Anda di halaman 1dari 22

Info tentang metode ABC

Manajemen sering kali mengabaikan perhitungan biaya produksi secara akurat


yang dapat mengakibatkan perusahaan tersebut tidak mampu bersaing di pasaran.
Oleh karena itu, manajer suatu perusahaan membutuhkan suatu informasi
mengenai biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk
secara akurat. Pembebanan setiap biaya produksi yang dikeluarkan untuk satu unit
produk dengan suatu metoda dapat membantu manajemen memperoleh informasi
mengenai biaya produksi satu unit produk dengan lebih akurat. Metoda ini
didalam akuntansi manajemen dinamakan sebagai metoda Activity Based Costing
(ABC) System.
Metode Activity Based Costing (ABC) System menghitung setiap biaya pada
masing-masing aktivitas dengan dasar alokasi yang berbeda untuk masing-masing
aktivitas. Banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia belum mengadopsi metode
ini dalam penghitungan biaya produksi yang dikeluarkan untuk setiap produk.
Umumnya metode yang digunakan oleh perusahaan yang berada di Indonesia
adalah pemerataan biaya secara umum untuk masing-masing produk. Padahal
masing-masing produk tersebut kenyataannya tidak menggunakan sumber daya
dalam jumlah yang sama.
Metode manajemen biaya yang canggih seperti Activity Based Costing
(ABC) banyak diterapkan pada perusahaan – perusahaan dunia. ABC membantu
perusahaan mengurangi distorsi yang disebabkan oleh sistem penentuan harga
pokok tradisional, sehingga dengan ABC dapat diperoleh biaya produk yang lebih
akurat. ABC menyediakan pandangan yang jelas bagaimana perusahaan
membedakan produk, jasa dan aktivitas yang memberikan kontribusi dalam
jangka panjang. Sistem ABC telah dikembangkan dan diimplementasikan pada
banyak perusahaan seperti Hewlett-Packard, General Electric, Merck,
AT&T, dan American Express.
Activity-Based Costing
Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang
mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan
mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari
aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk
berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau menunjang
produk yang bersangkutan.
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi
akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai
aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:
 Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective
 Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya
overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
 Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy.
Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:
 Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada
tahap produksi
 Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja
langsung atau hanya dengan volume produksi.
 Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya
overhead yang berbeda beda.
Dalam sistem kalkulasi biaya tradisional biaya overhead dialokasikan secara
arbitrer kepada harga pokok produk. Hal ini akan menghasilkan harga pokok
produk yang tidak akurat atau terjadinya distorsi penentuan harga pokok produk
per unit sehingga tidak bisa diandalkan dalam mengukur efisiensi dan
produktivitas.
Penentuan harga pokok per unit yang lebih akurat penting bagi manajemen
sebagai dasar untuk pembuatan keputusan. Manajemen dapat dipermudah dalam
membuat berbagai keputusan, antara lain:
 menentukan harga jual
 mempertimbangkan menolak atau menerima suatu pesanan
 memantau realisasi biaya
 menghitung laba/rugi tiap pesanan
 menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang akan disajikan di neraca.
Agar tidak terjadi distorsi penentuan harga pokok per unit, banyak perusahaan
yang mengadopsi penggunaan sistem penentuan harga pokok (costing) berbasis
aktivitas (ABC) dengan harapan manajemen melakukan analisis profitabilitas,
mendorong perbaikan proses, mengembangkan ukuran kinerja yang lebih inovatif,
dan dapat berpartisipasi dalam perencanaan strategis.
Perbandingan Sistem Tradisional dan ABC
Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan secara
memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan
oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam metode tradisional
disebut sebagai biaya variabel.
Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan
mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi
untuk berubah selain berdasarkan volume produksi. Dengan memahami apa yang
menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat
ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan
manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang dapat secara
signifikan memperbaiki pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen, 2004:
157-158).
Digambarkan dalam tabel, perbedaan antara penentuan harga pokok produk
tradisional dan sistem ABC, yaitu:
Perbedaan Metode Activity Based Costing dengan Tradisional

Metode Penentuan Harga Pokok Produk Metode Activity Based Costing


Tradisional
Tujuan Inventory level Product Costing
Lingkup Tahap produksi Tahap desain, produksi, Tahap
pengembangan
Fokus Biaya bahan baku, tenaga kerja langsung Biaya overhead
Periode Periode akuntansi Daur hidup produk
Teknologi yang Metode manual Komputer telekomunikasi
digunakan
Sumber: (Mulyadi, 1993)
Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional
Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada
manajemen banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide
kepada manajemen pada saat harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang
mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan laporan manajemen dengan
menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang
menimbulkan biaya.
Sistem biaya tradisional memang memperhatikan biaya total perusahaan, akan
tetapi mereka mengabaikan “below the line expenses”, seperti penjualan,
distribusi, riset, dan pengembangan serta biaya administrasi. Biaya-biaya ini tidak
dibebankan ke pasar, pelanggan, saluran distribusi, atau bahkan produk yang
berbeda. Banyak manajer yang percaya bahwa biaya-biaya ini adalah tetap. Oleh
sebab itu, biaya-biaya “below the line” ini diperlakukan secara sama dengan
mendistribusikannya kepada pelanggan. Padahal, sekarang ini beberapa pelanggan
jauh lebih mahal untuk dilayani dibandingkan dengan yang lain dan sebenarnya
beberapa biaya tersebut adalah biaya variabel. (Amin, 1992: 22).
Dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai dirasakan
tidak mampu menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini disebabkan karena
lingkungan global menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab
sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain:
1. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan penentuan
harga pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya menyediakan
informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam
persaingan global.
2. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu memusatkan
pada distribusi dan alokasi biaya overhead daripada berusaha keras untuk
mengurangi pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai
tambah.
3. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya
karena seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal
misalnya volume produk atau jam kerja langsung.
4. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang
terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang menimbulkan
konflik dengan keunggulan perusahaan.
5. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak
langsung serta biaya tetap dan variabel hanya mendasarkan faktor penyebab
tunggal misalnya volume produk, padahal dalam lingkungan teknologi maju
cara penggolongan tersebut menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh
berbagai macam aktivitas.
6. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan suatu perusahaan kedalam
pusat-pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu menekankan kinerja
jangka pendek.
7. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada perhitungan
selisih biaya pusat-pusat pertanggungjawaban tertantu dengan menggunakan
standar.
8. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alat-alat dan
teknik-teknik yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan pada
lingkungan teknologi maju.
9. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup
produk. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional
terhadap biaya aktivitas-aktivitas perekayasaan, penelitian dan pengembangan.
Biaya-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periode sehingga
menyebabkan terjadinya distorsi harga pokok daur hidup produk.
Keunggulan Metode ABC
Amin (1994: 23) mengemukakan tentang keunggulan ABC adalah sebagai
berikut:
1. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus
mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya
mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus
pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-
benar mahalnya proses manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu
aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki mutu dan mengurangi
biaya.
2. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran
kompetitif yang lebih wajar.
4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis
yang lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari break even
atas produk yang bervolume rendah.
5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat
mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola
keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.

Konsep-Konsep Dasar dan Syarat Penerapan Sistem Activity-Based Costing


Activity Based Costing Sistem adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada
aktivitas-aktifitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. Activity Based
Costing menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah
setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni,
bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi.
Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya
ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. System ABC mengasumsikan
bahwa aktivitas aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya
produk.
Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan sistem ABC
menyaratkan tiga hal:
a. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi
Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam
produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama.
Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam
membebankan biaya ke masing-masing produk.
b. Tingkat persaingan industri yang tinggi
Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau
sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka
perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar
pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran
informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan
manajemen.
c. Biaya pengukuran yang rendah
Yaitu bahwa biaya yang digunakan system ABC untuk menghasilkan informasi
biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang
diperoleh.
Penerapan ABC sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya
yang paling dominan dan multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas
untuk membuat dan menjual produk digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu:
1. Facility sustaining activity cost: biaya yang berkaitan dengan aktivitas
mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi,
biaya asuransi, biaya gaji pegawai kunci
2. Product sustaining activity cost: biaya yang berkaitan dengan aktivitas
penelitian dan pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan
produk untuk tetap dapat dipasarkan. Misal biaya pengujian produk, biaya
desain produk
3. Bacth activity cost: biaya yang berkaitan dengan jumlah bacth produk yang
diproduksi. Misalnya biaya set-up mesin
4. Unit level activity cost: biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah
unit produk yang dihasilkan. Misalnya biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja
5. Penggolongan aktivitas menjadi empat ketegori diatas disebut cost
hierarchy (struktur biaya).
Langkah-langkah ABC sistem:
1. Tahap pertama pengelompokan biaya overhead ke dalam kelompok biaya yang
homogen. Kelompok biaya homogen merupakan kumpulan overhead yang
variasinya dapat dijelaskan oleh satu faktor penyebab (cost driver). Untuk
menentukan mana kelompok biaya yang homogen, dapat melihat biaya yang
mempunyai rasio konsumsi sama untuk seluruh produk.
2. Tahap kedua alokasi biaya overhead pabrik:
Alokasi biaya overhead = Tarif kelompok x Dasar pembebanan yang dikonsumsi
Pembebanan Biaya Overhead pada Activity Based-Costing
Pada Activity-Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhad pabrik
dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional,
tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap
pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap kedua
sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional.
Activity-Based costing menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan
dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional. Sebelum
sampai pada prosedure pembebanan dua tahap dalam Activity-Based Costing perlu
dipahami hal-hal sebagai berikut:
1. Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost
Driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya
overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas
yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas aktivitas selanjutnya.
2. Rasio konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi
oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas yang
dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut
dari semua jenis produk.
3. Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead yang
variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja. Atau untuk
dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas
overhead secara logis harus berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi yang
sama untuk semua produk.

Cost Driver
Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan
mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman
yang tidak tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada
pengklasifikasian biaya, sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam
mengambil keputusan.
Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi
ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah
overhead yang ditimbulkan oleh masingmasing jenis produk harus diidentifikasi
melalui cost driver.
Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya
overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktifitas yang
akan menyebabkan biaya dalam aktifitas.
Ada dua jenis cost driver, yaitu:
Cost Driver berdasarkan unit
Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada produk melalui
penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen.
 Cost Driver berdasarkan non unit
Cost Driver berdasarkan non unit merupakan factor-faktor penyebab selain unit
yang menjelaskn konsumsi overhead. Contoh cost driver berdasarkan unit pada
perusahaan jasa adalah luas lantai, jumlah pasien, jumlah kamar yang tersedia.
Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat kompleks dan banyak jumlahnya.
Oleh karena itu perlu pertimbangan yang matang dalam menentukan pemicu
biayanya atau cost driver.
 Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan
Penentuan banyaknya cost driver yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan
laporan product cost yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output
perusahaan. Semakin banyak cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi
semakin akurat. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat keakuratan yang
diinginkan, semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.
 Pemilihan cost driver yang tepat.
Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus
dipertimbangkan:
 Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pemilihan cost
driver (cost of measurement). Cost driver yang membutuhkan biaya
pengukuran lebih rendah akan dipilih.
 Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver terpilih
dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya 20 (degree of correlation). Cost
driver yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih.
 Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior effect). Cost
driver yang menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan dipilih.

Sistem Activity Based Costing (ABC) merupakan salah satu upaya meningkatkan
akurasi informasi biaya dari sistem akuntansi biaya konvensional.

Hongren (2008) mendefinisikan ABC sebagai berikut :

“ABC (Activity Based Costing) sebagai suatu sistem pendekatan perhitungan


biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan.”

Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya
adalah aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan, sehingga wajar bila
pengalokasian biaya-biaya tidak langsung dilakukan berdasarkan aktivitas
tersebut.

Hansen dan Mowen (2000) mendefinisikan ABC sebagai berikut :

“Activity-Based Costing (ABC) adalah sistem yang pertama kali menelusuri biaya
pada kegiatan/aktivitas kemudian pada produk.” Sedangkan Garrison, Noreen dan
Brewer (2006) menjelaskan bahwa :

“Activity Based Costing (ABC) adalah metode perhitungan biaya (costing) yang
dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan
strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan
juga biaya tetap.”

Garrison menambahkan ABC biasanya digunakan sebagai pelengkap bukan


sebagai pengganti sistem biaya yang biasa dipakai perusahaan. Kebanyakan
perusahaan yang menggunakan ABC memiliki dua sistem biaya, sistem biaya
resmi yang disiapkan untuk laporan keuangan eksternal dan ABC yang digunakan
untuk pengambilan keputusan internal dan untuk menjalankan aktivitas.
Dari definisi-definisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa sistem ABC
merupakan suatu metode mengenai sistem perencanaan biaya yang dikembangkan
untuk mengantisipasi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam sistem akuntansi
biaya konvensional. Yang menjadi pokok perhatian ABC adalah aktivitas-
aktivitas perusahaan, dengan penelusuran biaya untuk menghitung harga pokok
produk atau jasa, yaitu aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya dan produk
atau jasa yang mengkonsumsi aktivitas.

Dengan demikian sistem ABC memudahkan perhitungan harga pokok objek biaya
yang akurat sehingga mengurangi distorsi pada sistem biaya konvensional dan
meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan pihak manajemen.

Kriteria Penerapan Activity Based Costing System

Dalam penerapannya, terdapat beberapa kriteria penerapan Activity Based


Costing pada perusahaan, antara lain :

1. Product diversity

Menunjukkan jumlah dan keanekaragaman product families yang


ditawarkan. Dalam hal ini semakin banyak produk yang dihasilkan, maka
semakin cocok menggunakan analisis ABC. Hal ini dikarenakan jika
semakin banyak beragam produk yang dihasilkan akan berakibat semakin
beragam pula aktivitasnya sehingga semakin tinggi pula tingkat distorsi
biaya.

2. Support diversity

Menunjukkan jumlah dan keanekaragaman aktivitas yang mengakibatkan


tingginya pengeluaran biaya overhead. Hal tersebut menyebabkan
kesulitan dalam pengalokasian biaya overhead. Jadi, semakin banyak
jumlah dan keanekaragaman aktivitas maka semakin cocok menggunakan
analisis ABC.
3. Common processes

Menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kegiatan yang dilakukan secara


bersama untuk menghasilkan produk-produk tertentu sehingga biaya
periode masing-masing produk sulit dipisahkan. Kegiatan bersama
tersebut misalnya : kegiatan manufacturing, engineering, marketing,
distribution, accounting, material handling dan sebagainya. Banyaknya
departemen yang diperlukan dalam menjalankan operasi perusahaan akan
menyebabkan banyaknya common cost. Hal itu berdampak pada sulitnya
alokasi biaya per produk. Jadi, semakin tinggi tingkat common processes
maka semakin cocok menggunakan analisis ABC.

4. Period cost allocation

Menunjukkan kemampuan sistem akuntansi biaya yang ada


mengalokasikan biaya periode secara akurat. Biaya periode merupakan
biaya uang diidentifikasi dengan interval waktu tertentu karena tidak
diperlukan untuk memperoleh barang atau produk yang akan dijual. Untuk
dapat memperkecil biaya produk maka lebih disarankan biaya agar biaya
periode menjadi proporsi yang paling besar dalam produk. Perusahaan
yang telah menerapkan hal tersebut maka cocok untuk menggunakan
analisis ABC.

5. Rate of growth of period costs

Menunjukkan tingkat kecepatan pertumbuhan biaya periode sepanjang


tahun. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan biaya periode yang
pesat akan akan sulit untuk mengalokasikan biaya, dan sehingga tingkat
kemungkinan untuk terjadinya distorsi biaya menjadi tinggi. Maka
perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan biaya periode yang pesat,
cocok dalam penggunaan analisis ABC.

6. Pricing freedom
Menunjukkan tingkat independensi perusahaan dalam
menentukan harga sehingga menghasilkan product profitability.
Perusahaan yang memiliki ketidakbebasan dalam menentukan harga
biasanya disebabkan adanya persaingan dengan kompetitor dalam pasar.
Persaingan tersebut berdampak pada penentuan biaya yang tepat bagi
perusahaan. Maka perusahaan yang tidak memiliki tingkat independensi
untuk menentukan harga maka perusahaan tersebut cocok dengan
menggunakan analisis ABC.

7. Period expense ratio

Menunjukkan kemungkinan terjadinya distorsi biaya produk secara


material. Ini berkaitan dengan seberapa tingkat pengaruh penurunan
ataupun kenaikan biaya dengan proporsi laba. Jika laba perusahaan
tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan maka perusahaan cocok
menggunakan analisis ABC.

8. Strategic considerations

Menunjukkan seberapa penting informasi biaya dimanfaatkan dalam


proses pengambilan keputusan manajemen. Keputusan yang diambil oleh
manajemen berkaitan dengan strategi yang diterapkan oleh perusahaan,
tidak hanya terbatas pada strategi pemasaran. Sehingga semakin penting
informasi biaya dalam pengambilan keputusan maka perusahaan cocok
menggunakan analisis ABC.

9. Cost reduction effort

Menggambarkan seberapa penting akurasi pelaporan alokasi biaya periode


untuk pengambilan keputusan internal manajemen. Adanya keakuratan
pelaporan alokasi biaya periode juga berkaitan dengan evaluasi bagi
internal manajemen. Pihak manajemen dapat menggunakan informasi
yang disajikan dalam laporan tersebut untuk membuat kebijakan yang
lebih tepat pada kemudian hari. Jadi, semakin tinggi tingkat kepentingan
akurasi maka semakin cocok menggunakan analisis ABC.

10. Analysis of frequency

Menunjukkan tinggi rendahnya kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan


analisis biaya pada produk. Banyak kegiatan berkaitan dengan frekuensi
kebutuhan informasi biaya. Semakin tinggi tingkat frekuensinya maka
tingkat keakuratan alokasi biaya pun juga semakin dibutuhkan. Maka
semakin tinggi tingkat frekuensinya, perusahaan semakin cocok
menggunakan analisis ABC.

Ada dua hal mendasar yang harus dipahami sebelum kemungkinan penerapan
metode ABC, yaitu :

1. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang signifikan


dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead yang dipengaruhi
hanya oleh volume produksi dari keseluruhan overhead pabrik maka jika
digunakan akuntansi biaya tradisional pun informasi biaya yang dihasilkan
masih akurat sehingga penggunaan sistem ABC kehilangan relevansinya.
Artinya, Activity Based Costing akan lebih baik diterapkan pada
perusahaan yang biaya overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh volume
produksi saja.
2. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non unit
harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya semua
biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu biaya.
Pada kondisi ini penggunaan sistem ABC justru tidak tepat karena sistem
ABC hanya dibebankan ke produk dengan menggunakan pemicu biaya
baik unit maupun non unit (memakai banyak cost driver). Apabila
berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka sistem akuntansi biaya
tradisonal atau sistem ABC membebankan biaya overhead dalam jumlah
yang sama. Jadi, perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi
paling rendah) mungkin masih dapat menggunakan sistem tradisional
tanpa ada masalah.
Klasifikasi Aktivitas

Sistem Activity Based Costing (ABC) pada dasarnya mencari suatu metode atau
cara untuk menghasilkan informasi biaya yang lebih akurat dengan melakukan
identifikasi atas berbagai aktivitas. Untuk mengidentifikasi biaya sumber daya
pada berbagai aktivitas, perusahaan perlu mengelompokkan seluruh aktivitas
menurut cara bagaimana aktivitas-aktivitas tersebut mengkonsumsi sumber daya.
Sistem ABC membagi aktivitas kedalam 4 tingkatan, yaitu :

1. Aktivitas tingkat unit (Unit-Level Activities)

Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel
unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh,
menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut
cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang
diproduksi.

2. Aktivitas tingkat kelompok unit (Batch-Level Activities)

Aktivitas dilakukan setiap kelompok unit diproses, tanpa memperhatikan


berapa unit yang ada pada kelompok unit tersebut. Misalnya, pekerjaan
seperti membuat order produksidan pengaturan pengiriman konsumen
adalah aktivitas berlevel kelompok unit.

3. Aktivitas pendukung produk/jasa (Product/Service-Sustaining


Activities)

Aktivitas ini mendukung produksi produk/jasa spesifik dan biasanya


dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi
atau dijual. Aktivitas ini dilakukan karena dibutuhkan untuk menopang
produksi setiap jenis produk/jasa yang berlainan. Sebagai contoh
merancang produk atau mengiklankan produk.
4. Aktivitas pendukung fasilitas (Facility-Sustaining Activities)

Aktivitas ini tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan produk/jasa


yang dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi secara keseluruhan.
Pengelompokan untuk level ini sulit dicari hubungan sebab akibatnya
dengan produk/jasa yang dihasilkan tetapi dibutuhkan untuk kelancaran
kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan
prosesproduksi barang/jasa. Contoh : biaya keamanan dan biaya
kebersihan.

Mekanisme Pendesainan ABC System

Tahap I

Tahap-tahap pembebanan biaya overhead pabrik pada ABC System adalah :

1. Biaya overhead pabrik dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang sesuai.


2. Biaya-biaya aktivitas tersebut dikelompokkan dalam beberapa cost pool
yang homogen.
3. Menentukan tarif untuk masing-masing kelompok (cost pool). Tarif
dihitung dengan cara membagi jumlah semua biaya didalam cost
pool dengan suatu ukuran aktivitas yang dilakukan. Tarif pool ini juga
berarti biaya per unit pemacu biaya (cost driver).

Tahap II

Biaya-biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi


atau permintaan aktivitas oleh masing-masing produk. Jadi pada tahap ini biaya-
biaya tiap pool aktivitas ditelusuri ke produk dengan menggunaan tarif pool dan
ukuran besarnya sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap produk. Ukuran besarnya
sumber daya tersebut adalah penyederhanaan dari kuantitas pemacu biaya
dikonsumsi oleh tiap produk.
 Pada tahap pertama, aktivitas diidentifikasikan, biaya-biaya dibebankan kepada
aktivitas, aktivitas yang berkaitan digabungkan menjadi satu kelompok, kelompok
biaya sejenis dibentuk, dan tarif kelompok dihitung.
 Pada tahap kedua, setiap permintaan produk untuk sumber daya kelompok diukur
dan biaya-biaya dibebankan kepada produk dengan menggunakan permintaan ini
dan tarif kelompok yang mewakili. Namun, untuk menghindari kerancuan pada
konsep dasar sebaiknya menghindari setiap pembahasan detail dari beberapa
langkah prosedur tahap pertama.

Konsep ABC System, bahwa biaya produk ditimbulkan oleh aktivitas, baik
aktivitas yang berkaitan dengan volume produk maupun aktivitas yang tidak
berkaitan dengan volume produk. BOP merupakan biaya yang akan diatribusikan
kepada produk berdasarkan pemicu biaya (cost drivers), bukan berdasarkan
volume produk.

Aktivitas merupakan tindakan yang berulang-ulang untuk memenuhi fungsi


bisnis. Setiap aktivitas dapat ditentukan sebagai value added atau non value
added. Kaplan (1991), menyatakan bahwa, sistem manajemen biaya mempunyai
dua sisi pengukuran kinerja, yaitu finansial dan non finansial.

Pengukuran kinerja yang bersifat finansial digunakan untuk pengukuran kinerja


periodik dan untuk penentuan biaya produk yang akurat. Sedangkan pengukuran
kinerja non finansial dapat digunakan untuk mengembangkan dan memperbaiki
secara terus menerus proses produksidengan mengurangi non value added time.

Continuous improvement ini mengacu pada falsafah pengolahan bernilai tambah


(value added manufacturing), yang mengacu pada kegiatan manufaktur yang
terbaik dan sederhana, sehingga sistem manufaktur menjadi lebih efisien.
CONTOH SOAL
PT. Sentosa Jaya Tbk adalah perusahaan yang menghasilkan dan menjual produk
dalam 2 jenis berbeda yaitu Jenis AB dan BC. Data Keuangan yang terhimpun
untuk kedua jeniS produk tersebut adalah sebagai berikut :
Produk
Keterangan
AB BC
Volume Produksi ( Unit ) 5.000 20.000
Harga Jual ( Rp ) 6.000 3.000
Biaya Utama ( Rp ) 3.000 1.500
Jam Kerja Langsung 2.500 5.000
Dan akuntan manajemen mengidentifikasikan aktivitas cost pool yang
dianggarkan dan Aktivitas sebagai berikut :
Aktivitas Anggaran Cost Pool Aktivitas
Rekayasa Rp150.000 Jam
Setup 500.000 Jam
Perputaran Mesin 1.500.000 Jam
Pengemasan 100.000 Jumlah
Dan berikut ini aktivitas yang sesungguhnya untuk kedua jenis produk :
Konsumsi / Realisasi
Aktivitas Total
AB BC
Rekayasa 6.000 9.000 15.000
Setup 400 600 1.000
Perputaran Mesin 50.000 100.000 150.000
Pengemasan 5.000 20.000 25.000
Diminta :
1. Hitunglah biaya per unit produk AB dan BC dengan sistem konvesional
(Tradisional)
2. Hitunglah biaya per unit produk AB dan BC dengan sistem ABC ?
Jawab :
1.Sistem Konvesional
Total Jam Kerja Langsung ( JKL )= 2.500 + 5.000 = 7.500
Tarif overhead / JKL = Rp2.250.000 / 7.500 = Rp300 / JKL
Biaya Overhead yang dibebankan ke :
Produk Total Unit Overhead / unit
AB Rp300 x 2.500 = Rp750.000 5.000 Rp150
BC Rp300 x 5.000 = Rp1.500.000 20.000 Rp75
2.Sistem ABC ( Activity Based Costing )

Aktivitas Total Biaya Konsumsi Tarif Aktivitas


Aktivitas
Rekayasa 150.000 15.000 Rp10
Setup 500.000 1.000 Rp500
Perputaran Mesin 1.500.000 150.000 Rp10
Pengemasan 100.000 25.000 Rp4
Biaya Overhead yang dibebankan ke masing – masing produk sebagai berikut :

A.Produk AB
Aktivitas Tarif Jumlah BO Total BO / Unit
Rekayasa Rp10 6.000 60.000 Rp10
Setup Rp500 400 200.000 Rp500
Perputaran Rp10 50.000 500.000 Rp10
Mesin
Pengemasan Rp4 5.000 20.000 Rp4
780.000
B.Produk BC
Aktivitas Tarif Jumlah BO Total BO / Unit
Rekayasa Rp10 9.000 90.000 Rp10
Setup Rp500 600 300.000 Rp500
Perputaran Rp10 100.000 1.000.000 Rp10
Mesin
Pengemasan Rp4 20.000 80.000 Rp4
1.470.000 Rp524
Menghitung biaya per unit menggunakan metode konvesional :
Keterangan Produk AB Produk BC
Biaya Utama 15.000.000 30.000.000
Biaya Overhead 1.500.000 6.000.000
Total Biaya 16.500.000 36.000.000
Unit diproduksi 5.000 20.000
Biaya / Unit 3.300 1.800
Menghitung biaya per unit menggunakan metode ABC :
Keterangan Produk AB Produk BC
Biaya Utama 15.000.000 30.000.000
Biaya Overhead 2.620.000 10.480.000
Total Biaya 17.620.000 40.480.000
Unit diproduksi 5.000 20.000
Biaya / Unit 3.524 2.024

SOAL SOAL :
11.1 PT. Marga Jaya Tbk adalah perusahaan yang menghasilkan dan menjual produk
dalam 2 jenis berbeda yaitu Jenis BA dan CB. Data Keuangan yang terhimpun
untuk kedua jenis produk tersebut adalah sebagai berikut :
Produk
Keterangan
BA CB
Volume Produksi ( Unit ) 10.000 25.000
Harga Jual ( Rp ) 11.000 8.000
Biaya Utama ( Rp ) 8.000 6.500
Jam Kerja Langsung 7.500 10.000
Dan akuntan manajemen mengidentifikasikan aktivitas cost pool yang
dianggarkan dan Aktivitas sebagai berikut :
Aktivitas Anggaran Cost Pool Aktivitas
Rekayasa Rp250.000 Jam
Setup 600.000 Jam
Perputaran Mesin 1.600.000 Jam
Pengemasan 200.000 Jumlah
Dan berikut ini aktivitas yang sesungguhnya untuk kedua jenis produk :
Konsumsi / Realisasi
Aktivitas Total
BA BC
Rekayasa 11.000 14.000 25.000
Setup 5.400 5.600 11.000
Perputaran Mesin 55.000 105.000 160.000
Pengemasan 10.000 25.000 35.000

Diminta :
1. Hitunglah biaya per unit produk BA dan CB dengan sistem konvesional
(Tradisional)
2. Hitunglah biaya per unit produk BA dan CB dengan sistem ABC ?
3. Hitunglah Tarif Biaya overhead Pabrik yang dibebankan untuk setiap
produk ?

11-2. Perusahaan Amira menghasilkan 2 buah produk parfum. Parfum tersebut terdiri
atas 2 bentuk yaitu produk standard dan produk mewah. Perbedaan tersebut
terletak pada proses akhir berupa desain tempat parfum dan bungkusnya. Berikut
ini adalah informasi untuk produk tersebut.
Jumlah Set Up Jumlah Jumlah Tenaga
Produk
Mesin Komponen Kerja Langsung
Standar 15 40 2500
Mewah 35 110 5000
Biaya
Overhead 40,000,000 80,000,000
Jika selama ini Amira menggunakan traditional costing dengan cara
membebankan biaya overhead pabrik berdasarkan jumlah jam kerja tenaga kerja
langsung.
Diminta: Berapakah biaya overhead yang dibebankan pada produk standar?
11-3. Berdasarkan Latihan 11-2. Jika Amira berencana untuk menerapkan ABC dan
menggunakan dasar pembebanan overhead adalahjumlah set up mesin dan jumlah
komponen.

Diminta : Berapakah biaya overhead yang dibebankan pada produk standar ?

Anda mungkin juga menyukai