Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ASUHAN KEPERAWATAN
BENIGNA PROSTAT HYPERPLASI (BPH)
1. Definisi
BPH (Benigna Prostat Hyperplasi) adalah pembesaran progresif dari kelenjar
prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan urine (urethra).
2. Etiologi
Mulai ditemukan pada umur kira-kira 45 tahun dan frekuensi makin
bertambah sesuai dengan bertambahnya umur, sehingga diatas umur 80 tahun kira-
kira 80 % menderita kelainan ini.
Sebagai etiologi sekarang dianggap ketidakseimbangan endokrin. Testosteron
dianggap mempengaruhi bagian tepi prostat, sedangkan estrogen (dibuat oleh kelenjar
adrenal) mempengaruhi bagian tengah prostat.
3. Faktor Predisposisi/Faktor Pencetus
Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang
diduga timbulnya Benigne Prostat Hyperplasia antara lain :
a. Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT)
b. Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostatmengalami hiperplasia.
c. Ketidak seimbangan estrogen – testoteron
d. Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon Estrogen dan
penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap yang dapat menyebabkan terjadinya
hyperplasia stroma.
e. Interaksi stroma - epitel
f. Peningkatan epidermal gorwth faktor atau fibroblas gorwth faktor dan penurunan
transforming gorwth faktor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel.
g. Penurunan sel yang mati
h. Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel
dari kelenjar prostat.
i. Teori stem cell
j. Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.
4. Patofisiologi
BPH terjadi pada umur yang semakin tua (> 45 tahun ) dimana fungsi testis
sudah menurun. Akibat penurunan fungsi testis ini menyebabkan ketidakseimbangan
hormon testosteron dan dehidrotesteosteron sehingga memacu
pertumbuhan/pembesaran prostat. Makrokospik dapat mencapai 60 - 100 gram dan
kadang-kadang lebih besar lagi hingga 200 gram atau lebih. Tonjolan biasanya
terdapat pada lobus lateralis dan lobus medius, tetapi tidak mengenai bagian posterior
dari pada lobus medialis, yaitu bagian yang dikenal sebagai lobus posterior, yang
sering merupakan tempat berkembangnya karsinoma (Moore). Tonjolan ini dapat
menekan urethra dari lateral sehingga lumen urethra menyerupai celah, atau menekan
dari bagian tengah. Kadang-kadang penonjolan itu merupakan suatu polip yang
sewaktu-waktu dapat menutup lumen urethra. Pada penampang, tonjolan itu jelas
dapat dibedakan dengan jaringan prostat yang masih baik. Warnanya bermacam-
macam tergantung kepada unsur yang bertambah.
Apabila yang bertambah terutama unsur kelenjar, maka warnanya kung
kemerahan, berkonsistensi lunak dan terbatas tegas dengan jaringan prostat yang
terdesak, yang berwarna putih keabu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan
maka akan keluar caiaran seperti susu. Apabila unsur fibromuskuler yang bertambah,
maka tonjolan berwarna abu-abu padat dan tidak mengeluarkan cairan seperti halnya
jaringan prostat yang terdesak sehingga batasnya tidak jelas. Gambaran mikroskopik
juga bermacam-macam tergantung pada unsur yang berproliferasi. Biasanya yang
lebih banyak berproliferasi ialah unsur kelenjar sehingga terjadi penambahan kelenjar
dan terbentuk kista-kista yang dilapisi oleh epitel torak atau koboid selapis yang pada
beberapa tempat membentuk papil-papil ke dalam lumen. Membran basalis masih
utuh. Kadang-kadang terjadi penambahan kelenjar yang kecil-kecil sehingga
menyerupai adenokarsinoma. Dalam kelenjar sering terdapat sekret granuler, epitel
yang terlepas dan corpora anylacea. Apabila unsur fibromuskuler yang bertambah,
maka terjadi gambaran yang terjadi atas jaringan ikat atau jaringan otot dengan
kelenjar-kelenjar yang letaknya saling berjauhan. Gambaran ini juga dinamai
hiperplasi fibrimatosa atau hiperplasi leiomymatosa.
Pada jaringan ikat atau jaringan otot biasanya terdapat serbukan limfosit.
Selain gambaran di atas sering terdapat perubahan lain berupa :
a. Metaplasia skwamosa epitel kelenjar dekat uretra.
b. Daerah infark yang biasanya kecil-kecil dan kadang-kadang terlihat di bawah
mikroskop.
Tanda dan gejala dari BPH adalah dihasilkan oleh adanya obstruksi jalan
keluar urin dari kandung kemih.
Ada tiga cara pengkuran besarnya hipertropi prostat :
a. Rectal Grading, yaitu dengan rectal toucher diperkirakan berapa cm prostat yang
menonjol ke dalam lumen rektum yang dilakukan sebaiknya pada saat buli-buli
kosong.
Gradasi ini adalah :
0 - 1 cm : grade 0
1 - 2 cm : grade 1
2 - 3 cm : grade 2
3 - 4 cm : grade 3
> 4 cm : grade 4
Pada grade 3 - 4 batas prostat tidak teraba. Prostat fibrotik, teraba lebih kecil dari
normal.
b. Clinical Grading, dalam hal ini urine menjadi patokan. Pada pagi hari setelah
bangun pasien disuruh kencing sampai selesai, kemudian di masukan kateter ke
dalam buli-buli untuk mengukur sisa urine.
Sisa urine 0 cc : normal
Sisa urine 0-50 cc : grade 1
Sisa urine 50-150 cc : grade 2
Sisa urine > 150 cc : grade 3
Tidak bisa kencing : grade 4
c. Intra Uretral Grading, dengan alat perondoskope dengan diukur / dilihat bebrapa
jauh penonjolan lobus lateral ke dalam lumen uretra.
Grade I :
Clinical grading sejak berbulan-bulan, bertahun-tahun, mengeluh kalau kencing tidak
lancar, pancaran lemah, nokturia.
Grade II :
Bila miksi terasa panas, sakit, disuria.
Grade III :
Gejala makin berat
Grade IV :
Buli-buli penuh, disuria, overflow inkontinence. Bila overflow inkontinence
dibiarkan dengan adanya infeksi dapat terjadi urosepsis berat. Pasien menggigil,
panas 40-41 celsius, kesadaran menurun.
5. Tanda dan gejala
Walaupun hyperplasi prostat selalu terjadi pada orangtua, tetapi tidak selalu
disertai gejala-gejala klinik.
Gejala klinik terjadi terjadi oleh karena 2 hal, yaitu :
a. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih.
b. Retensi air kemih dalam kandung kemih yang menyebabkan dilatasi kandung kemih,
hipertrofi kandung kemih dan cystitis.
Gejala klinik dapat berupa :
a. Frekuensi berkemih bertambah
b. Berkemih pada malam hari.
c. Kesulitan dalam hal memulai dan menghentikan berkemih.
d. Air kemih masih tetap menetes setelah selesai berkemih.
e. Rasa nyeri pada waktu berkemih.
Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, penderita sama sekali tidak dapat
berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Selain gejala-gejala di atas oleh
karena air kemih selalu terasa dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi
cystitis dan selanjutnya kerusakan ginjal yaitu hydroneprosis, pyelonefritis.
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut
sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
a. Gejala Obstruktif yaitu :
1. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan
yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa
lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra
prostatika.
2. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena
ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai
berakhirnya miksi.
3. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
4. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan
waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
5. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
b. Gejala Iritasi yaitu :
1. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
2. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam
hari (Nocturia) dan pada siang hari.
3. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Pada Pemeriksaan Radiologi ditujukan untuk
a. Menentukan volume Benigne Prostat Hyperplasia
b. Menentukan derajat disfungsi buli-buli dan volume residual urine
c. Mencari ada tidaknya kelainan baik yang berhubungan dengan Benigne Prostat
Hyperplasia atau tidak
Beberapa Pemeriksaan Radiologi
a. Intra Vena Pyelografi ( IVP ) : Gambaran trabekulasi buli, residual urine post miksi,
dipertikel buli.
Indikasi : disertai hematuria, gejala iritatif menonjol disertai urolithiasis
Tanda BPH : Impresi prostat, hockey stick ureter
b. BOF : Untuk mengetahui adanya kelainan pada renal
c. Retrografi dan Voiding Cystouretrografi : untuk melihat ada tidaknya refluk vesiko
ureter/striktur uretra.
d. USG : Untuk menentukan volume urine, volume residual urine dan menilai
pembesaran prostat jinak/ganas
Pemeriksaan Endoskopi.
Pemeriksaan Uroflowmetri
Berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan obstruksi leher buli-buli
Q max : > 15 ml/detik non obstruksi
10 - 15 ml/detik border line
< 10 ml/detik obstruktif
Pemeriksaan Laborat
a. Urinalisis (test glukosa, bekuan darah, UL, DL, RFT, LFT, Elektrolit, Na,/K,
Protein/Albumin, pH dan Urine Kultur)
Jika infeksi:pH urine alkalin, spesimen terhadap Sel Darah Putih, Sel Darah Merah
atau PUS.
b. RFT evaluasi fungsi renal
c. Serum Acid Phosphatase Prostat Malignancy
7. Penatalaksanaan
A. Non Pembedahan
1. Memperkecil gejala obstruksi hal-hal yang menyebabkan pelepasan cairan prostat.
2. Menghindari minum banyak dalam waktu singkat, menghindari alkohol dan diuretic
mencegah oven distensi kandung kemih akibat tonus otot detrussor menurun.
3. Menghindari obat-obat penyebab retensi urine seperti : anticholinergic, anti histamin,
decongestan.
4. Observasi Watchfull Waiting
Yaitu pengawasan berkala/follow – up tiap 3 – 6 bulan kemudian setiap tahun
tergantung keadaan klien, Indikasi : BPH dengan IPPS Ringan, Baseline data
normal, Flowmetri non obstruksi
5. Terapi medikamentosa pada Benigne Prostat Hyperplasia
Terapi ini diindikasikan pada Benigne Prostat Hyperplasia dengan keluhan ringan,
sedang dan berat tanpa disertai penyulit serta indikasi pembedahan, tetapi masih
terdapat kontra indikasi atau belum “well motivated”. Obat yang digunakan berasal
dari Fitoterapi, Golongan Supressor Androgen dan Golongan Alfa Bloker.
a. Fito Terapi
1. Hypoxis rosperi (rumput)
2. Serenoa repens (palem)
3. Curcubita pepo (waluh )
b. Pemberian obat Golongan Supressor Androgen/anti androgen :
1. Inhibitor 5 alfa reduktase
2. Anti androgen
3. Analog LHRH
c. Pemberian obat Golongan Alfa Bloker/obat penurun tekanan diuretra-prostatika :
Prazosin, Alfulosin, Doxazonsin, Terazosin
6. Bila terjadi retensi urine
a. Kateterisasi Intermiten
Indwelling
b. Dilakukan pungsi blass
c. Dilakukan cystostomy
7. Prostetron (Trans Uretral Microwave Thermoterapy/TUMT)
B. Pembedahan
1. Trans Uretral Reseksi Prostat : 90 - 95 %
2. Open Prostatectomy : 5 - 10 %
BPH yang besar (50 - 100 gram) Tidak habis direseksi dalam 1 jam. Disertai Batu
Buli Buli Besar (>2,5cm), multiple. Fasilitas TUR tak ada.
Mortalitas Pembedahan BPH
0 - 1 % KAUSA : Infark Miokatd
Septikemia dengan Syok
Perdarahan Massive
Kepuasan Klien : 66 – 95 %
Indikasi Pembedahan BPH
Retensi urine akut
Retensi urine kronis
Residual urine lebih dari 100 ml
BPH dengan penyulit
Hydroneprosis
Terbentuknya Batu Buli
Infeksi Saluran Kencing Berulang
Hematuri berat/berulang
Hernia/hemoroid
Menurunnya Kualitas Hidup
Retensio Urine
Gangguan Fungsi Ginjal
Terapi medikamentosa tak berhasil
Sindroma prostatisme yang progresif
Flow metri yang menunjukkan pola obstruktif
Flow. Max kurang dari 10 ml
Kurve berbentuk datar
Waktu miksi memanjang
Kontra Indikasi
IMA
CVA akut
Tujuan :
Mengurangi gejala yang disertai dengan obstruksi leher buli-buli
Memperbaiki kualitas hidup
Trans Uretral Reseksi Prostat 90 - 95 %
Dilakukan bila pembesaran pada lobus medial.
Keuntungan :
Lebih aman pada klien yang mengalami resiko tinggi pembedahan
Tak perlu insisi pembedahan
Hospitalisasi dan penyebuhan pendek
Kerugian :
Jaringan prostat dapat tumbuh kembali
Kemungkinan trauma urethra strictura urethra.
Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy
Prostat terlalu besar tetapi tak ada masalah kandung kemih
Perianal Prostatectomy
Pembesaran prostat disertai batu buli-buli
Mengobati abces prostat yang tak respon terhadap terapi conservatif
Memperbaiki komplikasi : laserasi kapsul prostat
9. Pengkajian
a Sirkulasi :
Peningkatan tekanan darah (efek lebih lanjut pada ginjal )
b Eliminasi :
Penurunan kekuatan / kateter berkemih.
Ketidakmampuan pengosongan kandung kemih.
Nokturia, disuria, hematuria.
Duduk dalam mengosongkan kandung kemih.
Kekambuhan UTI, riwayat batu (urinary stasis).
Konstipasi (penonjolan prostat ke rektum)
Masa abdomen bagian bawah, hernia inguinal, hemoroid (akibat peningkatan
tekanan abdomen pada saat pengosongan kandung kemih)
c Makanan / cairan:
Anoreksia, nausea, vomiting.
Kehilangan BB mendadak.
d Nyeri / nyaman :
Suprapubis, panggul, nyeri belakang, nyeri pinggang belakang, intens (pada
prostatitis akut).
e Rasa nyaman : demam
f Seksualitas :
Perhatikan pada efek dari kondisinya/tetapi kemampuan seksual.
Takut beser kencing selama kegiatan intim.
Penurunan kontraksi ejakulasi.
Pembesaran prostat.
g Pengetahuan / pendidikan :
Riwayat adanya kanker dalam keluarga, hipertensi, penyakit gula.
Penggunaan obat antihipertensi atau antidepresan, antibiotika / antibakterial untuk
saluran kencing, obat alergi.
Fluid management
Timbang popok/pembalut jika
diperlukan
Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
Monitor status hidrasi (
kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik ), jika diperlukan
Monitor vital sign
Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake kalori
harian
Lakukan terapi IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
4. Kurang
tentang
pengetahuan NOC :
kondisi, Kowlwdge : disease NIC :
prognosis,kebutuhan process
Kowledge
pengobatan
keterbatasan kognitif.
b/d
Behavior
: health
Teaching :
Definisi : Kriteria Hasil : disease Process
Tidak adanya atau
1. Pasien dan keluarga
kurangnya informasi menyatakan pemahaman Berikan penilaian tentang
kognitif sehubungan tentang penyakit, kondisi, tingkat pengetahuan
dengan topic spesifik. prognosis dan program pasien tentang proses
pengobatan penyakit yang spesifik
Batasan karakteristik 2.: Pasien dan keluarga Jelaskan patofisiologi dari
memverbalisasikan mampu melaksanakan penyakit dan bagaimana
adanya masalah,
prosedur yang dijelaskan hal ini berhubungan
ketidakakuratan secara benar dengan anatomi dan
mengikuti instruksi,
3.
Pasien dan keluarga fisiologi, dengan cara
perilaku tidak sesuai. mampu menjelaskan yang tepat.
kembali apa yang Gambarkan tanda dan
Faktor yang berhubungan dijelaskan perawat/tim gejala yang biasa muncul
: keterbatasan kognitif, kesehatan lainnya pada penyakit, dengan
interpretasi terhadap cara yang tepat
informasi yang salah, Gambarkan proses
kurangnya keinginan penyakit, dengan cara
untuk mencari informasi, yang tepat
tidak mengetahui sumber- identifikasi kemungkinan
sumber informasi. penyebab, dengna cara
yang tepat
Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
Hindari harapan yang
kosong
Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat.
5. Resiko Infeksi
tindakan invasive Resiko
b/d NOC :
Immune Status NIC :
Infeksi b/d tindakan Knowledge : Infection
invasive control
Risk control Infection
Definisi : Peningkatan
resiko masuknya Kriteria Hasil : Control
organisme patogen 1. Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi (Kontrol
-
Faktor-faktor resiko : 2. Mendeskripsikan proses
Prosedur Infasif penularan penyakit, factor infeksi)
- Ketidakcukupan yang mempengaruhi
pengetahuan untuk penularan
serta Bersihkan lingkungan setelah
menghindari paparan penatalaksanaannya, dipakai pasien lain
patogen 3. Menunjukkan Pertahankan teknik isolasi
- Trauma kemampuan
untuk Batasi pengunjung bila perlu
- Kerusakan jaringan dan mencegah timbulnya
Instruksikan pada pengunjung
peningkatan paparan infeksi untuk mencuci tangan saat
lingkungan 4. Jumlah leukosit dalam berkunjung dan setelah
- Ruptur membran amnion batas normal berkunjung meninggalkan pasien
- Agen farmasi
5. Menunjukkan perilaku Gunakan sabun antimikrobia
(imunosupresan) hidup sehat untuk cuci tangan
- Malnutrisi Cuci tangan setiap sebelum dan
- Peningkatan paparan sesudah tindakan keperawatan
lingkungan patogen
Gunakan baju, sarung tangan
- Imonusupresi
sebagai alat pelindung
- Ketidakadekuatan imum
Pertahankan lingkungan aseptik
buatan
selama pemasangan alat
- Tidak adekuat
pertahanan sekunder Ganti letak IV perifer dan line
(penurunan Hb, central dan dressing sesuai
Leukopenia, penekanan dengan petunjuk umum
respon inflamasi) Gunakan kateter intermiten
- Tidak adekuat untuk menurunkan infeksi
pertahanan tubuh primer kandung kencing
(kulit tidak utuh, trauma Tingktkan intake nutrisi
jaringan, penurunan kerja Berikan terapi antibiotik bila
silia, cairan tubuh statis, perlu
perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik)
- Penyakit kronik
Infection
Protection
(proteksi
terhadap
infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan). PT EGC.
Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I (terjemahan). PT EGC.
Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Guyton, Arthur C, Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, EGC Penerbit buku kedokteran, Jakarta,
1987.
Johnson., Mass. 1997. Nursing Outcomes Classification, Availabel on: www.Minurse.com, 28 Oktober 2009
McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). Mosby, St.
Louise.
14 komentar:
1.
http://acemaxsshop.com/obat-tradisional-kanker-prostat/
Balas
2.
Balas
3.
OBAT BATUK
OBAT SINUSITIS
OBAT KOLESTEROL
OBAT ASMA
OBAT AMBEIEN
Balas
4.
Very good idea you've shared here, from here I can be a very valuable new experience.
all things that are here will I make the source of reference, thank you friends.
OBAT BATUK
OBAT SINUSITIS
OBAT KOLESTEROL
OBAT ASMA
OBAT AMBEIEN
Balas
5.
OBAT BATUK
OBAT SINUSITIS
OBAT KOLESTEROL
OBAT ASMA
OBAT AMBEIEN
Balas
6.
Thank you for sharing the information very useful. It is very pleasant to read this article
from your website.
Obat ambeien yang paling ampuh ditahun ini
Balas
7.
good ...?????
Vimax
Viagra
Obat Kuat
Balas
8.
Terimakasih
Viagra
Obat Kuat
Obat Viagra
Obat Kuat Viagra
Viagra Asli
Viagra Usa
Viagra
Balas
9.
Good Idea this blog is verry nice, Thanks for information and good Site and The best
Author
Obat Hernia Anak
Obat Hidrokel Anak
Cara Menyembuhkan Hidrokel
Baja Ringan Tangerang
Penjual Baja Ringan di Tangerang
Mengenali penyebab Jantung bengkak
ASKEP BLBR
ASKEP DERMATITIS
Balas
10.
Nicely, Good Site. Thanks for Post this blog is Verry Good.
Obat Hernia
Cara Mengobati Buah Zakar Besar Sebelah
CaraMengobatiHerniapadaBayi
Obat Hidrokel
Obat Herbal Hernia
Obat Turun Berok
Obat Hernia Bayi
Balas
11.
penirum
penirum asli
Titan Gel
Vimax
Hammer Of Thor
Balas
12.
Obat Aborsi
Obat Cytotec
Penggugur Kandungan
Obat Penggugur
Balas
13.
PENIRUM
PENIRUM ASLI
HAMMER OF THOR
TITAN GEL
VIMAX
VIMAX ASLI
KLG ASLI
EXTENZE ASLI
EROGAN ASLI
VMENPLUS ASLI
Balas
14.
Balas
Label
Fakta Unik (5)
Keperawatan Bedah (13)
Keperawatan Jiwa (7)
Keperawatan Maternitas (1)
Keperawatan Medikal (12)
Archive
► 2016 (2)
► 2015 (7)
▼ 2014 (17)
o ► Sep (5)
o ▼ Mei (12)
LP &ASKEP DIARE
LP & ASKEP COMBUSTIO
LP & ASKEP CIDERA KEPALA
LP & ASKEP BENIGNA PROSTAT HYPERPLASI (BPH)
LP & ASKEP HERNIA
LP & ASKEP BRONKHITIS
LP & ASKEP TRAUMA ABDOMEN
LP & ASKEP PENYAKIT PADA TELINGA LUAR
LP& ASKEP INFARK MIOKARD AKUT
LP & ASKEP GAGAL JANTUNG KANAN
LP & ASKEP PEMBEDAHAN TELINGA
LP & ASKEP CARSINOMA NASOFARING
► 2013 (12)
Translate
Pilih Bahasa ▼
mine
DMBASNYU
Lihat profil lengkapku