Dikerjakan Oleh:
Achmad Nurhajirin
16.51.017793
M. Khomeini, ST. MT
KATA PENGANTAR
Tugas Besar ini bertujuan agar mahasiswa dapat lebih memahami apa yang telah dipelajari
dalam perkuliahan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat
dan membantu dalam penyusunan Tugas Besar ini.
Tidak lepas dari semua itu, Penyusun menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu penyusun menerima saran dan kritik dari
pembaca.
Akhir kata penyusun berharap agar Tugas Besar ini dapat bermanfaat bagi orang lain dan
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Penyusun
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sebuah bandar udara melingkupi kegiatan yang sangat luas, yang mempunyai kebutuhan yang berbeda,
bahkan kadang-kadang berlawanan, seperti kegiatan keamanan membatasi sedikit mungkin hubungan
(pintu – pintu) antar Land Sida dan Air Side, sedangkan kegiatan pelayanan memerlukan sebanyak
mungkin pintu terbuka dari Land Side ke Air Side agar pelayanan berjalan lancar. Berdasarkan pengaturan
sistem, bandar udara dibagi menjadi dua :
1. Land Side (sisi darat)
2. Air Side (sisi udara)
`
1.2 Perkiraan dan Permintaan
Rancangan induk bandar udara, dikembangkan berdasarkan kepada perkiraan dan permintaan (forecast and
demand), yang dibagi dalam:
1. Perkiraan Jangka Pendek (± 5 Tahun)
2. Perkiraan Jangka Menengah (± 10 Tahun)
3. Perkiraan Jangka Panjang (± 30 Tahun)
Dari data penumpang sebuah bandar udara dalam jumlah ribuan diperoleh data sebagai berikut :
Tahun x y x2 y2 xy
2012 1 1.500.000 1 2.250.000.000.000 1.500.000
2013 2 1.520.000 4 2.310.400.000.000 3.040.000
2014 3 1.600.000 9 2.560.000.000.000 4.800.000
2015 4 1.700.000 16 2.890.000.000.000 6.800.000
2016 5 1.750.000 25 3.062.500.000.000 8.750.000
2017 6 1.775.000 36 3.150.625.000.000 10.650.000
2018 7 1.800.000 49 3.240.000.000.000 12.600.000
∑ 28 11.645.000 140 19.463.525.000.000 48.140.000
Catatan:
y= Data Penumnpang
n= Banyak Data
1.630.300.000 - 1.347.920.000
a=
980 - 784
282.380.000
a= = 1.440.714
196
336.980.000 - 326.060.000
b=
980 - 784
10.920.000
b= = 55.714
196
336.980.000 - 326.060.000
r=
840 - 116.781.150.000.000
10.920.000
r= = 1,010
10.806.533
6.542
Jumlah penumpang tiap berangkat/hari 3.271Orang
2
JadwalPenerbangan Per-Hari
Jenis Pesawat Kota Tujuan Keberangkatan Kedatangan
A.300 PKY - CGK 05.00 WIB 06.30 WIB
B.747 SP PKY - SUB 07.20 WIB 08.50 WIB
A.300 PKY - JOG 09.10 WIB 09.40 WIB
DC - 10 - 10 PKY - SUB 10.15 WIB 11.10 WIB
B.747 SP PKY - CGK 12.40 WIB 13.40 WIB
DC - 10 - 10 PKY - SOC 16.20 WIB 17.10 WIB
B.747 SP PKY - CBN 18.20 WIB 18.40 WIB
Dalam perencanaan lapangan terbang analisa angin adalah dasar bagi perencanaan lapangan
terbang dan sebagai pedoman dalam menentukan arah lapangan terbang.
Peraturan umum untuk pelabuhan udara menyebutkan bahwa landasan (true bearing) harus
searah dengan arah angin dominan dengan lokasi lokasi landasan yang akan dibangun, agar
gerakan pesawat pada saat take off dan landing dapat bergerak bebas dan aman. Menurut
International civil aviation administration (FAA) penentuan arah Runway (R/W) harus dibuat
berdasarkan arah yang wind coverage dan sedemikian rupa hingga pesawat dapat take off dan
landing minimal 95% atau lebih dari data tabel frekuensi arah an gin yang ada, dapat ditentukan
analisa angin.
Jenis pesawat : -
Nilai maksimum permissible cross wind componen =13 knot
Lebar jalur kontrol angin = 2x13 = 26 knot
Jenis pesawat = -
Nilai maximum permissible crosswind compoment = 10 knot
Lebar jalur kontrol angin = 2x10 = 20 knot
Data presentase angin di atas kemudian di gunakan untuk menentukan arah runway ( )
dengan mempertimbangkan tipe pesawat yang akan menggunakan airport dengan menganggap
bahwa komponen cross wind bertiup dua arah.
Lebar kontrol angin untuk masing-masing kelas pesawat adalah dua kali nilai maksimum
permisible cross wind componentnya.
Dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan operasi pesawat terbang bisa
dikaitkan dengan rancangan bandar udara, maka ada sejumlah faktor daramatika yang harus
diketahui perencana dengan baik, faktor-faktor tersebut adalah atmosfer standar, ketinggian
tekanan ( presurhlisude ) , keperawatan pesawat terbang, angin silang ( croos wind ).Jalur dengan
arah terbang, namun faktor terpenting dalam menentukan panjang runway, ketinggian area
bandara dan permukaan laut dan permukaan landasan.
Panjang runway biasanya di gunakan pula oleh jenis pesawat akan memakai landasan dari
tabel characteristic of parincipal transport air oraft, panjang runway masing masing jenis
pesawat.
Elevasi = 140 m
Slope = 2 %
Temperatur
T1 (°C) 28 30 26 27 24
T2 (°C) 30 30 30 30 30
E
L1 = L0 (1 0, 07 )
300
E = Elevasi (m)
140
L1 = 2743,2 (1 0, 07 ) = 2832,8112 m
300
T1 135
T1= 27 ᵒC
n 5
T2 150
T2= 30 ᵒC
n 5
L2 = L1 ( 1 + 0.01 (T – T0 )
Dimana :
= 3226,85 m
Slope
L3 = L2 (1 0,1 )
0, 01
Dimana :
0,02
L3 = 3226,85 (1 0,1 ) = 3872,22 m ≈ 3872 m
0, 01
Kelas
Panjang Runway
Bandara
A > 2100 m
B 1500 m - 2100 m
C 900 m - 1500 m
D 750 m - 900 m
E 600 m - 750 m
Karena, panjang runway 3872 m, maka bandara yang akan dibangun termasuk dalam kelas A.
Koreksi ARFL (Aeroplane Reference Field Leght) adalah koreksi untuk landasan pacu
minimum yang dibutuhkan untuk lepas landas.
Maka :
Ft = 1 + 0,01 [28 – (15 – 0,0065 . 140)]
= 1,1391 m
c. Koreksi terhadap slope
Fs = 1 + 0,1 . S
Dimana :
Fs = Faktor koreksi slope
S = Slope
Maka :
Fs = 1 + 0,1 . 2
= 1,2 m
L0 3872, 22
Maka pajang ARFL = = 2743,3727 m ≈ 2743 m.
Fe×Fs×Ft (1,0326×1,2×1,1391)
Lebar safety area pada yang runway yang disyaratkan FAA adalah 500 ft (150 m). Dalam
tabel 4.6 (standar landasan ) tergantung lebar perkerasan struktural runway sesuai dengan
keadaan bandara (Ir. Heru Basuki, Merancang dan merencanakan lapangan terbang, 91).
Untuk kategori lapangan terbang dengan pesawat DC – 10 – 10, maka lebar. Perkerasan
struturalnya adalah 150 m (500 ft).
2.3 Taxiway
Fungsi utama taxiway adalah sebagai jalan pesawat dari landasan pacu kebangunan utama
terminal, dan sebaliknya atau dari landasan pacu ke hanggar pemeliharaan.
Kecepatan pesawat yang sudah masuk atau keluar taxiway menuju landasan pacu tidak
sebesar kecepatan pesawat pada landas pacu, maka persyaratan kemiringan memanjang kurva
vertical dan jarak pandang diperoleh sekelas pada landasan. Begitu pula dengan kecepatannya
yang lebih rendah maka lebar taxiway lebih kecil dari landasannya.
Lebar taxiway dan lebar tatal taxiway tidak boleh kurang dari yang di gunakan pada tabel
tersebut untuk pesawat B ― 747SP, dapat dilihat pada tabel 1.4 (Ir. Heru Basuki, merencanakan
lapangan terbang, 4.1) dengan kode huruf “ E “, sesuai tabel aerodrome refrence code dan lebar
sayap atau wing spam yaitu sebesar 58,85 m.
Exit Taxiway berfungsi untuk menekan sekecil mungkn waktuk penggunaan Runway
ketika pesawat mendarat. Apabila lalulintas rencana pada puncang kurang 26 gerakan
(mendarat atau lepas landas), exit taxiway mempunyai sudut siku cukup memadahi tetapi,
untuk kecepatan tinggi atau kecepatan keluar, exit taxiway mempunyai sudut antara 30 –
45 dengan kecepatan ideal antara 30 mil perjam sampai 60 mil/jam.
Pesawat B ― 747SP termasuk dalam kode huruf E, maka digunakan exit taxiway
kecepatan tinggi. Alasan memilih high speed taxiway pada perencanaan ini adalah
1. kemudahan bagi sebagian besar konfigurasi roda pendaratan pesawat untuk membuat
belokan
Lokasih exit taxiway ditentukan oleh titik selisih pesawat pada waktu mendarat pada
landasan perlakuan pesawat waktu mendarat jarak. Jarak dar threshold sampai lokasi
taxiway dengan rumus
D = Jarak dari touch down ketika titik awal kurve exit taxiway = 1500 m (5000 ft)
(Pesawat B― 747SP termasuk pesawat grup III, Ir. Heru Basuki, hal 200-204)
Jadi :
Jarak ini harus ditambah 3% per 300 m(1000 ft) setiap kenaikan dari muka air laut.
Dan sekitar 1% setiap kenaikan 5,6° C (10° F)dari kondisi standart 15°C = 590F dan
10% untuk kenaikan 1% slope.
(28-15)
L2=1977,3 1+0.01 =2023,20 m
5, 6C
c. Koreksi terhadap slope
Untuk kenaikan 1% dikoreksi 10%.
2%
L3=L2 1+0.1
1%
2%
L3=2023.20 1+0.1
1%
L3=2427,84=2428 m
Jadi jarak dari threshold kelokasi exit taxiway adalah 2428 m.
Rumus Perhitungan :
V3
L1=
45,5 C×R 2
180×L1
1
π×R1
V2
R2=
125 F
2 1
π R2 A 2
L2=
180
V2
SD=
2,55 d
Telah ditentukan bahwa (meracang dan merencanakan lapangan terbang, Ir. Heru Basuki,
hal. 195)
V2 962
R2= = = 567,1325 m .
125 F 125 0.13
V3 963
L1= = = 87, 9121 m.
45,5 C×R 2 45,5 0,39×567,1325
180×L1 180×87,9121
1 9,3278 919 ' 40,8"
π×R1 π×540
2 1 = 45 919 ' 40,8" 3540 '19, 2"
π R2 2 3,14 567,1325 3540 '19, 2"
L2= L2= = 353,097 m
180 180
V2 962
SD= = = 361,412 m
2,55 d 2,55 5,1
Rumus :
0, 388 W 2
R
T
S
2
Dimana :
S = Jarak antara titik tengah roda pendaratan utama dengan tepi perkerasan.
= ½ wheel track + SK
T = Lebar taxiway = 23 m
W = wheel base
Dari tabel characteristic of principal transport antara ft, didapat untuk pesawat B―
747SP.
Pada persilangan antara taxiway dan landasan apron dengan taxiway, perlu
tambahan luas agar gerak pesawat masih mempunyai wheel dearance yang disyaratnkan,
tambahan luas ini disebut fillet. Dalam menentukan jari-jari fillet digunakan rumus :
0,388 W 2
R R S
R
Dimana :
R2 = Jari-jari Fillet
R = Jari-jari taxiway
W = Wheel base
S = 7,988 m
Maka :
0,388 20,4342
R2 46 7,988 = 34,490 m ~ 34 m
46
0,388 W 2
R 1 T
R 2
Dengan, T = 23 m, maka :
0,388 W 2
Maka, R 1 T
R 2
0,388 20,4342
R 11,5
46
11,5 ≤ 11,5
Dengan demikian tidak perlu diadakan pelebaran taxiway dan jari-jari fillet sebesar 34 m.
ACHMAD NURHAJIRIN LAPANGAN TERBANG 19
16.51.017793
2.4. Holding bay
Lapangan terbang yang lalu lintas nya padat, sangat diperlukan adanya holding bay.
Dengan disediakannya holding bay maka pesawat dari apron dapat keujung landasan dengan
cepat dan memungkinkan sebuah pesawat lain untuk menyelip masuk keujung landasan tanpa
harus menunggu pesawat di depannya yang sedang mempersiapkan persiapan teknis. Ukuran
yang diperlukan untuk sebuah holding bay tergantung :
a. Jumlah dan posisi pesawat yang akan dilayani ditentukan oleh frekuensi pemakainya.
b. Tipe-tipe pesawat yang akan dipakai.
c. Cara-cara (kelakuan) pesawat yang masuk dan meninggalkan holding bay.
Pada umumnya, kebebasan ujung pesawat (wing trip clearance) antara pesawat yang
sedang parkir dan pesawat yang sedang berjalan melewatinya tidak boleh kurang dari 15(50
ft) apabila pesawat bergerak tipe turbo jet dan bila tipe pesawat yang bergerak adalah tipe
propeller adalah boleh kurang dari 10 m (33 ft).
Kunci lapangan terbang yang disenangi adalah tersedianya jarak taxiway yang pendek dari area
terminal menuju landasan untuk start take off dan memperpendek sedapat mungkin jarak taxiway ke
apron dari pesawat yang mendarat.
V×T
Jumlah Gate Position E=
U
Dimana :
G = Jumlah gate position
V = Volume rencana pesawat yang tiba berangkat perjam
T = Rata – rata gate occupancy time
U = Utilization factor (factor penggunaan)
Untuk roda pada gate occupancy time ( T ) pada setiap kelas pesawat dibagi perjam = 60menit
( 1 jam ).
Pesawat kelas
A = 60 menit D dan E = 20 menit
B = 45 menit
C = 30 menit
Untuk kapasitas pesawat perjam ( V ) dibagi penjumlahan setiap jenis pesawat yang diliputi :
1. Pesawat A – 300 dengan jumlah pesawat, 3 pesawat perjam
2. Pesawat B – 747SP dengan jumlah pesawat,3 pesawat perjam
3. Pesawat DC – 10 – 10 dengan jumlah pesawat, 3 pesawat perjam
G = 3 + 3 + 3 = 9 buah
b. Pesawat B – 747SP
Wingspan = 58,85 m
Wheel track = 10,98 m
Maka, r = ½ (58,85 + 10,98) + 3,048 = 37,963 m ≈ 38 m
Luas gate = πr 2 π 37, 9632 4525,335m 2
c. Pesawat DC – 10 – 10
Wingspan = 47,35 m
Wheel track = 10,67 m
Maka, r = ½ (47,35 + 10,67 ) + 3,048 = 32,058 m ≈ 32 m
Luas gate = πr 2 π 32, 0582 3227, 0026m 2
1. Pesawat A – 300
G = 3 buah
W = 44,83 m
Pb = 53,62 m
Maka, Pb = 3.44,83 + (3-1).10 + 2.53,62 = 271,73 m
2. Pesawat B – 747SP
G = 3 buah
W = 58,85 m
Pb = 53,67 m
Maka, Pb = 3.58,85 + (3-1).10 + 2.53,67 = 313,89 m
3. Pesawat DC – 10 – 10
G = 3 buah
W = 47,35 m
Pb = 55,55 m
Maka, Pb = 3.47,35 + (3-1).10 + 2.55,55 = 283,15 m
Jadi, panjang apron Ptotal = P1 + P2 + P3 = 868,77 m
b. Lebar Apron
Rumus = L = 2.Pb + 3.C
Untuk lebar Apron diperhitungkan dari panjang badan pesawat yang paling panjang, yaitu:
55,55 m dan wing trip clearance (o) = 7,5 (Tabel 4.13 hal 213)
Sehingga.
L = 2.(55,55 + 3.7,5)
= 156,1 m
Ruang gerak dan peralatan reparasi diambil 100 m2, sehingga luas total hangar luas total
hangar adalah 28426,316+ 100 = 28526,316 m2
b. Pesawat B – 747SP
Jumlah pesawat 3 buah
Jumlah penumpan 364 orang/pesawat
364 x 3 buah pesawat = 1.092 orang
c. Pesawat DC – 10 – 10
Jumlah pesawat 3 buah
Jumlah penumpan 399 orang/pesawat
399 x 3 buah pesawat = 1.197 orang
Perkerasan adalah struktur yang terdiri dari beberapa lapisan dengan kekerasan dan daya dukung
yang belainan perkerasan berfungsi sebagai tumpuan rata rata pesawat, permukaan yang rata mengasilkan
jalan pesawat yang comport, dari fungsinya maka harus dijamin bahwa tiap tiap lapisan dari atas kebawah
cukup kekerasan dan ketebalannya sehingga mengalami “Distess” (perubahan karna tidak mampu
menahan beban).
Perkerasan flexsible adalah perkerasan yang dibuat dari campuran aspal dan agregat, di gelar di
atas suatu permukaan material cement neaked mutu tinggi. Perkerasan flexsible terdiri dari perkerasan
yang berupa lapisan lapisan surpance coarse, base coarse, dan subbase coarse. Semuanya di gelar di atas
tanah asli tang dipadatkan yang di sebut sub grade, lapisan sub grade bias terletak di atas timbunan atau
galian.
Perkerasan kaku/rigid terdiri dari slab slab beton tebal 20 cm – 60 cm di gelar di atas lapisan yang
telah di padatkan, di tunjang oleh lapisan tanah asli dan dipadatkan (sub grade), yang pada kondisi
kondisi tertentu kadang kadang sub base yang di perlukan.
Dari data perkiraan jumlah penumpang yang berangkat pada tahun 2029 adalah 3271 orang/hari.
Jadi, jumlah trip (rute perjalanan) perhari setelah tahun 2029 adalah Sbb :
1 2 3 4 5
14 17,2 14,5 12,1 18
a. Perhitungan Analisis
75.8
Titik (n) CBR (xi) (xi - x)
2 CBR rata-rata (x) 15.16
5
1 14 1,3456
2 17,2 4,1616 ( xi x) 2
3 14,5 0,4356 Standar Derisiasi (SD)
n 1
4 12,1 9,3636
5 18 8,0656 23.38
Ʃ 75,80 23,37 = 2.42
4
Maka nilai yang diwakili
= x – SD
= 15,16 – 2,42
= 12,74 %
DC – 10 – 10 = 3 x 365 = 1095
Daftar pesawat yang diperkirakan harus dilayani oleh bandara yang akan di rencanakan.
Dari grafik tersebut diperoleh CBR 13,4 Harga CBR ini masuk dalam klasifikasi F2, dengan grup
tanah E-4 (tabel 6-5 dan tabel 6-4, Ir. Heru Basuki hal 293 dan 291).
Tabel lapisan perkerasan pada masing masing jenis pesawat berdasarkan klasifikasi sub grade F2.
Maka, pesawat rencana berdasarkan data tanah dasar adalah pesawat A - 300.
1
A – 300, W2 302000 0.95 =35862 lbs
8
1
B – 747 SP, W2 650000 0.95 =154375 lbs
4
1
DC -10 -10, W2 439000 0.95 =104262 lbs
4
1
B – 737-400, W2 140000 0.95 =33250 lbs
4
Berdasarkan perhitungan wheel load (W2) maka diperoleh pesawat rencana B – 747SP
Berat wheel load rencana (W2), diambil dari nilai W2 terbesar yaitu 154375 lbs
Equivalen annual diperature terhadap pesawat rencana (R1) dihitung dengan rumus :
1/ 2
W 2
Log R1 = Log R2 W 1
1. Dari Grafik 6 – 19 Pesawat Rencana B – 747SP M Tow = 650000 lbs Sub Grade CBR = 13,4
2. Tebal subbase dengan grafik yang sama CBR = 13,4 terbaca tabelnya 16 inci, maka tebal subbase
= 16 – 13,4 = 2,6
3. Tebal Surface 4 inci untuk daerah kritis Tebal base coarse = 4 – 2,6 = 1,4
4. Check terhadap tebal minimum base coarse dengan grafik 6 – 24 CBR 13,4 minimum base coarse 7,9
inci, diperoleh tebal base coarse 13,4 inci karena > 7,9 inci.
Kesimpulan
1 inci = 2,54 cm