Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Mekanikal, Vol. 9 No.

1: Januari 2018: 814-822 e-ISSN 2502-700X


p-ISSN 2086-3403

ANALISIS KEKUATAN TARIK, KEKERASAN, DAN STRUKTUR MIKRO PADA


PENGELASAN SMAW STAINLESS STEEL 312 DENGAN VARIASI ARUS LISTRIK

Awal Syahrani*, Naharuddin**, Muhammad Nur***


*&** Dosen Jurusan Teknik Mesin, Univ. Tadulako
*** Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Univ. Tadulako
*Email : awsyahrani_untad@yahoo.com

Abstract: Analysis of tensile strength, hardness and microstructure in SMAW


welding of stainless steel 312 with a variation of the electric current. This study
aims to determine the effect of electric current variation on the SMAW welding method using 70 A, 90
A, and 110 A currents. The electrode used is E312-16 with a diameter of 3.2 mm. The type of camp
used is the V-camp with an angle of 600, the tests performed are tensile strength, hardness, and
microstructure. This research was conducted at the Materials Testing Laboratory of Mechanical
Engineering Department of Tadulako University.
The result of tensile test shows that the tensile strength at 110 A has the highest value of 665,084
Mpa and the lowest value 639,680 Mpa, for the highest tensile strain at 110 A current of 32,72% and
the lowest is 30,88%. For elastic modulus with current 70 A has the highest value that is 7282,47
Mpa and the lowest at 110 A is 6719,57 Mpa. The highest mean hardness value is in 110 A current of
221.92 kg / mm2 located on the weld metal area. The result of the microstructure of the HAZ region
has increased grain growth along with the increase of Heat Input and there is less Chromium Carbide
deposition than the low current.

Keywords: Electric current, SMAW, Stainless Steel 312, tensile strength, hardness and micro
structure

Abstrak: Analisis kekuatan tarik , kekerasan dan struktur mikro pada pengelasan
SMAW stainless steel 312 dengan variasi arus listrik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variasi arus listrik dengan metode pengelasan SMAW menggunakan arus 70 A,
90 A, dan 110 A. Elektroda yang digunakan adalah E312-16 dengan diameter 3.2 mm. Jenis kampuh
yang digunakan adalah kampuh V dengan sudut 600, pengujian yang dilakukan adalah kekuatan tarik,
kekerasan, dan struktur mikro. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Bahan Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
Hasil pengujian tarik didapatkan nilai kekuatan tarik pada arus 110 A mempunyai nilai tertinggi yaitu
665,084 Mpa dan terendah 639,680 Mpa, untuk regangan tarik nilai tertinggi pada arus 110 A yaitu
32,72 % dan terendah 30,88 %. Untuk modulus elastisitas dengan arus 70 A memiliki nilai tertinggi
yaitu 7282,47 Mpa dan terendah pada arus 110 A yaitu 6719,57 Mpa. Nilai rata-rata kekerasan
tertinggi terdapat pada arus 110 A sebesar 221,92 kg/mm2 yang terletak pada daerah logam las.
Hasil struktur mikro daerah HAZ mengalami pertumbuhan butir yang meningkat seiring dengan
kenaikan Heat Input dan terdapat endapan Karbida Chrom yang lebih sedikit dibandingkan dengan
arus yang rendah.

Kata Kunci : Arus listrik, SMAW, Stainless Steel 312, kekuatan tarik, kekerasan dan struktur mikro

PENDAHULUAN pekerja industri misalnya untuk pekerjaan


Perkembangan teknologi saat ini konstruksi, mesin industri dan gerbong
menurut ketersediaannya bahan baku kereta api (Saad, 2008).
harus menjadi bahan jadi untuk Faktor yang mempengaruhi hasil
peningkatan sumber daya manusia sangat pengelasan adalah prosedur pengelasan
mendukung akan fasilitas dan aktivitas yaitu cara pembuatan konstruksi las yang
manusia, misalnya teknologi pengelasan sesuai rencana dan spesifikasi dengan
yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh menentukan semua hal yang diperlukan

814
Jurnal Mekanikal, Vol. 9 No.1: Januari 2018: 814-822 e-ISSN 2502-700X
p-ISSN 2086-3403

dalam pelaksanaan tersebut. Proses yang dilaksanakan dalam keadaan lumer


produksi pengelasan yang dimaksud atau cair. Dengan kata lain, pengelasan
adalah proses pembuatan, alat dan bahan adalah suatu proses penyambungan
yang diperlukan, urutan pelaksanaan, logam menjadi satu akibat panas atau
persiapan pelaksanaan meliputi pemilihan tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga
mesin las, penunjukan juru las, pemilihan didefinisikan sebagai ikatan metalurgi
elektroda, penggunaan jenis kampuh yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik
(Wiryosumarto, 2000). antar logam.
Prosedur pengelasan kelihatannya Mengelas adalah suatu aktifitas
sangat sederhana tetapi sebenarnya di menyambung dua bagian benda atau lebih
dalamnya terdapat masalah-masalah yang dengan cara memanaskan atau menekan
harus diatasi dimana pemecahannya atau gabungan dari keduanya sedemikian
memerlukan bermacam-macam rupa sehingga menyatu seperti benda
pengetahuan, karena itu dalam utuh. Penyambungan bisa dengan atau
pengelasan, pengetahuan harus turut tanpa bahan tambah (Filler Metal) yang
serta mendampingi praktek. Secara lebih sama atau berbeda titik cair maupun
terperinci dapat diketahui bahwa dalam strukturnya.
pengelasan harus direncanakan pula Kebutuhan las yang semakin
tentang cara pengelasan, cara berkembang berbanding lurus dengan
pemeriksaan, bahan las dan jenis las yang pekembangan pada pengelasan, misalnya
dipergunakan, berdasarkan fungsi dan pada metode pengelasan. Metode
bagian-bagian yang dirancang (Widharto, pengelasan yang ada sekarang ini sudah
2013). mengalami perkembangan. Dijabarkan
Penyetelan kuat arus pengelasan tentang berbagai macam las dan tahun
akan mempengaruhi hasil las. Bila arus penemuannya menurut (Alip, 1989).
yang digunakan terlalu rendah akan
menyebabkan sukarnya penyalaan busur 2. Las Busur Listrik Elektroda
listrik. Busur listrik yang terjadi menjadi Terlindung SMAW (Shielded
tidak stabil. Panas yang terjadi tidak Metal Arc Welding)
cukup untuk melelehkan elektroda dan Las busur listrik elektroda terlindung
bahan dasar sehingga hasilnya merupakan atau lebih dikenal dengan SMAW
rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta (Shielded Metal Arc Welding) merupakan
penembusan kurang dalam. Sebaliknya pengelasan menggunakan busur nyala
bila arus terlalu tinggi maka elektroda listrik sebagai panas pencair logam. Busur
akan mencair terlalu cepat dan akan listrik terbentuk diantara elektroda
menghasilkan permukaan las yang lebih terlindung dan logam induk seperti
lebar dan penembusan yang dalam ditunjukkan pada Gambar 2.1 karena
sehingga menghasilkan kekuatan tarik panas dari busur listrik maka logam induk
yang rendah dan menambah kerapuhan dan ujung elektroda mencair dan
dari hasil pengelasan (Santoso.J, 2006). membeku bersama (Wiryosumarto, 2000).

TEORI DASAR

1. Pengertian Pengelasan
Pengelasan (Welding) adalah salah
satu teknik penyambungan logam dengan
cara mencairkan sebagian logam induk
dan logam pengisi dengan atau tanpa
tekanan. Pengelasan atau Welding
definisikan oleh DIN (Deutsche Industrie
Normen) adalah ikatan metalurgi pada Gambar 1. Las busur listrik elektroda
sambungan logam atau logam paduan terlindung (Wiryosumarto, 2000)

815
Jurnal Mekanikal, Vol. 9 No.1: Januari 2018: 814-822 e-ISSN 2502-700X
p-ISSN 2086-3403

Proses pengelasan SMAW (Shielded Arus las merupakan parameter las


Metal Arc Welding) dilakukan dengan yang langsung mempengaruhi
menggunakan energi listrik (AC/DC), penembusan dan kecepatan pencairan
logam induk, makin tinggi arus las maka
energi listrik dikonversi menjadi energi
makin besar penembusan dan kecepatan
panas dengan membangkitkan busur pencairannya. Besar arus pada
listrik melalui sebuah elektroda. Busur pengelasan mempengaruhi hasil
listrik diperoleh dengan cara mendekatkan pengelasan, bila arus terlalu rendah maka
elektroda las ke benda kerja/logam yang perpindahan cairan dari ujung elektroda
akan dilas pada jarak beberapa milimeter, yang digunakan sangat sulit dan busur
sehingga terjadi aliran arus listrik dari listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang
terjadi tidak cukup untuk melelehkan
elektroda ke benda kerja, karena adanya
logam dasar, sehingga menghasilkan
perbedaan tegangan antara elektroda dan bentuk rigi-rigi las yang kecil dan tidak
benda kerja (logam yang akan dilas). rata serta penembusan pada logam induk
Panas yang dihasilkan dapat mencapai kurang dalam. Jika arus terlalu besar,
50000 C, sehingga mampu melelehkan maka akan menghasilkan manik melebar,
elektroda dan logam yang akan butiran percikan kecil, penetrasi dalam
disambung untuk membentuk paduan serta matrik las tinggi (Arifin, 1997).
Untuk pengelasan pada daerah las
(Bintoro, 1999).
yang mempunyai daya serap kapasitas
panas yang tinggi diperlukan arus listrik
yang besar dan mungkin juga diperlukan
tambahan panas. Sedangkan untuk
pengelasan baja paduan, yang daerah
HAZ-nya dapat mengeras dengan mudah
akibat pendinginan yang terlalu cepat,
maka untuk menahan pendinginan ini
diberikan masukan panas yang tinggi yaitu
Gambar 2. Skema kerja las busur listrik dengan arus pengelasan yang besar.
Elektroda terlindungi (Bintaro, 1999)
Pengaturan besar kecilnya arus dilakukan
3. Arus Pengelasan dengan cara memutar tombol pengatur
arus. Besar arus yang digunakan dapat
Besarnya aliran listrik yang keluar dilihat pada skala yang ditunjukkan oleh
dari mesin las disebut dengan arus amperemeter yang terletak pada mesin
pengelasan. Arus pengelasan yang las. Pada masing-masing mesin las, arus
diperlukan tergantung pada diameter minimum dan arus maksimum yang dapat
elektroda yang digunakan, tebal benda dicapai berbeda-beda, umumnya berkisar
kerja, jenis elektroda yang digunakan, antara 100 Ampere sampai 600 Ampere.
geometri sambungan dan posisi
pengelasan. 4. Stainless Steel 312
Stainless Steel 312 banyak
Tabel 1. Hubungan diameter elektroda
digunakan dalam pembuatan bagian
dengan arus pengelasan
struktural dan bagian mekanis, seperti
pipa bor minyak, konstruksi yang
menggunakan perancah baja dan juga
pada konstruksi tanki kondensor
khususnya digunakan untuk mengelolah
kembali uap bekas pada boiler
menggunakan air laut.
Sumber : AWS Filler Metal Alloys, 2010 Stainless Steel 312 merupakan
bagian dari baja tahan karat austenitik

816
Jurnal Mekanikal, Vol. 9 No.1: Januari 2018: 814-822 e-ISSN 2502-700X
p-ISSN 2086-3403

dimana tipe ini mempunyai kandungan kecepatan pendinginan. Faktor utama


kromium (Cr) tinggi, yaitu 16 - 30 % dan yang mengontrol perubahan struktur
mengandung paling sedikit 8 % Nikel (Ni). tersebut adalah besarnya masukan panas
Jenis baja ini paling umum dipakai dalam (Heat Input) yang diberikan kepada
dunia industri. Sifat Weldability yang sambungan logam (termasuk kalau ada
paling baik dengan proses Welding pemanasan mula). Kecepatan pendinginan
umumnya. Austenitik Stainless Steel pada mempengaruhi sifat-sifat mekanis sesuai
umumnya memiliki struktur fase tunggal dengan jenis fasa dan butiran logam yang
yaitu struktur Austenite. Pada saat setelah terbentuk. Pendinginan yang cepat
pengelasan struktur ini dapat membentuk menghasilkan struktur yang kuat, keras
Kristal Ferrite didalam Weld Metal dan dan kurang ulet.
HAZ. Pembentukan Ferrite ini mempunyai Pendinginan yang lambat menghasilkan
keuntungan, yaitu mencegah terjadinya sifat-sifat sebaliknya. Menahan logam
Hot Cracking, sedangkan kerugiannya pada temperatur tinggi (di atas
yaitu ketahanan korosinya akan temperatur kritis) untuk waktu yang lama
berkurang, terutama yang mengandung dapat menghasilkan struktur dengan
Alloy Molybdenum (Mo). (Zamil, 2009) butiran yang kasar, namun demikian
selama pengelasan berlangsung ada
5. Metalurgi Las bagian logam yang letaknya bersebelahan
Aspek metalurgi adalah meliputi dengan las berada pada temparatur tinggi
siklus termal dan pengaruhnya terhadap untuk waktu yang sangat singkat
perubahan struktur mikro serta faktor- (Santoso, J., 2006).
faktor yang mempengaruhi sifat mampu Siklus daerah Thermal adalah
las (Weldability) dari logam yang proses pemanasan dan pendinginan
disambung. Kualitas sambungan las daerah lasan. Lamanya pendinginan dari
biasanya dikaitkan dengan kekuatan, suatu daerah temperatur tertentu dari
ketangguhan atau sifat mekanis lainnya, satu siklus Thermal las sangat
maka perlu dibahas hubungan antara mempengaruhi kualitas sambungan.
struktur mikro dengan sifat-sifat terhadap Logam di daerah pengelasan
tekanan dan kekerasan dari sambungan mengalami siklus termal yakni pencairan
las. kemudian pembekuan. Kondisi ini
Siklus termal akan dapat menyebabkan perubahan struktur mikro
menimbulkan perubahan-perubahan dari logam yang bersangkutan. Sedangkan
metalurgi yang rumit, deformasi dan logam induk adalah bagian logam yang
tegangan-tegangan termal ataupun cacat jauh dari bagian las sehingga tidak
pada logam las. Perubahan yang paling terpengaruh oleh suhu panas las dan
penting dalam pengelasan adalah tetap dalam struktur mikro dan sifat
perubahan struktur mikro yang akan semula.
menentukan sifat-sifat mekanis Daerah pengaruh panas atau Heat
sambungan las. Pada umumnya struktur Affected Zone adalah logam dasar yang
mikro yang terjadi tergantung pada bersebelahan dengan logam las yang
komposisi kimia dari logam induk, kondisi selama proses pengelasan mengalami
logam induk seperti geometri atau proses siklus Thermal pemanasan dan
pengerjaan sebelumnya, teknik pendinginan cepat sehingga daerah ini
pengelasan yang diterapkan, serta yang paling kritis dari sambungan las.
perlakuan panas yang diberikan. Secara visual daerah yang dekat dengan
Tingkat perubahan mikro struktur yang garis lebur las maka susunan struktur
terjadi disamping dipengaruhi oleh faktor- logamnya semakin kasar.
faktor dari material yang dilas juga
tergantung pada temperatur maksimum
yang dicapai ketika pengelasan,
waktu/lamanya temperatur itu terjadi dan

817
Jurnal Mekanikal, Vol. 9 No.1: Januari 2018: 814-822 e-ISSN 2502-700X
p-ISSN 2086-3403

Gambar 3. Transformasi fasa pada logam


Hasil pengelasan (Sonawan & Suratman,
2006). Gambar 4. Grafik Tegangan-Regangan

6. Pengujian Tarik Hubungan antara tegangan dan


Pengujian tarik bertujuan untuk regangan pada beban tarik ditentukan
mengetahui sifat-sifat mekanis dan dengan rumus sebagai berikut.
perubahan-perubahannya dari suatu
logam terhadap pembebanan tarik seperti =
tegangan, regangan, dan modulus
elastisitas. Pengujian tarik merupakan Dimana :
jenis pengujian yang paling banyak F = Beban (N)
dilakukan karena mampu memberikan A = Luas Penampang (mm2)
informasi perilaku mekanis material.
Pengujian ini umumnya diperuntukan bagi
= Tegangan (Mpa)
Kemudian besarnya regangan adalah
pengujian beban-beban statik.
besarnya pertambahan panjang karena
Beban tarik tersebut dimulai dari nol
pembebanan dibandingkan dengan daerah
dan berhenti pada beban atau tegangan
ukur (Gauge Length).
patah tarik (Ultimate Strenght) dari logam ∆
yang bersangkutan. Beban uji yang telah = 100%
dinormalisasikan ukurannya dipasang 0
Dimana :
pada mesin uji tarik, kemudian diberi
beban (gaya tarik) secara perlahan-lahan = Regangan (%)
dari nol hingga maksimum. Pengujian tarik ∆ = Perubahan Panjang (mm)
dilakukan dengan mesin uji tarik atau Lo = Panjang mula-mula (mm)
dengan Universal Testing Machine (UTM). Modulus elastisitas adalah perbandingan
Pada proses pengujian tarik antara tegangan dan regangan dari suatu
teradapat sebuah siklus yang terjadi pada benda. Besarnya nilai modulus elastisitas
material yaitu yang pertama adalah proses yang juga merupakan perbandingan
elastisitas dimana material masih dapat antara tegangan dan regangan dan dapat
kembali pada posisinya saat mengalami dihitung dengan persamaan:
perubahan, yang kedua material berubah .
= =
menjadi plastis yang mana pada proses ini .∆
jika material mengalami perubahan maka Dimana :
tidak akan kembali pada posisi semula, E = Modulus elastisitas tarik (N/mm)
yang ketiga merupakan nilai kekuatan = Tegangan (Mpa)
tarik tertinggi (batas maksimal) pada = Regangan (%)
material yang biasanya menyebabkan Lo = Panjang mula-mula(mm)
Necking pada baja lunak, yang terakhir ∆ = Perubahan panjang (mm)
adalah material putus.
7. Pengujian Kekerasan
Hardness atau kekerasan
merupakan ketahanan suatu material
(baja karbon) terhadap penetrasi atau

818
Jurnal Mekanikal, Vol. 9 No.1: Januari 2018: 814-822 e-ISSN 2502-700X
p-ISSN 2086-3403

daya tembus dari bahan lain yang lebih Penelitian dilakukan di Laboratorium
keras (Penetrator). Kekerasan merupakan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
suatu sifat dari bahan yang banyak Universitas Tadulako.
dipengaruhi oleh unsur-unsur paduannya. Alat yang digunakan adalah : mesin
metode pengujian kekerasan Vickers las SMAW, mesin perkakas (sekrap,
dengan skala makro atau biasa disebut gergaji dan gerinda), tensil test dan
dengan Macro Vickers dengan hardness test. Bahan yang digunakan
menggunakan penekanan berbentuk Stainless Steel 312, elektroda E312-16.
piramida intan sudut antara permukaan Pengerjaan penelitian ini dimulai dengan
piramida yang saling berhadapan 1360 memotong bahan dengan ukuran 220 mm
sesuai dengan standar ASTM E 92-82. x 17,6 mm x 7,3 mm (untuk uji tarik),
bahan uji kekerasan menyesuaikan
dengan alat uji demikian halnya dengan
bahan pengamatan struktur mikro,
kemudian dilakukan pembentukan
kampuh V dengan sudut 60o . Selanjutnya
dilakukan pengelasan dengan variasi arus
70 A, 90 A dan 110 A. Pembentukan
spesimen uji dilakukan pada tahap
berikutnya, spesimen uji tarik dan
Gambar 5. Metode pengujian kekerasan spesimen uji kekerasan dengan standar
Vickers standar ASTM 92-82 (ASTM 2010)
ASTM. Pengambilan data adalah langkah
selanjutnya.
Nilai kekerasannya (VHN) dapat
ditentukan dengan menggunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
persamaan :
. . .
Pengujian Tarik
. .
VHN = = (kg/mm2) Data yang diperoleh pada pengujian tarik
Dimana : adalah sebagai berikut :
P = Beban yang digunakan (kg) Tabel 2. Hasil pengujian Tarik
= Sudut puncak permukaan intan=1360
D = Panjang diagonal rata-rata jajak
(mm)

8. Pengamatan Struktur Mikro


Pengamatan struktur mikro
bertujuan untuk mengetahui dan
membedakan struktur mikro antara logam
induk, daerah HAZ (Heat Affected Zone)
dan logam las yang diberikan pada saat
proses perlakuan panas. Sifat fisis logam
dapat diketahui melalui struktur mikro
yang didapatkan dari hasil foto mikro.
Struktur mikro dalam logam
ditunjukan dengan besar, bentuk dan
orientasi butirnya, jumlah fasa, proporsi
dan kelakuan dimana mereka tersusun
atau terdistribusi. Struktur mikro dari
paduan tergantung dari beberapa faktor
seperti, elemen paduan, konsentrasi dan
perlakuan panas yang diberikan. Gambar 5. Diagram tegangan tarik

METODOLOGI PENELITIAN

819
Jurnal Mekanikal, Vol. 9 No.1: Januari 2018: 814-822 e-ISSN 2502-700X
p-ISSN 2086-3403

Dengan memperhatikan tabel 2. tinggi dibandingkan dengan daerah HAZ,


dimana pada arus 110 A nilai tegangan hal ini diakibatkan oleh logam las yang
tarik yang tertinggi. Hal ini disebabkan bercampur dengan logam induk
karena adanya perbedaan masukkan mempunyai kekerasan yang tinggi.
panas, panas yang timbul akibat dari Sedangkan pada daerah HAZ nilai
penggunaan besar kecilnya arus yang kekerasannya lebih rendah karena daerah
digunakan pada saat proses pengelasan. HAZ yang berbatasan dengan logam las
Sedangkan nilai modulus elastisitas terjadi sangat lebar dan butir dapat tumbuh
sebaliknya nilai modulus elastisitas hingga menjadi sangat besar. Daerah
tertinggi pada arus yang rendah, hal ini yang dekat dengan logam las mengalami
diakibatkan oleh sifat bahan yang semakin pertumbuhan butir yang kasar maka
ulet seiring dengan meningkatnya kekerasan di daerah HAZ menjadi rendah
kekuatan tarik. serta mengalami perubahan struktur.
Pengujian Kekerasan Pengamatan Struktur Mikro
Tabel 3. Hasil Uji Kekerasan

Gambar 7. Hasil Pengamatan Struktur Mikro


Struktur mikro Raw Material pada
daerah logam induk seperti yang terlihat
pada Gambar 7, terlihat adanya fasa
Austenit sebagai fasa yang dominan dan
fasa Ferrite. Fasa Austenit ditunjukkan
oleh warna putih sedangkan Ferrite dalam
bentuk delta Ferrite berupa garis hitam
putus-putus. Selain itu terlihat pula
adanya presipitat berupa bintik hitam
yang tersebar pada daerah batas butir
atau batas Ferrit-Austenit.
Gambar 6. Grafik Uji Kekerasan Pada masing-masing sampel
Tabel 3 dan gambar 6 dengan masukkan panas yang berbeda
menunjukkan nilai kekerasan yang terjadi terjadi perbedaan yang signifikan pada
setelah terjadi proses pengelasan. Terjadi ukuran dendrit bila dilakukan suatu
perubahan nilai kekerasan dari material pengukuran. Pada sampel arus yang tinggi
dasar ke daerah HAZ hingga ke logam menyebabkan masukkan panas yang lebih
lasnya yang semakin meningkat. Pada besar sehingga ukuran dendrit membesar
daerah logam las (Weld Metal) dan HAZ dan jarak antara dendrit bertambah
(Heat Affected Zone) menunjukkan bahwa dibandingkan dengan sampel arus yang
semakin tinggi penggunaan arus (Ampere) rendah. Hal ini disebabkan karena pada
pengelasan, maka hasil nilai kekerasan sampel arus yang tinggi masukkan panas
Vickers akan semakin tinggi pula. Dapat lebih besar kemudian melalui proses
dilihat nilai kekerasan pada logam las lebih

820
Jurnal Mekanikal, Vol. 9 No.1: Januari 2018: 814-822 e-ISSN 2502-700X
p-ISSN 2086-3403

pencairan dan pemanasan yang pengelasan SMAW kekuatan


berlangsung cukup lama sehingga sambungan las sangat baik.
mengakibatkan perubahan dengan ukuran 2. Struktur mikro pada daerah HAZ dapat
dendrit menjadi lebih besar. dilihat bahwa semakin besar arus yang
Pada daerah HAZ dari ketiga digunakan maka pertumbuhan butir
sampel spesimen pengujian dengan akan semakin tinggi dan terdapat
variasi arus 70 A, 90 A dan 110 A struktur endapan Karbida Chrom yang lebih
yang terbentuk berupa butiran austenit sedikit dibandingkan dengan arus yang
yang relatif lebih kasar dibandingkan rendah, jika endapan Karbida Chrom
dengan butiran pada logam induk dan semakin banyak maka akan terjadi
terjadi sedikit perpanjangan pada ukuran penurunan sifat tahan karat dan sifat
dendrit, karena butiran austenit yang lebih mekaniknya. Dan pada logam las
kasar maka dapat dipastikan kekuatan dan menghasilkan struktur ferit Vermicular
ketangguhan pada daerah HAZ lebih kecil dan Lathy, dengan meningkatnya arus
dibandingkan dengan kekuatan dan pengelasan yang digunakan
ketangguhan pada daerah logam induk. menyebabkan ukuran dendrit
membesar dan jarak antara dendrit
KESIMPULAN bertambah dibandingkan dengan arus
Berdasarkan hasil penelitian dan pengelasan yang rendah
pembahasan tentang pengaruh variasi
arus listrik pada pengelasan SMAW
terhadap material Stainless Steel 312 DAFTAR PUSTAKA
maka dapat disimpulkan sebagai berikut : ASM Metal Handbook, Ninth Edition,
1. Hasil analisis pengujian tarik Stainless Volume 3. Stainlees Steel Welding
Steel 312 mempunyai nilai tegangan Guide.
tarik pada proses pengelasan
diperoleh nilai tertinggi yaitu Alip, M., 1989, Teori dan Praktik Las.
pengelasan dengan arus 110 A Jakarta: Proyek pengembangan
sebesar 665,084 Mpa dan nilai lembaga pendidikan tenaga
tegangan terendah yaitu pada kependidikan Jakarta.
pengelasan dengan arus 70 A sebesar
639,680 Mpa. Untuk regangan tarik Arifin, S. 1997. Las Listrik dan Otogen.
atau perpanjangan nilai tertinggi Jakarta: Ghalia Indonesia.
terdapat pada arus 110 A sebesar
32,72 % dan terendah terdapat pada AWS.2010. Stainless Steel Filler Metal
arus 70 A yaitu 30,88 %. Dan untuk Alloys.
nilai elastisitas pada proses
pengelasan diperoleh nilai tertinggi ASTM.2010. Standard Test Methods for
terdapat pada arus 70 A sebesar Tension Testing of Metallic
7282,47 Mpa dan terendah pada arus Materials.
110 A yaitu 6719,57 Mpa. Sedangkan
untuk nilai rata-rata kekerasan Bintoro, G.A. 1999. Dasar-Dasar Pekerjaan
tertinggi terdapat pada spesimen Las. Jilid 1. Penerbit Kanisius.
dengan variasi arus 110 A sebesar Yogyakarta.
221,92 kg/mm2 yang terletak pada
daerah logam las, dan nilai kekerasan Malau, V., 2003, Diktat Kuliah Teknologi
terendah pada spesimen dengan Pengelasan Logam, Yogyakarta.
variasi arus 70 A sebesar 149,76
kg/mm2 yang terletak pada daerah Santoso, J., 2006, Pengaruh Arus
logam induk. Dari ketiga variasi arus Pengelasan Terhadap Kekuatan
70 A, 90 A dan 110 A, bahwa pada Tarik Dan Ketangguhan Las
arus pengelasan 110 A dengan metode

821
Jurnal Mekanikal, Vol. 9 No.1: Januari 2018: 814-822 e-ISSN 2502-700X
p-ISSN 2086-3403

SMAW dengan Elektroda E7018,


Universitas Negeri Semarang.

Sonawan, H Dan Rochim Suratman.2006,


Pengantar Untuk Memahami
Proses Pengelasan Logam, Alfa
Beta, Bandung.

Saad, 2008, Pengaruh Pengelasan SMAW,


Skripsi, Jurusan Teknik Mesin,
Universitas Negeri Semarang.

Wiryosumarto, H. dan T. Okumura, 2000,


Teknoligi Pengelasan Logam, PT
Pradnya Paramita,Jakarta.

Widharto, S., 2013, Welding Inspection,


Mitra Wacana Media, Jakarta.

822

Anda mungkin juga menyukai