Anda di halaman 1dari 9

DRAF ARTIKEL

‘’ KELEMBAGAAN KELOMPOK PEMBUDIDAYA DI BIDANG PERIKANAN TANGKAP

DI DESA PURBAHAYU KABUPATEN PANGANDARAN “

Diajukan untuk mata kuliah Penyuluhan Dan Sosiologi Prikanan

Santika Ahmad

NPM 230110164020

PROGRAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumberdaya kelautan dan perikanan Indonesia merupakan potensi yang perlu


dikembangkan secara optimal. Sektor perikanan ini diperkirakan dapat mencapai US$
82 miliar per tahun dan masih dapat dioptimalkan (Dahuri, 2004). Pemanfaatan
sumberdaya maritim di Indonesia masih sangat minim, namun disisi lain trend
konsumsi ikan di dunia terus meningkat. Maka untuk mengoptimalkan sumberdaya
perikanan dan kelautan di Indonesia, Kementrian Kelautan dan Perikanan membuat
kebijakan pembentukan kawasan minapolitan di Indonesia. Sesuai dengan Keputusan
Mentri No. KEP. 32 / MEN / 2010, menyatakan bahwa ditetapkan 179 kabupaten/kota
sebagai kawasan minapolitan, salah satunya adalah Kabupaten Gresik. Minapolitan
merupakan konsep pembangunan berbasis manajemen ekonomi kawasan dengan
motor penggerak di sektor kelautan dan perikanan yang didasarkan pada sistem
manajemen kawasan minapolitan serta harus menerapkan prinsip integrasi, efisiensi,
kualitas dan akselerasi tinggi (Ulum, dkk, 2012). Konsep pembangunan ini
membutuhkan peran serta kelembagaan masyarakat didalamnya karena konsep
pembangunan ini tidak terlepas dari peran masyarakat sendiri sebagai pelaku usaha
perikanan baik budidaya maupun tangkap.

B. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai perencanaan


program penyuluhan pembudidaya , sehingga pembaca diharapkan menyadari
pentingnya perencanaan program penyuluhan perikanan dalam pembangunan kelautan
dan perikanan Indonesia. Selain itu pembaca diharapkan memahami tentang
pembuatan perencanaan program penyuluhan perikanan itu sendiri.
KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Penyuluhan
Penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor. Dalam hal ini
tentu dimaksudkan untuk memberikan informasi, wawasan, pengetahuan,
ketrampilan, teknologi, dan lain – lain kepaada seseorang atau masyarakat
untuk menjadi tahu atau lebih tahu.
Menurut Claar Et al, mengartikan penyuluhan sebagai jenis pendidikan
pemecahan masalah yang berorientasi pada tindakan yang mengajarkan
sesuatu, mendemonstrasikan, memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan dan
juga tidak melaksanakan program yang bersifat non-edukatif.
Dalam konteks yang ada di Indonesia, terutama dalam bidang pertanian,
definesi yang diberikan oleh Samsudin mungkin lebih sesuai, yakni sebagai
suatu usaha pendidikan non formal yang dimaksudkan untuk mengajak orang
sadar dan mau melaksanakan ide – ide baru, dengan tanpa adanya pemaksaan.
Adapun Sayogo menyebutkan bahwa penyuluhan adalah suatu proses untuk
memberikan penerangan kepada masyarakat tentang segala sesuatu yang belum
diketahuinya dengan jelas untuk dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
produksi dan pendapatan yang ingin dicapai melalui suatu kegiatan. Lebih
lanjut menurutnya harus menggunakan falsafah tiga, yaitu teach, truth dan trust,
yakni pendidikan, kebenarana dan kepercayaan.
Secara terurai Mardikanto menyebutkan bahwa penyuluhan dapat
dipahami sebagai lima proses, yakni sebagai proses penyebaran informasi,
proses penerangan, proses perubahan perilaku, proses pendidikan dan proses
rekayasa sosial. Sehingga dalam penyuluhan perikanan, untuk menafsirkannya
dapat dilihat berdasarkan konteks permasalahan atau materi yang sedang
dibahas.
B. Perencanaan Program Penyuluhan
Perencanaan menurut Roger A. Kaufmann (1972:6) merupakan proyeksi
tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang baik, brnilai dan
memiliki elemen-elemen sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
b. Memilih kebutuhan berdasarkan prioritas guna pengambilan keputusan
c. Spesifikasi tentang hasil yang perlu dicapal untuk tiap-tiap kebutuhan
d. Identifikasi keperluan untuk memenuhl kebutuhan yang dipilih guna
menyelesaikan masalah
e. Sebuah urutan rangkaian hasil yang dicapai untuk memenuhi kebutuhan
yang diidentifikasi
f. Identifikasi strategis dan taktik altematif yang mungkin dapat memenuhi
kebutuhan termasuk menguraikan keuntungan dan kerugian setiap
perangkat strategis dan taktik.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Unit analisis dalam penelitian ini
adalah kelompok pembudidaya ikan (pokdakan). Jumlah sampel penelitian ini adalah
17 pokdakan yang aktif di kawasan minapolitan Kabupaten Gresik
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Faktor pendukung produktifitas perikanan
Faktor pendukung perlu dioptimalkan dalam mengembangkan suatu
kawasan. Faktor yang mendukung perkembangan kawasan Desa Purbahayu di
Kabupaten Pangandaran adalah kondisi lahan perikanan, kondisi pengairan,
akses modal usaha, sarana dan prasarana transportasi, dan pengetahuan
budidaya ikan. Faktor yang paling dominan dalam mendukung pengembangan
kawasan Desa Purbahayu di Kabupaten Pangandaran adalah kondisi lahan
perikanan
Faktor pendukung lainnya adalah sarana dan prasarana transportasi.
Sarana dan prasarana merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh petani
tambak. Sarana dan prasarana transportasi juga merupakan kunci keberhasilan
dalam suatu kegiatan budidaya ikan. Aksesibilitas sangat berpengaruh dalam
hal biaya. Jika sarana dan prasarana transportasi baik, maka aksesibilitasnya
mudah dan tentu akan mengurangi pengeluaran di sektor transportasi. Kondisi
pengairan juga merupakan faktor yang mendukung kegiatan perikanan. Kondisi
pengairan di hampir seluruh kawasan desa Purbahayu ini cukup baik. Kondisi
pengairan ditinjau dari bebebrapa variabel diantaranya adalah kualitas air,
ketersediaan air dan arus air yang ada di Pembudidaya Lele. Kualitas air yang
ada di kawasan Desa Purbahayu ini cukup baik dan mampu menunjang kegiatan
budidaya. Sementara itu, ketersediaan air di kawasan Purbahayu juga sangat
mencukupi. Air yang tersedia air tanah atau Sumur. Hal ini yang nantinya dapat
menghambat aktivitas budidaya perikanan.
Selain budidaya secara tradisional, Para petani lele di purbahayu juga
menerapkan budidaya ikan semi modern yang artinya adalah budidya ikan
dengan menggunakan beberapa metode budidaya ikan modern, seperti
penggunaan pakan konsentrat yang dicampur dengan pakan alami, beberapa
petani juga mencampur bibit unggul dengan bibit biasa. Serta penerapan
teknologi seperti pompa air dan mesin diesel.
B. Faktor penghanbat produktifitas perikanan
Permasalahan yang ada di kawasan Desa Purbahayu Kabupaten
Pangandaran tidak terlepas dari permasalahan pada budidaya perikanan.
Permasalahan budidaya perikanan nantinya dapat menghambat produktivitas
perikanan di Desa Purbahayu. Hasil identifikasi faktor-faktor penghambat
produktivitas perikanan di kawasan Desa Purbahayu Kabupaten Pangandaran
adalah ketersediaan benih, penyebaran virus atau penyakit ikan, pencemaran
air, ketersediaan pakan ikan, dan ketersediaan peralatan budidaya Masing-
masing faktor penghambat memiliki pengaruh satu sama lain, dan juga
memiliki pengaruh dengan faktor pendukung produktivitas perikanan. Faktor
penghambat yang dominan adalah penyebaran virus dan penyakit ikan.
faktor penghambat lainnya adalah ketersediaan peralatan budidaya
perikanan yang masih sangat minim. Namun hal ini tidak menjadi faktor utama,
karena sebagian besar petani lele merupakan petani tradisional sehingga minim
menggunakan peralatan. Begitu pula dengan ketersediaan pakan ikan. Pakan
ikan rupanya tidak menjadi faktor utama dalam pengembangan kegiatan
perikanan, karena pasokan pakan ikan masih sangat mencukupi. Namun,
terkadan pasokan pakan ikan terkadang mengalami keterlambatan.
C. Partisipasi lembaga masyarakat dalam pengembangan kegiatan desa
purbahayu
Lembaga masyarakat yang bergerak di dalam kegiatan perikanan adalah
kelompok pembudidaya ikan. Kelompok menjadi suatu wadah bagi para petani
Lele dan sebagai forum diskusi, advokasi, dan sharing informasi yang bersifat
bottom-up maupun top down. Problem-problem itu diantaranya adalah
serangan penyakit, pencurian ikan dan tingkat kesejahteraan yang rendah
sehingga butuh solusi untuk memperoleh modal usaha.
Tapi sampai saat ini belum ada sentuhan langsung dari pihak
pemerintah itu sendiri terutama di desa Purbahayu sedangkan Kelompok
pembudidaya di desa purbahayu cukup banyak. Kebanyakan pembudidaya lele
di desa purbahayu bekerja sama dengn PKS ( perjanjian kerjasama ).
KESIMPULAN
Faktor pendukung yang dominan dalam pengembangan kegiatan desa
purbahayu di Kabupaten pangandaran adalah kondisi lahan perikanan. Kondisi lahan
perikanan di Kabupaten Gresik saat ini masih mampu mendukung produksi perikanan.
Sedangkan faktor penghambat yang dominan adalah penyebaran virus dan penyakit
ikan. Partisipasi lembaga Pemerintah sangat dibutuhkan dalam pengembangan
kawasan Desa Purbahayu Kabupaten Pangandaran Khususnya pembudidaya lele.
Partisipasi pemerintah saat ini masih sangat kurang sehingga aspek kelembagaan
masyarakat kurang mendukung pengembangan kawasan Desa Purbahayu Kabupaten
Pangandaran.

SARAN
1. Usaha budidaya ikan lele memanfaatkan sarana dan budidaya secara optimal
dengan menggunakan seluruh kolamnya untuk produksi ikan lele dan
memperbaiki kolam yang telah rusak
2. Pemerintahan di kabupaten Pangandaran melalui Dinas Peternakan dan
Perikanan harus memperhatiakan pembudidaya di Desa Purbahayu
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Muhammad. Dkk. 2014. Pengeruh Pemberian Probiotik Berbeda Pada Pakan Komersial
Terhadap Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan Ikan Lele Sangkurinag. Jurnal Ilmiah
Perikanan Dan Kelautan. Vol 6. No. 1

Anda mungkin juga menyukai