Metalurgi Las Ii PDF
Metalurgi Las Ii PDF
METALURGI LAS II
2700
L 2651F
2500
LIQUIDUS
SUHU
L+
2300
SOLIDUS ( Cu.Ni )
2100
1900
Cu 20 40 60 80 Ni
NIKEL , % berat
1250
L 53.5%
L+
( Al ) 1018F L+
1000
5.65% 33.2%
SUHU F.
52.5%
750
( Cu Al 2 )
+
500
Al 10 20 30 40 50 Cu
TEMBAGA , % berat
G. 2 DIAGRAM FASE EUTECTIC DARI SISTIM
PADUAN ALUMINIUM TEMBAGA
Paduan padat yang dihasilkan terdiri dari dua fase yang sangat
berbeda ( , ) , dimana adalah fcc dan adalah body centered
tetragonal ( bct ). Pada semua kompossi didalam sistim aluminium-
tembaga kecuali aluminium murni , pada 53.5 % dan 33.2 % berat
Cu , cairan metal membeku dalam satu cakupan suhu (temperature
range ). Paduan yang titik cairnya rendah pada 33.2% Cu disebut
komposisi eutectic.
Contoh lain dari komposisi eutectic dapat dilihat pada diagram besi
carbon ( G. 3 ) pada suhu 2098F antara batas batas komposisi 2.11
dan 6.69% C dimana :
PENDINGINAN
L ( 4.3%C ( 2.11 % C ) + Fe3C ( 6.69% C ).
PEMANASAN
G. 3 REAKSI ISOTHERMIS PERITECTIC , EUTECTIC DAN
EUTECTOID UNTUK SISTIM BESI - CARBON
3000 L+
PERITECTIC L
- Fe
+ EUTECTIC
2500
1674F
+ ( Fe2C )
A3 CEMENTITE
EUTECTOID
1500
A1
0.77% 1342F
0.0218 % 6.69% berat
( - Fe )
1000
FERRITE
+ Fe2C
500
Fe 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0
CARBON , % berat
0.09%
( + Fe ) L+ L
0.17% 0.53%
2723F
2700
SUHU , F
+
L+
2600
+ Fe
AUSTENITE
2541F
2500
Fe 0.20 0.40 0.60 0.80
CARBON , % berat
Gambar G. 5 menggambarkan struktur mikro yang didapat apabila
baja 0.02% C dan 0.77%C didinginkan perlahan lahan dari daerah
austenite . Besi ( 0% C ) yang tidak mengandung carbon sama sekali
merupakan bcc ferrite murni ( terang ). Baja 0.2%C mengandung
sekitar 25% pearlite ( gelap ) dan 75% ferrite ( terang ). Baja 0.77%C
mengandung 100% pearlite.
1600
START A
1400
11
A
PEARLITE KASAR
1200
FINISH BAINIT ATAS 38
KEKERASAN , HRC
1000
A
SUHU , F
+F 40
+C
800
A 50% 43
600
BAINIT BAWAH 55
Ms
400
M5 0
M90
200
65
0
2 5 2 5 2 5 2 5 2 5 2 5 2 5
2 3 4 5 6
-1 1 10 10 10 10 10 10
10
WAKTU , DETIK
800
AC 3 PEARLITE
AC1 START
AUSTENITE
FINISH 1200
600
BAINITE
SUHU , C
SUHU , F
900
400
50%
600
200
3 2
300
4
10 5 2 10 5 2 10 5 2 10 5 2 1
900
800
KEKERASAN SETELAH
KEKERASAN, HV
700 TRANSFORMASI
600
500
400
300
200
100
Gambar G. 7 menggambarkan kurva CCT untuk baja eutectoid.
Gambar G. 7 juga mewakili secara kualitatif proses quencing dengan
air , minyak dan udara dengan berbagai laju pendinginan yang
menghasilkan struktur mikro dan kekerasan yang bervariasi pula.
Misalnya batang baja eutectoid ( 0.77%C) dengan diameter ½ “
dipanaskan , kemudian ditahan pada suhu austenisasi yang sesuai ,
yakni kira kira 1600F, dan kemudian didinginkan dengan air . Sesuai
dengan diagram CCT pada gambag G. 7 baja ini memiliki struktur
mikro martensit sebagaimana tertera pada gambar G. 8 (a) dengan
kekerasan sebesar 840 HV. Apabila batang yang sama didinginkan
dengan udara , keseluruhan struktur mikronya mungkin berubah
menjadi pearlite sebagaimana tertera pada gambar G. 5 (c) dengan
kekerasan sebesar 270 HV. Selanjutnya apabila suatu kawat baja yang
telah teraustenisasi dengan diameter 0.06” didinginkan dengan udara
pada suhu kamar , maka struktur mikronya akan berubah menjadi
struktur mikro yang terdiri dari bainite ( gelap ) dan martensit ( terang
) sebagai tertera pada gambar G. 8 (b) dengan kekerasan sebesar 560
HV. Jadi disini dapat dikatakan bahwa apabila baja dengan komposisi
yang telah ditentukan diberi perlakuan panas melalui quencing dan
tempering atau didinginkan secara terkendali, dapat berubah menjadi
beberapa jenis struktur mikro dengan sifat mekanis yang berbeda beda.
SONA TERIMBAS
PANAS
Sebagai contoh pengelasan besi tuang abu abu kelas 30 yang dilas
dengan filler metal yang kaya dengan nikel menggunakan proses
SMAW , sona tidak tercampur tampak jelas ( lihat gambar G.5-10 ) ,
karena besi tuang abu abu yang mencair membeku sebagai struktur
besi putih ( dengan F3C eutectic ditambah ) , sedangkan sona
kompositnya mengandung sebagian besar bahan filler nikel , yang
membeku sebagai austenite.
Lain halnya dengan pengelasan nikel murni dengan bahan filler nikel
menggunakan proses las GTAW , sona tidak tercampur tidak tampak
karena komposisi cairan disona komposite dan kondisi mendingin tidak
berbeda dengan cairan disona tidak tercampur.
Pertumbuhan epitaxial
Mekanisme pembekuan yang mendasar yang direkayasa untuk metal
tuangan telah diterapkan dengan berhasil untuk solidifikasi
pengelasan. Perbedaan yang masih ada antara solidifikasi bahan
tuangan dengan solidifikasi pengelasan adalah adanya fenomena
pertumbuhan epitaxial pada jalur las. Pada metal tuangan
pembentukan kristal padat dari cairan memerlukan nukleasi heterogin
dari partikel padat yang berada pada dinding cetakan ( mold ) yang
kemudian diikuti dengan oertumbuhan kristal . Sebaliknya proses
nukleasi pada jalur las terhapus pada awal terjadinya proses
solidifikasi disebabkan oleh mekanisme pertumbuhan epitaxial
dimana atom dalam kolam las secara cepat terdeposisi pada lokasi
lattice yang paling awal terbentuk dekat bahan induk padat. Akibatnya
struktur dan orientasi crystallografis kristal HAZ dalam antar muka
las , berlanjut kedalam daerah fusi las sebagaimana tampak pada
pengelasan nikel asli ( gambar G.5-11 ) . Pada kenyataannya lokasi
antar muka las yang tepat sangat sulit untuk ditentukan pada deposit
las metal murni yang menggunakan bahan filler yang sangat sesuai .
Bahkan bentuk struktur mikro seperti annealing twins yang berada
dalam HAZ akan selalu tumbuh secara epitaxial kedalam bahan las
sewaktu pembekuan. Demikian juga dengan bahan filler yang tidak
sesuai juga akan membeku secara epitaxial , khususnya apabila bahan
filler dan bahan induk memiliki struktur kristal yang sama sewaktu
pembekuan , misalnya pengelasan monel ( fcc ) dengan nikel ( fcc )
sebagai bahan filler.
Y
POSISI BUSUR NYALA
(a) B +
ARAH PENGELASAN
B
A
KECEPATAN LAS LAMBAT
Y
B +
(b)
A
KECEPATAN LAS SEDANG
Y
(c) +
0.6
G. 13
0.8
1.0
50 75 100 125 150 175
Struktur mikro.
Keuletan metal las baja dapat dicapai manakala struktur mikronya
CHARPY ferrite
banyak mengandung acicular IMPACTdengan
TOUGHNESS , ft/lb sekali ferrite batas
sedikit
butir. , bainite dalam jumlah minimum , dan tidak terdapat martensite.
Kecuali apabila jumlah carbon sangat sedikit sekali , struktur yang
sepenuhnya bainite dan atau martensite harus dihindarkan. Ukuran
butir dan jumlah inklusi kotoran harus serendah mungkin . Pada
gambar G.5-13 menggambarkan makin sedikit inklusi kotoran , makin
tinggi keuletan bahan.
Proses pengelasan
Karena mengandung austenite awal ( prior austenite ) dan acicular
ferrite yang butirnya berukuran kecil , dan inklusi kotoran yang amat
sedikit sekali hingga dapat dikatakan dapat diabaikan , maka
sambungan las yang dilaksanakan dengan proses GTAW , SMAW dan
GMAW bermutu baik dengan tingkat keuletan yang tinggi
( sebagaimana dilaskan ) . Keuletan HAZ nya biasanya cukup baik
karena butir butirnya kecil disebabkan oleh masukan panas ( heat
input ) yang tidak terlalu tinggi.
Bahan filler
Bahan pemadu didalam bahan filler seperti mangan , nikel ,
molydenum , chromium dan vanadium sangat bermanfaat dalam
mendorong terbentuknya acicular ferrite dalam cakupan laju
pendinginan las yang lebih luas. Untuk mendapatkan keuletan
maksimum diperlukan jumlah bahan paduan yang optimum . Jika
jumlahnya berlebihan justru akan memberi pengaruh buruk terhadap
daktilitas bahan.
Asalkan tersedia diagram CCT yang sesuai untuk pelat baja yang harus
dilas dan bahan paduan yang diharapkan terjadi setelah pengelasan ,
metoda untuk menghitung suhu pemanasan awal ini sangat berguna
dan dapat dimanfaatkan hampir diseluruh komposisi bahan paduan .
Secara umum baja struktural harus dilas dengan pemanasan awal
secukupnya untuk mencegah terbentuknya martensite yang getas.
Dengan mempelajari diagram CCT pelat baja yang akan dilas dan
komposisi bahan las , laju pendinginan maksimum yang dibolehkan
dapat dihitung.
1500
WAKTU RENDAM
1240
1000
SUHU , º F
500
0 4 6 10
WAKTU , JAM