Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Jamur

Jamur merupakan organisme bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung


kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki
hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal
(mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Madigan et al., 2012).
Spesies jamur beraneka ragam tersebar di seluruh dunia. Terdapat fungi yang
merugikan dan ada pula fungi yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan adalah
berbagai jenis jamur yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, misalnya untuk
menghancurkan sampah organik, menghasilkan antibiotik untuk obat atau jamur yang
bermanfaat dalam pembuatan roti, tempe, tape, taoco, oncom (Waluyo, 2007).
Spesies jamur yang merugikan adalah berbagai jamur yang menyebabkan kayu
cepat lapuk, kerusakan makanan hingga penyebab penyakit pada makhluk hidup
misalnya menyebabkan mikosis. Mikosis adalah infeksi yang disebabkan jamur pada
suatu organisme. baik akibat keracunan saat dikonsumsi, menjadi sumber penyakit kulit
(Waluyo, 2007).
Jenis jamur pathogen yang menyebabkan penyakit pada hewan diantaranya
Candida, Saccharomyces, Rhizopus, Mucor, Aspergillus, Trichopyton, dan Microsporum
serta yang tergolong dalam fungi dimorfik yaitu histoplasm, Blastomyces, Sporothrix.
Penanggulangan infeksi mikosis memerlukan pengobatan yang tepat untuk setiap
spesiesnya sehingga perlu dilakukan isolasi dan identifikasi spesies jamur yang
menyebabkan kerugian. Proses isolasi dan identifikasi diperlukan pengetahuan cara
penanaman serta identifikasi kelompok jamur pada sampel tertentu (Gandjar dkk, 2006).
1.2. Bakteri

Bakteri adalah sebuah kelompok mikroorganisme bersel tunggal. Bakteri

sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik berupa DNA, tapi tidak

terlokalisasi dalam tempat khusus (nukleus) dan tidak ada membran inti. Bakteri

dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Salah satu klasifikasi yang paling

sering digunakan adalah dengan menggunakan pewarnaan gram. Pewarnaan

gram adalah prosedur mikrobiologi dasar untuk mendeteksi dan mengidentifikasi

bakteri.

Pewarnaan gram ditemukan oleh H. C. J. Gram, seorang histologis

berkebangsaan Denmark, pada tahun 1884. Prosedur pewarnaan gram dimulai

dengan pemberian pewarna basa, kristal violet. Larutan iodine kemudian

ditambahkan; semua bakteri akan terwarnai biru pada fase ini. Sediaan kemudian

diberi alkohol. Sel gram positif akan tetap mengikat senyawa kristal violet-iodine

sehingga bewarna biru, sedangkan gram negatif akan hilang warnanya oleh

alkohol. Sebagai langkah terakhir, counterstain (misalnya safranin yang

berwarna merah) ditambahkan sehingga sel gram negatif yang tidak berwarna

akan mengambil warna kontras; sedangkan sel gram positif terlihat dalam warna

biru keunguan (violet). Perbedaan ini terjadi karena perbedaan penyusun

peptidoglikan pada struktur dinding selnya. Berikut dipaparkan kedua macam

golongan bakteri berdasarkan pewarnaan gram (Prasetyo, T.2009).


BAB 5

KESIMPULAN

Berdasarkan penanaman menggunakan media SDA (Sabaround Dextrose Agar),

isolasi dan identifikasi ditemukan

Pada penanaman pakan menggunakan media MSA (Manitol Salt Agar), diisolasi dan

identifikasi ditemukan bakteri Staphylococcus sp yang kemudian dilanjutkan dengan uji katalase

dengan hasil positif dan uji koagulase dengan hasil negatif.

Dapus

Prasetyo,T.2009. Pola Resistensi Bakteri terhadap beberapa Antibiotik.Skripsi.Universitas Indonesia.Jakarta

Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang

Ganjar I, Syamsurizal W, Wutari A. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor


Indonesia, Jakarta, 2006.
Madigan, M.T., J.M. Martinko, D.A. Stahl, and D.P. Clark. 2012. Brock Biology of
Microorganisms. Pearson Education, Inc., San Francisco.

Anda mungkin juga menyukai