PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kromatografi kertas ?
2. Bagaimana prinsip kerja Kromatografi kertas?
3. Bagaimana aplikasi Kromatografi kertas dalam analisis farmasi ?
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui metode pemisahan dengan cara Kromatografi kertas
2. Dapat mengetahui aplikasi kromatografi kertas
3. Dapat menambah wawasan mengenai teknik kerja kromatografi kertas
D. Tujuan
1. Mampu memahami tentang pengenalan Kromatografi kertas, Teknik Kromatografi kertas
2. Mampu memahami metode pemisahan dengan cara Kromatografi kertas
3. Mampu menghitung harga Rf dari suatu bercak pada Kromatografi kertas.
BAB II
KROMATOGRAFI KERTAS
Kromatografi kertas merupakan salah satu metode untuk identifikasi komponen kimia dari
suatu campuran zat dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen.
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen -
komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama.
Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan) dan fase
gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-
komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak
pada laju yang berbeda pula.
Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap. Fase gerak adalah pelarut atau
campuran pelarut yang sesuai. Adsorben (penyerap) dalam kromatografi kertas adalah kertas
saring yaitu selulosa. Cairan fase bergerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut organic
dan air, akan mengalir membawa noda cuplikan yang ditotolkan pada kertas dengan kecepatan
berbeda. Fase mobile (pelarut) dapat beragam, misal: air, etanol, asam asetat, dll.Kromatografi
kertas digunakan baik untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif. Senyawa-senyawa yang
dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar, misalnya: asam-asam amino, gula, atau pigmen-
pigmen alam. Kromatografi kertas merupakan penemuan yang paling baik bagi kimiawan. Hal ini
dikarenakan kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino.
Hasil yang diperoleh berupa noda – noda yang dapat dilihat pada permukaan
kertas baik secara langsung maupun dengan bantuan pereaksi kimia. Mekanisme
pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan kromatografi kolom.
Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang
akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah.
Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah.
Fase gerak (pelarut) dapat saja beragam seperti, air, etanol, asam asetat atau campuran
zat tersebut dapat digunakan.
Pada kromatografi Kertas peralatan yang dipakai tidak perlu alat-alat yang mahal.
Hasil - hasil yang baik dapat diperoleh dengan peralatan dan materi-materi yang sangat
sederhana. Senyawa-senyawa yang terpisahkan dapat dideteksi pada kertas dan
dapat segera diidentifikasikan. Bahkan jika dikehendaki, komponen-komponen
yang terpisahkan dapat
diambil dari kertas dengan jalan memotong-motongnya, kemudian dilarutkan secara
terpisah. Beberapa senyawa dalam campuran bergerak sejauh dengan jarak yang
ditempuh pelarut; beberapa lainya tetap lebih dekat pada garis dasar. Jarak tempuh
relative pada pelarut adalah konstan untuk senyawa tertentu sepanjang anda menjaga
segala sesuatunya tetap sama, misalnya jenis kertas dan komposisi pelarut yang tepat..
Jarak relative pada pelarut disebut sebagai nilai R.
Kertas yang banyak digunakan saat ini adalah kertas saring Whatmann No. 1.
Meskipun demikian, kertas Whatmann jenis yang lain juga sering digunakan. Sekalipun
berperan sebagai support/penyokong/penyangga, namun kertas juga memberikan efek-efek
serapan yang disebabkan oleh sifat polar dari gugus-gugus hidroksil sehingga kertas memiliki
afinitas besar terhadap air atau pelarut polar lain dengan membentuk ikatan hidrogen.
Pembahasan Komponen metabolit sekunder tersebut bersifat non – polar, dari pelarut
yang digunakan n – heksan mampu melarutkan komponen metabolit
sekunder tersebut sesuai dengan prinsip “ Like Dissolves Like “. Pelarut
etil asetat akan melarutkan senyawa semi polar tetapi juga memiliki
kemampuan melarut kan senyawa non – polar juga.
( Jawaban : C )
Literatur Reo, Albert R. 2017. “Jurnal Ilmiah Platax : Metabolit Sekunder Gorgonia “
. Manado : Universitas Sam Ratulangi. Vol 5 (1)(45).
Vignette Analisis zat warna Tartrazin digunakan eluen berupa etilmetilketon : aseton
: air ( 70 : 30 : 30 ) sebesar 15 ml. Setelah di eluasi warna yang diamati
dihitung Retardation Factor ( Rf ) dan diamat antara Rf sample dan Rf
standar kemudian dilakukan analisa kuantitatif dengan spektrofotometer
Uv / Vis
Pertanyaan Mengapa diperlukan pemeriksaan analisa kunatitatif dengan
spektrofotometer UV / Vis jika telah dilakukan pembandingan nilai Rf ?
Jawaban a. Untuk memperkecil faktor kepastian identifikasi
b. Untuk memastikan bahwa senyawa yang di identifikasi adalah
senyawa yang diinginkan secara lebih pasti
c. Untuk memastikan senyawa lain selain senyawa yang ingin di
identifikasi
d. Untuk mengetahui jenis senyawa yang diidentifikasi
Pembahasan Dengan dilakukannya pembandingan nilai Rf sample dengan Rf
pembanding, senyawa dapat diidentifikasikan tetapi bercak yang terbentuk
belum tentu mengandung senyawa yang diinginkan, Oleh karena itu perlu
dilakukan pengidentifikasian dengan spektrofotometre supaya lebih pasti.
( Jawaban : B )
Literatur Bhernama, Bhayu Gita. 2016. “ Analisis Zat Warna Tartrazin pada Jajanan
Minuman Ringan Tak Berlabel yang Dijual Pedagang Kaki Lima di Banda
Aceh “ . Banda Aceh : Uin Ar-raniry Banda Aceh. Vol 9 (2) (2-3).
Vignette Serbuk akar kelapa diekstraksi dengan menggunakan spektrofotometri
UV-Vis dan kromatografi kertas dengan menggunakan pelarut Butanol :
Asam asetat : Air ( 4 : 1 : 5 ) dan Butanol : Asam Asetat : Ethanol 90 %
( 4 :1 : 5 ). Dari hasil data yang didapat dinyatakan bahwa rendemen akar
kelapa tinggi baik yang muda ataupun yang tua.
Pertanyaan Pelarut apakah yang menyebabkan rendemen serbuk akar kelapa tinggi ?
Jawaban a. Air
b. Asam asetat
c. Butanol
d. Ethanol 90 %
Pembahasan Pelarut ethanol 90 % merupakan pelarut universal yang mempunyai sifat
selektifitas yang tinggi sebagai pelarut dan juga mempunyai kemampuan
untuk mengekstrak dalam jumlah yang besar. Sehingga yang
menyebabkan rendemen serbuk akar kelapa tinggi adalah pelarut Ethanol
90%.
( Jawaban : D )
Literatur Kaseke, Hilda F. G. 2013. “ Ekstraksi Pewarna Makanan dari Akar Kelapa
“. Sulawesi Utara : Balai Riset dan Standarisasi Industri Manado Vol.1 (97)
Vignette Uji identifikasi pewarna sintesis pada produk pangan yang beredar di
daerah Jakarta dan ciputat digunakan metode kromatografi kertas dengan
menggunakan kertas whatman no. 1 serta eluen 1 ( Etil metil keton 70 ml
: Aseton 30 ml : Aqua Dest 30 ml ) dan eluen 2 ( NaCl 25 g : Ethanol 50%
100 ml ). Setelah di uji didapat nilai Rf yang berbeda ketika dibandingkan
dengan pembanding.
Pertanyaan Faktor apakah yang menyebabkan nilai Rf berbeda nilainya?
Jawaban a. Pemilihan fase diam
b. Pemilihan Eluen
c. Pemilihan Kertas
d. Tingkat kepolaritasan
Pembahasan Semua yang tertera dalam jawaban dapat mempengaruhi nilai Rf yang
berbeda tetapi dari uji identifikasi pewarna sintesis yang sangat menonjol
adalah penggunaan eluennya terdapat dua (2) eluen yang berbeda.
Pemilihan eluen sangat penting dikarenakan formula atau konsentrasi
yang berbeda sedikit dapat menyebabkan perbedaan yang kecil bahkan
signifikan.
Literatur Sumarlin, La Ode. 2019. “ Identifikasi Pewarna Sintesis Pada Produk
Pangan yang Beredar di Jakarta dan Ciputat “. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah. ( Hal 277 )
Vignette Senawa yang berwarna akan terlihat sebagai noda – noda yang terpisah.
Pertanyaan Mengapa pada kromatografi kertas warna cuplikan bisa berubah ?
Jawaban a. Karena mempunyai kelarutan yang beda dengan solven
b. Adanya paparan dari cahaya matahari
c. Terjadi penghambatan oleh fase gerak
d. Karena terjadinya pertukaran kation
Pembahasan Warna cuplikan bisa berbeda karena setiap warna warna yang larut pada
solven mempunyai kelarutan yang berbeda beda terhadap larutan
awalnya. Misalnya, warna solvennya ungu, jika di kromatografi akan
berubah menjadi warna merah dan biru. Lalu warna merah dan biru ini
terlihat dikertas, warna yang merah berada di bawah dan yang warna biru
berada diatas, berarti warna biru lebih larut dengan larutan solvenya
sehingga larutan biru lebih naik keatas (mengikuti solven lebih jauh) .
Sederhannya warna dapat terpsah karena mempunyai kelarutan yang
berbeda dengan larutan awal
( Jawaban : A )
Literatur Zulaiha, zila. 2011. “Dasar dasar pemisahan Analitik"
TUGAS MAKALAH
ANALISIS INSTRUMENTAL
“KROMATOGRAFI KERTAS”
Kelas :C
Kelompok :9
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2019
DAFTAR PUSTAKA
.
Reo, Albert R. 2017. “Jurnal Ilmiah Platax : Metabolit Sekunder Gorgonia “ . Manado :
Universitas Sam Ratulangi. Vol 5 (1)(45).
Jurnal.ugm.ac.id (Pengaruh pemberian fraksi larut air ekstrak etanolik pisang terhadap
kadar glukosa darah dan pelacakan senyawa aktifnya)
Rubiyanto. Dwiarso. 2017. “ Metode Kromatografi : Prinsip Dasar, Praktikum dan
Pendekatan Pembelajaran Kromatografi “. Yogyakarta : EGC
Uron Leba, Maria Aloisia. 2017. “ Ekstraksi dan Real Kromatografi “. Yogyakarta : CV
BUDI UTAMA
Bhernama, Bhayu Gita. 2016. “ Analisis Zat Warna Tartrazin pada Jajanan Minuman
Ringan Tak Berlabel yang Dijual Pedagang Kaki Lima di Banda Aceh “ . Banda Aceh :
Uin Ar-raniry Banda Aceh. Vol 9 (2) (2-3).
Kaseke, Hilda F. G. 2013. “ Ekstraksi Pewarna Makanan dari Akar Kelapa “. Sulawesi
Utara : Balai Riset dan Standarisasi Industri Manado Vol.1 (97).
Sumarlin, La Ode. 2019. “ Identifikasi Pewarna Sintesis Pada Produk Pangan yang
Beredar di Jakarta dan Ciputat “. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah. ( Hal 277 )