Anda di halaman 1dari 19

TEORI CULTURE CARE LEINENGER

Untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan Komunitas Psiko
Sosial dan Budaya

DI SUSUN OLEH :

Windy Febrianti A 220110170076 Eva Melytasari 220110170089


Muhammad Iqbal A 220110170077 Haifa Achmad 220110170091
Dian Dinnar Eka S 220110170078 Dhea Shobriana 220110170092

Alfiatullatifah 220110170079 Wahyu Hidayat 220110170093


Ruqi Muhtadini 220110170080 Aulia Shabrina 220110170094
Elsa Egawati S 220110170081 Silvia Nurhaliza 220110170095

Namira Salsha D 220110170082 Rahmawati Nur B 220110170096


Faisal Ali 220110170083 Claudya Tama P 220110170097
Qisthi Aryani 220110170084 Riza Nurul Ihsan 220110170098
Moch Darul Fadli 220110170086 Wafa Firyal Siti N 220110170099

Rizki Amalia N 220110170087 Rachmawati Kusuma 220110170100


Enzel Gabriela P 220110170088 Devi Fitriani 220110170101

NURSING FACULTY
UNIVERSITY PADJADJARAN
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis ucapkan karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TEORI CULTURE CARE
LEINENGER”
Dalam rangka memenuhi salah satu mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan
Komunitas Psiko Sosial dan Budaya. Penulis tidak lupa memanjatkan shalawat serta
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai hamba-Nya yang
telah menyelamatkan umat dari kegelapan menuju cahaya islam, juga sahabat-
sahabatnya, keluarganya, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis mempunyai sebuah keyakinan bawa penilaian dalam bentuk usaha yang
optimal merupakan suatu hal yang patut dihargai. Walaupun jika mengukur pada
hasilnya masih kurang memadai, bahkan banyak sekali kekurangannya. Keyakinan
diataslah yang medorong penulis untuk menyelesaikan tugas sekaligus tanggung jawab
ini.
Penulis menyadari dalam rangka penyusunan makalah ini, tidak mungkin
terwujud tanpa adanya perhatian serta bimbingan dari berbagai pihak, maka untuk itu
penulis ucapkan banyak terimakasih kepada Tim dosen dari Fakulas Keperawatan
Unpad yang telah menyampaikan materi mengenai Konsep Dasar Keperawatan
Komunitas Psiko Sosial dan Budaya. Dan Teman-teman, kedua orang tua serta keluarga
besar yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materi serta tak henti-
hentinya berdo’a demi kebaikan penulis.
Akhirya, penulis berharap semoga laporan ini menjadi bahan masukan atau
sumbangsih yang bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya untuk kita semua.

Sumedang, 22 Desember 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 1

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 2

BAB I LATAR BELAKANG .......................................................................................... 3

BAB II METODE ............................................................................................................. 5

BAB III HASIL ................................................................................................................ 6

BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 18

2
BAB I
LATAR BELAKANG

World Trade Organization (WTO) telah menemukan hubungan yang lebih besar
antara profesional keperawatan dan basis pasien yang semakin multikultural.
Meningkatnya kebutuhan untuk menghadapi imigrasi global dan pandangan budaya
yang berbeda akan berdampak pada politik, ekonomi, ekologi, dan sistem perawatan
kesehatan(Douglas et al., 2014; Garneau & Pepin, 2015). Namun, program pendidikan
formal yang mengajarkan kompetensi budaya dalam keperawatan masih kurang, dan
perawat tidak siap untuk memberikan perawatan yang optimal untuk pasien dari budaya
yang berbeda (M, Guo. 1999).
Kondisi klienakibat dari proses penyakit akan membawa dampak terhadap
kualitas hidup klien baikdari kondisi fsik, psikologi dan juga sosial klien. Perubahan
peran,persepsi, koping dan juga perilaku pencarian pelayanan kesehatan muncul sebagai
respon terhadap makna sakit. Trauma dan ketidakpastian diagnosis dapat memengaruhi
kesejahteraan psikologis dan spiritualitas klien (Schreiber& Brockopp, 2012).
Budaya merupakan aspek determinan dalam menentukan penyakit. Hal ini
karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan
peran normalnya secara wajar. Sehingga berbagai faktor dalam kehidupan sosial dan
budaya dapat memengaruhi kehidupan klien (Widyawati, 2017).Dukungan penuh dari
keluarga misalnya merupakan salah satufaktor yang sangat penting bagi klien.
Dukungan dan komunikasi dalam keluarga secara signifkan dapat meningkatkan
kualitas hidup klien. Dukungan keluarga dianggapmemiliki efek langsung pada
kesejahteraan dan penyesuaian emosional untuk klien (Sampoornam, 2015; Lim et al.,
2013;Davey, 2005).
Tujuan misi perawatan budaya adalah untuk menyelidiki, memahami, dan
menjelaskan hubungan timbal balik antara perawatan dan budaya (Leininger &
McFarland, 2015). Dengan kata lain, perawat harus dapat memberikan tindakan yang
berbeda dari keyakinan dan tindakan perawatan kesehatan mereka sendiri ketika bekerja
dengan pasien dari berbagai latar belakang budaya. Sangat penting bagi perawat untuk
memahami pentingnya perbedaan budaya dengan menilai, memasukkan, dan memeriksa
nilai-nilai dan kepercayaan mereka yang berhubungan dengan kesehatan mereka sendiri

3
dan juga dengan organisasi perawatan kesehatan mereka, karena baru kemudian mereka
dapat mendukung prinsip penghormatan terhadap pasien mereka dan cita-cita perawatan
transkultural. Dalam penyelidikan kompetensi budaya perawat, Liang et al. (2014)
menyarankan bahwa pengetahuan budaya perawat dan teknik dan kemampuan budaya
membutuhkan perbaikan; selain itu ada juga peneliti yang merekomendasikan bahwa
untuk meningkatkan kompetensi budaya perawat, administrator harus memberikan
pendidikan dan pelatihan perawatan untuk budaya yang berbeda dalam pengaturan
klinis.

4
BAB II
METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literature review.
Literature review adalah sebuah pencarian literatur baik internasional maupun nasional
yang dilakukan menggunakan database. Database yang digunakan adalah Science
direct, google schoolar, dan ebsco. Pada tahap awal pencarian artikel jurnal diperoleh 3
artikel jurnal dari 2006 sampai 2018 menggunakan kata kunci “Cultural Care”. Untuk
jurnal yang digunakan sebagai sumber referensi literature review ini adalah seluruhnya.
Alasan menggunakan seluruh jurnal karena semua jurnal yang telah kami cari relevan
dengan tema yang dibahas.

5
BAB III
HASIL
No Nama Judul Latar Tujuan Metode Hasil Kesimpulan
Belakang

1. Mei- Menjelajahi Dengan Untuk Jenis Penelitian: Tidak siap Studi ini
Hsiang pengalaman kemajuan, dan menghasilkan ketika menyoroti
Pendekatan
Lin budaya akses yang kerangka mengalami beberapa
kualitatif yang
(EdD, kompetensi mudah ke deskriptif budaya yang lapisan
menggunakan/m
RN), antara klinis layanan teori berbeda budaya
enerapkan
Chiu- perawat di perawatan mengenai adalah tema kompetensi
metode teori
Yen Wu kesehatan, pengalaman inti untuk yang dialami
Taiwan beralas. Teori
(Doctora perawat garis kompetensi menggambar oleh para
beralas
l depan budaya antara kan dan perawat dan
merupakan
candidat memerlukan membimbing
perawat metoda umum pemahaman
e, RN), kompetensi proses
klinis di analisa tentang
Hsiu- budaya yang pengalaman
Taiwan. komparatif keanekaraga
Chin Hsu lebih tinggi perawat
untuk man budaya
(PhD, untuk dengan
menemukan antara pasien
RN) memahami kompetensi
teori dengan dan perawat.
dan budaya.
empat kriteria Hasil ini akan
memenuhi Kesadaran
yaitu jalan membantu
kebutuhan perbedaan
(umum), relevan penyedia
pasien yang nilai budaya
(dimengerti), pelayanan
beragam ini
cocok (valid), kesehatan
secara budaya diidentifikasi
dan dapat
sebagai dengan
dimodifikasi
kondisi awal menawarkan
(dikendalikan).
perawat referensi
Ada 30 perawat
mengungkap untuk
yang direkrut
kan bahwa kesehatan
oleh peneliti
klinis yang

6
untuk dijadikan mereka didasarkan
sample. memiliki pada pasien
kesulitan budaya
menerapkan perspektif
budaya yang secara
pasien dan subjektif
perawat yang berbeda.
berbeda
Organisasi
ketika masa
medis
perawatan.
internasional
Perawat
harus
mencari
merancang
sumber daya
in-service
yang
pendidikan
interaktif
program/petu
untuk
njuk
meningkatka
mengenai
n kompetensi
budaya
budaya
mereka. Para untuk
perawat yang membantu
mengelola memperkuat

situasi kompetensi

budaya yang budaya


berbeda pada perawat
akhirnya spesialis yang
relevan,
belajar untuk
untuk
mentolerir
memenuhi
berbagai
kebutuhan
budaya yang
pasien,
berbeda dan
kebutuhan
memberikan

7
pasien perawatan,
perawatan dan dengan
yang tepat demikian
secara meningkatka
budaya, n kualitas
dengan perawatan
demikian klinis.
kualitas
perawatan
pada pasien
meningkat.

2. Witdiaw Studi Diagnosis Mengeksplor Jenis Penelitian: Pola adaptasi Wanita sunda
ati, Laili Kualitatif kanker, asi pola wanita sunda dengan
Penelitian
Rahayuw Pola terlebih kehidupan dengan kanker
kualitatif
ati, Kehidupan kanker klien kanker Kanker payudara
tentang hal yang
Sheizi Pasien payudara payudara Payudara dapat
dialami subyek
Prita Sari Kanker bagi dalam dalam menjalani
penelitis,
Payudara perempuan menjaga menjalani hidupnya
misalnya
merupakan kualitas kehidupanny dengan baik
perilaku,
penderitaan hidupnya a didukung didasari
persepsi,
hidup yang dengan latar oleh faktor budaya yang
motivasi,
sangat belakang ekonomi, ada, kondisi
tindakan dan
mengerikan. suku Sunda. kekuatan sakit dapat
lain-lain secara
Istilah sakit kekerabatan, membawa
holistic dengan
mengandung dukungan klien pada
cara deskripi
banyak keluarga, pemaknaan
bentuk kata dan
makna secara dukungan siklus hidup
bahasa.
kultural, social serta yang
social berkumpul dipelajari
maupun Key bersama sehingga
pengertian information: keluarga menjadi suatu

8
profesional - 6 Orang menjadi budaya yang
dimana informan makna End mungkin
budaya - Informan of Life. Tiga akan berbeda
merupakan penduku informan dengan orang
determinan ng dari meninggal di lain
dalam keluarga rumahnya umumnya.
menentukan masing-
penyakit. Hal masing
Penelitian ini
tersebut dengan
menggunakan
dikarenakan didampingi
tiga tahapan
seorang yang orang tercinta
observasi
sakit secara setelah
menurut
social tidak beberpa
Leininger yaitu
dapat bulan
observasi,
menjalannya menjadi
partisipasi dan
peran partisipan.
refleksi.
normalnya
secara wajar.
Keluarga Instrument yang
merupakan digunakan:
bagian
1. Dokume
penting
n peneliti
dalam
(tertulis
mendukung
dan tidak
klien kanker
tertulis)
payudara
2. Tape
untuk
recorder
meningkatka
3. Field
n kualitas
note
hidupnya.
Begitu pula
dengan

9
lingkungan
sekitar atau
sistem
kekerabatan
yang ada
dalam
masyarakat
suku Sunda
di Garut yang
memiliki
kekeluargaan
kuat dan
peranan
agama Islam
sangat
mempengaru
hi adat
istiadat dalam
kehidupan
mereka.
Sehingga
ketika salah
seorang skait,
maka yang
lainnya
merasakan
hal yang
sama. Maka,
faktor
keluarga juga
memegang
peran penting

10
dalam
pengambilan
keputusan
penatalaksana
an perawatan
dan
pengobatan.

3. Chiang- Efficacies of Sebagai Studi ini Transcultural Analisis Hasil


Hanisko different perawat menilai Nursing statistik dari penelitian
Lenny methods of pendidik di efektivitas Questionnaire skor kognitif menunjukkan
teaching Cina tiga metode (TNQ) para peserta bahwa studi
You-
transcultural mengantisipa pengajaran digunakan untuk dalam kursus kasus,
Qing
nursing si kebutuhan untuk perbandingan keperawatan metode
Peng
practice in untuk bersiap mengembang sebelum dan transkultural didaktik
China perawat kan sesudah semua mengungkap tradisional
dalam kompetensi peserta dalam kan dan mandiri
kompetensi budaya empat bidang perbedaan secara efektif
budaya, berdasarkan pengetahuan yang meningkatka
mereka telah kerangka budaya dan signifikan n level
memeriksa teori Evaluation of antara skor kognitif
literatur Leininger Transcultural pre-test dan transkultural
untuk dengan Nursing post-test siswa
mengidentifik mahasiswa Competency pengajaran keperawatan.
asi keperawatan (ETNC) dengan tiga Penerapan
pembelajaran di Cina: studi diterapkan metode. metode studi
yang dapat kasus, melalui roleplay Perbandingan kasus
dipelajari pembelajaran untuk dari tiga tampaknya
tentang tradisional mengevaluasi rumah sakit menjadi
pengembanga didaktik, dan kompetensi mengungkap pendekatan
n program pembelajaran budaya 120 dari kan bahwa yang paling
pendidikan mandiri. 305 peserta. skor untuk efektif

11
sambil tetap Metode- Penelitian ini keperawatan berdasarkan
menghormati metode ini dilakukan di tiga transkultural pada TNQ
tradisi belajar digunakan rumah sakit penilaian sebelum dan
mengajar. dalam praktik umum di Distrik layanan sesudah tes
Banyak pengajaran Baru PuDong, kognisi dan dan Skor
strategi, transkultural Shanghai, dan simulasi kompetensi
apakah keperawatan Cina serta berbeda budaya
melalui untuk dilakukan secara ETNC.
kursus yang mengidentifi selama empat signifikan
berdiri kasi metode bulan. untuk studi
sendiri atau yang kasus
terintegrasi di menghasilkan mahasiswa
seluruh peningkatan keperawatan.
kurikulum, terbesar Nilai siswa
telah dalam yang diajar
digunakan pemahaman dengan
untuk siswa didaktik dan
mengajarkan keperawatan self-
konten dan aplikasi tradisional
budaya. klinis metode yang
Contoh keperawatan diarahkan
metode yang transkultural tidak berbeda
telah secara
digunakan signifikan di
dalam ketiga rumah
pendidikan sakit.
budaya dalam
keperawatan
termasuk
ceramah,
skenario
kasus, role

12
play, dan
layanan
belajar.
Penelitian di
masa depan
diperlukan
untuk
menentukan
efektivitas
metode
pengajaran
dalam
persiapan
yang
kompetensi
budaya pada
perawat.

13
BAB IV
PEMBAHASAN
Kebutuhan pengembangan kompetensi budaya di China dipengaruhi oleh
globalisasi pasar dan masuknya China ke organisasi perdagangan dunia (WTO)
sehingga menghasilkan kontak yang lebih besar antara profesional perawat dan basis
pasien yang semakin multikultural. Sedikit sulit untuk menentukan praktik terbaik untuk
mendidik perawat guna mencapai kompetensi budaya karena hanya sedikit program
pengajaran yang fokus terhadap tantangan ini.

Studi kasus, pembelajaran didaktik, dan pembelajaran mandiri merupakan tiga


metode pengajaran untuk mengembangkan kompetensi budaya berdasarkan kerangka
teori Leininger. Metode-metode ini digunakan dalam transkultural praktik pengajaran
keperawatan untuk mengidentifikasi metode yang menghasilkan peningkatan terbesar
dalam pemahaman siswa keperawatan aplikasi klinis keperawatan transkulturan
Beberapa perawat di china masih mempertahankan tradisonal perspektif China,
sementara yang lain berusaha mengintegrasikan pandangannya dengan keyakinan barat.
Dalam Theory of Culture Care, definisi Leininger tentang kesehatan yang didefinisikan
secara kultural dan memperluas pandangan tentang pentingnya budaya dalam
konseptualisasi penyakit, kesehatan dan kebugaran. Karena pertemuan dengan
keberagaman pasien, tumbuh gagasan tentang budaya sangat penting. Ditambah,
dimensi perawatan kemungkinan akan menerima peningkatan prinsip penekanan dan
didukung oleh profesi keperawatan China. Teori Leininger memiliki prinsip-prinsip
keragaman budaya dan universalitas kepedulian manusia menyediakan kerangka kerja
untuk memandu perawat dalam menyesuaikan perawatan yang ada kongruen dengan
budaya pasien. Karena perubahan sedang terjadi cepat, perawat harus kompeten dalam
mengenali dan mendukung tradisi budaya dan evolusi perawatan untuk universalitas
yang lebih besar bagi orang-orang China. Perawat juga membutuhkan kemampuan
untuk bekerja dengan orang-orang dari budaya lain yang menerima perawatan di China.

Pola Adaptasi Wanita Sunda dengan Kanker Payudara dalam menjalani


kehidupannya tidak terlepas dari pengaruh faktor universal budaya. Budaya merupakan
struktur yang sangat penting dalam memetakan keserasian hubungan kehidupan
masyarakat. Budaya berhubungan dengan perawatan, kesehatan, penyakit, dan
lingkungan klien kanker payudara. Beberapa ahli mengungkapkan beberapa definisi

14
budaya. Leininger, (1978) dalam Kakien (2010) menjelaskan bahwa budaya adalah
keseluruhan yang kompleks, yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat, dan setiap kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya Leininger juga memberikan pengertian budaya
merupakan belajar dan transmisi pengetahuan tentang budaya tertentu dengan nilai-
nilai, keyakinan, aturan praktik perilaku dan gaya hidup yang memandu kelompok
berpikir dan bertindak dengan cara berpola. Hasil transkripsi analisis data wawancara
dan observasi yang peneliti lakukan, menunjukkan terdapat dua faktor universal yang
memengaruhi pola adaptasi klien kanker payudara dalam menjalani kehidupannya yaitu
faktor ekonomi dan faktor sosial dan kindship. Kondisi ekonomi sebagai batasan
pencarian pengobatan hasil penelitian mendeskripsikan bahwa faktor ekonomi
merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan besar dalam kehidupan klien
kanker payudara. Kondisi sakit menahun yang diderita klien kanker payudara tentunya
membawa perubahan terhadap status ekonomi keluarga. Hal ini tentunya membawa
suatu dampak terhadap perubahan kehidupan dan pola adaptasi yang harus klien jalani
sesuai dengan kondisi ekonominya. Salah satunya kondisi ekonomi yang dialami oleh
Informan. Seiring penurunan kondisi kesehatannya akibat kanker, pun menghentikan
pekerjaanya sebagai pedagang di pasar. Keseharian informan yang kini hanya terbaring
lemah di rumahnya tanpa ada penghasilan ditambah dengan statusnya sebagai seorang
janda tanpa anak menuntutnya untuk dapat beradaptasi dengan kondisi ekonominya.
Status ekonomi atau kondisi ekonomi dari keluarga informan turut memengaruhi
keputusan informan dan keluarga dalam menjalani pengobatan.

Meningkatnya kebutuhan untuk menghadapi global imigrasi dan pandangan


budaya yang berbeda akan memiliki dampak pada politik, ekonomi, ekologi, dan sistem
perawatan kesehatan (Douglas et al., 2014; Garneau & Pepin, 2015). Dari pendapat ahli
tersebut mengambarkan bahwa pandangan budaya yang berbeda memiliki dampak
dalam pada segala bidang yaitu bidang, politik, ekonomi, ekologi, dan sistem
perawatan, sehingga budaya perlu dilibatkan dalam penerapan bidang-bidang
kehidupan. Budaya merupakan aspek penting dalam kehidupan masyarakat sebagai
dasar dan pedoman dalam menerapakan berbagai sektor kehidupan masyarakat
khususnya sektor kesehatan dalam setiap budaya masyarakat yang memiliki ciri dan
karakteristik yang khas. Di dalam sektor kesehatan terdapat pelayanan kesehatan yang

15
menjadi garda utama terdepan yaitu pelayanan keperawatan. Di dalam pelayanan
keperawatan, perawat tidak selamanya melayani pasien yang memiliki budaya sama
dengan perawat, dalam hal ini kesamaan bahasa, suku dan aspek budaya lainnya. Aspek
budaya perlu di perhatikan ketika melakukan perawatan pada pasien, agar ketika pasien
menerima layanan perawatan tidak berlawanan dengan nilai, norma, serta keyakinan
dalam budaya pasien. Selain itu pula pandangan perawat terhadap aspek-aspek budaya
pasien dalam memberikan perawatan pada pasien akan mempengaruhi status kesehatan
pasien di buktikan dengan terpenuhinya kebutuhan dasar pasien secara baik sesuai
kondisi pasien. Maka dari itu perawat perlu memahami dengan baik perbedaan budaya
antara perawat dengan pasien, agar terciptanya perawatan yang ideal dan seimbang
dengan aspek budaya pasien. Namun dalam praktiknya perawat kesulitan dalam
mengimpementasikan kompetensi budaya ketika memberikan perawatan pada pasien
yang memiliki budaya yang berbeda dengan perawat.
Didalam sebuah penelitian yang berjudul menjelajahi pengalaman kompetensi
budaya antara perawat klinis di Taiwan, penelitian tersebut menggunakan pendekatan
kualitatif yang menggunakan metode teori beralas, dengan subjek penilitian yaitu 30
orang perawat. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa ketika di tanya mengenai
merawat pasien yang berbeda budaya dengan perawat, lebih menunjukan reaksi tidak
siap ketika merawat pasien yang memiliki budaya yang berbeda dengan perawat dan
perawat meminta bantuan kepada sumber daya perawat lainnya yang memilki kesamaan
budaya dengan pasien yang dirawat oleh perawat yang berbeda budaya. Bantuan tesebut
di lakukan ketika perawat yang berbeda budaya dengan pasien tersebut melakukan
interaksi interaktif ketika melakukan perawatan. Dalam penelitiaan tersebut
mengambarkan bahwa terdapat sebuah perbedaan nilai, persepsi yang melandasi sebuah
konsep budaya pasien dengan perawat, sehingga perawat kesulitan dalam kinerja
malakukan perawatan serta pada akhirnya perawat pun belajar mentolelir berbagai
budaya yang berbeda pada setiap pasien dan memberikan perawatan yang tepat sesuai
dengan budaya pada pasien. Perawatan yang di lakukan sesuai dengan budaya pasien
pada akhirnya akan mempengaruhi dan meningkatan kualitas pelayanan perawatan. Dari
penelitiaan tersebut mengambarkan secara umum konteks penerapan perawat yang tepat
sasaran dengan budaya pasien dan kompetensi budaya dan pengalaman perawat dalam
memberikan perawatan pada pasien dengan berbagai budaya. Maka dari itu pendidikan

16
kompetensi budaya pada perawat klinis maupun perawat spesialis perlu adanya program
serta pedoman untuk memperkuat kompetensi budaya pada perawat yang relevan
dengan pasien berbagai lapisan budaya. selain itu pula pehamanan yang baik terhadap
keanekaragaman persepsi,nilai dalam aspek budaya pasien yang berbeda- beda akan
membantu perawat dalam mencari referensi klinis di dasarkan pada persepektif subjektif
budaya pasien, sehingga pada akhirnya akan terpenuhi secara ideal kebutuhan dasar
pasien tanpa bertolak belakang dengan budaya pasien.
Masyarakat Appalachian masih menganut budaya dimana mereka dengan
sengaja mengisolasi wilayahnya demi mempertahankan kebudayaannya. Hal ini disertai
dengan realita bahwa masyarakat Appalachian tidak memperdulikan tentang kesehatan
dan tidak mempercayai informasi mengenai kesehatan dan dari tenaga kesehatan.
Dengan metode Purnell yang melakukan pendekatan dengan memandang individu,
keluarga, dan komunitas dalam budaya unik mereka, dan memberikan karakteristik
budaya yang menentukan dan saling terkait, dan struktur untuk menganalisis budaya,
sehingga didapatkan data-data pendukung untuk dilakukan pengkajian tingkat kesehatan
masyarakat Appalachian. Oleh karena itu, dari data yang mengatakan bahwa ada
tenaga-tenaga medis yang berasal dari wilayah Appalachian diharapkan untuk bersama-
sama membangun kepercayaan masyarakat terhadap pentingnya memiliki pengetahuan
mengenai kesehatan dan mulai melek pada masalah kesehatan agar derajat kesehatan
masyarakat dapat terus ditingkatkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Lenny, Chiang-Hanisko., Peng, You-Qing. (2014). Chinese Nursing Research. Vol.1,


17-24.
Witdiawati, Laili Rahayuwati, Sheizi Prita Sari. (2017). Studi Kualitatif Pola
Kehidupan Pasien Kanker Payudara. JKP. Vol. 5 Nomor 1
Lin, Mei-Hsiang., Wu, Chiu-Yen., Hsu, Hsiu Chin. (2018). Applied Nursing Research.
Vol. 45, 6-11.
Carpenter, Roger., Theeke, Laurie A. (2018). International Journal of Nursing Sciences.
Vol. 5, 230-237.

18

Anda mungkin juga menyukai