Pada Diskusi Roundtable seluruh Menteri Kesehatan anggota South East Asia
Regional Organization (SEARO) yang dilaksanakan tanggal 7 September
2017 di Maldives, para Menteri Kesehatan anggota SEARO menyadari
pentingnya kerja sama negara-negara anggota SEARO dalam membangun
sistem ketahanan kesehatan terhadap perubahan iklim. Mereka membuat
kesepakatan Male Declaration on Building Health Systems Resilience to
Climate Change sebagai landasan komitmen dan kerja sama.
Deklarasi Male tersebut berisikan pokok-pokok sebagai berikut:
1. Melanjutkan peningkatan public and policy awareness terhadap dampak
kesehatan akibat perubahan iklim di masyarakat dan memastikan
leading role di sektor kesehatan pada dampak perubahan iklim,
termasuk menjadi role model greening initiatives.
2. Advokasi dan kerja sama dengan sektor kesehatan determinan guna
memastikan sensitifitas iklim yang terintegrasi dalam kebijakan dan
program masing-masing.
3.Mengembangkan Health National Adaptation Plans (HNAPs),
memastikan resiko perubahan iklim terintegrasi ke dalam kebijakan
kesehatan serta lintas kesehatan yang relevan dan Climate Sensitive
Diseases (CSD) programme.
4. Memperkuat kapasitas nasional dalam pembangunan sistem ketahanan
kesehatan terhadap perubahan iklim, termasuk penguatan di institusi
nasional dengan mengadakan pelatihan untuk para tenaga kesehatan
untuk saat ini dan masa mendatang.
5. Meningkatkan kesiapsiagaan sektor kesehatan terhadap perubahan
iklim, khususnya pada promosi climate-resilient health-care facilities
untuk memastikan kesiapan dalam menghadapi terjadinya perubahan
iklim dan pelayanannya air, sanitasi, pengelolaan limbah dan listrik saat
terjadi peristiwa perubahan iklim.
6. Menginisiasi penghijauan di sektor kesehatan dengan mengadopsi
teknologi yang bersahabat dengan lingkungan serta menggunakan
pelayanan energi secara efisien.
7. Mendirikan dan memperkuat sistem informasi dan penelitian kesehatan,
mempromosikan diseminasi evidence termasuk implementasi IHR.
8. Mengintensifkan kerterlibatan dalam penanganan dampak perubahan
iklim yang komprehensif termasuk 3 pilar utama kehidupan, yaitu: air,
udara dan pangan.
9. Memastikan resiko perubahan iklim terintegrasi pada pengelolaan resiko
bencana alam, termasuk pada emergency risk reduction and response.
10. Memobilisasi sumber keuangan domestik dan eksternal melalui
advokasi pembagian yang lebih baik pada mekanisme funding
perubahan iklim yang dialokasikan ke sektor kesehatan.
Selain ini banyak proyek-proyek kerjasama antara pemerintah dengan negara
lain dalam menangani perubahan iklim.
Daftar Pustaka
1. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan.
(2018). KEBIJAKAN DAN RENCANA PROGRAM KEMENTRIAN
KESEHATAN DALAM ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
BIDANG KESEHATAN. [PowerPoint slides]. Diakses dari
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/7.%20BHN%20WORKSHOP%20EL
ABORASI%20NDC%20API_Kemenkes.pdf tanggal 15 Oktober 2018.
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2008 tentang
Dewan Nasional Perubahan Iklim.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1018/Menkes/Per/V/2011/Menks/Sk/V/2009 Tentang Strategi Adaptasi
Sektor Kesehatan Terhadap Dampak Perubahan Iklim.
4. Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API)
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) 2014.
5. https://sekretariat-ranapi.org/tentang-kami diakses tanggal 16 Oktober
2018
6. http://www.depkes.go.id/article/view/17090800001/hadapi-perubahan-
iklim-indonesia-serukan-rencana-aksi-kesehatan.html diakses tanggal
15 Oktober 2018
Daftar pustaka
1. https://faisalhp.wordpress.com/2012/02/04/kebijakan-dan-strategi-
penanggulangan-dampak-kesehatan-akibat-prubahan-iklim/ diakses
tanggal 16 Oktober 2018.
2. http://adisumiartha.blogspot.com/2012/02/perubahan-iklim-dan-
cara.html diakses tanggal 16 Oktober 2018.