Anda di halaman 1dari 7

Muskuloskeletal

A. DEFINISI

Otot skeletal merupakan organ yang berhubungan dengan tulang melalui tendon, dan
berfungsi sebagai organ kontraktil untung pergerakan.
Otot merupakan suatu organ yang dapat tereksitasi oleh rangsangan atau stimulus
elasti, kontraksi otot di awali oleh stimulus elektris dari cabang serabut saraf ke fiber
otot pada neuromuscular juncition.
Sel otot dapat di rangsang secara kimiawi, listrik, dan mekanik untuk menimbulkan
potensial aksi yang di hantarkan sepanjang membran sel. Sel ini mengandung protein
kontraktil dan mempunyai mekanisme yang diaktifkan oleh potensial aksi sekitar 40%
dari seluruh tubuh terdiri atas otot rangka. Kontraksi dapat di terapkan semua jenis otot.
ASUHAN KEPERAWATAN ENDOKRIN

A. Pengertian
Diatik ketoasidosis (DKA) adalah keadaan kegawatan atau akut dari diabetes tipe
1, di sebabkan oleh meningkatnya keasaman tubuh benda-benda keton akibat
kekurangan atau defisiensi insulin. DKA di karakteristikan dengan hiperglikemia,
asidosis, dan keton sebagai akibat kurangnya insulin (stillwell,1992).
B. Faktor pencetus
Dalam 50% episode DAK, kekurangan insulin, peningkatan konsumsi atau
produksi glukosa atau infeksi adalah faktor pencetus. Faktor resiko lain termasuk
farmako terapi dengan beberapa obat (misalnya steroid, phenytoin sodium (dilantin),
thiaziden, diuetics) dan peristiwa yang membawa sters berat (misalnya pembedahan,
infark miokard, penyakit).
C. Patofisiologi
Tanda dan gejala yang timbul pada DKA di sebabkan terjadinya hiperglikemia dan
ketogenesis. Defisiensi insulin merupakan penyebab utama terjadinya hiperglikemia
atau peningkatan kadar glukosa dari pemecahan protein dan glikogen atau lipolisis atau
pemecahan lemak
Hiperglikemi menimbulkan diuresis osmitic dengan hipovolemia kemudian akan
berlanjut terjadinya dehidrasi dan renjatan atau syok. Glukoneo genesis menambah
terjadinya hiperglikemik.
Lipolisis yang terjadi akan meningkatkan pengangkutan kadar asam lemak bebas
ke hati sehingga terjadi keoasiosis, yang kemudian berakibat timbulnya asidosis
metabolik, sebagai komprensasi tubuh terhadap asidosis metabolik terjadi pernapasan
kusmaull.
D. Tanda dan gejala
Respon neurologis mungkin dalam rentan sadar sampai dengan koma. Pernfasan
dalam dan cepat (kusmaull) dengan nafas aseton berbau buah. Pasien mungkin
dehidrasi dan mengeluh kehausan yang ekstrim, poli uria dan kelemahan. Nausea,
muntah, nyeri abdomen berat, dan rasa penuh di perut sering muncul dan dapat kliru
dengan manipesasi kondosi akut abdomen. Sakit kepala, atau terkilir, atau tremor
mungkin juga muncul.
E. Pemeriksaan fisik

Tekanan darah : hipotensi ortos tatik

Nadi : tachykardia

RR : takipnea sampai pernafasan kusmaull

EKG : T mungkin elevasi

Kulit : kering, kemerahan, penurunan turgor, membrane buccal kering

Paru : paru-paru bersih, nyeri peluritik, friction, rubs (dehidrasi)

Abdomen : tender, penurunan bising usus, kaku, tidak adanya bising usus,
tendernass reboun (DKA berat)

Muskuloskeletal : kelemahan, penurunan repleks tendon dalam

F. Pemeriksaan diagnostik
Glukosa serum > 300mg/dl tetapi tidak > 800 mg/dl
Keton urine positif kuat
Keton serum > 3 mOsm/L
pH darah < 7,30
Serum bicarbonate < 15 mEq/L
Osmolalitas serum meningkat tetapi biasanya < 330 mOsm/L
G. Manajemen pasien akut
Tujuan pengobatan:
1.) Pemberian nutrisi seluler dengan terapi insulin
2.) Perbaikan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan terapi kristaloid,
koloid, dan elektrolit
3.) Kaji dan atasi penyebab dengan penatalaksanaan yang tepat
4.) Deteksi atau cegah manifestasi klinis sekuel (tabel 7-1)
Tabel 7-1

Manifestasi klinis sekuel berhubungan dengan DKA

Komplikasi Tanda dan Gejala

Kolaps sirkulasi Tekanan darah sisitolik < 90 mmHg, nadi >


120x / menit, perubahan status mental, kulit
lembab dingin, penurunan nadi
Gagal ginjal Oliguria, peningkatan BUN dan kretinin
Ketidak seimbangan elektrolit Distrimia yang mengancam jiwa
Edema serebral Latargi, rasa mengantuk, sakit kepala
(stilwell, 1992, hal.326)

H. Manjamenen Kegawat Daruratan


Masalah utama manajemen DKA adalah dehidrasi dan asidosis. Sekali jalan nafas
dan oksigenasi adekuat telah dipertahankan, terapi cairan adalah prioritas berikutnya,
maka pertimbangan awal adalah membuat jalur intravena. Pemasangan kateter folley
terkadang diperlukan utuk memonitor ketat pengeluaran urine, tetapi harus dilepas
segera untuk mencegah infeksi iatrogrnik.
Dilatasi akut lambung adalah komplikasi yang umum pada DKA karena atonia
lambung mengikuti kondisi DKA.
Resusitasi cairan
Saline normal adalah pilhan cairan untuk resusitasi awal pasien DKA; satu liter akan
diberikan dalam satu jam pertama, diikuti dengan satu liter berikutnya sampai dua
jam berikutnya. Penggantian cairan penting untuk mengurangi hiperglikemia dan
asidosis. Sejalan dengan peningkatan aliran sirkulasi, ginjal akan dapat
membersihkan lebih banyak glukosa dan ion hidrogen dari aliran darah melancarkan
perfusi ginjal. Terlebih lagi, peningkatan sirkulasi ini akan mengoreksi hipoksia
jaringan dan menurunkan produksi laktat.
Insulin
Penggunaan dosis rendah regular insulin (RI) melalui intravena(5 sampai 10 unit/jam
IV) telah diteliti dan keuntungannya sudah di konfirmasikan. Insulin di masukan ke
tube intravena dan akan mempengaruhi pemberian dosis melalui aliran darah;
karenanya, perawat gawat darurat harus mengisi tube dengan sekitar 50 mL cairan
insulin pada tahap awal, sehingga dosis terapi berjma-jam tidak akan terganggu
kemudian.
Keuntungan dari metode baru pemberian insulin dosis rendah untuk menangani KDA
secara signifikat adalah menurunkan risiko hipoglikemia, hipokalemia, dan
kemungkinan edema serebral.
Penggantian Potasium
Kekurangan potasium berkisar antara 300 sampai 100 mEq/L, disebabkan oleh
perpindahan cairan intaseluler ke ekstraseluler dan ginjal kehilangan potasium di
sebabkan karena diuresus osmotik (Lanros & Barber, 1997). Penggantian potasium
dimulai hanya setelah perbaikan volume membaik dan setelah terapi insulin awal
telah dilakukan. Selama terapi penggantian potasium, perawat gawat darurat harus
secara hati-hati memonitor EKG terhadap munculnya tanda distritmia.
I. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pengeluaran yang berlebihan (diuresis osmosis) akibat dari
hiperglikemia
2. Risiko tinggi terjadinya gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
peningkatan keasaman (pH menurun) akibat hiperglikemia, glukoneogenesis,
liposis
3. Risiko tinggi gangguan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan
gangguan kimia tubuh: ketidakseimbangan elektrolit, glukosa atau insulin
J. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pengeluaran yang berlebihan
Kriteria :
 Tanda vital dalam batas normal
 TD sistolik : 90 - 140 mmHg
Nadi : 60 – 90 menit
Pernafasan : 16 – 24 x/menit
Suhu : 36 – 37,50C
 Urine output 0,5 – 1 cc/kg/BB/jam
 Turgor kulit elastis
 Kulit tidak kering
 Akral hangat
 Tidak pucat dan sianosis
 Nadi perifer teraba
 Selaput mukosa lembab
 Pengisian kapiler < 2 detik
 Kadar elektrolit normal dengan:
Na : 135-147 mEq/L
K : 3,5-5,5 mEq/L
CI : 197-108 mEq/L
 EKG tidak aritmia
 GDS < 400 mg/dl

Rencana tindakan :

1) Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan setiap jam


2) Observasi kepatenan atau kelancaran infus
3) Monitor tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran tiap 15 menit, bila stabil
lanjutkan untuk setiap jam
4) Observasi turgor kulit, selaput mukosa, akral, pengisisan kapiler
5) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium gula darah elektrolit terutama
kadar kalium
6) Monitor hasil pemeriksaan Hb, Ht, dan kadar urea darah
7) Monitor pemeriksaan EKG
8) Monitor CVP (bila digunakan)
9) Bekerjasama dengan tim kesehatan:
 Pemberian cairan parenteral
 Pemberian terapi insulin
 Pemasangan kateter urine
 Pemeriksaan kadar gula darah, elektrolit, hematokrit, ureum, dan
BUN
 Pemasangan CVP jika memungkinkan
2. Risiko tinggi terjadinya gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
peningkatan keasaman darah (pH menurun) akibat hiperglikemia,
glukoneogenesis, lipolisis
Kriteria:
 Pernafasan kussmaul
 Frekuensi 16-24 x/menit
 AGD dalam batas normal:
pH : 7,35-7,45 HCO3 : 22-26
PO2 : 80-100 mmHg BE : -2 sampai +2
PCO2 : 30-40 mmHg

Rencana tindakan

1) Berikan posisi fowler atau semi fowler (sesuai dengan keadaan klien)
2) Observasi irama pernafasan frekuensi dan kedalaman pernafasan
3) Auskultasi bunyi paru setiap jam
4) Monitor hasil pemeriksaan AGD
5) Bekerjasama dengan tim kesehatan lain dalam:
 Pemeriksaan AGD
 Pemberian oksigen
 Pemberian koreksi biknat (jika terjadi asidosis metabolik)

Anda mungkin juga menyukai