Anda di halaman 1dari 14

GINANJARALMUHANDIS

Struktur Dasar dan Degradasi Resin


Penukar Ion

POSTED ON MARCH 12, 2013BY SAKATAPOSTED IN NIKMAT ISLAMTAGGED JUNIOR

P.E,SHARING, TEKNIK KIMIA

Saatnya kembali berbagi manfaat setelah sekian lama berpisah dengan dunia blogging.
Kali ini ijinkan saya untuk berbagi secuil pengetahuan tentang resin penukar ion.

Resin penukar ion banyak digunakan dalam proses pengolahan air skala industri untuk
menghasilkan air bebas mineral (demineralized water). Selanjutnya air bebas mineral
tersebut akan dikonversi menjadi kukus (steam) yang berfungsi sebagai bahan baku
proses, media pemanas ataupun penggerak turbin.

Kualitas dari air demin yang dihasilkan dijaga dengan ketat sehingga proses produksi
tidak mengalami gangguan. Oleh karena itu, resin penukar ion harus senantiasa dalam
kondisi prima. Berikut merupakan penjelasan umum dari struktur resin penukar ion,
serta berbagai kerusakan yang sering dialami oleh resin.

A. Struktur Dasar Resin Penukar Ion


Resin adalah senyawa anorganik yang memiliki kemampuan untuk menyerap ion
yang tidak diinginkan dari suatu larutan dan mengganti ion tersebut dengan ion
hidrogen (H+) atau dengan ion hidroksil (OH–). Kedua ion tersebut dapat bergabung
dan membentuk air murni (H2O).
Resin penukar ion merupakan resin sintetik yang memiliki struktur kimia berupa
matriks polimer yang memiliki ikatan silang (crosslink) tiga dimensi antar molekul
polimernya. Pada matriks tersebut menempel gugus fungsional yang dapat
menukarkan ion, biasanya berupa asam sulfonat atau ammonium kuartener. Jenis
polimer yang umumnya digunakan sebagai bahan dasar matriks resin penukar ion
adalah kopolimer (polimer dengan jenis monomernya lebih dari 1) antara styrene
dengan divinilbenzen (DVB). Selanjutnya gugus penukar ion yang menempel pada
matriks resin karena tidak dapat bergerak bebas disebut fixed ion. Sedangkan ion yang
dapat bergerak bebas dan biasanya memiliki muatan yang berlawanan dengan gugus
aktif (H+ pada R-SO3H) disebut counter ion.
Jumlah DVB dalam matriks resin penukar ion akan menjadi penentu ukuran molekul
resin, sehingga dalam kasus ini DVB disebut sebagai crosslink agent. Derajat
crosslink dinyatakan dengan perbandingan antara massa DVB terhadap massa total
monomer dalam %. [(massa DVB/massa total monomer) × 100%].

Sebelum penambahan gugus aktif pada matriksnya, kopolimer styrene dan DVB tidak
menyerap air. Namun, keberadaan gugus penukar aktif menyebabkan matriks menjadi
menyerap air secara kuat sehingga molekulnya mengembang. Proses hidrasi molekul
air oleh fixed ion dan counter ion ini menimbulkan adanya tekanan osmotik dari
dalam matriks resin. Kesetimbangan antara tekanan osmotik dari dalam matriks
dengan gaya elastic dari polimer menyebabkan resin tetap berada fase gembungnya
dengan kadar air yang konstan.

Pada resin dengan derajat crosslink yang tinggi, matriks polimernya tidak mudah
memanjang sehingga jumlah air yang terserap terbatas dan tidak mudah mengembang.
Resin dengan derajat crosslink yang rendah akan memiliki kadar kelembaban yang
tinggi dan mudah menggembung.

Karena adanya adsorbsi air, resin penukar ion akan mengembang dan terbentuk pori
pada butiran resin. Ion akan terdifusi melalui pori-pori tersebut sehingga keberadaan
pori dapat meningkatkan pertukaran ion. Semakin tinggi derajat crosslink pori yang
terbentuk semakin sedikit sehingga kapasitas pertukaran ionnya juga semakin rendah.
Namun, resin dengan derajat crosslink yang terlalu rendah akan memiliki kandungan
air yang berlebihan, resin akan menjadi lunak dan sulit untuk digunakan, kekuatan
mekaniknya juga berkurang. Oleh karena itu, pada umumnya digunakan resin dengan
derajat crosslink sebesar 8%.

B. Degradasi Resin Penukar Ion

Apabila resin penukar ion telah digunakan dalam waktu yang lama, maka volume
servisnya akan berkurang. Kualitas resin tersebut juga akan menurun. Penyebab utama
dari kasus ini adalah adanya degradasi kimiawi terhadap molukul resin penukar ion.
Proses degradasi dapat terjadi dalam bentuk yang bermacam-macam, misalnya
oksidasi matriks resin karena adanya agen pengoksidasi, dekomposisi gugus penukar
ion karena pengaruh termal ataupun oksidasi, kontaminasi matriks resin karena
adsorpsi material asing, atau karena pecahnya padatan resin.

Berikut merupakan penjelasan dari setiap proses degradasi yang mungkin terjadi pada
resin penukar ion:

1. Pembengkakan takterbalikkan (irreversible swelling) pada resin penukar kation.

Resin penukar kation asam kuat bertipe styrene bersifat stabil secara kimiawi dan
dapat bertahan pada temperatur operasi yang tinggi. Akan tetapi, resin ini memiliki
kekurangan pada sifatnya yang sangat mudah teroksidasi.

Oksidasi pada resin penukar kation asam kuat akan menyerang pada bagian matriks
resin pada rantai yang menyerupai jala. Hal ini dapat menyebabkan penurunan derajat
ikatan crosslinksehingga berakibat resin akan mengembang secara permanen. Bagian
rantai yang terpotong akan membentuk gugus karbonil dan mengarahkan pada
pembentukan gugus fungsional asam lemah.

Resin dengan derajat crosslink yang lebih rendah akan lebih mudah teroksidasi, maka
resin jenis inilah yang paling sering mengalami pembengkakan takterbalikkan.
Kapasitas pertukaran per unit volume berkurang karena adanya pembengkakan, gugus
aktif pada resin tidak mengalami perubahan ataupun rusak karena oksidasi. Selama
resin tidak teroksidasi dan terlarut secara berlebihan, kapasitas pertukaran total tidak
akan berkurang. Sebaliknya, penurunan derajat crosslink dapat meningkatkan efisiensi
regenerasi dan meningkatkan kuantitas fluida yang dapat diolah.
Pada proses pengolahan air, air baku dapat memiliki kandunganfree chlorine yang
dapat bertindak sebagai agen pengoksidasi (oxidizing agent). Meskipun dalam
konsentrasi yang rendah, pemakaian yang berkepanjangan menyebabkan adanya
klorin dalam jumlah yang mencukupi untuk melakukan kontak dengan resin dan
menyebabkan terjadinya pembengkakan. Selain itu, kation logam seperti Fe dan Cu
dapat bertindak sebagai katalis dalam reaksi oksidasi ini. Jadi, meskipun
keberadannya dalam jumlah kecil, kedua ion tersebut dapat memicu terjadinya
oksidasi. Apabila oksidasi terus terjadi, jumlah resin yang dapat larut akan semakin
banyak. Butiran resin dapat melunak dan berubah bentuk dan pada saat tertentu tidak
mungkin mengalirkan air pada tumpukan resin itu.

Dengan demikian, pada penggunaan resin penukar kation asam kuat, sangat penting
dilakukan tahap penghilangan oxidizing agent dari dalam larutan sebelum dialirkan
pada resin penukar ion.

2. Gangguan karena adanya deposit padatan pada permukaan resin penukar kation.

Karena resin penukar ion yang merupakan polielektrolit yang memiliki muatan listrik,
padatan tersuspensi dalam aliran fluida yang melaluinya akan cenderung melekat dan
menumpuk pada permukaan resin. Dalam kasus ini, backwash secara menyeluruh
harus dilakukan karena penumpukan material asing pada permukaan resin dapat
menurunkan kemampuan pertukaran ion.

Pada proses softening air sadah dengan resin penukar ion, senyawa padatan seperti
oksida besi dapat menumpuk pada resin. Sehingga sisa kesadahan pada air olahan
akan meningkat dan resin harus sering dibersihkan dengan menggunakan asam
mineral atau bahan kimia lainnya.

Selain partikel tersuspensi, pengendapan juga dapat terbentuk pada permukaan resin.
Kasus ini terjadi apabila proses regenerasi, dengan larutan asam sulfat, dilakukan pada
resin penukar kation yang telah banyak mengadsorbsi ion Ca2+ dan Ba2+ dalam jumlah
besar. Pada kenyataanya CaSO4 dan BaSO4bersifat tidak larut dan akan cenderung
mengendap sehingga mengganggu kinerja resin. Untuk mencegah hal ini, konsentrasi
bahan kimia regenerant harus dijaga serendah mungkin dan regenerant harus dialirkan
pada laju yang tinggi saat melewati resin. Metode lain yang dapat digunakan adalah
dengan mengalirkan NaCl pada awal regenerasi untuk menukar semua ion logam
dengan Na+, kemudian barulah resin diregenerasi dengan menggunakan asam sulfat.
Apabila endapan garam logam telah terpisah, resin juga dapat diregenerasi dengan
menggunakan asam klorida. Namun, akan lebih baik apabila resin dioperasikan pada
kondisi dimana tidak terdapat endapan material asing pada permukaan resin.

3. Dekomposisi termal pada resin penukar kation asam kuat.

Resin penukar kation asam kuat memiliki struktur kopolimer crosslink antara styrene
dengan divinilbenzen yang padanya melekat gugus asam sulfonat. Kedua struktur
tersebut bersifat stabil terhadap pemanasan. Namun, pada pemanasan di atas
temperatur tertentu, struktur dari resin akan terdekomposisi secara perlahan. Dimulai
dari dekomposisi gugus aktifnya hingga diikuti dekomposisi dari matriks
kopolimernya.
Resin dengan derajat crosslink yang rendah bersifat lebih stabil terhadap pemanasan
dan resin dalam bentuk garam (Na form, loaded form) juga memiliki resistensi yang
lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk H. Secara umum, tidak terdapat perbendaan
resistensi panas pada resin berpori dan resin gel dengan derajat crosslink yang sama.

4. Dekomposisi gugus aktif pada resin penukar anion.

Gugus aktif pada resin penukar anion pada umumnya berupa gugus ammonium atau
amino kuarterner yang sangat mudah terdekomposisi. Gugus aktif tersebut dapat
terdekomposisi karena pengaruh termal ataupun karena oxidizing agent.

a. dekomposisi termal;

Resin penukar anion yang bersifat basa kuat memiliki gugus aktif yang berupa gugus
ammonium, yang struktur kimianya sangat mudah terdekomposisi karena adanya
pengaruh panas.

Proses dekomposisi ini dinamakan heat-induced autolysis yang terjadi pada gugus
ammonium kuarterner. Resin dalam bentuk OH (regenerated form), memiliki
kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami peristiwa ini. Sebab ion OH
bersifat sangat nukleofilik dan dapat dengan mudah menyerang ikatan C – N sehingga
dapat merusak gugus aktif. Dekomposisi gugus aktif dapat menyebabkan adanya
penurunan kapasitas pertukaran dan kekuatan sifat basa menjadi bersifat basa lemah.
Dari 3 bentuk resin penukar anion yang ada; bentuk OH, bentuk Cl dan bentuk HCO3;
resin dalam bentuk OH (regenerated form) bersifat paling rentan terhadap pengaruh
temperatur. Bentuk OH memiliki penurunan kapasitas pertukaran yang paling cepat
terhadap pengaruh temperatur, menunjukkan bahwa bentuk ini sangat mudah
terdekomposisi. Apabila digunakan untuk mengolah air temperatur tinggi, kinerjanya
akan menurun dalam waktu singkat.
Katalog resin penukar ion akan mencantumkan temperatur operasi maksimal dari
setiap resin. Temperatur tersebut merupakan batasan yang harus dipenuhi dalam
pengoperasian kolom penukar ion. Namun, hal ini tidak berarti bahwa resin tidak akan
terdgradasi pada temperatur di bawah temperatur operasi maksimal tersebut. Resin
penukar anion yang bersifat basa kuat dalam bentuk OH juga mudah terdegradasi
pada temperatur normal, sehingga jika resin telah diregenerasi dan dibiarkan sebagai
bentuk OH dalam waktu yang lama, kinerjanya juga akan menurun.

b. dekomposisi oksidatif

Gugus fungsional dari resin penukar anion basa adalah gugus ammonium atau amino
kuarterner. Struktur kimia dari gugus ini sangat mudah teroksidasi oleh oksigen yang
terlarut di dalam aliran fluida yang ditangani, hingga terkonversi menjadi gugus yang
bersifat basa lemah atau bahkan dapat terlepas dari matriks resin. Selain itu, bukan
hanya gugus fungsionalnya, struktur dari matriks resin penukar anion itu sendiri juga
sangat mudah teroksidasi. Oksidasi pada matriks resin penukar anion dapat
menyebabkan pemutusan ikatan crosslink, sehingga struktur resinnya akan semakin
rentan terhadap tekanan ataupun oksidasi.
5. Kontaminasi resin penukar anion oleh zat organik.

Apabila air diolah dengan menggunakan resin penukar anion basa kuat, kemurniannya
dapat berkurang secara signifikan setelah pemakaian dalam jangka waktu yang lama.
Selain itu, sebagai contohnya, pada pengolahan larutan gula, terkadang ditemukan
resin yang berubah warna menjadi hitam, dan laju reaksi pertukarannya merosot
tajam. Resin ini sangat sulit untuk diregenerasi hingga kembali seperti semula.

Hal ini disebabkan karena resin basa kuat menyerap zat organik secara irreversible,
menyumbat mikroporinya dan mengganggu proses pertukaran ionnya. Peristiwa ini
dikenal dengan istilah kontaminasi zat organik (organic contamination). Pada kondisi
pH tertentu, kontaminan organik bahkan dapat terpolimerisasi dalam waktu yang lama,
sehingga resin menjadi sangat sulit untuk diregenerasi.

Apabila air yang akan diolah terindikasi banyak mengandung senyawa organik, maka
pemakaian resin dengan ikatan crosslink yang lebih kecil akan lebih memuaskan.
Sebab resin dengan crosslink yang rendah lebih tahan terhadap kontaminasi senyawa
organik dengan penurunan kinerja yang tidak signifikan.

Apabila resin telah terkontaminasi oleh zat organik diregenerasi dengan larutan hangat
NaCl atau HCl, karakternya akan kembali membaik pada tingkatan tertentu, tetapi
sangat jarang ditemukan kinerjanya dapat kembali seperti semula. Selain itu,
kontaminan organik terkadang dapat dioksidasi dan dilarutkan dengan
bantuan oxidizing agent, misalnya NaClO. Namun, harus diingat bahwa regenerasi
dengan cara ini tidaklah sederhana, sebab pada waktu yang sama gugus aktif dari resin
juga dapat teroksidasi.

6. Gangguan karena adanya deposit pada resin penukar anion.

Sama halnya dengan resin penukar kation, senyawa asing juga dapat membentuk
endapan di permukaan resin penukar anion dan mengganggu proses penangkapan ion.
Jadi, backwash harus dilakukan secara menyeluruh. Pada proses pengolahan air
dengan resin penukar ion basa kuat, asam kerikil (silicic acid) dapat menumpuk pada
permukaan resin dan menurunkan kemampuan resin dalam mempertukarkan ion.
Dalam kasus ini, resin dapat diregenerasi secara hati-hati dengan menggunakan
larutan NaOH panas dalam jumlah yang berlebih. Namun, jika air pembilas memiliki
kesadahan yang tinggi, dapat terbentuk endapan Mg(OH)2 pada permukaan resin yang
dapat menurunkan kemampuan resin. Oleh karena itu, diperlukan air yang lunak, atau
air demin dalam proses pembilasan ataupun pencucian pipa.
Tabel Perbandingan Resin Crosslink Tinggi dan Rendah

Crosslink Keunggulan Kelemahan


• Lebih tahan terhadap
organik fouling,
dengan penurunan
kinerja yang tidak
signifikan. • Mudah larut dalam air,
• Banyak pori terbentuk, terbawa aliran.
meningkatkan • Kelembaban tinggi,
kapasitas pertukaran mudah menggembung,
ion. sulit dioperasikan.
• Lebih stabil terhadap • Lemah terhadap
Rendah pemanasan. oksidasi.
• Resin tidak mudah
menggembung, lebih
kuat terhadap • Sedikit pori,
mechanical. kapasitasnya lebih
• Lebih tahan terhadap rendah dibanding
oksidasi. crosslink rendah.
• Tidak mudah • Lemah terhadap
menggembung fouling dan
Tinggi (swelling). pemanasan.

Sumber:

DIAION – Manual of Ion Exchange Resins and Synthetic Adsorbent Jilid I.


Mitsubishi Chemical Corporation. June 1995

Share this:

• Twitter

• Facebook11

Leave a Reply

Post navigation

Keutamaan Menuntut Ilmu

Time Travel

Search for:

RECENT POSTS
• Contoh Teks Pengumuman Shalat Tarawih

• Persiapan Ramadhan.

• Time Travel

• Struktur Dasar dan Degradasi Resin Penukar Ion

• Keutamaan Menuntut Ilmu

ARCHIVES

• June 2015

• March 2013

• December 2012

CATEGORIES

• nikmat islam

• sharing

META

• Register

• Log in

• Entries RSS

• Comments RSS

• WordPress.com

CALENDAR
S M T W T F S

« Dec Jun »
1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30
31

March 2013

ARCHIVES

Archives
CATEGORIES

• nikmat islam

• sharing

VISITOR

• 2,513 hits

AUTHORS

• sakata

Create a free website or blog at WordPress.com. | The Argent Theme.


Follow

Follow “ginanjaralmuhandis”
Get every new post delivered to your Inbox.

Sign me up

Build a website with WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai