Anda di halaman 1dari 3

Hypospadia adalah salah satu kelainan yang paling sering terjadi, penanganannya menantang dan

menarik bagi ahli urology anak. Hypospadia dapat didefinisikan sebagai kegagalan tkulit pada

bagian distal shaft penis(1).

Variasi anatomi tampak dalam berbagai tingkat keparahan, yang sederhana letak meatus

yang ektopik terletak pada glans penis atau sulkus korona dan yang terparah pembukaan uretra

proksimalnya pada penoscrotal, scrotum, atau perineum.(1)

Di Negara Eropa prevalensi Hyposspadi adalah 3/1000 bayi laki laki lahir hidup.Pada

studi di Belanda tahun 2002 angka prevalensi nya lebih tinggi yaitu 3,8/ 1000 bayi lakilaki lahir

hidup.Di Denmark ada studi dari tahun 1977 sampai 2005 prevalensi nya 3,8 /1000 bayi laki laki

lahir hidup. Prevalensi hipospadia di eropa dilaporkan meningkat karena factor sindrom genetic

atau defek yang melibatkan reseptor androgen , meningkatnya penggunaan teknik reproduksi

assisted seperti penggunaan fertilisasi in vitro, penggonaan progesterone atau estrogen untuk

membantu kehamilan.(1) Meningkatnya pevalensi juga dipengaruhi oleh ligkungan

karenaterpapa bahan kimia seperti Pestisida Organochlorine dan Phyto Estrogen yang larut

dalam air tanah atau pestisida yang terdapat pada tumbuhan(1)

Pada review secara sistematik dan luas tentang teknik operasi hipospadi, tidak ada teknik

yang menunjukkan teknik yang “Superior” , pemiihan teknik operasi dipengaruhi oelh factor

kesukaan operator, pelatihan, pengalaman oprator, dan kesuksesan pribadi pada masing masing

operator. (3)

Pada survey online yang diikuti oleh ahli bedah anak, alhli urologi, ahli urologi anak, dan bedah

plastic pada oktober 2010 sampai februari 2011 didapatkan 377 peserta, hipospadi glandular

teknik yang digunakan (Tubularised incised plate (TIP) uretroplasti 39%, meatal advancement
and glanduloplasty (MAGPI) 34,1 %. Prosedur MAGPI diperkenalan sejak tahun 1981 untuk

mengkoreksi defek pada distal dengan hasil bagus untuk penampilanya. Sekarang MAGPI dan

TIP menjadi pilihan untuk koreksi hipospadi dengan meatus paling distal, untuk meatus pada

proksimal menggunakan dua tahap operasi.(3).

Koreksi chordee sesuai derajatnya biasanya digunakan teknik plkasi Nesbit untuk

chordee lebih dari 30 derajat. (3)

Hypospadia kelainan bawaan penis yang paling sering terjadi erjadi pada 0,4-8,2 per 1000 bayi

laki laki lahir hidup. Istilah Hipospadia berasal daribahasa Yunani terdiri dari dua kata yaitu “

hypo” yang artinya di bawah dan “spadon” yang artinya lubang.(4).Ciri kelainan ini adalah letak

meatus yang ektopik pada posisi proksimal penis atau posisi normal pada ventral penis. (4)

Sesuai posisi meatus uretra diklasifikasikan sebagai anterior atau distal

(glandular,coronal, atau subcoronal) 60-65% kasus, middle (midpenile) 20-30% kasus, dan

posterior atau proksimal (posterior penle,penoscrotal, scrotal, dan perineal) 10-15% kasus (5)

Posisi subcoronal adalah kasus yang paling sering, kasus proksimal dianggap

yang paling berat dan dihubungkan dengan adanya chordee(5). Istilah chordee berasal dari

bahasa Yunani terdiri dari dua kata yaitu “chordaa” yang artinya tali yang terletak pada

lengkungan ventral penis. (4)

Penilaian tingkat keparahan lengkungan dipengaruhi subyektifitas masing masing ahli

bedah karena untuk menentukan pilihan terapinya. (4).


Tujuan operasi hipospadia adalah membuat fungsi penis lebih adekuat untuk

fungsi seksual, merekonstruksi uretra agar pasien bisa kencing layak, dan menawarkan kepuasan

secara kosmetik. (6)

Pilihan teknik uretroplasti masih menjadi perdebatan diantara ahli bedah yaitu duplay

atau tubularized incised plate (TIP), Mathieu, onlay, Koff, Bracka, Ducket, dan Koyanagi (4)

Sedangkan untuk koreksi lengkungan chordee nya digunakan teknik Nesbit, Tunica Albuginea

Plication, Ventral Plasty, dan teknik teknik lain yang sedang dikembangkan. Sebagian besar

kasus Hipospadia dapat di atasi dengan satu tahap operasi dengan prosedur MAGPI, glans

approximation procedure, dan TIP sedangkan untuk kasus hipospadia yang lebih berat

memerlukan operasi dua tahap pada hipospadia tipe penoscrotal atau hipospadia perineal. (4)

Hypospadia di rekonstruksi oleh ahli bedah anak, bedah plastic, dan ahli rekonstruksi

urology. Waktu yang deal untuk operasi adalah usia 6-12 bulan, tetapi apabila belum bisa
7
dilakukan pada usia tersebut masih ada kesempatan pada usia 3-4 tahun. Teknik operasi satu

tahap dapat digunakan apabila lempengan uretra tidak memerlukan perubahan posisi dan

integritas axial nya dapat dipertahankan..7 Jika lempengan uretra tidak terbentuk dengan adekuat

dan memerlukan penambahan, maka perlu dilakukan 2 tahap. Tahap pertama tubularisasi atau

membuat saluran pada operasi tahap kedua dengan memodifikasi tambahan insisi pada dorsal

untuk melepaskan graft-nya (Snodgrass). Operasi dua tahap merupakan cara yang dapat

diandalkan dan memberi hasil yang halus. Meskipun tidak menjamin hasil yang bagus dapat

bertahan hingga dewasa, maka perlu dilakukan follow up pada pematangan genital.7 Hipospadia

merupakan kelainan alat kelamin laki laki yang paling sering terjadi dengan insidensi 1:300

kelahiran hidup bayi laki laki7.Studi epidemiologi di barat menunjukkan peningkatan angka

kejadian menjadi 8 dalam 1000 kelahiran bayi laki laki hidup 8.

Anda mungkin juga menyukai