Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN SELF-EFFICACY IBU DENGAN ANAK

YANG SEDANG MENJALANI PENGOBATAN TUBERKULOSIS


DI POLIKLINIK SPESIALIS ANAK RSUD CIBABAT CIMAHI

Nabilah*, Ai Mardhiyah**, Efri Widianti***

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran


nabilaayusuf@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Salah satu hal yang penting dalam pengobatan tuberkulosis anak adalah keberadaan
orangtua sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) beserta peran dan tugasnya, maka menjadi penting
bahwa seorang PMO memiliki self-efficacy yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran self-efficacy ibu dengan anak yang sedang menjalani pengobatan tuberkulosis di poliklinik
spesialis anak RSUD Cibabat Cimahi.Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan
teknik purposive sampling melibatkan 84 ibu sebagai responden. Data penelitian dikumpulkan
menggunakan kuisioner tertutup berdasarkan teori self-efficacy milik Albert Bandura.Hasil: Hasil
penelitian menunjukkan sebagian responden memiliki self-efficacy rendah (53,6%) dan sebagian
responden yang lain berada pada kategori tinggi (46,4%). Hasil penelitian ini dapat menjadi sebuah saran
untuk rumah sakit untuk menciptakan program yang sesuai dengan pendekatan psikososial, dan bagi
perawat dapat dijadikan masukkan untuk bisa memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan
holistik dengan melakukan proses keperawatan yang tepat mulai dari pengkajian hingga intervensi.

Kata Kunci: Ibu, Self-efficacy, Tuberkulosis Anak

ABSTRACT

Introduction: One of important thing of treatment on children tuberculosis is a parent’s existence as a


taking medicine guard (PMO) with their roles and tasks. Therefore, it’s important that PMO has a good
self-efficacy. The purpose of this research is to describe self-efficacy of mother with children in
tuberculosis treatment at paediatric’s polyclinic of RSUD Cibabat Cimahi. Method: The research used
descriptive quantitative method with purposive sampling and involving 84 mothers as participant. The
data was collected by using closed questionnaire based on self-efficacy theory from Albert Bandura.
Results: The result showed that several of participant have a low self-efficacy (53,6%) and the other have
a high self-efficacy (46,4%). The result of this research give suggestion to the hospital for creating an
appropriate program with phsycosocial approachement , and for nurses, it can be a suggestion that the
nurses must give a comprehensive and holistic nursing intervention then doing an accurate nursing
intervention, from assessment until the interventions.

Keywords: Self-Efficacy, Mother, Children Tuberculosis

PENDAHULUAN usus atau saluran pencernaan, selaput otak,


dan sebagainya (Laban, 2008).Penyakit TB
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit dapat menyerang manusia dari usia anak
menular yang disebabkan oleh sampai dewasa dengan perbandingan yang
Mycobacterium tuberculosis, suatu basil hampir sama antara laki-laki dan
aerobik tahan asam yang ditularkan melalui perempuan (Somantri, 2007). Pada anak,
udara (Asih dan Effendy, 2002).Kuman ini TB biasanya terjadi karena adanya kontak
pada umumnya menyerang paru-paru dan dengan orang dewasa baik anggota
sebagian lagi dapat menyerang di luar paru- keluarganya sendiri atau lingkungan
paru, seperti kelenjar getah bening, kulit,

Gambaran Self-Efficacy Ibu Dengan Anak Yang Sedang Menjalani Pengobatan Tuberkulosis 21
di Poliklinik Spesialis Anak RSUD Cibabat Cimahi
Nabilah, Ai Mardhiyah, Efri Widianti
sekitarnya yang terinfeksi (Schub dan paduan rifampisin, isoniazid (INH) dan
March, 2013). Sekitar 50-60% anak kecil pirazinamid. Pada fase intensif diberikan
WHO mencatat dalam Global rifampisin, INH dan pirazinamid,
Tuberculosis Report bahwa Indonesia sedangkan fase lanjutan hanya diberikan
menempati posisi ke-4 sebagai negara rifampisin dan INH (Depkes RI, 2008).
dengan jumlah penderita TB terbanyak Pasien dengan TB harus melakukan
setelah India, China, dan Afrika pengobatan secara teratur, termasuk anak
Selatan.WHO menyebutkan hingga tahun yang menderita penyakit ini. Menurut Arif
2012, jumlah kasus TB di Indonesia telah Muttaqin (2008), Pengobatan yang tidak
mencapai 246.864 penderita dengan teratur, pengobatan antituberkulosis yang
prevalensi mencapai 297 (144-506), tidak atau kurang tepat, maupun
insidensi hingga 185 (153-220), dan pengobatan yang terputus dapat
mortalitas sekitar 27 (14-28) dari 100.000 mengakibatkan resistensi bakteri terhadap
populasi (WHO, 2013). Berdasarkan Profil obat. Pada anak, tentu saja pemegang
Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2012, peranan penting pada kepatuhan minum
terdapat sekitar 62.225 penderita TB paru obat TB adalah orangtua.
dengan 122 jumlah kematian di dalamnya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan
Sementara di kota cimahi dalam profil pada perawat poliklinik spesialis anak
kesehatan yang sama, angka kejadian TB Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
mencapai 218 per 100.000 penduduk dan Cibabat Cimahi, ditemukan bahwa seluruh
menempati peringkat ke-4 tertinggi setelah penderita TB anak yang menjalani
kota Sukabumi, Cirebon, dan Bandung pengobatan di tempat tersebut didampingi
(Depkes RI, 2012). oleh orangtua terutama ibu. Ibu dengan
Sementara pada anak, Hingga tahun anak penderita TB ini berperan sebagai
2013 tercatat 530.000 anak terinfeksi TB, Pengawas Minum Obat (PMO) bagi putra-
dan sekitar 74.000 diantaranya meninggal putrinya.
karena penyakit infeksi yang sama (WHO, Keberadaan PMO menurut Jasmer
2013). Bahkan pada anak-anak di negara (2004) dalam penelitiannya memiliki
berkembang, TB berkontribusi sekitar 2-5% peranan penting dalam kepatuhan minum
risiko infeksi tahunan dan 8-20% kematian obat penderita TB. Penelitian ini
pada anak (Singh dkk., 2011). membandingkan penderita TB yang
Salah satu perbedaan antara TB anak memiliki PMO dengan penderita TB tanpa
dan dewasa adalah pengobatan yang PMO atau lebih dikenal dengan self-
dilakukan.Pada orang dewasa, prinsip dasar administered therapy (SAT). Hasil
terapi TB adalah minimal 3 macam obat penelitian pada 372 orang penderita TB di
dan diberikan dalam waktu relatif lama (6- San Fransisco ini menyebutkan bahwa
12 bulan).Pengobatan TB dibagi dalam 2 pasien dengan PMO (149 orang) memiliki
fase yaitu fase intensif (2 bulan pertama) angka kesembuhan lebih tinggi hingga
dan sisanya sebagai fase 97,8% dibandingkan penderita TB yang
lanjutan.Pemberian paduan obat ini menjalani SAT (223 orang) dengan angka
ditujukan untuk mencegah terjadinya kesembuhan 88,6%.
resistensi obat dan untuk membunuh kuman PMO adalah salah satu dari 5 komponen
intraseluler dan ekstra seluler.Sedangkan penting program WHO yang di canangkan
pemberian obat jangka panjang selain untuk pada tahun 1993 yaitu Directly Observed
membunuh kuman juga untuk mengurangi Treatment Short course (DOTS) (Freiden,
kemungkinan terjadinya kekambuhan.Obat 2007). Menurut Perhimpunan Dokter Paru
Anti Tuberkulosis (OAT) pada anak Indonesia (PDPI) (2007), PMO adalah
diberikan setiap hari, bukan 2 atau 3 kali orang yang mengawasi secara langsung
seminggu.Hal ini bertujuan mengurangi terhadap penderita tuberkulosis paru pada
ketidakaturan minum obat yang lebih sering saat minum obat setiap harinya dengan
terjadi jika obat tidak diminum setiap hari. menggunakan panduan obat jangka pendek.
Saat ini paduan obat yang baku untuk PDPI mengungkapkan peranan penting
sebagian besar kasus TB anak adalah yang harus dijalankan seorang PMO,

22 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 4, No. 1, Mei 2016; 21-30


diantaranya: (1) bersedia mendapat seseorang dalam mengantisipasi situasi
penjelasan dari poliklinik, (2) melakukan yang melibatkan dirinya. Secara jelas,
pengawasan terhadap pasien dalam hal seseorang berpikir, merasakan, dan
minum obat, (3) mengingatkan pasien berprilaku berbeda dalam situasi dimana ia
untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai percaya diri pada kemampuan yang dimiliki
jadwal yang telah ditentukan, (4) daripada berada dalam situasi dimana ia
memberikan dorongan agar penderita merasa tidak percaya diri atau tidak
berobat teratur hingga selesai, (5) berkompetensi dalam tugas atau pekerjaan
mengenali gejala ringan obat dan tersebut. Secara singkat, self-efficacy
menasihati pasien agar tetap mau menelan seseorang mempengaruhi pola pikir,
obat, (6) merujuk penderita bila efek motivasi, prilaku, dan gairah emosional.
samping semakin berat, (7) memberikan Berdasarkan social cognitive theory,
penyuluhan kepada anggota keluarga seseorang dengan self-efficacy yang rendah
penderita yang memiliki gejala suspek TB berpotensi mengalami tingginya tingkat
untuk segera memeriksakan diri kepada kecemasan. Penelitian membuktikan bahwa
petugas kesehatan. orang-orang dapat mengalami distres hebat
Keberadaan PMO beserta tugasnya ketika mereka merasa tidak dapat mengatur
begitu penting bagi keberlangsungan apa yang terjadi pada dirinya. Sehingga
pengobatan seorang penderita TB, begitu orang-orang yang mengalami kecemasan
juga dukungan sosial dari keluarga.Menurut akan fokus pada masalah yang terjadi serta
penelitian yang dilakukan Chani (2010) dan pada ketidakmampuan dirinya menghadapi
Hutapea (2009) dukungan social adalah persoalan tersebut daripada memperhatikan
salah satu faktor penting yang solusi untuk menyelesaikan masalahnya.
memengaruhi seorang penderita TB untuk Anggapan tentang ketidakmampuan untuk
menjalankan pengobatannya sampai mengatasi situasi ini akan berubah menjadi
akhir.Ratnasari (2012) dalam sebuah jurnal lebih rumit oleh karena ketidakmampuan
tuberkulosis Indonesia yang diterbitkan dalam mengatasi kecemasan yang telah
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis terjadi (Barlow dalam Bandura, 1997).
Indonesia (PPTI) turut menguatkan dengan Pentingnya orangtua memiliki self-
menjelaskan bahwa dukungan sosial dari efficacy yang baik dalam merawat pasien
keluarga dapat meningkatkan kualitas hidup TB dibuktikan dengan salah satu penelitian
seorang penderita TB. Lalu Nasution yang diterbitkan melalui jurnal Oxford
(2013) memaparkan bahwa dukungan sosial University. Penelitian ini dilakukan pada
dari keluarga yang ditunjuk sebagai PMO 134 orang tua dengan anak yang menderita
pun memengaruhi proses dan kepatuhan penyakit kronis lain selain TB, yaitu
minum obat penderita TB. Diabetes Mellitus (DM) tipe I yang
Melihat betapa pentingnya keberadaan bergantung pada pemberian insulin. Peneliti
orang tua sebagai PMO dengan tugas dan menyebutkan bahwa rendahnya self-
pengaruhnya terhadap pengobatan efficacy turut ambil andil dalam tingginya
TB.Maka, menjadi penting bahwa seorang tingkat stres yang dialami orangtua. Ini
PMO memiliki self-efficacy yang baik.Self- dibuktikan oleh adanya hubungan
efficacy merupakan bagian dari teori Social rendahnya self-efficacy dengan frekuensi
Cognitive Theory yang dikemukakan oleh stress orang tua sebesar 32% pada sampel
Albert Bandura.Bandura (1997) penelitian. Stres inilah yang mempengaruhi
mendefinisikan self-efficacy sebagai orangtua dalam manajemen penyakit putra
kepercayaan seseorang atas kemampuan atau putrinya yang tentu saja fatal bagi
dirinya menyelesaikan suatu tugas atau kondisi anak mereka (Streisand et al.,
pekerjaan.Bandura (1994) pun memaparkan 2005). Melihat keadaan yang sama pada
bahwa self-efficacy mempengaruhi aktivitas keadaan anak TB dan anak dengan DM tipe
yang sedang dilakukan, seberapa besar I, dimana orangtua menjadi pendamping
usaha seseorang dalam situasi tertentu, bagi anak yang sedang sakit dan anak
seberapa lama seseorang bertahan dalam membutuhkan waktu yang panjang untuk
sebuah pekerjaan, dan reaksi emosional menjalani masa pengobatan, tentu saja

Gambaran Self-Efficacy Ibu Dengan Anak Yang Sedang Menjalani Pengobatan Tuberkulosis 23
di Poliklinik Spesialis Anak RSUD Cibabat Cimahi
Nabilah, Ai Mardhiyah, Efri Widianti
orang tua dengan anak TB pun harus anak dalam rentang 1-5 tahun sebanyak 72
memiliki self-efficacy yang baik. Maka responden (85,71%). Responden umumnya
berdasarkan penilitian ini dan pemaparan tidak bekerja (88,1%) dengan pendidikan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terakhir SMA (41,7%), dan telah menjalani
penting bagi orang tua baik ayah maupun pengobatan TB fase lanjutan (72,62%).
ibu yang memiliki anak dengan penyakit Selain itu dapat diketahui pula self-efficacy
kronis seperti TB untuk memiliki self- ibu berdasarkan karakteristiknya.Self-
efficacy yang baik selama masa pengobatan efficacy ibu berada dalam kategori
putra-putrinya. rendahpada usia ibu dengan rentang 26-35
tahun (38%), ibu yang tidak bekerja
METODE (51,2%), pendidikan terakhir tingkat SD
Penelitian ini dilakukan di RSUD (19%) usia anak dengan rentang usia 1-5
Cibabat Cimahi dengan metode penelitian tahun (41,5%), dan lama pengobatan pada
deskriptif kuantitatif yangmelibatkan 84 ibu fase lanjutan (46,4%)
sebagai responden. Data penelitian Penelitian ini menunjukkan bahwa
dikumpulkan menggunakan kuisioner sebagian besar ibu dengan anak yang
tertutup berdasarkan teori self-efficacy sedang menjalani pengobatan TB (45
milik Albert Bandura.Kuisioner diberikan responden) memiliki self-efficacy yang
pada sampel atau responden penelitian rendah (53,6%). Sementara sebagian ibu
untuk diisi berdasarkan kondisi reponden yang lain memiliki self-efficacy yang tinggi
saat itu.Sampel dalam penelitian ini diambil (46,4%).
dengan menggunakan teknikpurposive Selain itu berdasarkan penelitian ini,
samplingdengan kriteria responden ibu dapat diketahui pulabahwa sebagian besar
yang tinggal serumah dengan anak yang ibu dengan anak yang sedang menjalani
sedang menjalani pengobatan tuberkulosis. pengobatan TB memiliki self-efficacy yang
Variabel dalam penelitian ini adalah rendah pada dimensi strength (54,8%) dan
self-efficacy pada ibu dengan anak yang dimensi generality (54,8%). Sedangkan
sedang menjalani pengobatan TB di RSUD dalam dimensi magnitude diketahui
Cibabat Cimahi menggunakan konsep self- sebagian besar ibu memiliki self-efficacy
efficacy Bandura (1997) dengan yang tinggi (51,2%).
subvariabel, Magnitude, Strength, dan
Generality.

HASIL
Setelah proses analisis dilakukan,
didapatkan bahwa responden terbanyak
berada pada rentang umur 26-35 yaitu
sebanyak 61 responden (72,62%) dan usia

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Self-efficacy Berdasarkan Karakteristik Responden (N=84)

Self-Efficacy
Karakteristik Responden f %
Tinggi % Rendah %
Usia Ibu 17-25 16 19,05 6 7,1 6 7,1
26-35 61 72,62 31 37 32 38
36-45 7 8,33 2 2,3 4 4,8
Pekerjaan Tidak bekerja 74 88,1 31 36,9 43 51,2
Bekerja 10 11,9 8 9,5 2 2,4
Pendidikan terakhir SD 26 31 10 11,9 16 19
SMP 20 23,8 7 8,3 11 13,1
SMA 35 41,7 18 21,4 14 16,7

24 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 4, No. 1, Mei 2016; 21-30


Self-Efficacy
Karakteristik Responden f %
Tinggi % Rendah %
PT 3 3,6 0 0 3 3,6
Usia Anak < 1 tahun 2 2,4 2 2,4 0 0
1-5 72 85,71 34 40,5 38 45,2
>5 tahun 10 11,9 3 3,6 7 8,3
Lama Pengobatan Fase intensif 23 27,38 11 13,1 12 14,3
(1-2 bulan)
Fase lanjutan 61 72,62 28 33,3 39 46,4
(>2 bulan)

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Self-Efficacy pada Ibu Dengan Anak yang Sedang Menjalani
Pengobatan TB Di Poliklinik Spesialis Anak RSUD Cibabat Cimahi (N=84)

Kategori Frekuensi Presentase (%)


Rendah 45 53,6
Tinggi 39 46,4

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Self-Efficacy Ibu Dengan Anak yang Sedang Menjalani
Pengobatan TB Di Poliklinik Spesialis Anak RSUD Cibabat Cimahi
Berdasarkan Dimensi Magnitude, Strength, dan Generality (n=84)

Dimensi Self-efficacy Kategori Frekuensi Presentase (%)

Magnitude Rendah 41 48,8


Tinggi 43 51,2
Strength Rendah 46 54,8
Tinggi 38 45,2
Generality Rendah 46 54,8
Tinggi 38 45,2

PEMBAHASAN Pada penelitian ini juga didapatkan


1. Gambaran Self-Efficacy Berdasarkan bahwa responden umumnya berpendidikan-
distribusi frekuensi terakhir SMA (41,7%), dengan self-efficacy
Berdasarkan penelitian yang dilakukan yang rendah pada tingkat pendidikan
di poliklinik khusus anak RSUD Cibabat terakhir SD(19%)dan self-efficacy yang
Cimahi pada tanggal 13 Februari sampai 3 tinggi pada tingkat pendidikan terakhir
Maret 2015, didapatkan data responden SMA (21,4%). Hasil penelitian ini sejalan
terbanyak berada pada rentang umur 26-35 dengan apa yang disebutkan Bandura
yaitu sebanyak 61 responden (72,62%) dan (1997) bahwa pendidikan yang rendah akan
pada rentang usia ini self-efficacy ibu membuat self-efficacy individu tersebut
berada dalam kategori rendah(38%). Hal ini rendah karena kurangnya pembelajaran
sesuai dengan apa yang dipaparkan yang didapat mengenai kehidupan,
Bandura (1997) bahwa usia berpengaruh begitupula sebaliknya.
level self-efficacy dimana pada usia lebih Pada karakteristik lama pengobatan,
muda dapat lebih sering terjadi rendahnya responden yang sedang menjalani
self-efficacy dibanding dengan wanita yang pengobatan anak fase intensif dan lanjutan
jauh lebih tua karena pengalaman individu memiliki self-efficacy yang rendah dengan
tersebut belum cukup. prosentase berurutan 46,4% dan 14,3%. Ini

Gambaran Self-Efficacy Ibu Dengan Anak Yang Sedang Menjalani Pengobatan Tuberkulosis 25
di Poliklinik Spesialis Anak RSUD Cibabat Cimahi
Nabilah, Ai Mardhiyah, Efri Widianti
berarti, tidak ada perbedaan yang begitu terutama dalam pelaksanaan perawatan oleh
jelas berdasarkan lama tidaknya pengobatan orangtua (Yuliana, 2007). Rahajoe (2008)
anak. Hasil ini tidak sejalan dengan apa juga menjelaskan bahwa pengobatan TB
yang dipaparkan Bandura (1997) bahwa anak tidak terlepas dari peran serta,
semakin lama individu bekerja atau dukungan, dan motivasi dari orang tua yang
menjalankan tugas yang dibebankan bertindak sebagai PMO khususnya ibu. Ibu
padanya maka semakin tinggi self-efficacy harus mengerti mengenai pentingnya
yang dimiliki. Selain karakteristik usia ibu, memberikan obat secara teratur dalam
pendidikan terakhir ibu, dan lama jangka waktu yang cukup lama,
pengobatan anak, hasil penelitian ini juga pengawasan terhadap jadwal pemberian
menunjukkan bahwa responden umumnya obat, dan keyakinan bahwa obat harus
tidak bekerja (88,1%) dan memiliki anak diminum dengan benar yang nantinya akan
dengan rentang usia 1-5 tahun (85,71%) menunjang keberhasilan pengobatan TB
memiliki self-efficacy yang rendah dengan paru pada anak. Lalu Murwani dan Yuliana
presentasi 51,2% pada ibu yang tidak (2007) memaparkan bahwa ada hubungan
bekerja dan 41,5% pada ibu dengan anak 1- yang sangat erat antara pola perawatan anak
5 tahun. dengan TB oleh seorang ibu dengan proses
penyembuhannya. Artinya, semakin baik
2. Gambaran Self-Efficacy pada Ibu pola perawatan yang diberikan ibu pada
Dengan Anak yang Sedang Menjalani anak maka semakin baik pula proses
Pengobatan TB Di Poliklinik Spesialis penyembuhannya.
Anak RSUD Cibabat Cimahi Melihat betapa pentingnya keberadaan
PMO adalah salah satu dari 5 orang tua sebagai PMO dengan tugas dan
komponen penting program WHO yang di pengaruhnya terhadap pengobatan
canangkan pada tahun 1993 yaitu Directly TB.Maka, menjadi penting bahwa seorang
Observed Treatment Short course (DOTS) PMO memiliki self-efficacy yang baik.Self-
(Freiden, 2007). Menurut Perhimpunan efficacy merupakan bagian dari teori Social
Dokter Paru Indonesia (PDPI) (2007), PMO Cognitive Theory yang dikemukakan oleh
adalah orang yang mengawasi secara Albert Bandura.Bandura (1997) sendiri
langsung terhadap penderita tuberkulosis mendefinisikan self-efficacy sebagai
paru pada saat minum obat setiap harinya kepercayaan seseorang atas kemampuan
dengan menggunakan panduan obat jangka dirinya menyelesaikan suatu tugas atau
pendek. PDPI mengungkapkan peranan pekerjaan. Maka, penelitian ini akan
penting yang harus dijalankan seorang mebahas gambaran self-efficacy ibu dengan
PMO, diantaranya: (1) bersedia mendapat anak yang sedang menjalani pengobatan TB
penjelasan dari poliklinik, (2) melakukan di poliklinik khusus anakA RSUD Cibabat
pengawasan terhadap pasien dalam hal Cimahi.
minum obat, (3) mengingatkan pasien Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai bahwa bahwa sebagian besar ibu dengan
jadwal yang telah ditentukan, (4) anak yang sedang menjalani pengobatan TB
memberikan dorongan agar penderita memiliki self-efficacy yang rendah (53,6%).
berobat teratur hingga selesai, (5) Sementara sebagian ibu yang lain memiliki
mengenali gejala ringan obat dan self-efficacy yang tinggi (46,4%). Hasil ini
menasihati pasien agar tetap mau menelan ditunjang pula dengan hasil pengukuran
obat, (6) merujuk penderita bila efek self-efficacy ibu berdasarkan dimensinya,
samping semakin berat, (7) memberikan yaitu magnitude, strength, dan generality.
penyuluhan kepada anggota keluarga Berdasarkan hasil penelitian yang sama,
penderita yang memiliki gejala suspek TB diketahui bahwa sebagian besar ibu dengan
untuk segera memeriksakan diri kepada anak yang sedang menjalani pengobatan TB
petugas kesehatan. memiliki self-efficacy yang rendah pada
Pada TB pada anak, dukungan dari dimensi strength (54,8%) dan dimensi
keluarga jelas sangat memengaruhi proses generality (54,8%). Sedangkan dalam
pengobatan TB yang sedang mereka jalani dimensi magnitude diketahui sebagian

26 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 4, No. 1, Mei 2016; 21-30


besar ibu memiliki self-efficacy yang tinggi frekuensi stress orang tua sebesar 32% pada
(51,2%). Hasil pengukuran berdasarkan sampel penelitian. Stres inilah yang
dimensi inilah yang dijadikan sebab self- mempengaruhi orangtua dalam manajemen
efficacy ibu yang sedang menjalani penyakit putra atau putrinya yang tentu saja
pengobatan TB di poliklinik spesialis anak fatal bagi kondisi anak mereka (Streisand et
RSUD Cibabat Cimahi secara keseluruhan al., 2005). Melihat keadaan yang sama pada
berada pada kategori rendah. keadaan anak TB dan anak dengan DM tipe
Bandura (1994) memaparkan I, dimana orangtua menjadi pendamping
bahwa self-efficacy mempengaruhi aktivitas bagi anak yang sedang sakit dan anak
yang sedang dilakukan, seberapa besar membutuhkan waktu yang panjang untuk
usaha seseorang dalam situasi tertentu, menjalani masa pengobatan, orangtua
seberapa lama seseorang bertahan dalam dengan anak TB bisa saja mengalami hal
sebuah pekerjaan, dan reaksi emosional yang sama yaitu stres dan manajemen
seseorang dalam mengantisipasi situasi pengobatan anak yang buruk.
yang melibatkan dirinya. Secara jelas,
seseorang berpikir, merasakan, dan 3. Gambaran Self-Efficacy Ibu Dengan
berprilaku berbeda dalam situasi dimana ia Anak yang Sedang Menjalani
percaya diri pada kemampuan yang dimiliki Pengobatan TB Di Poliklinik Spesialis
daripada berada dalam situasi dimana ia Anak RSUD Cibabat Cimahi
merasa tidak percaya diri atau tidak Berdasarkan Dimensi Magnitude,
berkompetensi dalam tugas atau pekerjaan Strength, dan Generality
tersebut. Secara singkat, self-efficacy Magnitude menurut Bandura (1997)
seseorang mempengaruhi pola pikir, mengatakan bahwa ini berkaitan dengan
motivasi, prilaku, dan gairah emosional. derajat kesulitan tugas yang
Berdasarkan social cognitive theory, dihadapi.Penerimaan dan keyakinan
seseorang dengan self-efficacy yang rendah seseorang terhadap suatu tugas berbeda-
berpotensi mengalami tingginya tingkat beda, mungkin orang hanya terbatas pada
kecemasan. Penelitian membuktikan bahwa tugas yang sederhana, menengah atau sulit
orang-orang dapat mengalami distres hebat saja. Persepsi setiap individu akan berbeda
ketika mereka merasa tidak dapat mengatur dalam memandang tingkat kesulitan dari
apa yang terjadi pada dirinya. Sehingga suatu tugas. Ada yang menganggap suatu
orang-orang yang mengalami kecemasan tugas itu sulit sedangkan orang lain merasa
akan fokus pada masalah yang terjadi serta tidak demikian. Apabila sedikit rintangan
pada ketidakmampuan dirinya menghadapi yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas,
persoalan tersebut daripada memperhatikan maka tugas tersebut akan mudah dilakukan.
solusi untuk menyelesaikan masalahnya. Berdasarkan hasil penelitian yang
Anggapan tentang ketidakmampuan untuk didapat, self-efficacy sebagian besar ibu
mengatasi situasi ini akan berubah menjadi dengan anak yang menjalani pengobatan
lebih rumit oleh karena ketidakmampuan TB ditinjau dari dimensi magnitude berada
dalam mengatasi kecemasan yang telah pada kategori tinggi (51,2%). Ini
terjadi (Barlow dalam Bandura, 1997). Hal membuktikan bahwa sebagian besar ibu
ini terlihat jelas pada salah satu penelitian telah terbiasa dengan tugas seorang ibu
yang didokumentasikan dalam jurnal yang memiliki anak dalam proses
Oxford University. Penelitian tersebut pengobatan TB di berbagai tingkat
dilakukan pada 134 orang tua dengan anak kesulitan tugas, hal ini terlihat dari
yang menderita penyakit kronis lain selain responden penelitian yang menyatakan
TB, yaitu Diabetes Mellitus (DM) tipe I mampu menjelaskan apa yang dokter
yang bergantung pada pemberian insulin. jelaskan (69%), mampu menyelesaikan
Peneliti menyebutkan bahwa rendahnya pengobatan anak walaupun sulit (56%),
self-efficacy turut ambil andil dalam mengetahui efek samping obat yang
tingginya tingkat stres yang dialami diberikan pada anak (44%), akan segera
orangtua. Ini dibuktikan oleh adanya mengantarkan anak ke rumah sakit terdekat
hubungan rendahnya self-efficacy dengan ketika terjadi sesuatu yang gawat (60,7%),

Gambaran Self-Efficacy Ibu Dengan Anak Yang Sedang Menjalani Pengobatan Tuberkulosis 27
di Poliklinik Spesialis Anak RSUD Cibabat Cimahi
Nabilah, Ai Mardhiyah, Efri Widianti
mampu membujuk anak ketika bosan untuk tugas hingga dalam serangkaian tugas atau
ke rumah sakit (57,1%). Selain itu, sebagian situasi sulit dan bervariasi. Generality
kecil responden menyatakan merupakan perasaan kemampuan yang
ketidaksetujuannya pada beberapa ditunjukkan individu pada konteks tugas
pernyataan negatif seperti ibu terkadang yang berbeda-beda, baik itu melalui tingkah
merasa tidak yakin anak bisa sembuh total laku, kognitif, dan afektifnya. Melihat hasil
(44%), ibu tidak dapat mengawasi dan penelitian, diketahui bahwa sebagian kecil
memberikan obat pada anak ketika sedang responden memperlihatkan
lelah (49%), dan membebaskan anaknya ketidakyakinannya dalam menjalankan
bermain hingga mengalami kelelahan tugas sebagai PMO, yaitu mampu
(64,3%). Dengan sebagian besar responden melakukan banyak hal yang berkaitan
yang menyatakan hal postif terhadap dengan pekerjaan rumah tangga (37,9%)
pernyataan-pernyataan dalam dimensi dan mampu mengatasi rasa cemas selama
magnitude, maka hal ini sebanding dengan pengobatan anak (36,4%). Faktor inilah
hasil penelitian yang menyatakan self- yang menyebabkan self-efficacy ibu dengan
efficacy ibu berada dalam kategori tinggi anak yang sedang menjalani pengobatan TB
dalam dimensi ini (51,2%) berada pada kategori rendah (54,8%).
Dimensi Strength dapat dilihat
darisejauh mana kekuatan self-efficacy Simpulan dan Saran
seseorang dalam menyelesaikan tugas yang
ia punya, yang dapat dilihat dari kekuatan 1. Simpulan
usaha yang dilakukan individu tersebut. Hal Berdasarkan hasil penelitian sebagian
ini terutama pada kegigihan individu dalam besar responden memiliki self-efficacy yang
mengerjakan tugasnya ketika menghadapi rendah (53,6%). Hal ini didukung oleh hasil
kesulitan atau hambatan.Penilaian dari penelitian pada 3 dimensi self-efficacy.
aspek ini dapat dilihat melalui besarnya Pada dimensi strength dan generality, self-
usaha yang dilakukan individu dalam efficacy ibu berada pada kategori rendah
menjalankan tugasnya, bagaimana (keduanya berada pada presentase 54,8%).
peningkatan usaha ketika menghadapi Sementara pada dimensi magnitude, self-
kegagalan atau kesulitan, dan bagaimana efficacy ibu berada pada kategori tinggi
individu melaksanakan alternatif usaha (51,2%).
yang dapat membuatnya mencapai Self-efficacy yang rendah dapat
keberhasilan ketika menghadapi kegagalan menyebabkan kecemasan dan stress yang
atau kesulitan atau hambatan.(Bandura, berpengaruh pada manajemen pengobatan
1997). Dari hasil penelitian diketahui anak. Namun, hal ini dapat diatasi dengan
bahwa sebagian kecil responden mengoptimalkan sumber-sumber self-
memperlihatkan ketidakyakinannya dalam efficacy seperti vicarious experience dan
menjalankan tugas sebagai PMO, yaitu verbal persuasion serta memperbaiki proses
menaikkan berat badan anak (35,6%), yang mempengaruhinya yaitu proses
menyatakan terkadang bosan untuk kontrol kognitif dan afektif.
rutin dan mengambil obat (22,7), dan
memberikan motivasi kepada anak agar 2. Saran
sembuh yang seharusnya dimiliki oleh Hasil penelitian ini dapat digunakan
PMO (25%). Dengan hasil inilah, self- sebagai masukan bagi RSUD Cibabat
efficacy ibu dengan anak yang menjalani Cimahi untuk menciptakan program
pengobatan TB berada pada kategori rendah pendidikan kesehatan meliputi informasi
(54,8%). tentang penyakit anak, pengobatan,
Menurut Bandura (1997), dimensi perkembangan prognosis penyakit anak,
generality adalah sejauh mana individu perawatan anak, perilaku anak, respon
yakin akan kemampuannya dalam berbagai emosional dan peran orang tua ketika anak
situasi tugas, mulai dari dalam melakukan sedang sakit. Pendidikan kesehatan ini
suatu aktivitas yang biasa dilakukan atau diberikan pada ibu dengan anak yang
situasi tertentu yang tidak pernah dilakukan sedang menjalani pengobatan TB oleh

28 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 4, No. 1, Mei 2016; 21-30


perawat dan petugas kesehatan yang lain Namibia: University Of South
secara periodik untuk memaksimalkan Africa. Thesis.
peran tenaga kesehatan sehingga pemberian Coleman dan Karraker. 2005. Parenting
pelayanan kesehatan yang diberikan Self-Efficacy among Mothers of
holistik dan tidak hanya menyentuh aspek school Aged Children:
fisiologis, tapi juga aspek psikososial. Conceptualization, Measurement,
Program ini selain menjadikan wawasan ibu and Correlates. Proquest
tentang penyakit anak bertambah, ibu juga Psychology Journal.Vol. 49.No. 1.
dapat menjadikan kegiatan ini sebagai Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
sarana berbagi dengan ibu lain dalam 2008. Diagnosis dan Tatalaksan
kondisi yang sama Tuberkulosis Anak. Jakarta: Depkes
Penelitian ini juga dapat dijadikan RI.
masukkan bagi perawat poliklinik RSUD Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Cibabat Cimahi untuk melaksanakan 2012. Profil Kesehatan Provinsi
konsep keperawatan komprehensif dan Jawa Barat 2012. Jakarta: Depkes
holistik yang tidak hanya memerhatikan RI.
aspek fisik dan fisiologis klien, tapi juga Ginting T T, Wibisono S, Kusumadewi I,
mementingkan aspek psikososial khususnya Damayanti R, Wiyono W H,
self-efficacy dalam proses keperawatan Susanto M. 2008. Faktor faktor
mulai dari pengkajian hingga intervensi. yang berpengaruh terhadap
Hal ini dilakukan dengan mengoptimalkan timbulnya gangguan jiwa pada
peran perawat sebagai fasilitator dan penderita tuberkulosis paru dewasa
edukator yang memberikan berbagai di RS persahabatan, Jakarta.J
macam informasi mengenai penyakit anak Respir Indo.28 : 20-21.
serta dukungan bagi ibu yang dapat Hutapea, Tahan P. 2009. Pengaruh
memengaruhi tinggi atau rendahnya self- Dukungan Keluarga Terhadap
efficacy. Kepatuhan Minum Obat Anti
Untuk peneliti selanjutnya, disarankan Tuberkulosis.
untuk melakukan penelitian tentang Jasmer, Robert M., et al. 2004.
hubungan self-efficacy ibudengan Tuberculosis Treatment Outcomes:
keberhasilan pengobatan anak yang Directly Observed Therapy
mengalami TB. Compared with Self-Administered
Therapy. American Journal of
DAFTAR PUSTAKA Respiratory and Critical Care
Medicine.Vol. 170.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Suatu Pendekatan Praktik. Edisi 2013. Petunjuk Teknis Manajemen
Revisi 2010. Jakarta: PT Rhineka TB Anak. Jakarta: Kementrian
Cipta. Kesehatan RI
Asih dan Effendy. 2002. Keperawatan Laban, Yoannes Y. 2008. Kesehatan
Medikal Bedah: Klien Dengan Masyarakat TBC. Penyakit dan
Gangguan Sistem Pernafasan. Cara Pencegahan. Yogyakarta:
Jakarta: EGC. Kanisius.
Asmadi. 2005. Konsep Dasar Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan. Jakarta: EGC. Keperawatan dengan Gangguan
Bandura, Albert. 1997. Self-Efficacy:The Sistem Pernapasan. Jakarta:
Exercise of Control. United States Salemba Medika.
of America. W. H. Freeman and Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian
Company Keperawatan Aplikasi Pada
Chani, Kudakwashe. 2010. Factors Praktik Klinik. Jakarta: Salemba
Affecting Compliance To Medika
Tuberculosis Treatment In Andara Nasution, Andreanda. 2013. Pengaruh
Kavango Region Namibia. Dukungan Sosial Keluarga Sebagai

Gambaran Self-Efficacy Ibu Dengan Anak Yang Sedang Menjalani Pengobatan Tuberkulosis 29
di Poliklinik Spesialis Anak RSUD Cibabat Cimahi
Nabilah, Ai Mardhiyah, Efri Widianti
Pemantau Minum Obat (PMO) Gangguan Sistem Pernafasan.
Terhadap Kepatuhan Minum Obat Jakarta: Salemba Medika.
Penderita TB Paru Di Kecamatan Streisand, Randi et al. 2005. Pediatric
Medan Teladan Kota Medan Tahun Parenting Stress Among Parents of
2013. Jurnal Kesehatan Children with Type 1 Diabetes: The
Masyarakat. Vol. 2.No. 1. Role of Self-Efficacy,
Ngastiyah. 2003. Perawatan Anak Sakit. Responsibility, and Fear.Jornal of
Jakarta: EGC Pediatric Psychology.Vol. 30.No.6.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2006. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian
Pedoman Diagnosis dan Administrasi Edisi Revisi 2003.
Penatalaksanaan Tuberkulosis di Bandung: CV Alfabeta
Indonesia. Jakarta: PDPI. Vijayasekaran, D. 2010. Treatment of
Rahadjoe, N. Boediman dkk. 1994. Children Tuberculosis.Indian
Perkembangan dan Masalah Journal Pediatric.Vol. 78.No.4.
Pulmonology Anak Saat ini. Widjanarko, Bagoes dkk.2006. Analisis
Jakarta: FKUI. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ratnasari, Nita Yunianti. 2012. Hubungan Praktik Pengawas Minum Obat
Dukungan Sosial Dengan Kualitas (PMO) Dalam Pengawasan
Hidup Penderita Tuberkulosis Paru Penderita Tuberkulosis Paru Di
(TB Paru) Di Balai Pengobatan Kota Semarang.Jurnal Promosi
Penyakit Paru (BP4) Yogyakarta Kesehatan Indonesia.Vol. 1.No. 1.
Unit Minggiran.Jurnal World Health Organization. 2013. Global
Tuberkulosis Indonesia.Vol. 8. Tuberculosis Report. Genewa:
Schub dan March. 2013. Tuberculosis in WHO Press.
Children and Adolesecnt. Cinahl Yuliana, Yomah. 2007. Hubungan Pola
Information System. Perawatan Pada Anak
Singh, Meenu.,et al. 2010. Latent Tuberkulosis Paru Primer Dengan
Tuberculosis in Children: Lama Penyembuhan Pada Anak
Diagnosis and Management. Indian Usia 1-6 Tahun Di Desa Cibuntu
Journal Pediatric.Vol. 78.No. 4. Cibitung Bekasi 2007. Jurnal
Somantri, Irman. 2007. Asuhan Kesehatan Surya Medika
Keperawatan pada Pasien dengan Yogyakarta.

30 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 4, No. 1, Mei 2016; 21-30

Anda mungkin juga menyukai