PENDAHULUAN
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
Cedera luka bakar dapat mempengaruhi semua sistem organ. Besarnya respons
patofisiologis berkaitan erat dengan luasnya luka bakar, bahkan sistem hemodinamik
kardiovaskuler dapat terpengaruh secara signifikan sehingga sangat berpotensi terjadi
syok hipovolemik yang dapat mengancam keselamatan jiwa pasien. Luka bakar adalah
suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang
mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Perawatan luka bakar
mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir ini, yang mengakibatkan
menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-pusat perawatan luka bakar telah
tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani luka bakar terdiri dari
berbagai disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan perawatan pada klien dan
keluarganya. Di Amerika kurang lebih 2 juta penduduknya memerlukan pertolongan
medik setiap tahunnya untuk injuri yang disebabkan karena luka bakar. 70.000
diantaranya dirawat di rumah sakit dengan injuri yang berat. Luka bakar merupakan
penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Laki-laki
cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada orang
tua atau lanjut usia (diatas 70 th)
2
BAB 11
PEMBAHASAN
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi, akibatnya
akan merusak kulit dan pembuluh darahtepi maupun pembuluh darah besar dan akibat
kerusakn pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein dan
albumin, mengalami gangguan fisiologis. Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang
massif, terganggunya cairan didalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak
pembuluh darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa
jam setelah terjadi reaksi tersebut bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun
kerusakan jaringan lainnya.
3
Derajat II dalam (deep)
Dalam menetukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa
metode yaitu :
A. Rule of nine
g) Genital : 1%
2.4. Etiologi
1. Fase akut Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas),
dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau
beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan
akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab
kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
4
2. Fase sub akut Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang
terjadi menyebabkan: a. Proses inflamasi dan infeksi. b. Problem penutupan luka
dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada
struktur atau organ – organ fungsional. c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.
Dijumpai bulae
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal.
Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
5
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasae mengalami kerusakan.
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya
lebih rendah dibanding kulit sekitar.
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
eskar
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensai, oleh kaena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan atau kematian
Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari
20% pada anak-anak
Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perinium
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada
anak-anak
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan
perinium.
6
3) Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan griglak
(1992) adalah :
Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang
dari 10% pada anak-anak
2.6.1. Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Kreatinin,
Ureum, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, AGD
2.6.3. EKG
2.6.4. CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih
dari 30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak
2.7. Penatalaksanaan
2.7.1. Segera hindari sumber api dan amtikan api ada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen
pada api yang menyala
2.7.2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-banda lain yang membuat efek torniket,
karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem
2.7.3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Akan
7
tetapi, cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya
terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar apapun.
2.7.4. Evaluasi awal. Prinsip penanganan pada luka bakar sama sepeti penanganan pada
luka akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breating Circulation) yang
diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey
sekunder. Saat menilai airway, perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi.
Biasanya ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong, luka
bakar pada wajah, oedem oropharyngeal, perubahan suara, perubahan status mental.
Bila benar terdapat luka bakar inhalasi lakukan intubasi endotracheal, kemudian beri
oksigen melalui mask face atau endotracheal tube. Meskipu pendarahan dan trauma
intrakavitas merupak prioritas utama dibandingkan luka bakar, perlu dipikirkan untuk
meningkatkan jumlah cairan pengganti. Anamnesis secara singkat dan cepat harus
dilakukan pertama kali untuk menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma.
2.7.5. Resusitasi cairan, perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, pemberian
cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada,
terutama pada bagian ekstermitas yang tidak terkena luka bakar. Tujuan utama dari
resutasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan tanpa
menimbulkan edema. Kehilangna cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya
luka dan akumulasi maksimun edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar.
Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan
air yang hilang pada cairan yang terbakar, dan sel0sel tubuh. Pemberian cairan paling
sering adalah dengan Ringer Laktat untuk 48jam setelah terkena luka bakar. Output
urine yang adekuat adalah 0,5 sampai 1,5ml/kgBB/jam.
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan, selanjutnya
dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari
luka.
1) Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier
pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu dibalut, cukup dengan pemberian
salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila
8
perlu dapat diberikan NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi
rasa sakit dan pembengkakakan.
3) Luka bakar derajat II (dalam) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal
dan cangkok kulit (early exicision and grafting)
9
2.8. Asuhan Keperawatan luka bakar
2.8.1. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Kaji keluhan utama dan tanyakan penyebab luka bakar – kima, termal atau listrik,
waktu terjadinya luka bakar (penting untuk kebutuhan resusitasi, cairan yang mana
dihitung dari waktu cedera luka bakar, bukan dari waktu tiba ke RS), tempat terjadinya
luka bakar (area terbuka atau tertutup) dan alergi.
2. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) Sistem integumen
Kulit: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terjadi selama 3-5 hari sehubungan
dengan proses trombus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit yang tidak
terbakar mungkin lembab / dingin, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung, sehubungan dengan kehilangan cairan.
Cedera api:Terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan pariase intensitas
panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong, mukosa hidung dan mulut
kering, merah, lepuh pada faring posterior, dan edema lingkar mulut dan lingkar nasal.
Cedera kimia: Tampak luka bervariasi sesuai dengan penyebab. Kulit mungkin coklat
kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus; lepuh, ulkus, nekrosis, atau
jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya, secara perkutan
dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: Cedera kutaneus eksternal diasanya lebih sedikit dari dibawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka
10
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup, dan luka termal sehubungan
dengan pakaian terbakar.
Kaji luka bakar akan keluasannya dengan menggunakan grafik Lund dan
Browder atau Rule of nine.
c) Integritas ego
d) Aktivitas / istirahat
Keterbatasan rentan gerak pada area yang sakit, gangguan masa otot dan perubahan
tonus.
e) Sistem pernafasan
Kaji akn adanya serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan
dalam menelan sekresi oral dan sianosis, indikasi cedera inhalasi. Pembengkakan torak
mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada. Jalan nafas atas straidor atau
mengi (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, edema laringeal). Bunyi nafas :
gemerecik (edema paru), stridor (edema laringeal), sekret jalan nafas (ronhi).
f) Sistem pencernaan
Penurunan bising usus atau tidak ada, khususnya pada luka bakar dengan kutaneus
lebih besar dari 20 % sebagai stres penurunan motilitas / peristaltik gastrik. Kaji akan
anorexia, mual, dan muntah.
g) Sistem kardiovaskuler
11
Pada luka bakar lebih dari 20 % APTT, ditemukan hipotensi (syok), penurunan nadi
perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik). Takikardi (syok, ansietas, nyeri),
disritmia (syok listrik).
h) Neurosensori
Aktivitas kejang (syok listrik), laserasi kornea, kerusakan retinal, penurunan ketajaman
penglihatan (syok listrik). Ruptur membran timpani (syok listrik), dan paralisis (cedera
listrik pada aliran syaraf).
i) Eliminasi
Haluan urin menurun / tidak ada selama fase darurat. Warna mungkin hitam kemerahan
bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam. Diuresis (setelah
kebocoran kapiler dan mobilisasi cairn kedalam sirkulasi).
No Diagnosa Paraf
keperawatan
NOC NIC
12
Dengan kriteria hasil : pengobatan,perawatan
,kemajuan dan
1.Mampu
prognosis penyakit
mengidentifikasai
kekuatan personal 3. Dorong klien
mengungkapkan
2.Mendiskripsikan
perasaannya
secara faktual
perubahan fungsi tubuh 4. Memfasilitasi
lingkungan dan
3.Mempertahankan
kegiatan yang akan
interaksi sosial
meningkatkan harga
diri
13
2. Perfusi jatingan baik 4. Mobilisasi pasien
setip 2 jam sekali
3. Mampu melindungi
kulit dan 5. Anjurkan pasien
mempertahankan menggunakan pakaian
kelembapan kulit yang longgar
danperawatan alami
3. Pertahankan urine
14
output sesuai dengan
usia, BB
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1
15
Last Oral Intake/Makan terakhir : Nasi
Event leading injury :
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
16
Nadi : Teraba Tidak teraba N: 88 x/mnt
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Pucat : Ya Tidak
Sianosis : Ya Tidak
CRT : < 2 detik > 2 detik
Akral : Hangat Dingin S: 38
CIRCULATION
Medriasis
Refleks Cahaya: Ada Tidak Ada
Refleks fisiologis: Patela (+/-) Lain-lain … …
Refleks patologis : Babinzky (+/-) Kernig (+/-) Lain-lain ... ..
2 2
Kekuatan Otot :
4 4
Keluhan Lain :
17
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
18
Monitoring Jantung : Sinus Bradikardi Sinus Takikardi
Saturasi O2 : … …%
Kateter Urine : Ada Tidak
FIVE INTERVENSI
19
Pemeriksaan SAMPLE/KOMPAK
(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma)
Kepala dan wajah :
a. Kepala: deformitas(-)
b. Wajah : tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan
c. Mata : konjungtiva anemis (-), ikterus (-), bentuk simetris
d. Hidung: bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan
HEAD TO TOE
Masalah Keperawatan:
Kerusakakan integritas kulit
Deformitas :
Tenderness : Ada Tidak
Crepitasi : Ada Tidak
Laserasi : Ada Tidak
Lain-lain : ... ...
Masalah Keperawatan:
tidak ada masalah keperawatan
Data Tambahan :
1. Riwayat psikologi
Tempat tinggal : Singaraja
Lingkungan rumah : lingkungan rumah bersih
20
Hubungan antar keluarga : hubungan antar keluarga baik
Pengasuh anak : pasien tidak mempunyai pengasuh anak
2. Riwayat spiritual
Support system : selalu mendapat motivasi cepat sembuh dari
keluarganya
Kegiatan keagamaan : pasien selalu sembahyang 3x sehari
3. Riwatat sosio ekonomi : pasien sudah berkeluarga dan
sehari-harinya sebagai petani
4. Riwayat penyakit dahulu : keluarga pasien mengatakan pasien
mempunyai riwayat hipertensi
Terapi Medis :
1. Circulation : IVFD RL 124 tts/menit pada 6 jam pertama.
Dilanjutkan dengan 46 tts/mnt pada 16 jam berikutnya.
2. Drug : ceftriaxone 1gr/12 j/IV, ketorolac 30 mg/8jam/iv, Ranitine
50 mg/8 jam/iv, kompres NaCl + silver sulphadiazine 10mg Cr
21
2. ANALISA DATA
Nyeri
Ds : Listrik Kerusakan
2. Klien mengeluh nyeri integritas kulit
pada luka
Klien meringis Luka bakar
kesakitan
Do :
klien terdapat luka di Biologis
bagian lengan kanan
dan punggung
klien tampak meringis Kerusakan kulit
kesakitan
Kerusakan
integritas kulit
Ds : Listrik Resiko infeksi
3. Klien mengeluh
kesakitan pada luka
Klien mengeluh nyeri Luka bakar
hilang timbul
Do : Biologis
Klien tampak meringis
kesakitan
Skala nyeri 5 Kerusakan kulit
22
Luas luka 20%
Terdapat luka
dibagian lengan kanan Resiko infeksi
dan punggung
23
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH
(BERDASARKAN YANG MENGANCAM)
24
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
3. Mampu
mengenali nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi, dan
tanda nyeri)
25
No Tujuan dan Intervensi Rasional Paraf
Kriteria Hasil
Dx (NIC)
(NOC)
2. Setelah dilakukan 6. Monitor status 1. Memonitor status
tindakan nutrisi pasien nutrisi pasien
keperawatan
7. Monitor kulit akan 2. Memonitor kulit
selama 1x24 Jam
adanya kemerahan akan adanya
diharapkan pasien
kemerahan
dapat 8. Jaga kebersihan
kulit agar tetap bersih 3. Menjaga
Dengan kriteria
dan kering kebersihan kulit
hasil :
agar tetap bersih
9. Mobilisasi pasien
4. Integritas kulit dan kering
setip 2 jam sekali
yang baik bisa
4. Memobilisasi
dipertahankan 10. Anjurkan pasien
pasien setip 2 jam
menggunakan pakaian
5. Perfusi jatingan sekali
yang longgar
baik
5. Menganjurkan
6. Mampu pasien
melindungi kulit menggunakan
dan pakaian yang
mempertahankan longgar
kelembapan kulit
danperawatan
alami
26
No Tujuan dan Intervensi Rasional Paraf
Kriteria Hasil
Dx (NIC)
(NOC)
3. Setelah dilakukan 5. Monitor kerentanan 1. memonitor
tindakan terhadap infeksi ‘ kerentanan
keperawatan terhadap infeksi ‘
6. Cuci tangan setiap
selama 1x24 Jam
sebelum dan sesudah 2. Mencuci tangan
diharapkan pasien
tindakan keperawatan setiap sebelum
dapat
dan sesudah
7. Tingkatkan intake
Dengan kriteria tindakan
nutrisi
hasil : keperawatan
8. Ajarkan pasien dan
3. Klien terbebas 3. Meningkatkan
keluarga tanda dan
dari tanda dan intake nutrisi
gejala infeksin
gejala infeksi
4. Mengajarkan
Menunjukan pasien dan
kemampuan untuk keluarga tanda
mencegah dan gejala infeksi
timbulnya infeksi
27
No Tujuan dan Intervensi Rasional Paraf
Kriteria Hasil
Dx (NIC)
(NOC)
28
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tgl/
Implementasi Respon Paraf
jam
2. Mengajarkan Teknik
non farmakologi nafas Ds : pasien mengatakan
masih merasa nyeri
dalam
Do : pasien sudah
melakukan Teknik non
farmakologi
Ds : pasien mengatakan
3. Memberikan analgetik
nyeri sudah berkurang
untuk mengurangi nyeri
Do : pasien sudah tidak
meringis kesakitan
4. Mengkolaborasi dengan Ds : pasien mengatakan
dokter jika tindka nyeri sudah berkurang
Do : pasien tampak
tenang dan beristirahat
29
No Tgl/
Implementasi Respon Paraf
jam
Ds : pasien mengatakan
5. Menganjurkan pasien sudah sedikit merasa
nyaman
menggunakan pakaian
Do : pasien tampak
yang longgar nyaman
30
No Tgl/
Implementasi Respon Paraf
jam
05-03-2
019/
5. 1. memonitor kerentanan Ds : pasien mengatakan
13.00 nyeri di daerah luka
terhadap infeksi
Do : tidak terdapat
tanda-tanda infeksi
31
5. EVALUASI KEPERAWATAN
No Tgl / Diagnosa
Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
jam
32
No Tgl / Diagnosa
Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
jam
33
Daftar Pustaka
Amin dan Hardi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda and NIC-NOC Edisi Revisi Jilid I. Jogjakarta, Mediaction
34