Anda di halaman 1dari 19
RANGKUMAN MATERI, SOAL DAN PEMBAHASAN BAB Ix RUAS GARIS BERARAH disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Geometri Transformasi Dosen pengampu Bapak Ishaq Nuriadin, M.Pd * } iENASs Oleh Niamatus Saadah 1201125122 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR.HAMKA, 2015 RUAS GARIS BERARAH 9.1 Definisi dan Sifat-sifat yang Sederhana Untuk melajutkan penyclidikan tentang isometri diperlukan pengertian tentang ruas garis berarah sebagai berikut: Definisi: Suatu ruas garis berarah adalah sebuah ruas garis yang salah satu ujungnya dinamakan titik pangkal dan ujung yang lain dinamakan titik akhir. Apabila A dan B dua titik, lambang AB kita gunakan sebagai ruas garis berarah dengan pangkal A dan tik akhir B, Perhatikan AB dan AB melukiskan dua hal yang berbeda. Seperti diketahui bahwa AB menggambarkan sinar atau setengah garis yang berpangkal di A dan melalui B. Dua ruas garis AB dan CD disebut kongruen apabila AB = CD. Walaupun AB = CD, AB dan CD tidak perlu sama; Al AB adalah bilangan real. Jika AB d: adalah sebuah himpunan sedangkan CD kongmuen ditulis AB Andaikan sekarang ada 2 ruas garis berarah ABdan CD. Dalam membandingkan dua ruas garis berarah AB dan TD tidaklah sukup, jika AB = CD; kedua ruas garis berarah itu searah. Jika demikian, dikatakan bahwa ruas garis berarah AB ckivalen dengan ruas garis berarah CD yang ditulis sebagai AB * CD CD apabila S)(A) = D dengan P titik tengah BC. ¥ D Gambar 9.1 Teorema 9.1: Andaikan ABdan CD dua ruas garis berarah yang tidak segaris, maka segi-4 ABCD sebuah jajargenjang jika dan hanya jika AB © CD. Bukti: Akan ditunjukkan jika AB dan CD adalah dua ruas garis berarah yang tidak segaris maka ABCD jajargenjang <> AB = CD. () Akan ditunjukkan jika ABCD sebuah jajar genjang dengan AB dan CD adalah 2 ruas garis berarah yang tidak segaris maka AB = CD. Dipunyai ABCD sebuah jajar genjang. Diagonal-diagonal AD dan BC berpotongan di tengah-tengah, misalkan titik P. Dengan demikian $,(A) = D, dengan P adalah titik tengah AD maupun BC. Berdasarkan det ‘i Keekivalenan diperoleh AB = CD. (=) Akan ditunjukkan jika AB = CD maka ABCD jajargenjang dengan AB dan CD adalah 2 ruas garis berarah yang tidak segaris. Dipunyai AB = CD. ik P adalah titik tengah BC. Misalkan ti Menurut definisi keekivalenan maka Sp(A) = D. Berarti AP = PD, jadi P juga titik tengah AD. Hubungkan titik A ke © dan titik B ke D schingga terbentuklah segiempat ABCD. AD dan BC adalah diagonal-diagonal segiempat ABCD yang terbagi sama panjang di P (definisi jajar genjang). Akibatnya segiempat ABCD sebuah jajar genjang. Jadi terbukti jika AB dan CD adalah dua ruas garis berarah yang tidak segaris maka ABCD jajargenjang <> AB = CD. Akibat Teorema 9.1: Jika AB * CD maka AB = CD dan AB dan CD sejajar atau segaris. Bukti: Akan dibuktikan AB & CD = AB = CD dan AB dan CD sejajar atau segatis. Dipunyai AB * CD Kasus p € AB: Karena AB © CD, maka menunut definisi keekivalenan, Sp(A) = D dengan P adalah titik tengah BC schingga BP = PC. Pilih titik P pada perpanjangan AB. Karena S(A) = D, maka AP = PD. Diperoleh AP = PD < AB + BP = PC + CD. Karena BP = PC, maka AB + PC = PC + CD & AB =CD. Buat garis yang melalui titik A dan D. Diperoleh AB CAB dan CD ¢ CD sehingga AB dan CD c AD Karena AB segaris dengan CD maka AB segaris dengan CD. Kasus p € AB: Karena AB © CD, maka AB tidak segaris. Berdasarkan teorema 9.1, diperoleh segiempat ABCD jajar genjang, Menurut karakteristik jajar genjang bahwa si si yang berhadapan s Panjang dan sejajar, akibatnya AB = CD. Karena AB /! CD, AB ¢ AB dan CD ¢ CD maka ABUCD. Teorema 9.2: Diketahui ruas-ruas garis berarah AB, CD, dan EF maka 1. AB © AB (sifat reflexi); CD maka CD 2 AB (sifat simetrik); CD dan CD * EF maka AB * EF (sifat transitif). 1. Akan dibuktikan AB © AB (sifat reflexi) Misalkan P adalah titik tengah AB, maka Sp(A) =B. Menurut definisi keekivalenan diperoleh AB 2 AB. 2. Akan dibuktikan jika AB ® CD maka CD © AB (sifat simetik) Menurut teorema 9.1 jika AB £ CD maka segiempat ABCD jajargenjang, diagonal-diagonal BC dan AD membagi sama panjang di P, maka P dalah titik tengah AD akibatnya So(C) = menurut defi i kekeivalenan apabila Sy(C) = B dengan P titik tengah AD maka CD © AB. Akan dibuktikan jika AB*CD dan Ti EF maka AB & EF (silat transitif) Diperoleh AB * CD maka Sp(A) = D dengan P titik tengah BC Diperoleh CD © EF maka S4(C) = F dengan Q titik tengah DE Menurut teorema 9.1 jika AB sehingga AB//CD dan CD//EF akibatnya AB//EF. Menurut akibat dari teorema 9.1 bahwa jika AB © CD maka AB =CD, jika CD © EF maka CD = EF Akibatnya AB = EF. Karena AB = EF dan AB//EF maka ABFE jajargenjang. Menurut teorema 9.1 jika ABCD jajargenjang maka AB//EF. ‘Teorema 9.3: Diketahui sebuah titik P dan suatu mas garis berarah AB maka ada titik tunggal Q sehingga PQ B P Gambar 9.2 Buktis Akan dibuktikan keberadaan Q sehingga AB = PQ. Andaikan ada titik Q misal R adalah titik tengah BP dengan $,(A) = Q maka AB © PQ Menurut teorema 9.2 (2) maka PQ # AB Akan dibuktikan Q tunggal, Andaikan ada titik T sehingga AB * PT Karena R titik tengah BP maka Se(A) = T Setengah putaran A terhadap R atau Sa(A) tunggal sehingga RQ * AR Akibat 1: Jika Tika Py (ey, ¥1), P22) 2), dan Ps (x;,¥3) titik-titik yang diketahui maka titik P(x + x2 — x4, ¥3 + ¥2 — yx) adalah titik tunggal sehingga P,P = PPh. Andaikan P bukan titik tungga maka P,P + P,P, artinya P,P — P,P, # 0 diperoleh PsP — PyP;=(P ~ P;) — (P2— Ps) = (Gs +2 — Ms + Ye — Is) — Res] — [a Ye) — Oy MI] = [G3 + 2-1 X33 +2 — M1 — Yad - [2 Xv Ye - YI = Oe — x ¥e 1) — C2 = Xv Ye — M4) = (0,0) =0. Akibat 2: Tika P, = (&p, Yn), = 1,2,3,4, maka P|P)= P,P, SQ = KE XH 2-1 = Va Vs (&) Akan dibuktikan jika Jika Py = (xq, ¥_),7. = 1,2,3,4 maka PLPa= PsP, = Xz — X= X4— Xn Yoh = Ya Ya Karena P,P,=P3P, maka P,P,=P3P, sehingga P, — P, = Py — Ps © [G¥2) — Grid] = [Ha ¥%) — Cs ¥s)] © a= Ay Ya = M1) = Oa = Aaa = Ys) ebuah titik pada aljabar, dua titik A(a,b) = Bled) jika dan hanya jika a = b dan c= d menurut definist diperoleh x) — 4, = x4 — x3 dan yo — Yi = Ya — Ya (&) Akan ditunjukkan jika x2 — xy = x4 —%3,Y2— Yn = Yo — 3 maka Jika By = On, ¥n),n = 1,2,3,4 maka Py P3Py Dipunyai x) — x = x4 — x, Yo — V1 = Ya — 3 maka dapat dibuat titik yang sama misalkan R dan $, dengan R = (x2 —x1.¥2— ys) dan $ = (x4—%3,¥4 — Ys) misalkan R= $ = (x2 — x1, Yo — 1) = (4 — Xa, Ya — Ys) © [G2 ¥2) — Gry] = [Ou ¥4) — @s-¥s)] SP) - P= -Py © PLPy=PyPy 9 PiPi= PsP Jadi jika x2 — xy = x4 —%3,Y2— 1 = Ya — Ya. maka Jika Py = PAP, (Xn, Yn)on = 1,2,3,4 maka P,P, Mengalikan Ruas Garis Berarah dengan Sebuah Skalar Definisi: Andaikan AB sebuah ruas g: berarah dan k suatu bilangan real, maka KAB adalah ruas garis berarah AP sehingga P € AB dan AP = k (AB) jika 10. Apabila k yp =-5 Jadi koordinat R = (4,—5) 14, Diketahui garis-garis g dan h yang sejajar. Titik P € g sedangkan titik Q tidak pada g maupun h. a. Lukislah P=M.M,(P) dan Q'=MiM,(Q) b. Buktikan bahwa PP’ £ QQ’ Jawab: a. Gambar P’"=M.M,(P) dan Q’=MiM,(Q) Oo Pp —s h Qt + g 15, Diketahui garis-garis u dan v yang sejajar; ada titik-titik Z dan W tidak pada garis-garis itu a. Lukislah Z’=M,M.(Z) dan W’=M.Mu(W) b. Buktikan bahwa ZZ’ © WW" Jawab: a. Gambar Z" [Mu(Z) dan W"=M.Ma(W) MZ) MuW) WF u v we FZ 16. Diketahui garis g dan lingkaran-lingkaran Li dan Lo: garis itu tidak memotong lingkaran-lingkaran. Dengan memperhatikan Mg(L:), tentukan semua titik X pada g sehingga 2PXA = ZQXB dengan A € L,,B € Ly sedangkan ¥A dan XB adalah garis-garis singgung. Jawab: Diketahui garis ¢ dan lingkaranlingka an Ly dan Lz. Garis tidak memotong Ly maupun Lz, Gunakna sebuah transformasi untuk melukis sebuah bujur sangkar yang dua titik sudutnya terletak pada g, satu titik sudut ada pada Li dan titik sudut yang keempat ada pada Lo. Jawab:

Anda mungkin juga menyukai