17048
3A
Evaluasi
1. Klien dapat mengenal halusinasi
2. Klien dapat menghardik halusinasi
3. Klien dapat berckap cakap dengan
orang lain untuk mengontrol
halusinasi
4. Klien dapat menggunakan obat
dengan benar
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan pada klien dengan halusinasi
ditetapkan berdasarkan data subyektif dan objektif yang
ditemukan pada pasien :
Gangguan sensori persepsi : halusinasi
Implementasi
Data Subjektif:
nyata.
Persepsi didefinisikan Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. Biologis8
sebagai suatu proses diterimanya Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai
dan dimengerti oleh penginderaan atau skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan 1) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system
sensasi: proses penerimaan rangsang
reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
halusinasi adalah sebagai berikut: : Bicara sendiri, Senyum
(Stuart, 2007). 2) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
sendiri,Ketawa sendiri, Menggerakkan bibir tanpa suara, Pergerakan manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
Halusinasi adalah sensasi mata yang cepat, Respon verbal yang lambat, Menarik diri dari 2. Psikologis
panca indera tanpa adanya rangsangan. Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau
orang lain, Berusaha untuk menghindari orang lain, Tidak dapat
keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
Klien merasa melihat, mendengar, membedakan yang nyata dan tidak nyata, Terjadi peningkatan hidup klien.
3. Sosial Budaya
membau, ada rasa raba dan rasa kecap denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, Perhatian dengan
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
meskipun tidak ada sesuatu rangsang lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik, Berkonsentrasi kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
yang tertuju pada kelima indera tersebut dengan pengalaman sensori, Sulit berhubungan dengan orang lain,
(Izzudin, 2005). Ekspresi muka tegang, Mudah tersinggung, jengkel dan marah,
Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, Tampak tremor dan Faktor Presipitasi
Ketakutan, Tidak dapat mengurus diri, Biasa terdapat disorientasi stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
stres, termasuk upaya penyelesaiannya masalah secara langsung dan mekanisme untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.