LANDASAN TEORI
Inflamasi atau peradangan merupakan suatu respon tubuh terhadap rangsangan berupa
cedera yang sifatnya merusak jaringan.Dalam hal ini,sel darah putih berperan penting dalam
melindungi tubuh dari bakteri atau virus yang akan menyebabkan infeksi pada jaringan yang
rusak.Cedera inflamasi dapat berupa goresan atau benda asing yang masuk tubuh,efek bahan
kimiawi atau zat mikrobiologi.(Setia,2016)
Ketika proses inflamasi dimulai,terjadi pelepasan bahan-bahan kimia yang berasal dari
sel darah putih atau leukosit.Bahan-bahan kimia tersebut ialah histamin, bradikinin, serotonin,
leukotrin dan prostaglandin.Histamin dilepas ke dalam darah karena telah terjadi kerusakan
jaringan.Bahan kimia tersebut meningkatkan aliran darah ke daerah cedera karena kapiler
darah menjadi lebih permeabel yang akhirnya menimbulkan reaksi seperti kemerahan dan
pembengkakan pada jaringan yang rusak.Tetapi itu merupakan suatu hal yang berdampak baik
karena reaksi tersebut merupakan proteksi.(Bratawidjaja,2018)
Pengobatan adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk
menyembuhkan luka atau penyakit,sehingga hal tersebut harus diperhatikan dengan
serius.Begitupun dengan pengobatan terhadap inflamasi.Zaman sekarang masyarakat lebih
memilih pengobatan modern dengan langsung pergi ke klinik atau rumah sakit dibandingkan
menggunakan pengobatan dengan obat herbal.Padahal begitu banyak manfaat yang ada dalam
penggunaan obat herbal.Selain alami,dengan memanfaatkan obat herbal kita dapat
meminimalisir penggunaan zat kimia.Pada kasus inflamasi tanaman jarak pagar adalah salah
satu tanaman yang dijadikan sebagai obat herbal dan kualitasnya sudah dibuktikan secara
ilmiah.Tanaman jarak pagar terbukti memiliki aktivitas antiinflamasi dan
antioksidan.(Warsinah et al,2017)
2.2 Etiologi
Penyebab dari inflamasi dikarenakan oleh trauma fisik (tumpul atau tusuk), zat kimia
yang merusak(iritan kimiawi,toksin dan alkohol), atau zat mikrobiologi(bakteri dan virus).
(Ramadhani,2018)
Proses inflamasi terjadi dengan sangat kompleks sehingga melibatkan berbagai macam
sel,sel PMN (polimorfonuklear) bagian sel darah putih dari kelompok granulosit
seperti:neutrofil,eosinofil,basofil dan sel mast yang memegang peranan penting dalam proses
inflamasi yaitu tugasnya dalam menelan dan merusak bakteri,virus,dan jamur yang
menyebabkan terjadinya infeksi di dalam jaringan yang rusak.Ada juga makrofag yang
merupakan fagosit yang sama sama tugasnya dengan sel PMN.Fagosit berarti sel yang dapat
memakan atau menelan material padat.Dalam fagosit ini tidak hanya makrofag saja yang
berperan,tetapi ada neutrofil juga.(Antari,2017)
Sel-sel tersebut diproduksi dan disimpan sebagai persediaan untuk sementara dalam
sumsum tulang,hidup tidak lama dan jumlahnya yang diperlukan di tempat inflamasi
dipertahankan oleh influks sel-sel baru dari persediaan tersebut.(Bratawidjaja,2018)
Neutrofil
Merupakan sel fagositik yang mempunyai peranan utama dalam pertahanan melawan
infeksi.
Gambar 1. Neutrofil
Sumber : Antari,2018
Neutrofil bermigrasi ke jaringan dan puncaknya terjadi pada 6 jam pertama.Untuk
memenuhi hal tersebut diperlukan peningkatan produksi neutrofil dalam sumsum
tulang.Orang dewasa normal memproduksi lebih dari 1010 neutrofil per hari tetapi pada
inflamasi dapat meningkat sampai 10 kali lipat.Pada inflamasi akut,neutrofil dalam
sirkulasi dapat meningkat dengan segera dari 5000/µl sampai 30.000/µl.Peningkatan
tersebut disebabkan oleh migrasi neutrofil ke sirkulasi yang berasal dari sumsum tulang
dan persediaan marginal intravaskular.Persediaan marginal ini merupakan sel-sel yang
untuk sementara menempel pada dinding vaskular yang keluar dari sirkulasi.Komposisi
leukosit adalah 45% berada dalam sirkulasi dan 55% marginal.
Makrofag
Sel ini ditemukan di setiap organ dalam tubuh,dimana yang menetap di jaringan dikenal
sebagai makrofag yang mature, sedangkan yang berada di sistem retikuloendotelial dan
menuju membran basal pembuluh darah kecil kemudian tersebar diberbagai organ
dalam tubuh mempunyai nama masing-masing.
Gambar 2.Makrofag
Sumber : Google Image
Makrofag tersebar secara luas dalam tubuh manusia. Makrofag berperan dalam proses
peradangan sebagai reaksi tubuh terhadap benda asing atau mikroba. Pada pertumbuhan
neoplastik, makrofag ditemukan pada ruang ekstraselular. Makrofagyang berada pada
ruang ekstraselular ini dikenal dengan tumor-associated macrophages (TAMs).
Bertahun-tahun telah diketahui bahwa TAMs adalah komponen selular utama dari
kangker pada manusia. Namun, masih sulit untuk dipahami bagaimana proses dan
mekanismenya.
Sel Mast
Merupakan sel migran dari jaringan ikat yang mengandung banyak butiran yang kaya
akan histamin dan heparin . Secara khusus, itu adalah jenis granulosit yang berasal dari
sel induk myeloid yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh dan neuroimun.
Meskipun terkenal karena perannya dalam alergi dan anafilaksis , sel mast juga
memainkan peran protektif yang penting, karena terlibat erat dalam penyembuhan luka,
angiogenesis , toleransi kekebalan , pertahanan terhadap patogen , dan darah - fungsi
sawar otak. Sel mast sangat mirip baik dalam penampilan maupun fungsinya dengan
basofil , tipe lain dari sel darah putih . Meskipun sel mast pernah dianggap sebagai
basofil resident jaringan, telah ditunjukkan bahwa kedua sel tersebut berkembang dari
garis turunan hematopoietik yang berbeda dan dengan demikian tidak dapat menjadi
sel yang sama.
Gambar 3.Sel Mast
Sumber : Google Image
Basofil
Merupakan jenis sel di hipofisis anterior yang memproduksi hormon . Ini disebut
basofil karena basofilik (siap mengambil basis ), dan biasanya menodai warna biru atau
ungu yang relatif dalam. Basofil mengandung banyak granula sitoplasmik dengan dua
lobus. Seperti granulosit lain, basofil dapat tertarik keluar menuju jaringan tubuh dalam
kondisi tertentu. Saat teraktivasi, basofil mengeluarkan antara lain histamin, heparin,
kondroitin, elastase dan lisofosfolipase, leukotriena dan beberapa macam sitokina.
Basofil memainkan peran dalam reaksi alergi (seperti asma).
Gambar 4. Basofil
Sumber : Google Image
Eosinofil
Merupakan sel darah putih dari kategori granulosit yang berperan dalam sistem
kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberapa infeksi pada makhluk
vertebrata. Bersama-sama dengan sel biang, eosinofil juga ikut mengendalikan
mekanisme alergi. Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada
sumsum tulang sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah.
Eosinofil mengandung sejumlah zat kimiawi antara lain histamin, eosinofil
peroksidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, plasminogen dan beberapa asam
amino yang dirilis melalui proses degranulasi setelah eosinofil teraktivasi. Zat-zat ini
bersifat toksin terhadap parasit dan jaringan tubuh. Eosinofil merupakan sel substrat
peradangan dalam reaksi alergi. Aktivasi dan pelepasan racun oleh eosinofil diatur
dengan ketat untuk mencegah penghancuran jaringan yang tidak diperlukan.
Gambar 4.Eosinofil
Sumber : Google Image
2) Inflamasi Akut
Pada umumnya respons inflamasi akut menunjukkan awitan yang cepat
dan berlangsung sebentar.Inflamasi akut biasanya disertai reaksi
sistemik yang disebut respons fase akut yang ditandai oleh erubahan
cepat dalam kadar beberapa protein plasma.Reaksi dapat menimbulkan
reaksi berantai dan rumit yang berdampak terjadinya
vasodilatasi,kebocoran vaskulator mikro dengan eksudasi cairan dan
protein serta infiltrasi lokal sel-sel inflamasi.Inflamasi akut merupakan
respons khas imunitas nonspesifik.Inflamasi akut adalah respons cepat
terhadap sel,berlangsung cepat (beberapa jam-sehari) dan dipacu oleh
sejumlah sebab seperti kerusakan kimiawi dan termal serta
infeksi.Infeksi dihadapi oleh makrofag yang melepas sejumlah kemokin
dan sitokin yang menarik neutofil ke tempat infeksi.Inflamasi dapat juga
dipicu oleh sel mast residen yang cenderung menarik eosinofil.Segera
setelah inflamasi,berbagai perubahan terjadi dalam endotel vaskular
yang memungkinkan ekstravasasi limfosit terutama neutrofil,monosit
dan limfosit.Makrofag mempunyai 2 peranan penting sebagai berikut:
1. Memakan dan mencerna mikroba,debris selular dan neutrofil yang
berdegenerasi
2. Modulasi respons imun dan fungsi sel T melalui presentasi antigen
dan sekresi sitokin.
Gejala inflamasi dini ditandai oleh pelepasan berbagai mediator sel mast
setempat (histamin dan bradikinin).Kejadian ini disertai dengan aktivasi
komplemen dan sistem koagulasi.Sel endotel dan sel-sel inflamasi
masing-masing melepas mediator yang menimbulkan efek sistemik
seperti panas,neutrofilia dan protein fase akut.Neutrofil yang sudah
dikerahkan di jaringan akan diaktifkan dan melepas produk-produk yang
toksik.
Sebab inflamasi akut dapat berupa benda asing yang masuk tubuh,invasi
mikroorganisme,trauma,bahan kimia yang berbahaya,faktor fisik dan
alergi. (Baratawidjaja,2018)
4) Inflamasi Kronis
Inflamasi kronis terjadi bila proses inflamasi akut gagal,bila antigen
menetap.Inflamasi akut berbeda dengan inflamasi kronis.Antigen yang
persisten menimbulkan aktivasi dan akumulasi makrofag yang terus
menerus.Hal ini menimbulkan terbentuknya sel epiteloid (makrofag
yang sedikit diubah) dan granuloma TNF diperlukan untuk
pembentukan dan mempertahankan granuloma.IFN-ү dilepas set T yang
diaktifkan menimbulkan trasformasi makrofag menjadi sel epiteloid dan
sel multinuklear (sel datia) yang merupakan fusi dari beberapa
makrofag.Infeksi bakteri kronis dapat memacu pembentukan granuloma
berupa agregrat fagosit mononuklear dan sel plasma yang disebut
hipersesitifitas tipe lambat (DTH).Fagosit terdiri atas monosit yang baru
dikerahkan dengan sedikit makrofag yang sudah ada dalam
jaringan.Kadang-kadang ditemukan fusi makrofag dan membentuk sel
datia.Granuloma ditemukan pada reaksi terhadap gelas,talk (bedak dan
inisiator hipersensitivitas selular seperti M.tuberkulosis, M.lepra dan
histoplasma kapsulatum.Pembentukan granuloma akan mengisolasi
fokus inflamasi yang ersisten,membatasi penyebaran dan
memungkinkan fagosit mononuklear mempresentasikan antigen ke
limfosit yang ada di permukaan. (Baratawidjaja,2018)
Menurut Kumar et al 2014 proses terjadinya inflamasi dimulai dengan kerusakan jaringan
akibat stimulus yang menyebabkan pecahnya sel mast diikuti dengan pelepasan mediator
inflamasi, dilanjutkan dengan terjadinya vasodilatasi yang kemudian menyebabkan migrasi sel
leukosit.
Terjadinya respon inflamasi ditandai oleh adanya dilatasi pada pembuluh darah
serta pengeluaran leukosit dan cairan pada daerah inflamasi. Respon tersebut dapat
dilihat dengan munculnya gejala-gejala seperti kemerahan (erythema) yang terjadi
akibat dilatasi pembuluh darah, pembengkakan (edema) karena masuknya cairan kedalam
jaringan lunak serta pengerasan jaringan akibat pengumpulan cairan dan sel-sel.
(Andriani,2014)