.
Tini dapat menjawab 40 butir soal benar, 10 butir soal salah, dan 10 butir soal
tidak diisi. Jika penskoran tes tersebut didasarkan pada penggunaan formula
tebakan (guessing formula) maka:

3
a. Skor yang diperoleh Tita adalah:
20
Skor Tita = 40 − 4−1

= 40 − 6,66
= 33,33
b. Skor yang diperoleh Tini adalah:
10
Skor Tini = 40 − 4−1

= 40 − 3,33
= 36,67
2. Memeriksa Hasil Tes Uraian
Menurut Hopkins, et. al (1990) terdapat lima faktor yang menjadi
permasalahan pada saat anda memeriksa hasil tes uraian yaitu ketidaktetapan
pemeriksa dalam memberikan skor, adanya hallo effect, carry over effect, order
effect, dan adanya efek penggunaan bahasa serta tulisan siswa.
Masalah akan lebih besar jika tes uraian adalah tes uraian terbuka, karena
jawaban yang diberikan siswa akan semakin beragam.
Untuk meminimalkan masalah dalam memeriksa hasil tes uraian, ikutilah
cara-cara sebagai berikut:
a. Demi menjaga reliabilitas sebaiknya lembar jawaban siswa diperiksa
minimal oleh dua orang
b. Adanya kesamaan persepsi antara pemeriksa
c. Setalah ada kesepakatan pemeriksa sebaiknya menguji kesepakatan mereka
kepada 5 – 10 lembar jawaban siswa jika ternyata pemberian skor relatif
sama maka pemeriksa tersebut sudah memiliki kesamaan persepsi. Jika
ternyata skor yang diberi berbeda maka pemeriksa harus berdiskusi kembali
sampai menemukan kesamaan persepsi.

Ada lima hal yang harus diperhatikan selama memeriksa hasil tes uraian
(Hopkins dkk, 1990), yaitu:

1) Ketidaktetapan pemeriksa dalam memberikan skor


Cara mengatasinya: Guru dapat memeriksa jawaban setiap butir soal untuk
seluruh siswa.
2) Adanya hallo effect
Cara mengatasinya: Tutuplah nama peserta tes

4
3) Carry over effect
Cara mengatasinya: Sama dengan masalah ketidaktetapan pemeriksa dalam
memberikan skor, guru dapat memeriksa jawaban setiap butir soal untuk
seluruh siswa
4) Order effect
Cara mengatasinya: Tundalah untuk memeriksa apabila sudah terasa lelah
dan jenuh
5) Efek penggunaan bahasa serta tulisan siswa
Cara mengatasinya: Untuk masalah efek penggunaan bahasa serta tulisan
siswa, guru dapat terus berpegang pada pedomaan penskoran yang telah
disepakati bersama.

3. Mengolah Data Hasil Tes


Skor mentah yang diperoleh sebaiknya diolah lagi menjadi dalam bentuk
presentase. Adapun cara mengubah skor mentah menjadi presentase adalah
sebagai berikut:
a. Untuk tes objektif (tanpa formula tebakan):
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
Persentase penguasaan = 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙

b. Untuk tes uraian:


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Persentase penguasaan = 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙

Contoh:
Jika Bardan dapat menjawab benar 40 dari 50 butir soal mata pelajaran IPS
maka:
Persentase penguasaan Bardan untuk mata pelajaran:
40
IPS = 𝑥 100% = 66,66%
60

Jika pada tes uraian mata pelajaran IPA, Ali memperoleh skor 52 dari skor
maksimal 82 maka:
Persentase penguasaan Ali untuk mata pelajaran:
52
IPA = 82 𝑥 100% = 63,41%

5
B. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN INFORMASI HASIL BELAJAR
DARI UNJUK KERJA SISWA
Informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari unjuk kerja siswa
dikumpulkan dari tugas-tugas yang telah dikerjakan siswa, di antaranya berupa
unjuk kerja (performanxe), pembuatan laporan, pengumpulan hasil karya,
pengumpulan portofolio dan lain sebagainya.
Dalam penilaian non tes seperti di atas maka guru harus mempersiapkan
pedoman pengamatan yang dilengkapi dengan kriteria penskoran atau rubrik
penilaian. Dalam kesempatan penilaian seperti ini guru juga dapat menilai aspek
psikomotor (keterampilan).
Contoh untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang berkenaan
dengan keterampilan siswa dalam menggunakan mikroskop (dalam kegiatan
praktikum IPA) maka anda dapat memberikan tugas sebagai berikut:
Lakukan pengamatan sel gabus di bawah mikroskop. Ambillah mikroskop dari
tempat penyimpanan dan persiapkan sampai mikroskop tersebut siap digunakan.
Selama mempersiapkan mikroskop, perhatikanlah tata cara yang benar dalam
menggunakan mikroskop tersebut untuk mengamati preparet sel gabus yang telah
disediakan.
No Indikator Skor
1. Cara membawa mikroskop 4 3 2 1
2. Cara memutar power mikroskop 4 3 2 1
3. Cara mencari cahaya 4 3 2 1
4. Cara meletakkan kaca objek 4 3 2 1
5. Cara mencari fokus untuk melihat objek 4 3 2 1
6. Cara melihat objek 4 3 2 1

Contoh hasil pengamatannya adalah sebagai berikut:

Nama : Aufa

Kelas : VI (Enam)

Sekolah : SD Keputran V Yogyakarta

6
No Indikator Skor
1. Cara membawa mikroskop 4 3 2 1
2. Cara memutar power mikroskop 4 3 2 1
3. Cara mencari cahaya 4 3 2 1
4. Cara meletakkan kaca objek 4 3 2 1
5. Cara mencari fokus untuk melihat objek 4 3 2 1
6. Cara melihat objek 4 3 2 1

Pengolahan skor:

1. Hitung jumlah skor maksimal dan minimal yang mungkin diperoleh siswa
untuk semua indikator
2. Jumlahkan skor yang diperoleh Aufa untuk semua indikator
3. Bandingkan skor total yang diperoleh Aufa dengan standard yang telah
ditetapkan, atau
4. Jika ingin menghitung persentase keberhasilan Aufa, dapat juga dengan
rumus:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑥 100%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Berarti persentase keterampilan Aufa adalah:
20
𝑥 100% = 83,33%
24

7
KEGIATAN BELAJAR 2
PENDEKATAN DALAM PEMBERIAN NILAI

A. PENGORGANISASIAN INFORMASI HASIL BELAJAR SISWA


Data yang diperoleh dari informasi hasil belajar siswa merupakan data
mentah (raw score) yang masih harus ditata sedemikian rupa guna memudahkan
guru dalam memahami hasil belajar siswa.
Untuk memudahkan guru dalam menganalisis sebaiknya data tersebut
diurutkan dari mulai nilai tertinggi sampai yang terendah. Apabila data telah
diurutkan maka guru akan dengan mudah melihat ranking siswa.
Guru juga dapat melihat pencapaian hasil belajar siswa melalui tabel
distribusi frekuensi. Hal ini sangat bermanfaat jika jumlah siswa banyak, guru akan
lebih mudah memahami data tersebut dalam jika dalam bentuk tabel frekuensi.
Dalam membuat tabel distribusi frekuensi dapat dibuat dengan cara:
1. Tentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Contoh: Data
terbesar 97 dan data terkecil 45. Maka rentangnya = 97 – 45 = 52
2. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan. Untuk menentukan banyaknya
kelas interval dapat digunakan aturan Sturges, yaitu:
Banyak kelas = 1 + 3,3 log n, dimana n adalah banyak data
= 1 + 3,3 log 24
= 1 + 3,3 (1,38)
= 1 + 4,55
= 5,55
Jadi banyak kelas interval yang dapat dibuat adalah 5 atau 6.
3. Tentukan panjang kelas interval (p), dengan menggunakan aturan sebagai
berikut:
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 52
𝑝= = = 8,67
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 6
Panjang kelas interval dapat diambil 8 atau 9.
4. Tentukan ujung bawah kelas interval untuk data terkecil. Untuk ini dapat
diambil sama dengan data terkecil atau nilai data yang lebih kecil dari data
terkecil tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang ditemukan

8
5. Masukkan semua data ke dalam kelas interval. Untuk memudahkan kerja, guru
dapat menambah kolom tally dan frekuensi
Berdasarkan aturan tersebut di atas maka tabulasi data dapat dibuat sebagai berikut:
Tabel Frekuensi Distribusi Hasil Tes Tengah Semester

Hasil Tes Tengah


Tally Frekuensi
Semester
90 – 98 /// 3
81 – 89 ///// / 6
72 – 80 ///// 5
63 – 71 ///// 5
54 – 62 /// 3
45 – 53 // 2
Jumlah 24 24

B. PENDEKATAN DALAM PENILAIAN


Ada dua pendekataan yang sering digunakan untuk pengukuran, yaitu
Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Kriteria (PAK)
1. Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN)
Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah suatu pendekatan
untuk menginterpretasikan hasil belajar siswa di mana hasil belajar yang
diperoleh seorang siswa dibandingkan dengan hasil belajar yang diperoleh
kelompoknya.
Contoh:
Pada UAS IPS kelas V SD diujikan 50 butir soal dan hasil penskoran 10 siswa di
kelas tersebut adalah sebagai berikut:
No Nama Skor
1. Dita 37
2. Andi 33
3. Imam 30
4. Tina 30
5. Amin 27

9
6. Isti 25
7. Intan 21
8. Dewi 20
9. Rani 17
10. Tika 15

Dari skor mentah di atas dapat kita lihat bahwa siswa yang skornya
paling tinggi adalah Dita dengan skor 37 sedangkan siswa yang skornya paling
rendah adalah Tika dengan skor 15. Untuk mengetahui tingkat penguasaan
setiap siswa dapat diketahui dengan menghitung skor tersebut dalam bentuk
37
persentase. Contoh: tingkat penguasaan Dita adalah = 50 𝑥 100% = 74%

No Nama Skor Persentase


1. Dita 37 74%
2. Andi 33 66%
3. Imam 30 60%
4. Tina 30 60%
5. Amin 27 54%
6. Isti 25 50%
7. Intan 21 42%
8. Dewi 20 40%
9. Rani 17 34%
10. Tika 15 30%

Jika guru menggunakan pendekatan PAN maka pemberian skor siswa


dapat diberikan berdasarkan pada hasil belajar kelompoknya. Siswa yang meraih
skor tertinggi dapat diberikan nilai yang tertinggi. Dalam contoh di atas, Dita
adalah siswa dengan skor tertinggi yaitu 37, guru dapat memberi nilai 10 kepada
Dita. Untuk menentukan nilai siswa lainnya akan dihitung dengan mengacu pada
nilai Dita. Misalnya kita akan menghitung nilai untuk Andi yang meraih skor 33
kita dapat menghitung nilainya dengan cara
33
37
𝑥 10 = 8,9

10
Nilai 10 yang diperoleh Dita dapat juga diperoleh dari pengubahan persentase
penguasaan materi yang diperoleh Dita. Cara menghitungnya adalah:
33
𝑥 10 = 10
37
No Nama Skor Jika skor 37 diberi
nilai 10 maka,
1. Dita 37 74%
2. Andi 33 66%
3. Imam 30 60%
4. Tina 30 60%
5. Amin 27 54%
6. Isti 25 50%
7. Intan 21 42%
8. Dewi 20 40%
9. Rani 17 34%
10. Tika 15 30%

Jika jumlah siswa banyak misalnya mencapai ratusan maka penggunaan


statistika sederhana yaitu harga rata-rata (mean) dan simpangan baku (SB).
a. Harga rata-rata (Mean)
Mean merupakan pengukuran gejala pusat yang paling sering digunakan.
Rumus menghitung mean:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑑𝑎𝑡𝑎
M = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎

b. Simpangan Baku (SB)


Simpangan baku sangat bermanfaat dalam pengukuran variasi skor. Pada
dasarnya simpangan baku mengukur seberapa jauh setiap skor menyebar dari
mean. Semakin besar simpangan bakunya semakin heterogenlah data
tersebut, namun semakin kecil harga simpangan bakunya maka data semakin
homogen.
Zainul, A dan Nasoetion, N (1977) memberikan pendekatan
penghitungan harga simpangan baku yang sederhana, yaitu diambil dari
Jenkins seperti dikutip Edward, C.H, et.al (1977)

11
Rumus pendekannya:
1 1
𝐽𝑚𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 6 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑝 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝐽𝑚𝑙 6 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑝. 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝑆𝐵 =
1
2 𝑗𝑚𝑙 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎
c. Penggunaan Kurva Normal
Jika jumlah siswa banyak maka penerapan Penilaian Acuan Norma (PAN)
dapat juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan sebaran data
berdasar kurva normal.
Jika dalam suatu tes akhir semester tes IPA guru telah menghitung harga
rata-rata dan simpangan baku yang diperoleh kelompok tersebut maka
berdasarkan kurva normal, jumlah siswa yang memperoleh hasil tes di atas
dengan beberapa batasan:
1) Rata-rata sampai dengan rata-rata +1 SB adalah 34,13%
2) Rata-rata + 1SB sampai dengan rata-rata +2SB adalah sebanyak 13,59%
3) Rata-rata + 22 SB sampai dengan rata-rata + 3SB adalah sebanyak
2,14%

2. Pendekatan Penilaian Acuan Kriteria (PAK)


Dalam pendekatan Penilaian Acuan Kriteria keberhasilan siswa akan
dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan
kriteria atau patokan berorientasi pada pencapaian kompetensi atau tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Misalnya siswa dinyatakan berhasil jika siswa telah mampu
mencapai tingkat penguasaan lebih besar atau sama dengan 75% (≥75%).
Artinya siswa yang penguasaannya kurang dari 75% akan dinyatakan kurang
berhasil dan siswa tersebut harus mengikuti program remidiasi sampai
mereka mampu mencapai standart tersebut.
3. Penilaian
Agar penilaian tepat sasaran maka pada saat guru melakukan
penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip penilaian, di antaranya: (1)
Berorientasi pada pencapaian kompetensi (2)Valid, (3) Menyeluruh, (4)
Terbuka, (5) Adil & objektif, (6)Berkesinambungan, (7)Menyeluruh, dan
(8)Bermakna.

12
4. Penyajian Hasil Penilaian
Dalam penilaian berbasis kompetensi terdapat empat bentuk
penilaian yang dapat dipergunakan guru untuk menilai hasil belajar siswa
yaitu:
a. Penilaian dengan menggunakan angka
b. Penilaian dengan menggunakan kategori
c. Penilaian dengan uraian atau narasi
d. Penilaian kombinasi
5. Proses Pemberian Nilai
Penguasaan kompetensi hasil belajar untuk setiap mata pelajaran
tidak sama. Ada mata pelajaran yang kompetensi belajarnya lebih
menekankan pada ranah kognitif (misalnya matematika), afektif (misalnya
agama dan PKN), dan ranah psikomotor (misalnya olah raga).
Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan
tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian kompetensi diperlukan tagihan-
tagihan. Beberapa jenis alat ukur dan jenis tagihan yang dapat guru gunakan
antara lain:
a. Kuis
b. Pertanyaan lisan di kelas
c. Ulangan Harian
d. Tugas individu dan kelompok
e. Ulangan Semesteran
f. Laporan tugas atau laporan kerja
g. Ujian Praktek

Pengambilan keputusan tentang hasil belajar siswa dilakukan dengan


menggabung keseluruhan komponen informasi hasil belajar siswa. Misalnya
nilai akhir semester suatu mata pelajaran diambil dari skor keaktifan siswa
dalam pembelajaran, skor ulangan harian, skor penyelesaian tugas, skor
ulangan tengah semester.

13

Anda mungkin juga menyukai