Anda di halaman 1dari 6

Siapa saja yang bisa berperan aktif dalam aksi mitigasi dan aksi adaptasi

dampak kesehatan akibat perubahan iklim di Indonesia?

Seperti disampaikan oleh Ditjen Kesehatan Masyarakat Kementerian


Kesehatan tahun 2018 dalam Kebijakan Dan Rencana Program Kementrian
Kesehatan Dalam Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Bidang Kesehatan di
bagan-bagan berikut dapat dilihat bahwa dampak kesehatan akibat perubahan
iklim di Indonesia tidak hanya menjadi tanggung jawab Kementerian
Kesehatan saja. Banyak pihak yang terkait dalam penanggulangan dampak
kesehatan dari perubahan iklim.

Alur Faktor Risiko Penyakit Tular Makanan dan Gizi

Alur Faktor Risiko terhadap Penyakit Tidak Menular


Alur Faktor Risiko Perubahan Iklim terhadap Bencana

Pemerintah, pihak swasta, masyarakat dan pihak internasional turut


berperan aktif dalam aksi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim di
Indonesia. Pada tahun 2008 melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia
No. 46 Tahun 2008, pemerintah membentuk Dewan Nasional Perubahan
Iklim. Dalam Perpres ini dicantumkan struktur organisasi dewan nasional
perubahan iklim serta fungsi dan tugasnya.
Kementerian Kesehatan mengeluarkan Permenkes No. 1018 Tahun 2011
tentang Strategi Adaptasi Sektor Kesehatan terhadap Dampak Perubahan
Iklim, dan Kepmenkes No. 035 Tahun 2012 tentang Pedoman Identifikasi
Faktor Resiko Kesehatan akibat Perubahan Iklim. Di dalam Permenkes
No.1018 Tahun 2011 disebutkan strategi-strategi adaptasi sektor kesehatan
terhadap dampak perubahan iklim.
Strategi-strategi tersebut terdiri dari:
1. Sosialisasi dan advokasi adaptasi sektor kesehatan terhadap dampak
perubahan ikllim
2. Pemetaan populasi dan daerah rentan perubahan iklim;
3. Peningkatan sistem tanggap perubahan iklim sektor kesehatan;
4. Peraturan perundang–undangan;
5. Peningkatan keterjangkauan pelayanan kesehatan, khususnya daerah
rentan perubahan iklim;
6. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia bidang kesehatan;
7. Peningkatan pengendalian dan pencegahan penyakit akibat dampak
perubahan iklim;
8. Peningkatan kemitraan;
9. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam adaptasi perubahan
iklim sesuai kondisi setempat; dan
10. Peningkatan surveilans dan sistem informasi.

Pemerintah melalui beberapa Kementerian/Lembaga serta bermitra dengan


beberapa organisasi internasional telah menyusun Rencana Aksi Adaptasi
Perubahan Iklim. Pada Februari tahun 2014 dimulailah pengarusutamaan
adaptasi dalam pembangunan nasional dalam wujud Rencana Aksi Nasional
Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API). RAN-API adalah dokumen yang disusun
dalam jangka waktu tahun 2013-2025 untuk membantu masyarakat dalam
mempersiapkan upaya adaptasi atau penyesuaian terhadap dampak
perubahan iklim yang terjadi. Naskah ini berisi masukan dari pemerintah, mitra
pembangunan, organisasi kemasyarakatan dan praktisi lainnya dalam bidang
adaptasi perubahan iklim. Dokumen RAN-API, kemudian diinklusikan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Pendekatan
penyusunan program aksi RAN-API Sub Bidang Kesehatan dikaitkan dan
diintegrasikan terhadap program dan kegiatan yang tercantum dalam
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014.

Strategi utama pencapai sasaran (goal) RAN-API Bidang Kesehatan adalah:


1. Penguatan dan pemutakhiran informasi kerentanan dan risiko
kesehatan terhadap perubahan iklim,
2. Pengembangan kebijakan, perencanaaan, jejaring, dan kerja sama
antar lembaga di tingkat lokal, regional dan nasional terkait risiko
kesehatan terhadap perubahan iklim, serta
3. Penguatan kapasitas dan kewaspadaan dini terkait ancaman
perubahan iklim terhadap kesehatan di tingkat masyarakat dan
pemerintah.

Strategi-strategi tersebut diwujudkan dalam 4 Program Utama (Klaster):


1. Klaster Identifikasi dan Pengendalian Faktor-Faktor Kerentanan dan
Risiko pada Kesehatan Masyarakat yang dapat Ditimbulkan oleh
Perubahan Iklim.
Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada pemuktahiran kajian
risiko dan adaptasi perubahan iklim bidang kesehatan pada tingkat
kabupaten/kota, pengamatan dan pengendalian terhadap agen
penyakit, perantara penyakit, kualitas lingkungan dan infeksi pada
manusia, khususnya pada kelompok rentan: wanita, anak, lanjut usia
dan masyarakat berpenghasilan rendah.
2. Klaster Penguatan Sistem Kewaspadaan dan Pemanfaatan Sistem
Peringatan Dini Terhadap Mewabahnya Penyakit Menular dan Penyakit
Tidak Menular yang Diakibatkan Perubahan Iklim.
Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada peningkatan sistem
tanggap perubahan iklim sektor kesehatan melalui pemantauan dan
pengumpulan data secara kontinu, koordinasi dan pelaksanaan
tindakan, rencana tanggap darurat bencana untuk penanganan
kesehatan dan informasi kepada masyarakat tentang wabah penyakit
menular dan penyakit tidak menular yang disebabkan perubahan iklim.
3. Klaster Penguatan Regulasi, Peraturan Perundangan, dan Kapasitas
Kelembagaan di Tingkat Pusat dan Daerah Terhadap Risiko pada
Kesehatan Masyarakat yang dapat Ditimbulkan oleh Perubahan Iklim.
Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada penguatan regulasi dan
peraturan perundangan dan penguatan kapasitas kelembagaan melalui
penyusunan rencana aksi dan road map, koordinasi pelaksanaan
tugas, kapasitas lembaga, kemitraan dan jejaring.
4. Klaster Peningkatan Ilmu Pengetahuan, Inovasi Teknologi, dan
Partisipasi Masyarakat Terkait Adaptasi Kesehatan terhadap
Perubahan Iklim.
Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada penelitian, pendidikan
dan pengembangan teknologi terkait perubahan iklim dan adaptasi
terkait kesehatan, pengembangan sumberdaya manusia bidang
kesehatan dan partisipasi masyarakat terkait adaptasi kesehatan
terhadap perubahan iklim.

Pada Diskusi Roundtable seluruh Menteri Kesehatan anggota South East Asia
Regional Organization (SEARO) yang dilaksanakan tanggal 7 September
2017 di Maldives, para Menteri Kesehatan anggota SEARO menyadari
pentingnya kerja sama negara-negara anggota SEARO dalam membangun
sistem ketahanan kesehatan terhadap perubahan iklim. Mereka membuat
kesepakatan Male Declaration on Building Health Systems Resilience to
Climate Change sebagai landasan komitmen dan kerja sama.
Deklarasi Male tersebut berisikan pokok-pokok sebagai berikut:
1. Melanjutkan peningkatan public and policy awareness terhadap dampak
kesehatan akibat perubahan iklim di masyarakat dan memastikan
leading role di sektor kesehatan pada dampak perubahan iklim,
termasuk menjadi role model greening initiatives.
2. Advokasi dan kerja sama dengan sektor kesehatan determinan guna
memastikan sensitifitas iklim yang terintegrasi dalam kebijakan dan
program masing-masing.
3.Mengembangkan Health National Adaptation Plans (HNAPs),
memastikan resiko perubahan iklim terintegrasi ke dalam kebijakan
kesehatan serta lintas kesehatan yang relevan dan Climate Sensitive
Diseases (CSD) programme.
4. Memperkuat kapasitas nasional dalam pembangunan sistem ketahanan
kesehatan terhadap perubahan iklim, termasuk penguatan di institusi
nasional dengan mengadakan pelatihan untuk para tenaga kesehatan
untuk saat ini dan masa mendatang.
5. Meningkatkan kesiapsiagaan sektor kesehatan terhadap perubahan
iklim, khususnya pada promosi climate-resilient health-care facilities
untuk memastikan kesiapan dalam menghadapi terjadinya perubahan
iklim dan pelayanannya air, sanitasi, pengelolaan limbah dan listrik saat
terjadi peristiwa perubahan iklim.
6. Menginisiasi penghijauan di sektor kesehatan dengan mengadopsi
teknologi yang bersahabat dengan lingkungan serta menggunakan
pelayanan energi secara efisien.
7. Mendirikan dan memperkuat sistem informasi dan penelitian kesehatan,
mempromosikan diseminasi evidence termasuk implementasi IHR.
8. Mengintensifkan kerterlibatan dalam penanganan dampak perubahan
iklim yang komprehensif termasuk 3 pilar utama kehidupan, yaitu: air,
udara dan pangan.
9. Memastikan resiko perubahan iklim terintegrasi pada pengelolaan resiko
bencana alam, termasuk pada emergency risk reduction and response.
10. Memobilisasi sumber keuangan domestik dan eksternal melalui
advokasi pembagian yang lebih baik pada mekanisme funding
perubahan iklim yang dialokasikan ke sektor kesehatan.
Selain ini banyak proyek-proyek kerjasama antara pemerintah dengan negara
lain dalam menangani perubahan iklim.
Daftar Pustaka
1. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan.
(2018). KEBIJAKAN DAN RENCANA PROGRAM KEMENTRIAN
KESEHATAN DALAM ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
BIDANG KESEHATAN. [PowerPoint slides]. Diakses dari
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/7.%20BHN%20WORKSHOP%20EL
ABORASI%20NDC%20API_Kemenkes.pdf tanggal 15 Oktober 2018.
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2008 tentang
Dewan Nasional Perubahan Iklim.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1018/Menkes/Per/V/2011/Menks/Sk/V/2009 Tentang Strategi Adaptasi
Sektor Kesehatan Terhadap Dampak Perubahan Iklim.
4. Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API)
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) 2014.
5. https://sekretariat-ranapi.org/tentang-kami diakses tanggal 16 Oktober
2018
6. http://www.depkes.go.id/article/view/17090800001/hadapi-perubahan-
iklim-indonesia-serukan-rencana-aksi-kesehatan.html diakses tanggal
15 Oktober 2018

Keterlibatan apa saja yang bisa kita lakukan dalam berkontribusi


mengendalikan dampak kesehatan akibat perubahan iklim?

Manusia pada akhirnya yang merasakan dampak dari perubahan iklim. Di


Indonesia sudah banyak gerakan, organisasi yg dibentuk untuk
menanggulangi dampak dari perubahan iklim namun kesadaran akan
bahayanya perubahan iklim tampaknya belum dipahami oleh seluruh rakyat
Indonesia.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada khususnya
dalam rangka mengurangi dampak dari perubahan iklim dan pemanasan
global, seperti hal-hal berikut ini:
1. Mengurangi frekuensi pemakaian kendaraan pribadi. Bila perlu
gunakan kendaraan umum.
2. Gunakan alat elektronik dengan sewajarnya.
3. Ikut berkontribusi dalam kegiatan penghijauan dengan memulai dari
lingkungan rumah sendiri.
4. Menghemat penggunaan air bersih.
5. Mengurangi pemakaian plastik sekali pakai.
6. Memberantas tempat – tempat yang berpotensi menjadi sarang
nyamuk
7. Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal
8. Mewaspadai penyakit – penyakit menular yang muncul pada saat
musim pancaroba.
9. Menjaga kesehatan tubuh dengan menjaga pola hidup yang sehat
seperti mengkonsumsi makanan sehat dan seimbang serta berolahraga
teratur.
10. Memberikan edukasi kepada setidaknya lingkungan terdekat mengenai
bahaya perubahan iklim dan cara mencegahnya.

Daftar pustaka

1. https://faisalhp.wordpress.com/2012/02/04/kebijakan-dan-strategi-
penanggulangan-dampak-kesehatan-akibat-prubahan-iklim/ diakses
tanggal 16 Oktober 2018.
2. http://adisumiartha.blogspot.com/2012/02/perubahan-iklim-dan-
cara.html diakses tanggal 16 Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai