Anda di halaman 1dari 14

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi


komponen - komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip
yang sama. Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan
yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui
fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama.
Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.
Kromatografi adalah suatu metode untuk pemisahan tertentu. Cara ini telah
ditemukan oleh TSWETT pada tahun 1903, TSWETT menggunakannya untuk
pemisahan senyawa-senyawa berwarna dan nama kromatografi diambil dari senyawa
berwarna tersebut. Sekarang kromatografi tidak hanya untuk pemisahan senyawa berwarna
saja tetapi untuk senyawa yang tidak berwarna, termasuk gas.
Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa, yaitu fasa tetap
(stationary) dan fasa bergerak (mobile). Pemisahan tergantung dari gerakan kedua fasa ini.
Jika fasa tetap berupa zat padat dan fasa bergerak berupa zat cair maka cara
tersebut dikenal dengan kromatografi serapan (absorption chromatography). Jika fasa tetap
berupa zat cair dan fasa bergerak berupa zat cair maka cara tersebut dikenal dengan
kromatografi partisi (partition chromatography). Semua pemisahan dengan kromatografi
terdistribusi sendiri diantara fasa-fasa bergerak dan dalam perbandingan yang berbeda.
Kromatografi ada bermacam-macam yaitu :
1. Kromatografi lapis tipis
2. Kromatografi penukar ion
3. Kromatografi gas padat
4. Kromatografi gas cair
5. Kromatografi kertas
6. Kromatografi kolom
Dalam makalah ini kami hanya membicarakan tentang Kromatografi Kertas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kromatografi kertas ?
2. Bagaimana prinsip kerja Kromatografi kertas?
3. Bagaimana aplikasi Kromatografi kertas dalam analisis farmasi ?
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui metode pemisahan dengan cara Kromatografi kertas
2. Dapat mengetahui aplikasi kromatografi kertas
3. Dapat menambah wawasan mengenai teknik kerja kromatografi kertas

D. Tujuan
1. Mampu memahami tentang pengenalan Kromatografi kertas, Teknik Kromatografi kertas
2. Mampu memahami metode pemisahan dengan cara Kromatografi kertas
3. Mampu menghitung harga Rf dari suatu bercak pada Kromatografi kertas.
BAB II
KROMATOGRAFI KERTAS

Kromatografi kertas merupakan salah satu metode untuk identifikasi komponen kimia dari
suatu campuran zat dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen.
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen -
komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama.
Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan) dan fase
gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-
komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak
pada laju yang berbeda pula.
Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap. Fase gerak adalah pelarut atau
campuran pelarut yang sesuai. Adsorben (penyerap) dalam kromatografi kertas adalah kertas
saring yaitu selulosa. Cairan fase bergerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut organic
dan air, akan mengalir membawa noda cuplikan yang ditotolkan pada kertas dengan kecepatan
berbeda. Fase mobile (pelarut) dapat beragam, misal: air, etanol, asam asetat, dll.Kromatografi
kertas digunakan baik untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif. Senyawa-senyawa yang
dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar, misalnya: asam-asam amino, gula, atau pigmen-
pigmen alam. Kromatografi kertas merupakan penemuan yang paling baik bagi kimiawan. Hal ini
dikarenakan kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino.

2.1 Prinsip Kerja Kromatografi Kertas


Senyawa yang terlarut dalam fasa gerak akan melewati fasa diam cair ( pelarut
lain ) yang terletak pada suatu padatan pendukung. Peristiwa ini mirip dengan ekstraksi cair
– cair tetapi dalam konfigurasi datar bukan kolom atau tabung sehingga terjadi tendensi
distribusi senyawa pada fasa gerak terhadap fasa diam. Gerakan atau aliran senyawa terjadi
karena efek kapilaritas padatan pendukungnya. Sepanjang padatan pendukung interaksi pun
terjadi.
Kecepatan bergerak suatu komponen dalam campuran senyawa tergantung pada
kelarutannya dalam fasa diam. Senyawa – senyawa yang lebih larut akan bergerak lebih
lambat daripada senyawa yang kurang larut.
Teknik Kromatografinya adalah sebagai berikut :
1. Setetes cuplikan diletakkan pada daerah yang telah diberi tanda pada permukaan kertas
2. Kertas yang telah ditotol dengan cuplikan diletakkan ke dalam chamber yang telah diisi
dengan system pelarut yang dipilih.
3. Pelarut akan bergerak melalui serat – serat kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan
komponen – komponen dalam cuplikan dengan perbedaan jarak tertentu menurut aliran
pelarut.
4. Senawa yang berwarna akan terlihat sebagai noda – noda yang terpisah. Jika senyawa
tersebut tidak membentuk warna, maka untuk mendeteksinya digunakan pereaksi kimia
atau penyinaran dengan lampu UV pada panjang gelombang yang sesuai.

Hasil yang diperoleh berupa noda – noda yang dapat dilihat pada permukaan
kertas baik secara langsung maupun dengan bantuan pereaksi kimia. Mekanisme
pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan kromatografi kolom.
Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang
akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah.
Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah.
Fase gerak (pelarut) dapat saja beragam seperti, air, etanol, asam asetat atau campuran
zat tersebut dapat digunakan.
Pada kromatografi Kertas peralatan yang dipakai tidak perlu alat-alat yang mahal.
Hasil - hasil yang baik dapat diperoleh dengan peralatan dan materi-materi yang sangat
sederhana. Senyawa-senyawa yang terpisahkan dapat dideteksi pada kertas dan
dapat segera diidentifikasikan. Bahkan jika dikehendaki, komponen-komponen
yang terpisahkan dapat
diambil dari kertas dengan jalan memotong-motongnya, kemudian dilarutkan secara
terpisah. Beberapa senyawa dalam campuran bergerak sejauh dengan jarak yang
ditempuh pelarut; beberapa lainya tetap lebih dekat pada garis dasar. Jarak tempuh
relative pada pelarut adalah konstan untuk senyawa tertentu sepanjang anda menjaga
segala sesuatunya tetap sama, misalnya jenis kertas dan komposisi pelarut yang tepat..
Jarak relative pada pelarut disebut sebagai nilai R.

Untuk setiap senyawa berlaku rumus sebagai berikut:


Rf = jarak bercak noda dibagi dengan jarak eluen (larutan pengembang)
HRf = Jarak bercak noda dibagi dengan jarak eluen ( Rf ) dikalikan dengan 100

2.2 Mekanisme Pemisahan yang Terjadi dalam Kromatografi Kertas


 Peristiwa Kapilaritas : merupakan pergerakan cairan di antara ruang dalam material
berpori oleh adanya gaya adesi, kohesi, dan tegangan permukaan. Dalam kromatografi
kertas, cairan dapat naik ke atas karena gaya kapilaritas lebih besar daripada gaya
gravitasi yang menahannya.
 Solubilitas : Suatu ukuran di mana suatu zat ( solute ) dapat terlarut dalam solver karena
kesamaan sifat ( Like dissolves like ). Hal ini memungkinkan solute akan dapat terpisah
menggunakan kombinasi solven

2.3 Pemilihan Kertas


Pemilihan kertas sangat berpengaruh pada pemisahan dengan kromatografi kertas
karena ukuran pori-pori kertas mempengaruhi kecepatan aliran pelarut. Kertas yang
digunakan diutamakan memiliki kemurnian yang tinggi dan ketebalan kertas yang merata
untuk memperoleh hasil analisa yang valid. Kertas kromatografi merupakan kertas berpori dari
selulosa murni, memiliki afinitas besar terhadap air dan pelarut polar lain dengan membentuk
ikatan hidrogen.
Kertas-kertas yang lebih tebal biasanya digunakan untuk pemisahan pada jumlah yang
besar karena dapat menampung cuplikan lebih banyak tanpa menaikkan area dari noda mula-
mula. Kertas disediakan dalam bermacam-macam standar lembaran, bulatan, dan gulungan
dan dalam bentuk tertentu. Kertas harus disimpan di tempat yang terhindar dari dumber uap
(terutama amonia yang memiliki afinitas yang tinggi terhadap selulosa). Sebaiknya kertas tidak
disimpan pada tempat-tempat yang memiliki perubahan kelembaban yang tinggi. Karakteristik
dari kertas-kertas kromatografi Whatmann dapat dilihat pada berikut ini.
Tabel Karakteristik dari kertas-kertas kromatografi Whatmann

Kertas yang banyak digunakan saat ini adalah kertas saring Whatmann No. 1.
Meskipun demikian, kertas Whatmann jenis yang lain juga sering digunakan. Sekalipun
berperan sebagai support/penyokong/penyangga, namun kertas juga memberikan efek-efek
serapan yang disebabkan oleh sifat polar dari gugus-gugus hidroksil sehingga kertas memiliki
afinitas besar terhadap air atau pelarut polar lain dengan membentuk ikatan hidrogen.

2.4 Pemilihan Eluen


Fase gerak pada kromatografi kertas merupakan eluen berupa campuran yang terdiri
atas satu komponen organik yang utama, air, dan berbagai tambahan seperti asam-asam,
basa, atau pereaksi-pereaksi kompleks untuk memperbesar kelarutan dari beberapa senyawa
atau untuk mengurangi yang lainnya.
Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang memiliki kemurnian tinggi dan mudah
menguap. Pemilihan pelarut organic ini sangat penting karena akan menentukan keberhasilan
pemisahan. Pemilihan pelarut disesuaikan dengan kepolaran komponen yang akan dianalisa.
Pendekatan polaritas adalah yang paling sesuai untuk pemilihan pelarut. Senyawa polar akan
lebih mudah terelusi oleh fase gerak yang bersifat polar dari pada fase gerak yang non polar.
Sebaliknya, senyawa non polar lebih mudah terelusi oleh fase gerak non polar dari pada fase
gerak yang polar. Pelarut organik yang sering digunakan sebagai fasa gerak pada
kromatografi kertas diperlihatkan pada Tabel
Tabel Pelarut organik yang sering digunakan sebagai fasa gerak (deret eluotropik)

Tiap eluen memiliki perbandingan tertentu dalam campurannya, sehingga untuk


menghasilkan campuran dengan perbandingan yang sesuai harus dibuat secara hati-hati dan
teliti. Karena mudah menguap, maka eluen harus dibuat baru untuk menjamin agar komposisi
dalam campurannya tetap dapat dipertahankan hingga akhir elusi.
Senyawa organik polar akan lebih mudah larut dalam air dari pada dalam zat cair organik.
Oleh karena itu, gerakan komponen akan lambat jika digunakan pelarut anhidrida, namun
penambahan air dalam eluen akan menyebabkan komponen-komponen dalam sampel akan
bergerak mengikuti gerakan eluen. Beberapa contoh dari macam-macam campuran eluen
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Aplikasi Kromatografi kertas dalam analisis farmasi
 Jika substansi yang ingin di identifikasi tidak berwarna
Dalam beberapa kasus, dimungkinkan membuat bercak menjadi tampak dengan
mereaksikannya dengan beberapa pereaksi yang menghasilkan produk yang berwarna
Contoh yang baik yaitu kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino.
Diperumpamakan kita mempunyai campuran asam amino dan ingin memisahkan asam
amino tertentu yang terdapat dalam campuran. Untuk menyederhanakan, diumpamakan
campuran hanya mengandung lima asam amino yang umum.
Setetes larutan campuran ditempatkan pada garis dasar kertas, dan dengan cara
yang sama ditempatkan asam amino yang telah diketahui diteteskan disampingnya.
Kertas lalu ditempatkan dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya.
Posisi pelarut depan ditandai dengan pinsil dan kromatogram lalu dikeringkan dan
disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino
menghasilkan senyawa berwarna, utamanya coklat atau ungu.
 Memisahkan senyawa senyawa kimia dalam analisis farmasi
Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan
sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang mirip dan asam amino larut dalam
air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi). Saat campuran asam amino
menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino
antara fasa mobil dan fasa diam(air) yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung
berulang-ulang. Ketika pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam
amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu. Dari nilai Rf, asam amino dapat
diidentifikasi.
Vignette Pengaruh pemberian fraksi larut air ekstrak etanolik pisang terhadap kadar
glukosa darah dan pelacakan senyawa aktifnya terhadap analisis kualitatif
pada kromatografi kertas
Pertanyaan Bagaimana kromatografi yang terjadi pada penelitian tersebut ?
Jawaban a. Menaik
b. Menurun
c. Dua arah
d. Tidak ada bercak
Pembahasan Metode kromatografi kertas pada penelitian tersebut adalah kromatografi
kertas menaik, dimana ujung bawah kertas dicelupkan kedalam fase
gerak(eluen) sehingga eluen merambat ke atas,
Literatur Jurnal.ugm.ac.id (Pengaruh pemberian fraksi larut air ekstrak etanolik
pisang terhadap kadar glukosa darah dan pelacakan senyawa aktifnya)

Vignette Komponen metabolit sekunder yang terdeteksi menggunakan


Kromatografi kertas pada pelarut etil asetat ( Etil asetat, flavonoid,
triterpenoid, steroid, dan saponin ) mempunyai kecenderungan yang sama
pada pelarut n – heksan disbanding pelarut metanol
Pertanyaan Mengapa metabolit sekunder tersebut mampu terdeteksi di kedua pelarut
etil asetat dan n – heksan
Jawaban a. n – heksan bersifat non – polar sehingga tidak dapat melarutkan
senyawa non - polar
b. Metanol yang di teliti bersifat polar
c. Etil asetat bersifat semi polar sehingga akan melarutkan senyawa semi
polar tetapi dapat juga melarutkan senyawa non - polar
d. Metabolit sekunder terlarut dalam n – heksan, etil asetat, dan metanol

Pembahasan Komponen metabolit sekunder tersebut bersifat non – polar, dari pelarut
yang digunakan n – heksan mampu melarutkan komponen metabolit
sekunder tersebut sesuai dengan prinsip “ Like Dissolves Like “. Pelarut
etil asetat akan melarutkan senyawa semi polar tetapi juga memiliki
kemampuan melarut kan senyawa non – polar juga.
( Jawaban : C )
Literatur Reo, Albert R. 2017. “Jurnal Ilmiah Platax : Metabolit Sekunder Gorgonia “
. Manado : Universitas Sam Ratulangi. Vol 5 (1)(45).
Vignette Analisis zat warna Tartrazin digunakan eluen berupa etilmetilketon : aseton
: air ( 70 : 30 : 30 ) sebesar 15 ml. Setelah di eluasi warna yang diamati
dihitung Retardation Factor ( Rf ) dan diamat antara Rf sample dan Rf
standar kemudian dilakukan analisa kuantitatif dengan spektrofotometer
Uv / Vis
Pertanyaan Mengapa diperlukan pemeriksaan analisa kunatitatif dengan
spektrofotometer UV / Vis jika telah dilakukan pembandingan nilai Rf ?
Jawaban a. Untuk memperkecil faktor kepastian identifikasi
b. Untuk memastikan bahwa senyawa yang di identifikasi adalah
senyawa yang diinginkan secara lebih pasti
c. Untuk memastikan senyawa lain selain senyawa yang ingin di
identifikasi
d. Untuk mengetahui jenis senyawa yang diidentifikasi
Pembahasan Dengan dilakukannya pembandingan nilai Rf sample dengan Rf
pembanding, senyawa dapat diidentifikasikan tetapi bercak yang terbentuk
belum tentu mengandung senyawa yang diinginkan, Oleh karena itu perlu
dilakukan pengidentifikasian dengan spektrofotometre supaya lebih pasti.
( Jawaban : B )
Literatur Bhernama, Bhayu Gita. 2016. “ Analisis Zat Warna Tartrazin pada Jajanan
Minuman Ringan Tak Berlabel yang Dijual Pedagang Kaki Lima di Banda
Aceh “ . Banda Aceh : Uin Ar-raniry Banda Aceh. Vol 9 (2) (2-3).
Vignette Serbuk akar kelapa diekstraksi dengan menggunakan spektrofotometri
UV-Vis dan kromatografi kertas dengan menggunakan pelarut Butanol :
Asam asetat : Air ( 4 : 1 : 5 ) dan Butanol : Asam Asetat : Ethanol 90 %
( 4 :1 : 5 ). Dari hasil data yang didapat dinyatakan bahwa rendemen akar
kelapa tinggi baik yang muda ataupun yang tua.
Pertanyaan Pelarut apakah yang menyebabkan rendemen serbuk akar kelapa tinggi ?
Jawaban a. Air
b. Asam asetat
c. Butanol
d. Ethanol 90 %
Pembahasan Pelarut ethanol 90 % merupakan pelarut universal yang mempunyai sifat
selektifitas yang tinggi sebagai pelarut dan juga mempunyai kemampuan
untuk mengekstrak dalam jumlah yang besar. Sehingga yang
menyebabkan rendemen serbuk akar kelapa tinggi adalah pelarut Ethanol
90%.
( Jawaban : D )
Literatur Kaseke, Hilda F. G. 2013. “ Ekstraksi Pewarna Makanan dari Akar Kelapa
“. Sulawesi Utara : Balai Riset dan Standarisasi Industri Manado Vol.1 (97)

Vignette Uji identifikasi pewarna sintesis pada produk pangan yang beredar di
daerah Jakarta dan ciputat digunakan metode kromatografi kertas dengan
menggunakan kertas whatman no. 1 serta eluen 1 ( Etil metil keton 70 ml
: Aseton 30 ml : Aqua Dest 30 ml ) dan eluen 2 ( NaCl 25 g : Ethanol 50%
100 ml ). Setelah di uji didapat nilai Rf yang berbeda ketika dibandingkan
dengan pembanding.
Pertanyaan Faktor apakah yang menyebabkan nilai Rf berbeda nilainya?
Jawaban a. Pemilihan fase diam
b. Pemilihan Eluen
c. Pemilihan Kertas
d. Tingkat kepolaritasan
Pembahasan Semua yang tertera dalam jawaban dapat mempengaruhi nilai Rf yang
berbeda tetapi dari uji identifikasi pewarna sintesis yang sangat menonjol
adalah penggunaan eluennya terdapat dua (2) eluen yang berbeda.
Pemilihan eluen sangat penting dikarenakan formula atau konsentrasi
yang berbeda sedikit dapat menyebabkan perbedaan yang kecil bahkan
signifikan.
Literatur Sumarlin, La Ode. 2019. “ Identifikasi Pewarna Sintesis Pada Produk
Pangan yang Beredar di Jakarta dan Ciputat “. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah. ( Hal 277 )

Vignette Senawa yang berwarna akan terlihat sebagai noda – noda yang terpisah.
Pertanyaan Mengapa pada kromatografi kertas warna cuplikan bisa berubah ?
Jawaban a. Karena mempunyai kelarutan yang beda dengan solven
b. Adanya paparan dari cahaya matahari
c. Terjadi penghambatan oleh fase gerak
d. Karena terjadinya pertukaran kation
Pembahasan Warna cuplikan bisa berbeda karena setiap warna warna yang larut pada
solven mempunyai kelarutan yang berbeda beda terhadap larutan
awalnya. Misalnya, warna solvennya ungu, jika di kromatografi akan
berubah menjadi warna merah dan biru. Lalu warna merah dan biru ini
terlihat dikertas, warna yang merah berada di bawah dan yang warna biru
berada diatas, berarti warna biru lebih larut dengan larutan solvenya
sehingga larutan biru lebih naik keatas (mengikuti solven lebih jauh) .
Sederhannya warna dapat terpsah karena mempunyai kelarutan yang
berbeda dengan larutan awal
( Jawaban : A )
Literatur Zulaiha, zila. 2011. “Dasar dasar pemisahan Analitik"
TUGAS MAKALAH

ANALISIS INSTRUMENTAL

“KROMATOGRAFI KERTAS”

Nama : Indah Amalia (2017210102)

Indri Auralia (2017210107) - Reviewer

Isabella Romu (2017210110)

Jason Matthew D (2017210117) - Reviewer

Kelas :C

Kelompok :9

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA
2019

DAFTAR PUSTAKA

.
Reo, Albert R. 2017. “Jurnal Ilmiah Platax : Metabolit Sekunder Gorgonia “ . Manado :
Universitas Sam Ratulangi. Vol 5 (1)(45).
Jurnal.ugm.ac.id (Pengaruh pemberian fraksi larut air ekstrak etanolik pisang terhadap
kadar glukosa darah dan pelacakan senyawa aktifnya)
Rubiyanto. Dwiarso. 2017. “ Metode Kromatografi : Prinsip Dasar, Praktikum dan
Pendekatan Pembelajaran Kromatografi “. Yogyakarta : EGC
Uron Leba, Maria Aloisia. 2017. “ Ekstraksi dan Real Kromatografi “. Yogyakarta : CV
BUDI UTAMA
Bhernama, Bhayu Gita. 2016. “ Analisis Zat Warna Tartrazin pada Jajanan Minuman
Ringan Tak Berlabel yang Dijual Pedagang Kaki Lima di Banda Aceh “ . Banda Aceh :
Uin Ar-raniry Banda Aceh. Vol 9 (2) (2-3).
Kaseke, Hilda F. G. 2013. “ Ekstraksi Pewarna Makanan dari Akar Kelapa “. Sulawesi
Utara : Balai Riset dan Standarisasi Industri Manado Vol.1 (97).
Sumarlin, La Ode. 2019. “ Identifikasi Pewarna Sintesis Pada Produk Pangan yang
Beredar di Jakarta dan Ciputat “. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah. ( Hal 277 )

Anda mungkin juga menyukai