Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

RETENSIO PLASENTA

NAMA KELOMPOK 2 :

1. I GEDE ANGGA PUTRAWAN ( 17.321.2666 )


2. KOMANG AYU RATIH PURBANINGRUM ( 17.321.2675 )
3. NI KADEK ERNI WIDJYANTI ( 17.321.2683 )
4. NI PUTU AYU WISMAYA DEWI ( 17.321.2698 )
5. NI PUTU MERRY TASIA SURYAWAN ( 17.321.2702 )

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI 2018/2019


LAPORAN PENDAHULUAN
PADA ASIEN RETENSIO PLASENTA

A. DEFINISI
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga
atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Prawirohardjo, 2015)
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu
setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya
sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta
manual dengan segera. (Manuaba, 2015 )
Istilah retensio plasenta dipergunakan jika plasenta belum lahir setengah jam
sesudah anak lahir. (Sastrawinata, 2016)
Jadi menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio plasenta
adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran
bayi.

B. ETIOLOGI

Penyebab retensio plasenta adalah :

1. Fungsional:

a. His kurang kuat (penyebab terpenting)

b. Plasenta sukar terlepas karena :

Tempatnya : Insersi di sudut tuba, bentuknya : Plasenta


membranacea, palsenta anularis dan ukurannya: Plasenta yang
sangat kecil. (Sastrawinata, 2016)
2. Patologi – anatomi:
a. Plasenta akreta: vili korialis berimplantasi menembus desidua
basalis dan Nitabuch layer. Pada jenis ini plasenta melekat
langsung pada miometrium.
b. Plasenta inkreta: vili korialis sampai menembus miometrium, tapi
tidak menembus serosa uterus.
c. Plasenta perkreta: vili korialis sampai menembus serosa atau
perimetrium.
Plasenta akreta ada yang kompleta, yaitu jika seluruh permukaannya
melekat dengan erat pada dinding rahim. Plasenta akreta yang parsialis,
yaitu jika hanya beberapa bagian dari permukaannya lebih erat
berhubungan dengan dinding Rahim.
C. PATOFISIOLOGI
Penyebab pasti tertundanya pelepasan setelah waktu 30 menit tidak selalu jelas,
tetapi tampaknya cukup sering disebabkan oleh kontraksi uterus yang tidak
adekuat.Penyebab dari disfungsi kontraksi ini belum diketahui pasti. Kecuali pada fibroid
uterus, dimana sumber distensi uterus tidak dapat dihilangkan dengan kontraksi uterus,
maka kontraksi uterus yang tidak adekuat muncul. Namun, uterus tidak harus mengalami
distensi selama kala III hingga menyebabkan kontraksi yang tidak adekuat. Distensi
sebelum kelahiran bayi, seperti pada kehamilan ganda dan polihidramnion, juga
mempengaruhi kemampuan rahim untuk berkontraksi secara efisien setelah kelahiran bayi,
dan dengan demikian keduanya menjadi faktor risiko lain untuk perdarahan postpartum
karena atonia.
Walaupun sangat jarang, plasenta dapat melekat erat ke tempat implantasi, baik
karena penetrasi berlebihan dari trofoblas maupun desidua basalis yang sedikit (tipis) atau
tidak ada sama sekali dan kelainan perkembangan lapisan fibrinoid (lapisan Nitabuch)
secara parsial atau total, sehingga tidak terdapat garis pemisah fisiologis melalui lapisan
spongiosa desidua. Akibatnya, satu atau lebih kotiledon melekat erat ke desidua basalis
yang cacat atau bahkan ke miometrium. Kasus perlengketan plasenta ini dapat dilihat pada
trimester pertama, yang mengindikasikan bahwa proses patologinya mungkin muncul pada
saat implantasi dan bukan setelah masa gestasional.
Pengalaman klinis juga menunjukkan bahwa kita tidak dapat mengasumsikan
bahwa perdarahan postpartum lebih umum terjadi pada implantasi segmen bawah rahim,
murni terjadi karena otot segmen bawah rahim tidak memadai untuk berkontraksi. Dalam
kasus plasenta previa dan plasenta akreta, segmen bawah rahim terlihat lebih tipis dari
lapisan normal. Peneliti berhipotesis bahwa sifat kontraktil otot segmen bawah rahim, yang
sudah lebih kecil dari segmen atas, selanjutnya diturunkan oleh kehadiran plasenta. Ini
berarti bahwa implantasi sendiri memiliki efek buruk pada miometrium segmen bawah.
Selain itu, ada bukti yang bersifat anekdot yang menunjukkan bahwa invasi trofoblas lebih
cenderung pada daerah jaringan desidua yang sedikit (tipis), termasuk implantasi pada
bekas luka dan kehamilan ektopik. Peneliti berhipotesis bahwa trofoblas akan lebih mudah
menginvasi ke segmen bawah rahim dengan lapisan desidua yang abnormal, dan
meningkatkan kemungkinan plasenta akreta untuk berkembang.
Patofisiologi retensio plasenta ini juga bisa berarti plasenta telah terpisah akan tetapi
masih tertinggal akibat ketegangan tali plasenta atau leher rahim yang tertutup. Faktor ini
dapat muncul akibat kesalahan penanganan kala III persalinan dan manipulasi yang
berlebihan.8 Pemijatan dan penekanan secara terus-menerus terhadap uterus yang sudah
berkontraksi dapat mengganggu mekanisme fisiologis pelepasan plasenta sehingga
pemisahan plasenta tidak sempurna dan pengeluaran darah meningkat. (Prawirohardjo,
2015).
D. MANISFESTASI KLINIS
Gejala yang kadang-kadang timbul : Tali puasat putus akibat traksi yang berlebihan,
inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan. (Prawirohardjo, 2015)

1. Fisiologi Plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20
cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan
dengan plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis). Umumnya plasenta terbentuk
lengkap pada kehamilan kurang lebih 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi
seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian
besar dari bagian janin, yaitu vili korialis yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari
bagian ibu yang berasal dari desidua basalis. Darah ibu yang berada di ruang interviller
berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan
dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai
mencapai chorionic plate, pangkal kotiledon-kotiledon janin. Plasenta berfungsi sebagai
alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat
asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke
janin. (Prawirohardjo, 2016)

2. Fisiologi Pelepasan Plasenta


Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi myometrium
sehinga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta
menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus dan tidak
dapat berkontraksi atau berintraksi pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta
terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah pemisahan kontraksi uterus berikutnya akan
melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan mendorong keluar vagina disertai dengan
pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta. (WHO, 2013)

E. Predisposisi Retensio Plasenta


Beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta yaitu :

a. Grandemultipara.

b. Kehamilan ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta


yang agak luas.
c. Kasus infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis.

d. Plasenta previa, karena dibagian isthmus uterus, pembuluh darah


sedikit, sehingga perlu masuk jauh kedalam.
e. Bekas operasi pada uterus. (Manuaba, 2017)

F. KOMPLIKASI

Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :

1. Perdarahan

Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit

perlepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang


melekat membuat luka tidak menutup.
2. Infeksi

Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim


meningkatkan pertumbuhan bakteri.
3. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus
sedangkan kontraksi pada ostium baik.
4. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferasi yang mengalami infeksi
sekunder dan nekrosis dengan masuknya mutagen, perlukaan yang
semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik dan akhirnya menjadi
karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses
keganasan akan berjalan terus.
5. Syok haemoragik. (Prawirohardjo, 2016)

6. Penanganan Retensio Plasenta Dengan Separasi Parsial :

a. Tentukan jenis Retensio yang terjadi karena berkaitan dengan


tindakan yang akan diambil.
b. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila ekspulsi
plasenta tidak terjadi, cobakan traksi terkontrol tali pusat.
c. Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40
tetesan/menit. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400
mg/rektal.
d. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan
manual plasenta secara hati-hati dan harus untuk menghindari
terjadinya perforasi dan perdarahan.
e. Lakukan transfusi darah apabila diperlukan.

f. Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2 gr IV/oral +


metronidazoll gr supositoria/oral).
g. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok
neurogenik. (Prawirohardjo, 2016)

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan menurut Prawirohardjo, 2016 di antaranya :

1. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan


kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium
klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila
memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi
oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan
hasil pemeriksaan darah.
2. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat
atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
3. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan
dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta.
Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan
kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah
persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi,
perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
5. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta.
Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase.
Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding
rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
6. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
7. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN RETENSIO PLASENTA
PADA DI RUANG PERAWATAN NIFAS (KENANGA)
RSUD PAMBALAH BATUNG AMUNTAI

I. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Ny. M
Umur : 19 tahun.
Jenis Kelamin : Wanita.
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : ISLAM.
Suku/ Bangsa : Banjar
Alamat : Ds. Darusalam RT.03 Danau Panggang
Tanggal Masuk : 30 Januari 2017
Tanggal Pengkajian : 30 Januari 2017
No.Medical Record : 060603
Diagnosa Medis : Retensio Plasenta

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. kp
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Agama : ISLAM
Hubungan dengan Klien: Suami
Alamat : Ds. Darusalam RT. 04 Danau Panggang
II. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Nyeri Post operasi curet.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Post operasi curet tanggal 30 Januari 2017 sejak jam 10.00 WITA – 11.00 WITA
dengan anestesi spinal, pada kehamilan 40 minggu, mengeluh nyeri perut dan keluar
plasenta per vagina, setelah dilakukan curet dari hasil pemeriksaan, klien dinyatakan
retensio plasenta . Nyeri dirasakan secara terus-menerus seperti disayat-sayat, dengan
skala dirasakan sebagai nyeri sedang. Nyeri akan bertambah bila klien bergerak.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien tidak ada menderita penyakit hipertensi dan DM.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien juga tidak ada menderita penyakit hipertensi dan DM.
5. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
a. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
1) Riwayat Kehamilan yang lalu:
Klien memeriksakan kehamilannya secara teratur setiap bulan lewat posyandu
dan mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 x.

2) Riwayat persalinan
Klien sudah pernah melahirkan, karena ini merupakan melahirkan kedua.
3) Riwayat persalinan sekarang
Klien melahirkan melalui per vagina tanggal 30 Januari 2017 sejak jam 08.00
wita . APGAR Score 9
b. Riwayat Ginekologi
1) Riwayat Menstruasi / haid
Klien mulai menstruasi sejak usia 12 tahun
2) Riwayat Perkawinan
Klien menikah pada usia 16 tahun
3) Riwayat Keluarga Berencana
Sejak menikah klien belum menggunakan alat kontrasepsi
III. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : lemah
Tanda Vital
a. Suhu : 380C
b. Nadi : 76x/mnt
c. Pernafasan : 24 x/mnt
d. Tekanan darah : 80/60 mmHg
Kesadaran: compos mentis

2. Kepala:
Rambut hitam, distribusi baik, kerontokan (-)
3. Mata:
Fungsi penglihatan baik, konjungitva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor.
4. Telinga
Fungsi pendengaran baik, kebersihan baik.
5. Hidung
Fungsi penciuman bail, polip (-), kebersihan baik.
6. Mulut
Mukosa bibir agak kering, karena klien masih puasa, kebersihan baik.
7. Leher
Pembesaran tiroid (-), peningkatan vena jugularis (-).
8. Dada:
Paru-paru : Irama teratur, bunyi vesicular, frekuensi 24 x/mnt.
Jantung : Irama teratur, bunyi jantung S1 dan S2 tunggal.
Payudara : Klien mengatakan puting susu menonjol dan sudah mengeluarkan cairan
kekuningan.
9. Abdomen
Nyeri tekan (-), TFU 2 jari bawah umbilicus, kontraksi uterus baik, luka operasi baik,
rembesan (-).
10. Genetalia
Pembengkakan (-), kebersihan baik.
11. Kulit
Warna sawo matang, turgor kembali dalam 2 detik, kebersihan dan kelembaban baik.
12. Kuku
Kebersihan baik, CRT kembali dalam 2 detik
13. Ektremitas
Otot dan tulang dalam batas normal, edema (-), varises (-).
14. Pola Aktivitas Sehari-hari
Aktifitas Sebelum Hamil Ketika Hamil
1. Makan
 Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
 Jumlah 1 porsi 1 porsi
 Jenis Nasi, lauk, kadang sayur Nasi, lauk, kadang sayur
2. Minum
 Kuantitas 6 – 7 gelas/hari 6 – 8 gelas/hari

 Jenis Air putih, teh Air putih, teh, kadang susu

3. BAK
 Frekuensi 5 – 6 x/hari 5 – 7 x/hari
Jernih Jernih
 Warna
4. BAB
1 X / hari 1 X / hari
 Frekuensi
Kuning Kuning
 Warna
5. Mandi
2 x/hari 2 x/hari
 Frekuensi
2 x/hari 2 x/hari
 Gosok gigi
6. Tidur
Nyenyak Nyenyak
 Kualitas
(-) (-)
 Gangguan
15. Aspek psikososial dan spiritual
a. Persepsi dan Harapan Klien
Klien berharap setelah mendapatkan perawatan bisa sembuh total dan beraktivitas
seperti biasa.
b. Konsep Diri
Klien memahami akan menjalani peran baru sebagai ibu.
c. Hubungan Komunikasi
Komunikasi terlihat baik dengan petugas dan keluarganya.
d. Kebiasaan seksual
Tidak terkaji.
e. Spiritual
Klien biasanya mengerjakan shalat 5 waktu.
f. Perubahan psikologis
Klien terlihat agak cemas, tapi lebih tenang dengan dukungan keluarga.
g. Tingkat Pengetahuan klien tentang perawatan nifas
Klien kurang mengetahui tentang nifas dan biasanya bertanya pada orang tuanya.

16. Data Penunjang


Laboratorium
Hasil Laboratorium tanggal 30 Januari 2017
Hemoglobin : 11,4gr%
Leukosit : 9.400/mm3
Erytrosit : 3,74 juta/mm3
Trombosit : 209.000/mm3
Hematokrit : 32,3%
MCV : 86,5 fl
MCH : 30,5 fg
Clotting Time (CT) : 5 menit
Bleeding Time (BT) : 2 menit
17. Terapi

Tanggal 30 Januari 2017


 IVFD RL : D5% = 2 : 2 drip Oxytocin 2 ampul 12 jam post SC selanjutnya Cernevit
1 ampul
 Inj. Ketorolac 3 x 1 ampul
 Inj. Ranitidine 3 x 1 ampul
Tanggal 1 Pebruari 2017
 Asam Mefenamat 3 x 500 mg.
 Sulfas Ferosos 3 x 1
 Domperidon 3 x 1
IV. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Klien mengeluh nyeri luka Luka operasi Nyeri akut
operasi
DO: Klien tampak meringis
 P : Nyeri bertambah bila
klien bergerak.
 Q : Nyeri seperti disayat-
sayat
 R : Lokasi : pinggang
 S : skala nyeri sedang
(skala 5)
 T : Nyeri dirasakan terus-
menerus
2 DS : Klien mengeluh Kekurangan cairan Perdararah post op
badan panas
DO: Klien tampak Pucat dan
merasa haus
 Klien kulit terlihat kering
 Penurunan tekanan darah
80/60 mmhg
3 DS : Klien mengeluh Penurunan daya tahan Resiko infeksi
lemah tubuh
DO: Klien mengatakan
tidak bisa berjalan

V. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma
2. Kekurangan volume cairan berhububungan dengan keluarnya darah
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh.
VI. PERENCANAAN
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan (Nursing Outcome) (Nursing Intervenstion
Classification)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan perawatan  Kaji skala nyeri
berhubungan selama 1 shift, diharapkan  Observasi KU dan TTV
dengan trauma nyeri akut hilang, dengan  Ajarkan teknik distraksi
16kriteria: dan relaksasi
 Kontrol nyeri  Anjurkan tirah baring bila
 Tingkat kenyamananri nyeri datang
 Tingkatan nyeri  Kolaborasi pemberian
analgetik
2 Gangguan volume Setelah dilakukan perawatan  Kaji perdarahan posr
cairan berhubungan selama 1 shift, diharapkan curet
dengan keluarnya gangguan cairan dapat  Kaji gizi
darah teratasi, dengan 16kriteria:  Observasi KU dan TTV
 Keseimbangan cairan
 Nutrisi Asupan makanan  Anjurkan agar keluarga
dapat mendampingi dan
memotivasi klien
3 Resiko Infeksi Setelah dilakukan perawatan  Batasi kunjungan keluarga
berhubungan selama 1 shift, diharapkan / besuk.
dengan statis cairan resiko infeksi tidak terjadi,  Observasi balutan
tubuh. dengan 16kriteria: terhadap perdarahan yang
 Status imun berlebihan.
 Control infeksi  Perhatikan kateter, jumlah
lokia dan konsistensi
fundus.
 Pantau asupan cairan dan
pengeluaran urin.
 Anjurkan latihan cuci
tangan
 Anjurkan klien untuk
merubah selalu posisi
tubuh (duduk, berbaring
dalam posisi datar).
 Observasi daerah luka
operasi (apakah sudah ada
perubahan kearah
penyembuhan atau tanda-
tanda infeksi).

VII. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Proses


Keperawatan
1 Nyeri akut  Mengkaji skala nyeri DS : Klien mengatakan nyeri
berhubungan  Mengobservasi KU masih ada.
dengan trauma dan TTV
DO :
 Mengajarkan teknik
 Skala nyeri 5 (nyeri sedang)
diatraksi dan
 TD = 150/80 mmHg
relaksasi
 Klien menarik nafas dalam bila
 Menganjurkan tirah
nyeri datang
baring bila nyeri
 Klien mengatakan bahwa dia
datang
biasanya berbaring bila nyeri
 Berkolaborasi
datang
pemberian analgetik
 Memberikan ketorolak 1 ampul
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.

2 Gangguan  Mempertahan DS : Klien mengatakan


volume cairan kesimbangan cairan anggota geraknya masih
berhubungan  Mengkaji nutrisi lemah.
dengan  Mengobservasi KU
DO :
keluarnya darah dan TTV
 Memerlukan
bantuan/pengawasan/bimbingan
 Menganjurkan agar
sederhana)
keluarga dapat
 Monitor asupan makanan
mendampingi dan
 TD = 80/ 60 mmHg
memotivasi klien
 Kulit sudah tidak kering
dalam beraktivitas

No Diagnosa Tinakan Keperawatan Evaluasi Proses


Keperawatan
3 Resiko infeksi  Mengobservasi tanda- DS : Klien gunakan sabun
berhubungan tanda vital.
DO :
dengan statis  Mengobservasi balutan
 TD = 80 / 60 mmHg
cairan tubuh. terhadap perdarahan yang
 Perembesan perdarahan (-)
berlebihan.
 Lokhea normal, TFU 2 jari
 Memperhatikan kateter,
di bawah umbilikus
jumlah lokia dan
 Klien minum sebanyak 7
konsistensi fundus.
gelas / hari, urine (+)
 Memantau asupan cairan
 Klien mulai miring kanan
dan pengeluaran urin.
dan miring kiri
 Menganjurkan cuci
 Klien belum bisa duduk
tangan
 Luka operasi baik.
 Menganjurkan klien
untuk merubah selalu
posisi tubuh (duduk,
berbaring
dalam posisi datar).
 Mengobservasi daerah
luka operasi (apakah
sudah ada perubahan
kearah
penyembuhan atau tanda-
tanda infeksi).

VIII. EVALUASI
No Hari/ Tgl/ Jam No Dx Evaluasi TTD

1. (30 I S : Klien mengatakan nyeri


Januari masih ada.
2017 ,
O:
jam 17.00  Skala nyeri 5 (nyeri sedang)
WITA)  TD = 150/80 mmHg
 Klien menarik nafas dalam bila
nyeri datang
A: Masalah Teratasi
P: Pertahankan kondisi pasien
2. (30 II S : Klien mengatakan anggota
Januari geraknya masih lemah.
2017 ,
O:
jam 14.00  Memerlukan
WITA) bantuan/pengawasan/bimbingan
sederhana)
 Monitor asupan makanan
 TD = 80/ 60 mmHg
 Kulit sudah tidak kering
A : Masalah belum teratasi

sebagian

P : Lanjutkan Intervesi

(30
3. III S : Klien gunakan sabun
Januari
4. O:
2017,
 TD = 80 / 60 mmHg
jam 14.30
 Perembesan perdarahan (-)
WITA)
 Lokhea normal, TFU 2 jari di
bawah umbilikus
 Klien minum sebanyak 7 gelas /
hari, urine (+)
 Klien mulai miring kanan dan
miring kiri
 Klien belum bisa duduk
 Luka operasi baik.
A : Masalah belum teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

Soenarso, Perawatan Ibu dan Dnak Di Rumah Sakit dan Puskesmas, Depkes RI Jakarta.
Ferrer, Helen, Perawatan Maternitas, Jakarta : EGC, 1999
Doengoes, M.E. 2015. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC.
Prawirohardjo (2015) Pendahuluan kti Partus Normal indikasi Retensio Plasenta.
Manuaba, 2015. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Sastrawinata.2015.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai