Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK

Disusun Oleh:
Kelas F
Kelompok 2

M. GINANJAR Al H 200110170252
FITRIA 200110170288
MILENIA RACHMASANTI 200110170293
RAMDAN AGUS SAPUTRA 200110170295
ISMI RAHMALITA 200110170303

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK PERAH


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cara pengobatan pada hewan ternak bisa dilakukan dengan berbagai cara

yaitu bisa dengan cara intramuskuler, intravena, intramamaria, intrauterina,

intraparavertebrae, ditetes, dioleskan, per oral, per kutan, dipping dan dihirup.

Semua cara pengobatan dibantu dengan alat bantu seperti drench gun, gun

syringe, self-refiling syringe dan dual draw off kit. Sehingga sangat penting untuk

mengetahui fungsi dan cara pemakaian alat tersebut.

Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada

kulit sehat, sakit atau terluka dimaksudkan untuk efek topikal. Salep digunakan

untuk mengobati penyakit kulit yang akut atau kronis, sehingga diharapkan

adanya penetrasi ke dalam lapisan kulit agar dapat memberikan efek yang

diinginkan (Voigt, 1984). Suatu obat dalam bentuk sediaan salep untuk dapat

mencapai efektifitas yang maksimum, perlu dipelajari dengan baik mengenai

struktur kulit dan formulasi sediaan antara lain pemilihan bahan pembawa atau

basis, karena pembawa akan mempengaruhi pelepasan zat aktif dan absorbsinya

pada lapisan kulit (Aiache, 1982).

Telur tetas harus sesegera mungkin untuk menghindari mikroorganisme

masuk melalui pori-pori kulit telur dan bisa menyebabkan daya tetas telur menjadi

rendah (Rasyaf, 1991). Menghindari berkembangnya pencemaran mikroba pada

telur tetas, selama ini telah ditemukan metode desinfeksi pada telur tetas, salah

satunya yaitu fumigasi. Fumigasi dengan menggunakan gas formaldehyde sangat

efektif untuk membunuh mikroorganisme patogen, diantaranya; bakteri gram +/-,


virus, jamur bahkan protozoa. Gas formaldehyde dihasilkan dari pencampuran dua

jenis bahan kimia, yaitu kalium permanganat (KMnO4) dan formalin 40%.

Pengenceran obat merupakan bagian dari ilmu dasar meracik obat.

Pengenceran obat atau pemicikan obat merupakan tahapan yang harus dilakukan

untuk meningkat keakuratan takaran obat dalam resep disebabkan takaran obat

<50 mg, sehingga dikhawatirkan alat tidak akurat dalam menimbangnya, sehingga

diperlukan pengenceran obat.

1.2 Identifikasi Masalah

1) Apa fungsi dari drench gun, gun syringe, self-refiling syringe dan

dual draw off kit.

2) Bagaimana cara pembutan salep.

3) Bagaimana cara melakukan fumigasi.

4) Bagaimana cara melakukan pengenceran obat.

1.3 Maksud dan Tujuan

1) Mengetahui fungsi dari drench gun, gun syringe, self-refiling

syringe dan dual draw off kit.

2) Mengetahui cara pembuatan salep.

3) Mengetahui cara melakukan fumigasi.

4) Mengetahui cara melakukan pengenceran obat.

1.4 Waktu dan Tempat

Praktikum manajemen kesehatan ternak dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal : Senin, 29 April 2019

Waktu : Pukul 15.00 WIB – 17.00 WIB

Tempat : Laboratorium Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan

Universitas Padjajaran
III

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1. Alat

3.1.1 Peralatan

1) Drench gun, berfungsi untuk memasukkan obat melalui oral

2) Gun syringe, berfungsi untuk memberikan obat secara intra muscular

3) Dual draw off kit, berfungsi untuk menyuntikkan obat cair dengan

tekanan tinggi (untuk unggas)

4) Self refiling shringe, berfungsi untuk menyuntikkan cair dengan

tekanan yang tinggi

3.1.2 Pembuatan Salep

1) Timbangan digital

2) Sendok

3) Plastik

4) Penumbuk porselen

3.1.3 Fumigasi

1) Kalkulator

2) Penggaris

3) Petridish

3.1.4 Pengenceran

1) Gelas ukur

2) Pipet volume

3) Bulb pipet

4) Aquades

5) Mortar
3.2 Bahan

3.2.1 Pembuatan Salep

1) Asam Salisilat 20%

2) Vaselin putih

3) Asam Borak 5%

4) Asam Benzoat 3%

5) Alkohol 70% sebanyak 10%

3.2.2 Fumigasi

1) KMnO4

2) Formalin

3.2.3 Pengenceran

1) Rivanol

2) Aquades

3) CuSO4

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan Salep

1) Asam borat, asam benzoat alkohol divampur lalu ditimbang

2) Aduk hingga homogen

3) Campurkan vaselin

4) Aduk lagi sama homogen

3.3.2 Fumigasi

1) Hitung volume mesin tetas

2) Hitung kebutuhan fotmalij

3) Hitung kebutuhan KmnO4

4) Campur KmnO4
3.3.3 Pengenceran

1) Hitung konsentrasi dari 100% menjadi 20%

2) Volumenya 10%

3) V1 = X

N1 = 100 %

V2 = 10 ml

N2 = 20%
IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Pembuatan salep

Berat bahan
Bahan
(gram)

Asam salisilat 2

Asam borat 0,5

Asam benzoat 0,3

Alkohol 1

Vaselin 6,2

4.1.2 Fumigasi

Bahan Kebutuhan

Formalin 0,95

KMnO4 0,48

4.1.3 Pengenceran Obat

Bahan Kebutuhan (%) Kebutuhan (ml)

N1 100 -

N2 20 -

V1 - 2

V2 - 10
4.2 Pembahasan

4.2.1 Peralatan

Pada praktikum kali ini, yang pertama dilakukan adalah mengamati

peralatan yang digunakan di bidang manajemen dan kesehatan ternak. Terdapat 4

alat yang diamati yaitu gun syringe, drenching gun, dual draw off kit, dan self

refilling syringe. Gun syringe berfungsi sebagai alat untuk pemberian obat secara

muscular dan subkutan. Drenching gun berfungsi untuk pemberian obat secara

oral. Dual draw off kit berfungsi untuk menyuntikkan obat cair dengan tekanan

tinggi yang biasanya digunakan untuk unggas. Self refilling syringe berfungsi

untuk menyuntikkan obat dengan tekanan tinggi.

4.2.2 Pembuatan Salep

Pada praktikum pembuatan salep, bahan-bahan yang digunakan adalah

vaselin, asam salisilat sebanyak 20%, asam borat sebanyak 5%, asam benzoat 3%,

dan alkohol 70% sebanyak 10%. Salep yang akan dibuat yaitu sebanyak 10gr.

Sebelum membuat salep, pertama-tama praktikan harus menghitung banyaknya

masing-masing bahan yang dibutuhkan dengan cara mengalikan jumlah salep

yang akan dibuat dengan jumlah persen tiap bahan. Setelah menghitung seluruh

bahan yang diperlukan, praktikan menimbang masing-masing bahan sejumlah

yang dibutuhkan. Kemudian asam salisilat, asam borat, asam benzoat, dan alkohol

70% dimasukkan ke dalam mortar dan diaduk sampai homogen. Setelah itu,

campur vaselin lalu diaduk lagi hingga homogen.

Salep yang dibuat ini berfungsi untuk membasmi jamur pada kulit ternak.

Menurut Sumardjo (2009), Asam salisilat merupakan golongan antimikotik yang

berkhasiat untuk menghilangkan atau membunuh jamur yang hidup pada


permukaan kulit. Asam borat pada konsentrasi jenuh (k.l. 3%) berkhasiat

bakteriostatis lemah. Asam borat dapat diabsorpsi oleh kulit yang rusak untuk

kemudian ditimbun dalam tubuh sebagai racun kumulatif (Tjay, 2007). Menurut

Sumardjo (2009), Asam benzoat merupakan senyawa organik yang dipakai

sebagai bahan aditif dalam makanan atau minuman berupa pengawet. Alkohol

70% yang digunakan berfungsi sebagai cairan antiseptik (membunuh atau

menghambat pertumbuhan mikroorganisme) atau cairan yang juga berfungsi

sebagai pelarut. Sedangkan Vaselin berfungsi sebagai bahan dasar pencampur

salep.

4.2.3 Fumigasi

Percobaan ketiga yaitu melakukan fumigasi. Fumigasi merupakan

kegiatan sterilisasi ruang mesin tetas agar steril dari kontaminasi bakteri atau

fungi (Wakhid, 2016). Hal yang pertama kali harus dilakukan adalah mengukur

panjang, lebar, dan tinggi mesin tetas terlebih dahulu. Dari kegiatan pengukuran

ini didapatkan hasil bahwa mesin tetas tersebut memiliki panjang 37 cm, lebar

26,5 cm, dan tinggi 23 cm. Setelah melakukan pengukuran, hasil pengukuran

tersebut dikalikan sehingga diketahui volume dari mesin tetas tersebut dan

didapatkan volume mesin tetas tersebut sebesar 0,0225 𝑚3 .

Tahap selanjutnya adalah menghitung kebutuhan formalin sebesar 120%

dan KMnO4 sebanyak 60 ml. Setelah mendapatkan jumlah kebutuhan formalin

dan KMnO4 yang dibutuhkan, kedua bahan tersebut dicampur kemudian segera

dimasukkan ke dalam mesin tetas. Fumigasi ini dilakukan pada saat telur mau

menetas atau hari ke-27 atau 28.


4.2.4 Pengenceran

Percobaan terakhir yang dilakukan adalah pengenceran obat. Bahan-

bahan yang dibutuhkan berupa rivanol, aquades, dan CuSO4. Pertama, praktikan

diharuskan untuk menghitung konsentrasi dari konsentrasi awal sebesar 100%

menjadi 20% dengan diketahui volume 2 yang diminta yaitu sebanyak 10 ml.

Karena volume 1 belum diketahui, maka harus dicari terlebih dahulu

menggunakan rumus yang ada dan didapatkan hasil volume 1 sebanyak 2 ml.

Untuk mengencerkan rivanol, praktikan mencampur 2 ml rivanol dengan 8 ml

aquades. Dari pengenceran tersebut, dihasilkan 10 ml larutan yang berwarna

kuning bening. Sedangkan untuk mengencerkan CuSO4, dimasukkan 2 ml CuSO4

dengan 8 ml aquades dan menghasilkan 10 ml larutan berwarna biru muda bening.

Menurut Arief (2006), Pengenceran obat adalah tahapan yang harus

dilakukan untuk meningkat keakuratan takaran obat dalam resep disebabkan

takaran obat <50 mg, sehingga dikhawatirkan alat tidak akurat dalam

menimbangnya sehingga diperlukan pengenceran obat. pengenceran obat harus

dilakukan dengan menambahkan bahan yang tidak bereaksi dan tidak memiliki

efek farmakologi. Pengenceran obat bisa dilakukan untuk membuat sediaan padat

maupun cair.
V

KESIMPULAN

5.1 Telah diketahui fungsi dari drench gun, gun syringe, self-refiling syringe dan

dual draw off kit

5.2 Salep dibuat dengan mencampurkan vaselin, asam salisilat, asam borat, asam

benzoat 3%, dan alkohol 70%

5.3 Fumigasi dilakukan untuk mensterilkan mesin tetas

5.4 Telah diketahui cara pengenceran pada obat


DAFTAR PUSTAKA

Aiache, 1982. Biofarmasetika. Diterjemahkan oleh Widji Soeratri, Edisi II, 438-

460, Airlangga Press, Jakarta.

Alkohol 70% 100 ml IKA. www.klikdokter.com. Diakses pada Jumat, 10 Mei

2019.

Arief, Hariana. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya : Jakarta

Manfaat Alkohol Gosok untuk Tubuh. www.glitzmedia.co. Diakses pada Jumat,


10 Mei 2019.

M.P., Santa. Seri Life Skill: Beternak Itik Petelur. PT Musi Perkasa Utama.

Jakarta

Pengenceran Obat atau Pemicikan Obat (Lengkap). www.biofar.id. Diakses pada

Jumat, 10 Mei 2019

Rasyaf, M. 1991. Pengelolaan Penetasan. Cetakan ke-2. Kanisius, Yogyakarta.

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa

Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. 2007. Obat-obatan Penting: Khasiat,

Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. PT Elex Media Komputindo

Kelompok Gramedia. Jakarta

Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani

Wakhid, Abdul. 2016. Membuat Sendiri Mesin Tetas Praktis. PT AgroMedia

Pustaka. Jakarta
LAMPIRAN

1) Diketahui : Konsentrasi p = 37 cm

l = 23 cm

t = 26,5 cm

Ditanyakan : a. Kebutuhan KMnO4

b. Kebutuhan Formalin

Jawab :

V ruangan =pxlxt

= 37 x 23 x 26,5 cm3
= 0,0225 m3
V x Banyaknya KMnO4
a. Kebutuhan KMnO4 = Konstanta
0,0225x 60
= 2.83

= 0,48 gr
V x Banyaknya Formalin
b. Kebutuhan Formalin = Konstanta
0,0225x 120%
= 2.83

= 0,95 %

Jadi, kebutuhan KMnO4 dan Formalin yang dibutuhkan untuk fumigasi pada

volume ruangan 0,0225 m3 , berturut-turut sebanyak 0,48gr dan 0,95%.


2) Pengenceran

Dik : N1 = 100

N2 = 20 %

V2 = 10 ml

Dit : V1 ?

Jawab : N1V1 = N2 . V2

100 . V1 = 20 % . 10 ml

100 = 200

X=2

Anda mungkin juga menyukai