Anda di halaman 1dari 12

IDENTIFIKASI PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DAN WILAYAH

PENDUKUNGNYA DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH


KABUPATEN NIAS

IDENTIFICATION OF GROWTH AND HINTERLAND AREA IN


DEVELOPING NIAS DISTRICT
Yarman Gulo

Dinas Tata Ruang, Perumahan, dan Kebersihan Kabupaten Nias


Jalan Arah Pelabuhan Udara Binaka Km. 6,4, Gunungsitoli Selatan
Pos-el: yarmangulo@gmail.com

ABSTRACT
Growth center is the area or region that is growing very rapidly because it is used as a development cen-
tral development affecting other areas in the vicinity. Given that areas be the center of that growth is expected in
the surrounding areas also affected and stimulated to advance. The aim of the research was to identify subdistricts
which have the opportunity or the potential to be the centers of economic growth in Nias District and to analyze
the interaction (correlation) between growth center and the hinterlands of supporting subdistricts. The data were
analyzed descriptive qualitatively, using skalogram analysis in order to know the centers of regional development
based on the availability of economic, social, and governmental facilities and gravitation analysis in order to
estimate the attraction of a location in the regional development, compared with the other locations or with the
hinterlands. The result of the analysis showed that the first growth center in Nias District is Gido Subdistrict, the
second growth center is Idanogawo Subdistrict, and the third growth center is Botomuzoi Subdistrict.
Keywords: Growth center, Interaction, Regional development

ABSTRAK
Pusat pertumbuhan ialah wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga dijadikan
sebagai pusat pembangunan yang memengaruhi kawasan-kawasan lain di sekitarnya. Dengan adanya kawasan-
kawasan yang dijadikan pusat pertumbuhan itu, diharapkan kawasan-kawasan di sekitarnya turut terpengaruh dan
terpicu untuk maju. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kecamatan-kecamatan yang berpeluang atau
berpotensi sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Nias dan menganalisis interaksi (tingkat keter-
kaitan) antara pusat pertumbuhan (growth centre) dan daerah belakangnya (hinterlands) kecamatan pendukung.
Metode analisis yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan analisis skalogram un-
tuk mengetahui pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan ketersediaan fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintahan,
dan analisis gravitasi untuk memperkirakan daya tarik suatu lokasi pusat pertumbuhan wilayah dibandingkan
lokasi lain atau wilayah belakangnya (hinterlands). Hasil analisis menunjukkan bahwa pusat pertumbuhan utama
di Kabupaten Nias adalah Kecamatan Gido, pusat pertumbuhan kedua, yaitu Kecamatan Idanogawo, dan pusat
pertumbuhan ketiga adalah Kecamatan Botomuzoi.
Kata kunci: Pusat pertumbuhan, Interaksi wilayah, Pengembangan wilayah

| 37
PENDAHULUAN ekonomi, baik ke dalam maupun ke luar. Apabila
dilihat secara geografis, pusat pertumbuhan adalah
Perencanaan pembangunan dapat dikatakan sangat
suatu lokasi yang memiliki banyak fasilitas
identik dengan ekonomi pembangunan. Apabila
dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya
sekiranya ruang gerak ekonomi pembangunan
tarik (pole of attraction) yang menyebabkan
berusaha mencari strategi pembangunan, peren-
berbagai usaha tertarik untuk berlokasi di situ
canaan pembangunan merupakan alat yang ampuh
dan masyarakat senang datang memanfaatkan
untuk menerjemahkan strategi pembangunan
fasilitas yang ada di lokasi tersebut. Kriteria pusat
tersebut dalam berbagai program kegiatan yang
pertumbuhan, yaitu sebagai daerah cepat tumbuh,
terkoordinasi. Pada tingkat daerah, perencanaan
memiliki sektor unggulan, dan mempunyai
pembangunan ekonomi bisa dianggap sebagai
interaksi ekonomi dengan daerah belakangnya.
perencanaan untuk memperbaiki penggunaan
sumber-sumber daya publik yang tersedia di Penciptaan pusat pertumbuhan ekonomi
daerah tersebut dan memperbaiki kapasitas sektor dapat dimulai dari beberapa sektor yang dinamis
swasta dalam rangka menciptakan nilai sumber- dan mampu memberikan output rasio yang
sumber daya swasta secara bertanggung jawab. tinggi dan pada wilayah tertentu, yang dapat
Dengan demikian, diharapkan perekonomian memberikan dampak yang luas (spread effect) dan
wilayah dapat mencapai keadaan yang lebih baik dampak ganda (multiplier effect) pada sektor lain
pada masa yang akan datang dibandingkan dan wilayah yang lebih luas. Kekuatan pasar akan
keadaan sekarang ini, atau minimal sama dengan menjamin ekuilibrium (keseimbangan) dalam
keadaan ekonomi sekarang.1 distribusi spasial ekonomi dan proses trickle
down effect atau centre down dengan sendirinya
Menurut Sirojuzilam,2 berbagai masalah tim-
akan terjadi ketika kesejahteraan di perkotaan
bul dalam kaitan dengan pertumbuhan wilayah,
tercapai dan dimulai dari level yang tinggi seperti
baik yang berkaitan dengan indikator ekonomi
kawasan perkotaan ke kawasan yang lebih rendah
maupun indikator sosial dan terus mendorong
seperti kawasan hinterland dan perdesaan melalui
perkembangan konsep-konsep pertumbuhan
beberapa mekanisme, yaitu hierarki perkotaan dan
ekonomi wilayah. Dalam kenyataannya, banyak­
perusahaan-perusahaan besar. Implementasi dari
fenomena tentang pertumbuhan ekonomi wilayah.
penciptaan pusat pertumbuhan harus diikuti oleh
Kesenjangan wilayah dan pemerataan pem-
trickle down effect (dampak penetesan ke bawah)
bangunan menjadi permasalahan utama dalam
dan spread effect (dampak penyebaran) melalui
pertumbuhan wilayah dan hingga saat ini menjadi
aktivitas harmonis antara pusat pertumbuhan dan
persoalan di negara berkembang.
basis sumber daya di wilayah perdesaan sehingga
Pusat pertumbuhan ekonomi merupakan kegiatan pusat pertumbuhan berdampak pada
salah satu alternatif untuk menggerakkan dan daerah sekitarnya yang juga akan dapat tumbuh.4
memacu pembangunan guna meningkatkan
Kabupaten Nias merupakan salah satu
pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi
wilayah di Provinsi Sumatra Utara dan berada
manakala diarahkan pada daerah-daerah yang
di sebelah barat Pulau Sumatra yang berjarak
memiliki potensi dan fasilitas wilayah akan
sekitar 86 mil laut dari Kabupaten Tapanuli
mempercepat terjadinya kemajuan ekonomi
Tengah. Aksesibilitas ke wilayah ini tergolong
karena secara tidak langsung kemajuan daerah
sulit karena hanya dapat ditempuh dengan
akan membuat masyarakat mencari kehidupan
transportasi udara dan laut dengan frekuensi
yang lebih layak di daerahnya.
perjalanan yang terbatas. Hal ini sangat meme­
Menurut Tarigan,3 pusat pertumbuhan ngaruhi perkembangan Kabupaten Nias karena
(growth pole) dapat diartikan dengan dua cara, ketergantungan Kabupaten Nias dengan wilayah
yaitu secara fungsional dan geografis. Secara luar sangat besar. Secara geografis, Kabupaten
fungsional, pusat pertumbuhan adalah suatu Nias terletak di 0°53’1,5’’−1°17’16,6’’ Lintang
lokasi konsentrasi kelompok usaha yang karena Utara dan 97°29’0,7’’−97°58’29’’ Bujur Timur.
sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedina- Setelah pemekaran pada 2008, luas wilayah
misan sehingga mampu menstimulasi kehidupan Kabupaten Nias berkurang daripada sebelumnya

38 | Widyariset, Volume 18, Nomor 1, April 2015 37–48


3.799,80 km² menjadi sekitar 980,32 km², terdiri tertangani dengan baik; (g) masih banyaknya
dari 9 kecamatan, yakni Kecamatan Idanogawo, desa yang belum terlayani jaringan listrik dan
Bawolato, Ulugawo, Gido, Ma’u, Somolo-molo, telekomunikasi, serta jaringan jalan yang belum
Hiliserangkai, Botomuzoi, dan Hiliduho. Keselu- memadai untuk terhubung dengan daerah lain.5
ruhan kecamatan memiliki 119 desa. Memperhatikan isu-isu strategi tersebut,
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah maka untuk menyelaraskan pertumbuhan eko-
Nasional­(PP No. 26 Tahun 2008), Kepulauan Nias nomi antarwilayah di Kabupaten Nias perlu
(Kota Gunungsitoli) termasuk Pusat Kegiatan dikembangkan konsep kecamatan sebagai pusat
Wilayah (PKW) sebagai kota rehabilitasi akibat pertumbuhan ekonomi. Hingga saat ini belum ada
bencana alam dan masuk percepatan pengem­ kajian akademis mengenai potensi kecamatan-
bangan kota-kota pusat pertumbuhan nasional. kecamatan di Kabupaten Nias sebagai pusat
Hal ini berarti bahwa Kepulauan Nias merupakan pertumbuhan ekonomi wilayah. Cakupan ruang
salah satu wilayah nasional strategis, baik dilihat lingkup kecamatan sebagai pusat pertumbuhan
dari aspek pertahanan dan keamanan maupun ekonomi dimaksudkan agar pemerataan pemba­
dalam pengembangan ekonomi, terutama untuk ngunan antar-kecamatan dapat lebih merata.
sumber daya laut. Berdasarkan latar belakang dan perumusan
Setelah pemekaran wilayah pada 2008, masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
beberapa isu-isu strategis di Kabupaten Nias penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
hingga saat ini adalah (a) belum adanya pusat 1. mengidentifikasi kecamatan-kecamatan yang
pemerintahan yang definitif mengakibatkan berpeluang atau berpotensi sebagai pusat-
pelayanan publik belum maksimal (sementara pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
administrasi pemerintahan masih berpusat di Kota Nias, dan
Gunungsitoli); (b) terjadinya perkembangan
2. menganalisis interaksi (tingkat keterkaitan)
wilayah yang tidak terarah sejak terjadinya
antara pusat pertumbuhan (growth centre)
bencana alam gempa dan badai tsunami yang
dan daerah sekitarnya (hinterland) kecamatan
telah merusak struktur wilayah; (c) masih adanya
pendukung.
potensi sumber daya yang belum dikembangkan
secara optimal sehingga belum dapat mendukung
upaya pengembangan wilayah secara berkelanjut­ METODE PENELITIAN
an, seperti pengembangan sumber daya perikanan Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Nias
tangkap dan budi daya serta pengembangan potensi pada 2012. Data yang digunakan dalam penelitian
wisata bahari yang didukung oleh infrastruktur ini adalah data sekunder. Pengumpulan data
dan prasarana wilayah yang memadai; (d) adanya sekunder dikumpulkan dari beberapa instansi
prioritas pengembangan wilayah, yaitu melalui terkait, pegawai kecamatan, pegawai Bappeda,
pengembangan wilayah di tingkat kecamatan dan dan pihak-pihak terkait lainnya yang mendukung
desa di tingkat kabupaten yang diikuti dengan dalam penulisan penelitian ini yang meliputi: data
pengembangan infrastruktur kebutuhan dasar fasilitas-fasilitas (ekonomi, sosial, pemerintahan),
masyarakat; (e) perlunya pengembangan sentra- jumlah penduduk, jarak antarkecamatan, PDRB
sentra produksi untuk menampung produksi yang atas dasar harga konstan 2003, peta wilayah ad-
dihasilkan dan meningkatkan kualitas produknya ministrasi dan data sekunder lainnya dari beberapa
dengan didukung oleh tersedianya sarana dan publikasi yang bersumber dari BPS, Bappeda
prasarana pendukung yang dapat membawa Kabupaten Nias, dan kecamatan di Kabupaten
hasil produk ke dan dari Kabupaten Nias; (f) Nias. Metode analisis yang digunakan dalam
adanya masalah-masalah lingkungan yang terjadi penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif
di wilayah Kabupaten Nias yang memerlukan dengan menggunakan analisis skalogram untuk
penanganan prioritas agar tidak menjadi kendala mengetahui pusat pertumbuhan wilayah berdasar-
dalam upaya pengembangan wilayah, yaitu ma- kan ketersediaan fasilitas ekonomi, sosial, dan
salah tanah longsor, banjir, dan perambahan hutan pemerintahan. Selain itu, analisis gravitasi untuk
lindung oleh masyarakat yang selama ini belum memperkirakan daya tarik suatu lokasi pusat

Identifikasi Pusat-Pusat... | Yarman Gulo | 39


pertumbuhan wilayah dibandingkan lokasi lain Keterangan:
atau wilayah belakangnya (hinterland). Aij = Besarnya interaksi wilayah i dengan wilayah j
Pi = Jumlah penduduk di wilayah i, dalam ribuan
Analisis Skalogram jiwa
Dalam metode ini, semua fasilitas umum yang P = Jumlah penduduk di wilayah j, dalam ribuan
dimiliki oleh setiap unit wilayah didata dan disu- jiwa
sun dalam suatu tabel. Metode ini bisa digunakan dij = Jarak dari wilayah i dengan wilayah j, dalam
untuk menuliskan jumlah fasilitas yang dimiliki km
oleh setiap wilayah atau menuliskan ada/tidaknya k = Sebuah bilangan konstanta berdasarkan
fasilitas tersebut di suatu wilayah.6 pengalaman
Untuk menentukan orde-orde pusat pertum- b = Pangkat dari dij yang sering digunakan b=2
buhan maka digunakan metode Struges. Rumus
untuk mencari banyaknya kelas dari tiap-tiap
kecamatan sebagai pusat pertumbuhan adalah Kebijakan Tata Ruang Wilayah
sebagai berikut: Kabupaten Nias
k = 1 + 3,3 Log n (1) Mengacu pada potensi dan kondisi yang dimiliki
oleh wilayah Kabupaten Nias, pengembangan
Keterangan: sistem perkotaan wilayahnya diarahkan sebagai
k = banyaknya kelas berikut:8
n = banyaknya kecamatan a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Selanjutnya untuk menentukan besarnya merupakan kawasan perkotaan dengan fungsi
interval kelas, dengan cara: sebagai pusat pertumbuhan utama dengan ori-
A− B entasi kegiatan berupa pemerintahan, perda-
(2) gangan, industri, dan pelayanan masyarakat
k
serta sebagai pintu gerbang perdagangan ke
Keterangan: luar wilayah kabupaten dengan kelengkapan
A = jumlah fasilitas tertinggi sarana dan tingkat pertumbuhan penduduk
B = jumlah fasilitas terendah yang cukup tinggi. PKL di Kabupaten Nias
adalah Kecamatan Gido.
k = banyaknya kelas
b. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Biasanya, peringkat/kelas disusun dari yang
terkecil ke yang terbesar, tetapi dalam menyusun merupa­kan kawasan perkotaan dengan fungsi
orde pusat pertumbuhan, susunan dibalik dari sebagai pusat perdagangan dan jasa, permuki
yang terbesar ke yang terkecil. man, koleksi, dan distribusi dengan skala
pelayan­an beberapa kecamatan. PPK mempu­
Analisis Gravitasi nyai kelengkapan sarana dan prasarana
pengembangan wilayah lebih rendah daripada
Model Gravitasi banyak dipergunakan dalam PPK. Berdasarkan hasil analisis yang dilaku-
perencanaan wilayah. Model ini dapat membantu kan, didapatkan bahwa PPK di Kabupaten
perencana wilayah untuk memperkirakan daya Nias adalah Kecamatan Idanogawo.
tarik suatu lokasi dibandingkan lokasi lain di
Dengan pertimbangan pemerataan pem-
sekitarnya.
bangunan di Kabupaten Nias, PPK di
Rumus Gravitasi secara umum adalah Kabupaten Nias akan disesuaikan dengan
sebagai berikut:7 tujuan pembangunan yang ingin dicapai,
Pi ⋅ Pj yaitu pemerataan pembangunan di Kabupaten
Aij = k (3)
dij b Nias. Kecamatan Hiliserangkai yang semula
berada pada hierarki PPL akan ditingkatkan
menjadi PPK. Perubahan ini bertujuan untuk

40 | Widyariset, Volume 18, Nomor 1, April 2015 37–48


pemerataan pembangunan di tiga kecamatan wilayah Kabupaten Nias. Selengkapnya, hierarki­
yang selama ini terpisah dengan beberapa pusat pertumbuhan kecamatan berdasarkan
kecamatan lainnya di Kabupaten Nias, analisis skalogram di Kabupaten Nias Tahun 2011
Kecamatan Hiliserangkai akan menjadi pusat dapat dilihat pada Tabel 1.
pelayanan bagi Kecamatan Hiliduho dan Dari Tabel 1 terlihat bahwa Kecamatan
Botomuzoi. Untuk Kecamatan Bawolato, Gido merupakan kecamatan yang paling banyak
status hierarkinya menjadi PPL. memiliki jumlah unit fasilitas, yakni 401 unit,
PPK di Kabupaten Nias adalah Idanogawo disusul Kecamatan Bawolato sebanyak 358 unit,
dan Hiliserangkai. dan Kecamatan Idanogawo sebanyak 349 unit.
c. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Akan tetapi, jika diamati dari jumlah jenis (ragam)
fasilitas, terlihat bahwa Kecamatan Idanogawo
merupakan kawasan perkotaan dengan
memiliki lebih banyak ragam fasilitas, yakni
fungsi sebagai pusat produksi perkebunan dan
sebanyak 33 jenis, menyusul Kecamatan Gido
pertanian dengan skala pelayanan kecamatan
sebanyak 31 jenis dan Bawolato 27 jenis. Semen-
serta menunjang kota dengan hierarki di
tara dari jumlah penduduk terlihat Kecamatan
atasnya. PPL mempunyai kelengkapan sarana
Gido memiliki jumlah penduduk terbanyak, yakni
dan prasarana pengembangan wilayah lebih
31.660 jiwa, menyusul Kecamatan Idanogawo
rendah daripada PPK. PPL di Kabupaten Nias
sebanyak 25.675 jiwa dan Bawolato sebanyak
adalah Kecamatan Ulugawo, Mau, Somolo-
22.965 jiwa.
molo, Bawolato, Hiliduho, dan Botomuzoi.
Berdasarkan temuan hasil analisis skalogram
ini, jelaslah bahwa kecamatan yang berpotensi
HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk dikembangkan menjadi pusat pelayanan
wilayah Kabupaten Nias adalah Kecamatan Gido.
Analisis Skalogram Dari analisis juga terlihat bahwa kaitan antara
fasilitas yang tersedia dan fungsi daerah sebagai
Untuk mengetahui pusat pertumbuhan wilayah di
pusat pertumbuhan adalah semakin lengkap atau
Kabupaten Nias berdasarkan ketersediaan fasilitas
semakin tinggi nilai atas fasilitas yang dimiliki
ekonomi, sosial, dan pemerintahan digunakan
maka wilayah tersebut memiliki fungsi yang
alat analisis skalogram. Berdasarkan perhitungan
lebih besar dibandingkan wilayah lain. Semakin
terhadap jumlah jenis fasilitas ekonomi, fasilitas
lengkap fasilitas ekonomi dan sosial maka
sosial, dan fasilitas pemerintahan yang ada di tiap-
semakin menarik bagi penduduk untuk melakukan
tiap kecamatan, teridentifikasi bahwa Kecamatan
aktivitas di wilayah itu. Berdasarkan hal tersebut,
Gido, Bawolato, dan Idanogawo berturut-turut
Kecamatan Gido mampu menunjukkan perannya
memiliki fasilitas yang lebih banyak dan beragam
sebagai pusat pertumbuhan karena kemampuan-
dibandingkan kecamatan-kecamatan lain di
nya memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Tabel 1. Hierarki Pusat Pertumbuhan Kecamatan berdasarkan Analisis Skalogram di Kabupaten Nias Tahun 2011
Peringkat Jumlah Jenis Jumlah Unit
Kecamatan Jumlah Penduduk Orde Kota
Hierarki Fasilitas Fasilitas
1 Gido 31.660 31 401 Orde I
2 Bawolato 22.965 27 358 Orde I
3 Idanogawo 25.675 33 349 Orde I
4 Botomuzoi 9.042 25 256 Orde III
5 Hiliduho 9.126 23 250 Orde III
6 Ulugawo 9.740 20 234 Orde III
7 Hiliserangkai 7.583 24 162 Orde IV
8 Somolo-molo 6.162 16 136 Orde IV
9 Ma’u 9.424 19 133 Orde IV
Sumber: BPS Kabupaten Nias 2012 (data diolah)9

Identifikasi Pusat-Pusat... | Yarman Gulo | 41


Tarigan10 mengemukakan salah satu tujuan satuan daya tarik kemudian Kecamatan Bawo-
menetapkan orde perkotaan adalah agar dapat lato sebesar 2.894.097 satuan daya tarik. Daya
diperkirakan luas wilayah pengaruh dari kota tarik yang tinggi atas Kecamatan Idanogawo
tersebut dan dengan demikian dapat diperkirakan disebabkan dari aspek geografis, Kecamatan
jenis dan tingkat/mutu fasilitas kepentingan Idanogawo juga cukup strategis karena berada
umum apa saja yang perlu dibangun di kota di tengah-tengah antara Kecamatan Gido dan
tersebut, baik untuk melayani penduduk kota itu Bawolato yang dihubungkan oleh jalan negara
sendiri maupun penduduk wilayah belakangnya Gunungsitoli–Teluk Dalam. Nilai interaksi ter-
yang sering datang ke kota tersebut. Di sisi lain, tinggi yang menyumbang nilai daya tarik ke
hal ini dapat dipergunakan untuk memperkirakan Kecamatan Idanogawo adalah interaksi antara
apakah fasilitas yang telah ada di kota tersebut Kecamatan Idanogawo dengan Kecamatan Gido
akan dimanfaatkan secara penuh oleh penduduk sebesar 4.147.298 satuan daya tarik dan interaksi
kota itu dan penduduk wilayah belakangnya. Orde antara Kecamatan Idanogawo dan Kecamatan
perkotaan umumnya didasarkan atas jumlah pen- Bawolato sebesar 1.819.834 satuan daya tarik.
duduk ataupun gabungan antara jumlah penduduk, Dengan demikian, Kecamatan Idanogawo dapat
jumlah fasilitas kepentingan umum, dan tingkat dipilih sebagai pusat pertumbuhan wilayah di
aksesibilitas kota tersebut terhadap kota lain yang Kabupaten Nias. Kecamatan lain yang juga nilai
ordenya lebih tinggi yang berdekatan. daya tariknya cukup tinggi adalah Kecamatan
Gido dan Bawolato. Hal ini dapat dimengerti
2. Analisis Gravitasi sebab jumlah penduduk di kedua wilayah ini
berada di urutan pertama dan ketiga.
Untuk melihat keterkaitan antarpusat pertum­
Dalam sistem kewilayahan, interaksi antara
buhan wilayah di Kabupaten Nias digunakan
pusat pertumbuhan dan wilayah belakang/hinter-
model Gravitasi. Model ini paling banyak diguna­
land-nya terdapat hubungan dan ketergantungan
kan untuk melihat besarnya daya tarik dari suatu
yang saling membutuhkan. Keterkaitan dalam
potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini
hubungan ekonomi antara kecamatan sebagai
sering digunakan untuk melihat kaitan potensi
pusat pertumbuhan wilayah dan kecamatan
suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari
sebagai hinterland-nya adalah wilayah sebagai
potensi tersebut.11 Hasil perhitungan dan analisis
sentral penyalur bahan pokok, pusat pemasaran
gravitasi, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
dari hasil-hasil produksi, pusat pendidikan,
Dari Tabel 2 tersebut terlihat bahwa Keca- penyerap tenaga kerja, sentra perdagangan, pusat
matan Idanogawo memiliki nilai interaksi yang pengembangan perkebunan dan pertanian, pusat
paling tinggi di antara kecamatan di Kabupaten pangkalan perikanan, dan pusat perhubungan
Nias, yakni sebesar 7.204.952 satuan daya tarik, laut dan udara. Sejalan dengan hal tersebut
menyusul Kecamatan Gido sebesar 6.522.952 untuk melihat keterkaitan atau interaksi antara

Tabel 2. Nilai Interaksi Tiap Kecamatan dengan Menggunakan Variabel Penduduk di Kabupaten Nias Tahun 2012
Nilai Interaksi
No. Kecamatan Peringkat Daya Tarik
(Satuan Daya Tarik)
1 Idanogawo 7.204.952 1
2 Bawolato 2.894.097 3
3 Ulugawo 1.334.602 6
4 Gido 6.522.952 2
5 Ma’u 817.522 9
6 Somolo-molo 1.242.237 7
7 Hiliduho 2.094.778 4
8 Hiliserangkai 1.226.666 8
9 Botomuzoi 1.976.418 5
Sumber: Hasil analisis

42 | Widyariset, Volume 18, Nomor 1, April 2015 37–48


pusat pertumbuhan dan wilayah pendukungnya linkages) dan ke belakang (backward linkages) di
(hinterland), Rondinelli 11 mengemukakan antara berbagai kegiatan ekonomi. (3) Keterkaitan
antara lain: (1) Keterkaitan fisik (physical link- pergerakan penduduk (population movement
ages), yang berbentuk integrasi manusia melalui linkages), pola migrasi baik permanen maupun
jaringan transportasi (sungai) baik alami maupun temporer. Keterkaitan ini merupakan gambaran
rekayasa. Jalan-jalan baru dan rel kereta api dari keterkaitan wilayah perdesaan dengan
ini dapat mengurangi waktu perjalanan, bisa keterkaitan antara perdesaan dan perkotaan.
memperluas jaringan pemasaran, memberikan (4) Ke­terkaitan teknologi (technological linkages),­
peluang penglaju (commuter), dan migrasi serta terutama peralatan, cara dan metode produksi
bisa memberikan pelayanan (service) yang baik. harus terintegrasi secara spasial dan fungsional
(2) Keterkaitan ekonomi (economic linkages), karena inovasi teknologi saja tidak akan memacu
berkaitan erat dengan pemasaran sehingga terjadi transformasi sosial dan ekonomi suatu wilayah
aliran komoditas berbagai jenis bahan dan jika tidak disesuaikan dengan suatu kebutuhan.
barang manufaktur, modal, dan pendapatan (5) Keterkaitan sosial (social linkages) merupakan
serta keterkaitan produksi ke depan (forward dampak dari keterkaitan ekonomi terhadap pola

Tabel 3. Hasil Nilai Interaksi Wilayah antara Pusat Pertumbuhan dan Wilayah Belakangnya (Hinterland) di
Kabupaten Nias
Kecamatan Kecamatan Penduduk Penduduk Jarak (Jarak Angka Inter-
No. Asal Tujuan Daerah Asal Daerah Tujuan i-j i-j)b aksi
(i) (j) (Pi) (Pj) (dij)/km (dij)2 (Aij)
Idanogawo 31.660 25.675 14 196 4.147.298
Bawolato 31.660 22.965 32 1.024 710.031
Ulugawo 31.660 9.740 32 1.024 301.141
Gido 31.660 31.660 0 0 0
1 Gido Ma’u 31.660 9.424 32 1.024 291.371
Somolo-molo 31.660 6.162 17 289 675.048
Hiliduho 31.660 9.126 42 1.764 163.792
Hiliserangkai 31.660 7.583 42 1.764 136.099
Botomuzoi 31.660 9.042 54 2.916 98.172
Idanogawo 25.675 25.675 0 0 0
Bawolato 25.675 22.965 18 324 1.819.834
Ulugawo 25.675 9.740 18 324 771.835
Gido 25.675 31.660 14 196 4.147.298
2 Idanogawo Ma’u 25.675 9.424 46 2.116 114.348
Somolo-molo 25.675 6.162 31 961 164.630
Hiliduho 25.675 9.126 56 3.136 74.716
Hiliserangkai 25.675 7.583 56 3.136 62.083
Botomuzoi 25.675 9.042 68 4.624 50.206
Idanogawo 9.042 25.675 68 4.624 50.206
Bawolato 9.042 22.965 86 7.396 28.076
Ulugawo 9.042 9.740 86 7.396 11.908
Gido 9.042 31.660 54 2.916 98.172
3 Botomuzoi Ma’u 9.042 9.424 86 7.396 11.521
Somolo-molo 9.042 6.162 71 5.041 11.053
Hiliduho 9.042 9.126 8 64 1.289.333
Hiliserangkai 9.042 7.583 12 144 476.149
Botomuzoi 9.042 9.042 0 0 0
Sumber: Hasil analisis

Identifikasi Pusat-Pusat... | Yarman Gulo | 43


hubungan sosial penduduk. (6) Keterkaitan yakni Kecamatan Somolo-molo dengan nilai
pelayanan sosial (service social linkages), seperti­ interaksi 675.048 satuan daya tarik dan Ke-
pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih, camatan Ma’u dengan nilai interaksi 291.371
listrik, dan bank. (7) Keterkaitan administrasi, satuan daya tarik. Pusat pertumbuhan Kecamatan
politik, dan kelembagaan, misalnya pada struktur Idanogawo mempunyai daerah belakangnya
pemerintahan, batas administrasi ataupun anggar­ yang terdiri dari dua kecamatan, yakni Keca-
an dan biaya pembangunan yang direfleksikan matan Bawolato dengan nilai interaksi sebesar
dalam hubungan struktural pemerintahan formal. 1.819.834 satuan daya tarik dan Kecamatan
Untuk mengidentifikasi pusat pertumbuhan Ulugawo dengan nilai interaksi sebesar 771.835
wilayah dan hinterland-nya di Kabupaten Nias satuan daya tarik. Sementara pusat pertumbuhan
dapat dijelaskan pada Tabel 3. Dari Tabel 3 terse- Kecamatan Botomuzoi memiliki dua kecamatan
but dapat dijelaskan bahwa pusat pertumbuhan hinterland-nya, yakni Kecamatan Hiliduho
Kecamatan Gido memiliki daerah belakangnya dengan nilai interaksi 1.289.333 satuan daya tarik
(hinterland) yang terdiri dari dua kecamatan, dan Kecamatan Hiliserangkai sebesar 480.573

Tabel 4. Perbedaan Penentuan Pusat Pertumbuhan antara Hasil Analisis dan Kebijakan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW)
Keca- Hasil Analisis Hasil Analisis
No. Kebijakan RTRW Rekomendasi
matan Skalogram Gravitasi

Pusat Pertumbuhan Nilai Interaksi Ter- Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Pusat Pertumbuhan
1 Gido
Utama (Orde I) tinggi (Peringkat 2) Kawasan Cepat Tumbuh Utama

Pusat Pelayanan Kawasan


(PPK)
Pusat Pertumbuhan Nilai Interksi Ter- Pusat Pertumbuhan
2 Idanogawo Kawasan Ceapat Tumbuh
Utama (Orde I) tinggi (Peringkat 1) Kedua
Kawasan Industri
Kawasan Minapolitan

Pusat Pelayanan Lingkun-


Hinterland Pusat
Pusat Pertumbuhan Nilai Interaksi Ter- gan (PPL)
3 Bawolato Pertumbhan Kedua
Utama (Orde I) tinggi (Peringkat 3) Kawasan Cepat Tumbuh
(Idanogawo)
Kawasan Minapolitan

Pusat Pertumbuhan Nilai Interaksi Per- Pusat Pelayanan Lingkun- Pusat Pertumbuhan
4 Botomuzoi
Ketiga (Orde III) ingkat 5 gan (PPL) Ketiga

Hinterland Pusat
Hiliserang- Pusat Pertumbuhan Nilai Interaksi Per-
5 PPK Pertumbuhan Ke-
kai Keempat (Orde IV) ingkat 8
tiga (Botomuzoi)

Hinterland Pusat
Pusat Pertumbuhan Nilai Interaksi Per-
6 Hiliduho PPL Pertumbuhan Ke-
Keempat (Orde IV) ingkat 4
tiga (Botomuzoi)

PPL Hinterland Pusat


Pusat Pertumbuhan Nilai Interaksi Per-
7 Ulugawo Kawasan Hutan Lindung Pertumbuhan
Keempat (Orde III) ingkat 6
Kawasan Tertinggal Kedua (Idanogawo)

PPL Hinterland Pusat


Somolo- Pusat Pertumbuhan Nilai Interaksi Per-
8 Kawasan Hutan Lindung Pertumbuhan
molo Keempat (Orde IV) ingkat 7
Kawasan Tertinggal Utama (Gido)

PPL Hinterland Pusat


Pusat Pertumbuhan Nilai Interaksi Per-
9 Ma’u Kawasan Hutan Lindung Pertumbuhan
Keempat (Orde IV) ingkat 9
Kawasan Tertinggal Utama (Gido)

Sumber: Hasil Analisis

44 | Widyariset, Volume 18, Nomor 1, April 2015 37–48


satuan daya tarik. Walaupun dari perhitungan lainnya di Kabupaten Nias dan merupakan
nilai interaksi Kecamatan Botomuzoi berada di wilayah pertumbuhan ketiga, sesungguhnya
bawah Kecamatan Hiliduho, secara geografis tidak memberikan sumbangan perekonomian
Kecamatan Botomuzoi berada di tengah-tengah bagi Kabupaten Nias secara keseluruhan karena
wilayah Kecamatan Hiliserangkai dan Hiliduho. aktivitas perekonomian ketiga wilayah tersebut
Dari analisis skalogram sebelumnya juga terlihat lebih tertarik ke Kota Gunungsitoli. Keterkaitan
bahwa fasilitas umum di Kecamatan Botomuzoi ketiga kecamatan tersebut dengan wilayah pusat
lebih lengkap dibandingkan kedua kecamatan pertumbuhan utama Kecamatan Gido sebena-
lainnya. rnya adalah hanya interaksi dari aspek urusan
pelayanan publik pemerintahan. Dari aspek kewil-
3. Hasil Analisis Dikaitkan dengan ayahan Kecamatan Gido sangat strategis sebagai
­Kebijakan RTRW Kabupaten Nias pusat pertumbuhan dibandingkan Kecamatan
Idanogawo karena jaraknya yang cukup dekat
Untuk melihat perbedaan antara hasil analisis dan Kota Gunungsitoli. Di Kota Gunungsitoli terdapat
kebijakan dalam rencana tata ruang wilayah, ter- fasilitas pelabuhan laut dan bandar udara sebagai
kait dengan penentuan pusat-pusat pertumbuhan sarana transportasi strategis untuk aktivitas per-
di Kabupaten Nias, dapat dilihat pada Tabel 4. Dari ekonomian di Kepulauan Nias. Dengan demikian,
Tabel 4, terlihat ada perbedaan antara hasil analisis pusat pertumbuhan utama Kecamatan Gido dilihat
dan kebijakan tata ruang wilayah Kabupaten Nias. dari pusat-pusat pertumbuhan di Kepulauan Nias
Dari hasil analisis terlihat bahwa Kecamatan dapat dikembangkan sebagai kota transit atau
Botomuzoi merupakan pusat pertumbuhan orde kota satelit dari Kota Gunungsitoli karena kota
kedua dengan wilayah belakangnya Kecamatan ini di sampng berada di jalur jalan nasional yang
Hiliserangkai dan Kecamatan Hiliduho, tetapi menghubungkan Kota Gunungsitoli dengan Kota
dalam kebijakan tata ruang wilayah Kabupaten Teluk Dalam juga wilayahnya dekat dengan Kota
Nias terlihat bahwa kecamatan ini hanya sebagai Gunungsitoli.
pusat pelayanan lingkungan (PPL) sedangkan
Sebagai implikasi penentuan Kecamatan
Kecamatan Hiliserangkai diarahkan menjadi
Gido sebagai pusat pertumbuhan utama (kota) di
pusat pelayanan kawasan (PPK). Peningkatan
Kabupaten Nias maka untuk perencanaan wilayah
Kecamatan Hiliserangkai menjadi PPK bertujuan
Kabupaten Nias perlu dibangun infrastruktur-
untuk pemerataan pembangunan di tiga keca-
infrastruktur yang mendukung utamanya sarana
matan yang selama ini terpisah dengan beberapa
transportasi yang dapat menghubungkan daerah
kecamatan lainnya di Kabupaten Nias. Kecamatan
hinterland-nya dengan seluruh wilayah Kabupaten
Hiliserangkai akan menjadi pusat pelayanan bagi
Nias. Demikian juga penyediaan fasilitas-fasilitas
Kecamatan Hiliduho dan Botomuzoi.
umum lainnya dan fasilitas-fasilitas pemerintahan
Untuk lebih jelasnya pusat-pusat pertumbuh­ yang dapat melayani penduduk Kabupaten Nias.
an wilayah hasil analisis di Kabupaten Nias dapat
Di samping itu, peningkatan kesejahteraan
dilihat pada Gambar 1. Dari Gambar 1 tersebut,
masyarakat yang terlihat melalui angka Indeks
dapat dilihat bahwa pusat-pusat pertumbuhan
Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten
wilayah di Kabupaten Nias terdiri dari pusat
Nias perlu menjadi perhatian. Berdasarkan data
pertumbuhan utama di Kecamatan Gido dengan
BPS Kabupaten Nias Tahun 2013, pada 2012
daerah hinterland-nya Kecamatan Ma’u dan
pencapaian IPM Kabupaten Nias sebesar 69,55
Somolo-molo, pusat pertumbuhan kedua adalah
mengalami peningkatan daripada tahun sebelum-
Kecamatan Idanogawo dengan daerah hinterland-
nya yakni 69,09. Komponen IPM yang mengalami
nya Kecamatan Ulugawo dan Bawolato, dan
peningkatan pada 2012 adalah angka harapan
pusat pertumbuhan ketiga adalah Kecamatan
hidup dari 69,77 pada 2011 menjadi 69,94 tahun
Botomuzoi dengan daerah hinterland-nya
2012, rata-rata lama sekolah dari 6,42 pada 2011
Kecamatan Hiliserangkai dan Hiliduho. Dari
menjadi 6,46 tahun 2012, angka melek huruf
Gambar 1 juga terlihat bahwa wilayah Kecamatan
dari 90,78 pada 2011 menjadi 90,79 pada 2012.
Botomuzoi, Hiliserangkai, dan Hiliduho yang
Peningkatan ini merupakan dampak program
terpisah secara geografis dengan kecamatan

Identifikasi Pusat-Pusat... | Yarman Gulo | 45


Gambar 1. Pusat-Pusat Pertumbuhan Wilayah di Kabupaten Nias

pembangunan yang dilaksanakan pemerintah KESIMPULAN


Kabupaten Nias di berbagai bidang termasuk
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
bidang sarana dan prasarana pendidikan dan
yang telah diuraikan di atas, baik dari analisis
kesehatan cukup menggembirakan sehingga akan
skalogram dan analisis gravitasi maupun kebi-
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang cukup
jakan RTRW Kabupaten Nias, dapat disimpulkan
tinggi dan diharapkan juga akan meningkatkan
bahwa pusat pertumbuhan utama di Kabupaten
pendapatan per kapita masyarakat.
Nias adalah Kecamatan Gido, pusat pertum­
Dengan adanya pusat-pusat pertumbuhan buhan kedua, yaitu Kecamatan Idanogawo, dan
tersebut diharapkan memberikan pengaruh dan pu­sat pertumbuhan ketiga adalah Kecamatan
manfaat bagi masyarakat dalam segala aspek Botomuzoi.­ Hasil analisis interaksi (tingkat
kehidupan. Pengaruh-pengaruh dan manfaat keterkaitan) antara pusat pertumbuhan (growth
tersebut sebagaimana dikemukakan Nurmala centre) dan daerah sekitarnya (hinterland) keca-
Dewi,12 yakni: 1. pengaruh terhadap pemusatan matan pendukung adalah: (a) Pusat pertumbuhan
dan persebaran sumber daya, antara lain (a) pola Kecamatan Gido memiliki daerah belakangnya
mobilitas penduduk meningkat, (b) teknologi (hinterland) yang terdiri dari dua kecamatan,
dan transportasi semakin meninggi. 2. pengaruh yakni Kecamatan Somolo-molo dan Ma’u. (b)
terhadap perkembangan ekonomi, antara lain Pusat pertumbuhan Kecamatan Idanogawo
(a) meningkatkan kondisi ekonomi penduduk mempunyai daerah belakangnya (hinterland)
sehingga kesejahteraan dan kualitas hidupnya yang terdiri dari dua kecamatan, yakni Kecamatan
lebih baik, (b) menjadikannya sebagai pusat Bawolato dan Ulugawo. (c) Pusat pertumbuhan
perdagangan. 3. pengaruh terhadap perubahan Kecamatan Botomuzoi memiliki dua kecamatan
sosial budaya masyarakat, antara lain (a) pendidi- hinterland-nya, yakni kecamatan Hiliduho dan
kan penduduk semakin meningkat, (b) masuknya Hiliserangkai.
budaya asing atau budaya luar sehingga timbulnya
asimilasi budaya di masyarakat.

46 | Widyariset, Volume 18, Nomor 1, April 2015 37–48


SARAN 5
Pemerintah Kabupaten Nias. 2011. Laporan akhir ren-
cana tata ruang wilayah Kabupaten Nias tahun
Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan 2011–2013. Gunungsitoli: Badan Perencanaan
beberapa hal, yakni pemerintah Kabupaten Nias Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal
perlu menindaklanjuti penetapan Kecamatan Gido Kabupaten Nias.
sebagai pusat pertumbuhan utama di Kabupaten 6
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi regional, teori dan
Nias sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat 7
Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan pembangunan
Kabupaten Nias semakin baik. Perlu dilakukan wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.
penelitian lanjutan untuk melihat pola interaksi 8
Pemerintah Kabupaten Nias. 2011. Laporan akhir ren-
antara pusat pertumbuhan wilayah di Kabupaten cana tata ruang wilayah Kabupaten Nias tahun
Nias dan wilayah hinterland-nya (pola interaksi 2011–2013. Gunungsitoli: Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal
wilayah) yang meliputi pola interaksi pelayanan
Kabupaten Nias.
sosial, pola interaksi fisik, dan pola interaksi 9
Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias. 2011. Nias
ekonomi. dalam angka tahun 2012. Gunungsitoli:
Kerja Sama Badan Penelitian, Pengembangan
PERNYATAAN dan Statistik Kabupaten Nias dengan BPS
Kabupaten Nias.
KTI ini sebagian dikutip pada tesis penulis yang 10
Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan pembangunan
berjudul “Analisis Pusat-Pusat Pertumbuhan wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.
dalam Pengembangan Wilayah Kabupaten Nias” 11
Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan pembangunan
di SPs Magister Perencanaan Pembangunan wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.
Wilayah dan Perdesaan Universitas Sumatera 12
Rondinelli, Dennis A. 1985. Apllied methods of
Utara Tahun 2012. regional analysis: the spatial dimensions of
development policy. London: Westview Press.
UCAPAN TERIMA KASIH
13
Dewi, Nurmala. 2009. Geografi untuk SMA dan MA
Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departe-
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan men Pendidikan Nasional.
penghargaan kepada Drs. Mahmud Thoha, 8
Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias. 2011. Nias
M.A., A.P.U. atas arahan dan bimbingan. Tak dalam angka tahun 2012. Gunungsitoli:
lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Kerja Sama Badan Penelitian, Pengembangan
rekan-rekan peserta Diklat Jabatan Fungsional dan Statistik Kabupaten Nias dengan BPS
Peneliti Tingkat Pertama Gelombang II Tahun Kabupaten Nias.
2014 atas pertemanan yang hangat selama diklat
berlangsung. PUSTAKA PENDUKUNG
Adisasmita, Raharjo. 2005. Dasar-dasar ekonomi
DAFTAR PUSTAKA wilayah. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Alkadri, Muchdie dan Suhandojo. 2001. Tiga
1
Daryanto, Arief dan Yundy Hafizrianda. 2011.
pilar pengembangan wilayah: sumber daya
Model-model kuantitatif untuk perencanaan
alam, sumber daya manusia, dan teknologi.
pembangunan ekonomi daerah. Bogor: Pener-
Direktorat Kebijaksanaan Teknologi untuk
bit IPB Press.
Pengembangan Wilayah Badan Pengkajian dan
2
Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli. 2011. Regional: Penerapan Teknologi. Jakarta.
pembangunan, perencanaan dan ekonomi.
Rustiadi Ernan, Sunsun Saefulhakim, Dyah R.
Medan: USU-Press.
Panuju. 2011. Perencanaan dan pengembangan
3
Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan pembangunan wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan
wilayah. Jakarta: Bumi Aksara. Pustaka Obor Indonesia.
4
Sugiyanto. 2010. Penelitian pengembangan pusat- Setiono, Dedi N.S. 2011. Ekononomi pengembangan
pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten wilayah (Teori dan Analisis). Jakarta: Lem-
Lamandau. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manaje- baga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
men Bisnis, Vol. 1, No. 2, Oktober 2010, Indonesia.
202–215.

Identifikasi Pusat-Pusat... | Yarman Gulo | 47

Anda mungkin juga menyukai