Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASPEK LEGAL DAN SISTEM KREDENSIAL PERAWAT INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika yang dibimbing oleh

Bapak Nandang Ahmad Waluya, SKp.,M.Kep., Sp. KMB

Oleh:

Kelompok VII

Tingkat: IB

1. Aurellita Maulidya (P17320119053)


2. Ilma Fitriani (P17320119060)
3. Melani Intan (P17320119066)
4. Prissta Dwinanda (P17320119070)
5. Tresna Puspita Ningrum(P17320119087)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Aspek Legal Dan Sistem Kredensial Perawat Indonesia”
ini dapat tersusun hingga selesai. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya, serta bimbingan dari pihak dosen sendiri.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengikuti perkembangankeperawatan dunia, perawat yang menginginkan
perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Dulu membantu pelaksanaan
tugas dokter, menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini
merekamenginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai
tujuan asuhan keperawatan. Tuntutan perubahan paradigma ini tentu mengubah
sebagian besar bentuk hubungan perawat dengan manajemen organisasi tempat
kerja. Jika praktik keperawatan dilihatsebagai praktik profesi, maka harus ada
otoritas atau kewenangan, ada kejelasan batasan, siapamelakukan apa. Karena
diberi kewenangan maka perawat bisa digugat, perawat harus bertanggung
jawab terhadap tiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.Tuntutan
perubahan paradigma tersebut tidak mencerminkan kondisi dilapangan
yangsebenarnya, hal ini dibuktikan banyak perawat di berbagai daerah
mengeluhkan mengenaisemaraknya razia terhadap praktik perawat sejak
pemberlakuan UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Pelayanan keperawatan diberbagai rumah sakit belummencerminkan praktik
pelayanan profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan yang
dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan
klien, melainkanlebih berorientasi pada pelaksanaan tugas rutin seorang
perawat.
Nursing di Indonesia yang tergolong masih muda dibandingkan dengan di
negara Baratmemang tertinggal jauh. Bahkan di antara negara-negara Asia
sekalipun. Meskipun demikian, geliat perubahan yang dimulai sejak tujuh tahun
terakhir di tanah air merupakan upaya positif yang sudah pasti memerlukan
dukungan semua pihak. Tetapi yang lebih penting adalahdukungan pemikiran-
pemikiran kritis terutama dari nurses itu sendiri. Pola pikir kritis ini merupakan
tindakan yang mendasari evidence-based practice dunia nursingyang
memerlukan proses pembuktian sebagaimana proses riset ilmiah. Pola pikir
tersebut bukan berarti mengharuskan setiap individu menjadi
peneliti/researcher. Sebaliknya, sebagai landasan dalam praktek nursing sehari-
hari. Dengan demikian kemampuan merefleksikan kenyataan praktis lapangan
dengan dasar ilmunursing ataupun disiplin ilmu lainnya, baik dalam nursing
proses kepada pasien ataupun dalammelaksanakan program pendidikan
nursing, sudah seharusnya menyatu dalam intelektualitasnurses.
Kredensial merujuk pada proses verifikasi pendidikan, lisensi, dan
sertifikasi praktek sebagai advanced practice registered nurse (APRN).
Menurut County of Los Angeles Public Health (2010 : 1) kredensial dalam suatu
organisasi kesehatan sangat penting untuk memastikan kompetensi dan
akuntabilitas. Proses kredensial sendiri efektif melindungi klien dan organisasi,
membangun staf profesional yang bermutu, juga untuk melindungi kepentingan
umum.
Sistem kredensial dengan pembatasan kewenangan klinis berbasis
profesionalisme dilakukan untuk memastikan agar setiap pelayanan bagi pasien
dilakukan oleh tenaga profesional keperawatan yang kompeten. Evaluasi
kredential harus menyeluruh, dapat diandalkan, dan bermutu tinggi untuk
menjamin perawat tersebut aman dan berkompeten dalam praktek. Mutu
pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi
salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat.
Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan
jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan,
serta kesengsaraan yang dialami pasien dan keluarganya. Salah satu indikator
dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah pelayanan keperawatan
yang diberikan itu memuaskan pasien atau tidak. Kinerja perawat sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan merupakan masalah yang sangat penting untuk
dikaji dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Untuk menjamin mutu pelayanan serta melindungi masyarakat,
perlu dikembangkan sistem kredensial guna memastikan bahwa setiap perawat,
program atau lembaga pelayanan keperawatan/kesehatan bermutu dan
memenuhi standaryang ditetapkan. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
HK.02.02/MENKES/148/1/2010 Tentang: Izin dan Penyelanggaraan Praktik
Perawat, pasal 12 ayat 2 yang menyatakan: Perawat dalam menjalankan Praktik
senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya dengan mengikuti
perkembangan ilmu pangetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan
pelatihan sesuai dengan tugasnya, yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
orgarnisasi profesi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari aspek legal keperawatan ?
b. Bagaimana fungsi hukum dalam praktik perawat ?
c. Apa saja pasal krusial dalam kepmenkes 1239/2001 tentang praktik
keperawatan?
d. Apa saja sanksi pada aspek legal keperawatan ?
e. Apa saja hak dan kewajiban perawat pada aspek legal keperawatan?
f. M
g. M
h. M
i. M
j. M

1.3 Tujuan
a. Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami
aspek legal dan kredensial keperawatan.
b. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami
tentang:
 Pengertian aspek legal keperawatan Indonesia

1.4 Manfaat
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aspek Legal Keperawatan

Aspek Legal Keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam


memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun
sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin


melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni kewenangan
material dan kewenangan formal. Kewenangan material diperoleh sejak seseorang
memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi (registered nurse) yang disebut
Surat Ijin Perawat atau SIP.

Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang


memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi
perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat
Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.

Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki


kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan.
Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang
diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan
khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus
dilampaui.
Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang
diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang
kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam
arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-
masing. Aspek legal keperawatan tidak terlepas dari Undang-Undang dan Peraturan
tentang praktek keperawatan.

2.2 Fungsi Hukum dalam Praktik Perawat (Aspek Legal Keperawatan)

 Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana


yang sesuai dengan hukum
 Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
 Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan
mandiri
 Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

2.3 Pasal krusial dalam Kepmenkes 1239/2001 Tentang Praktik


Keperawatan

 Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan diagnosa


keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi.
 Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis
dokter
 Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :
1. Menghormati hak pasien
2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
4. Memberikan informasi
5. Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
6. Melakukan catatan perawatan dengan baik

Aspek Legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang


memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi
perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat
Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.

Aspek legal keperawatan meliputi :

 Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang


sesuai dengan hukum
 Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
 Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan
mandiri
 Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
 Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang , perawat
berwenang melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
 Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP
di ruang praktiknya
 Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk
kunjungan rumah
 Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi :
1. Tempat praktik memenuhi syarat
2. Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir
/buku kunjungan, catatan tindakan dan formulir rujukan

Larangan

1. Perawat dilarang menjalankan praktik selain yang tercantum dalam izin dan
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi
2. Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau
menjalankan tugas didaerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,
dikecualikan dari larangan ini
3. Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan atau
tertulis kepada perawat yang melakukan pelanggaran
4. Peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 kali, apabila tidak diindahkan
SIK dan SIPP dapat dicabut.
5. Sebelum SIK atau SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu
mendengar pertimbangan dari MDTK atau MP2EM

2.4 Sanksi pada Aspek Legal Keperawatan

 Pelanggaran ringan , pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan


 Pelanggaran sedang , pencabutan izin selama-lamanya 6 bulan
 Pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 tahun
 Penetapan pelanggaran didasarkan pada motif pelanggaran serta situasi
setempat.

2.5 Hak dan Kewajiban Perawat pada Aspek Legal Keperawatan

Aspek Legal Keperawatan juga meliputu Kewajiban dan hak Perawat :

 Kewajiban: pada Aspek Legal Keperawatan


 Wajib memiliki : SIP, SIK, SIPP
 Menghormati hak pasien
 Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
 Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
 Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan
kewenangan
 Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan perawat sesuai
dgn kondisi pasien baik secara tertulis maupun lisan
 Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai peraturan
dan SOP yang berlaku
 Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam
melaksanakan praktik
 Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK
 Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dengan
kewenangan
 Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
 Mentaati semua peraturan perundang-undangan
 Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun
dgn anggota tim kesehatan lainnya.

2.6 Hak-Hak Perawat pada Aspek Legal Keperawatan

 Hak perlindungan wanita.


 Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh
hukum.
 Hak mendapat upah yang layak.
 Hak bekerja di lingkungan yang baik
 Hak terhadap pengembangan profesional.
 Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan.

2.7 Undang-Undang Legislasi Praktik Keperawatan


Aspek legal atau hukum, legal=sah, aspek legal dalam keperawatan
mempunyai hak & tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar yang berlaku
perlu ada ketetapan hukum yang mengatur hak & kewajiban seseorang yang
berhubungan erat dengan tindakannya perawat sebagai tenaga kesehatan diatur
dalam:
1.UU No. 23 Tentang Kesehatan
2. PP Nomor 32 Tentang Tenaga Kesehatan
3. Perda Kab. Kudus No. 11 Tahun 2004 Tentang Retribusi Pelayanan
Tenaga Kesehatan
4. SKB MENKES-KABKN NO.733-SKB-VI-2002 NO.10 th 2002
Tentang Jabatan
5. UU No. 43 Th. 1999 Tentang POKOK2 KEPEGAWAIAN
6. PERPRES No. 54 Th. 2007 Tentang Tunjangan Fungsional Tenaga
Kesehata
7. PERPRES No. 26 Tahun 2007 Tentang Tunjangan Jabatan Struktural

8. Kewenangan Praktek Keperawatan diatur dalam


a) UU kesehatan RI No.23 tahun 1992, Bab V Pasal 34
ayat 2 dan 3
b) UU kesehatan RI No.23 tahun 1992, Bab V Pasal 32
ayat 2 dan 3
c) UU kesehatan RI No.25 tahun 1992, Bab V Pasal 32
ayat 2 dan 3
d) UU kesehatan RI No.26 tahun 1992, Bab V Pasal 32
ayat 2 dan 3
e) UU kesehatan RI No.23 tahun 1992, Bab V Pasal 33
ayat 2 dan 3
Keperawatan sebagai profesi harus memiliki kompetensi dan
memenuhi standar praktik ,serta memperhatikan kode etik dan moral
profesi.
UU keperawatan diperlukan untuk keberfungsian Konsil
Keperawatan sebagai regulator untuk melindungi masyarakat.Perjuangan
mewujudkan undang-undang legislasi praktik keperawatan :
Tahun 1989 PPNI mulai memperjuangkan terbentuknya UU
Keperawatan.Tahun 1992 disahkan UU Kesehatan (UU Kesehatan
No.23,1992),didalamnya mengakui bahwa keperawatan merupakan
profesi.Sebelumnya hanya tertuang dalam PP No.32,1996.Tahun 2004
RUU.

2.8 Definisi Kredensial Keperawatan


Credentialing berasal dari bahasa Inggris yang yang artinya mandat dalam
bahasa Indonesia (kamus bahasa Indonesia). Credentialing biasa juga disebut
kredensial (dalam bahasa Indonesia). Kredensial adalah proses pembentukan
kualifikasi profesional yang berlisensi, yang diberikan kepada anggota atau
organisasi, dengan menilai latar belakang dan legitimasi .
Kredensial adalah pengesahan kualifikasi, kompetensi, atau otoritas yang
diberikan kepada individu atau organisasi oleh pihak ketiga yang relevan diakui
secara de jure atau de facto yang mempunyai otoritas atau dianggap kompetensi
untuk melakukannya. Sedangkan menurut Priharjo (1995), kredensial merupakan
proses untuk menentukan dan mempertahankan kompetensi keperawatan. Proses
kredensial merupakan salah satu cara profesi keperawatan mempertahankan standar
praktik dan akuntabilitas persiapan pendidikan anggotanya.
Berdasarkan penjelasan diatas kelompok menarik kesimpulan bahwa
kredensial adalah proses pengakuan profesi yang diberikan kepada induvidu atau
organisasi dengan mempunyai otoritas atau dianggap kompeten dalam melakukan
suatu tindakan atau kebijakan.
Kredensial keperawatan adalah

2.9 Tujuan Kredensial


Menurut Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Tenaga
Kesehatan (2005) tujuan dari kredensial adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
2. Melidungi masyarakat atas tindakan keperawatan yang dilakukan
3. Menetapkan standar pelayanan keperawatan
4. Menilai boleh tidaknya praktik
5. Menilai kesalahan dan kelalaian
6. Melindungi masyarakat dan perawat
7. Menentukan dan mempertahankan kompetensi keperawatan
8. Membatasi pemberian kewenangan melaksanakan praktik keperawatan hanya
bagi yang kompeten

9. Meyakinkan masyarakat bahwa yang melakukan praktek mempunyai


kompetensi yang diperlukan

2.10 Proses Kredensial Keperawatan di Indonesia


Meskipun keperawatan di Indonesia masih dalam tahap perkembangan,
namun Indonesia masih tetap melaksanakan proses kredensial. Dalam hal ini kami
akan memberikan penjelasan mengenai gambaran proses kredensial di Indonesia.
1. Izin Praktik
Kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai jenjang pendidikan
keperawatan dengan standar atau mutu antar institusi pendidikan yang tidak sama.
Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa seseorang yang telah lulus dari
pendidikan keperawatan belum tentu cukup menguasai kompetensinya sebagai
perawat. Situasi inilah yang membuat para pemimpin keperawatan cukup prihatin.
Pihak pasien tidak tahu apakah pendidikan perawat atau justru diperburuk oleh
kualitas keperawatan yang diberikan oleh para perawat yang dipersiapkan dengan
tidak mantap. Adapun tahapan-tahapan dibuatnya Surat Izin Praktek menurut SK
Menkes No. 647 tahun 2000 :
a. Surat Izin Perawat (SIP)
Adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan
di seluruh wilayah Indonesia. SIP ini di berikan kepada perawat yang baru
lulus, perawat yang sudah bekerja dan perawat yang sedang menjalani
pendidikan formal. Berlaku selama 5 tahun dan diperpanjang 6 bulan
sebelum masa berlakunya habis. Surat Izin Perawat ini dikeluarkan oleh dinas
kesehatan provinsi.
b. Surat Izin Kerja (SIK)
Merupakan bukti tertulis yang diberikan pada perawat untuk melakukan
praktik keperawatan. Surat Izin Kerja ini diberikan kepada semua perawat
yang akan melaksanakan praktik keperawatan selambat-lambatnya 1 bulan
setelah sang perawat diterima kerja atau bagi yang sudah bekerja paling
lambat 2 tahun.
c. Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)
Yaitu bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk menjalankan
praktik keperawatan perorangan atau kelompok. Diberikan kepada perawat
yang memiliki pendidikan minimal D-III keperawatan dan memiliki
pengalaman bekerja 3 tahun. SIPP diperbaharui 6 bulan sebelum masa
berlakunya habis. SIK dan SIPP berlaku sepanjang masa berkaku SIP.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1239 / menkes / sk /
XI/ 2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat di BAB III mengenai perizinan :

Pasal 8
1) Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan, praktek perorangan/atau berkelompok.
2) Perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK.
3) Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus memiliki
SIPP.

Pasal 9
1) SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
setempat.
2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan
melampirkan :
a) Foto kopi SIP yang masih berlaku
b) Surat keterangan sehat dari dokter
c) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
d) Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang
menyatakan tanggal mulai bekerja.
e) Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
3) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada
formulir IV terlampir.

Pasal 10
SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.

Pasal 11
Permohonan SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, selambat-lambatnya
diajukan dalam waktu 1 (satu) bulan setelah diterima bekerja.

Pasal 12
1) SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (3) diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
setempat.
2) SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya
keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengan kompetensi lebih
tinggi.
3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan
melampirkan:
a) Foto kopi ijazah ahli madya keperawatan, atau ijazah pendidikan dengan
kompetensi lebih tinggi yang diakui pemerintah;
b) Surat keterangan pengalaman kerja minimal 3 (tiga) tahun dari pimpinan
sarana tempat kerja, khusus bagi ahli madya keperawatan;
c) Foto kopi SIP yang masih berlaku;
d) Surat keterangan sehat dari dokter;
e) Pas foto ukuran 3x4 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
f) Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
4) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti tercantum pada
formulir V terlampir;
5) Perawat yang telah memiliki SIPP dapat melakukan praktik berkelompok.
6) Tata cara perizinan praktik berkelompok sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 13
1) Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan melalui
penilaian kemampuan keilmuan dan keteramplan dalam bidang keperawatan,
kepatuhan terhadap kode etik profesi serta kesanggupan melakukan praktik
keperawatan.
2) Setiap perawat yang melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban
meningkatkan kemampuan keilmuan dan/ atau keterampilan bidang
keperawatan melalui pendidikan dan/ atau pelatihan.

Pasal 14
1) SIK dan SIPP berlaku sepanjang SIP belum habis masa berlakunya dan
selanjutnya dapat diperbaharui kembali.
2) Pembaharuan SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dengan melampirkan:
a) Foto kopi SIP yang masih berlaku
b) Foto kopi SIK yang lama
c) Surat keterangan sehat dari dokter
d) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
e) Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan
f) Rekomendasi dari Organisasi Profesi.
3) Pembaharuan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dengan melampirkan:
a) Foto kopi SIP yang masih berlaku;
b) Foto kopi SIPP yang lama;
c) Surat keterangan sehat dari dokter;
d) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
e) Rekomendasi dari Organisasi Profesi.\

2. Registrasi
Dalam masa transisi professional keperawatan di Indonesia, sistem
pemberian izin praktik dan registrasi sudah saatnya segera diwujudkan untuk semua
perawat baik bagi lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK), akademi, sarjana
keperawatan maupun program master keperawatan dengan lingkup praktik sesuai
dengan kompetensi masing-masing. Bagi perawat yang telah menyelesaikan
pendidikan diberbagai institusi harus segera meregistrasikan diri, agar melanjutkan
praktik keperawatan. Pada pasal 27 Undang-undang No 23 Tahun 1992,
dicantumkan ’’ Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan di
Indonesia harus memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat (STRP). ” Registrasi
perawat dilakukan dalam 2 (dua) kategori :

a) Registrasi administrasi; adalah kegiatan mendaftarkan diri yang


dilakukan setiap tahun, berlaku untuk perawat professional dan
vokasional.
b) Registrasi kompetensi; adalah registrasi yang dilakukan setiap 5 tahun
untuk memperoleh pengakuan, mendapatkan kewenangan dalam
melakukan praktik keperawatan, berlaku bagi perawat profesional.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239 / menkes / sk /


XI / 2001 Tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan di
BAB II mengenai Pelaporan dan Registrasi:

Pasal 2
1) Pimpinan penyelenggaraan pendidikan perawat wajib menyampaikan laporan
secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi mengenai peserta didik
yang baru lulus, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah dinyatakan lulus
pendidikan keperawatan.
2) Bentuk dan isi laporan dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam
formulir I terlampir.

Pasal 3
1) Perawat yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan
kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana
sekolah berada guna memperoleh SIP selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
setelah menerima ijazah pendidikan keperawatan.
2) Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a) Foto kopi ijazah pendidikan perawat
b) Surat keterangan sehat dari dokter
c) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
3) Bentuk permohonan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
formulir II terlampir.

Pasal 4
1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, melakukan
registrasi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 untuk
menerbitkan SIP.
2) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, dalam waktu selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima dan berlaku secara
nasional.
3) Bentuk dan isi SIP sebagaimana tercantum dalam formulir III terlampir.

Pasal 5
1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi harus membuat pembukuan registrasi
mengenai SIP yang telah diterbitkan.
2) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi menyampaikan laporan secara berkala
kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretariat Jenderal c.q. Kepala Biro
Kepegawaian Departemen Kesehatan mengenai SIP yang telah diterbitkan
untuk kemudian secara berkala akan diterbitkan dalam buku registrasi
Nasional.

Pasal 6
1) Perawat lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk melengkapi
persyaratan mendapatkan SIP.
2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana
pendidikan milik pemerintah.
3) Untuk melakukan adaptasi perawat mengajukan permohonan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi.
4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan melampirkan :
a. Foto kopi ijazah yang telah dilegalisir oleh direktur jenderal pendidikan
tinggi.
b. Transkrip nilai ujian yang bersangkutan.
5) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkan permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menerbitkan rekomendasi untuk melaksanakan
adaptasi.
6) Perawat yang telah melaksanakan adaptasi berlaku ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2, pasal 3 dan pasal 4.

Pasal 7
1) SIP berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan
dasar untuk memperoleh SIK dan/ atau SIPP.
2) Pembaharuan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada Dinas
Kesehatan Propinsi dimana perawat melaksanakan asuhan keperawatan dengan
melampirkan:
a) SIP yang telah habis masa berlakunya
b) Surat keterangan sehat dari dokter
c) Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
3. Sertifikasi
Di Indonesia proses pengesahan ini dilakukan oleh Badan Nasional Profesi
(BNSP) / Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) untuk menetapkan bahwa seseorang
memenuhi persyaratan kompetensi yang ditetapkan, mencakup permohonan,
evaluasi, keputusan sertifikasi, survailen dan sertifikasi ulang dan penggunaan
sertifikat. Kumpulan tersebut dan sumber daya untuk melakukan proses sertifikasi
sesuai dengan skema sertifikasinya, untuk menerbitkan sertifikat kompetensi
termasuk pemeliharaannya.
Pengesahan dilakukan apabila seorang perawat telah memenuhi persyaratan
kompetensi yang ditetapkan oleh pemerintah.

4. Akreditasi
Pendidikan keperawatan pada waktu tertentu dilakukan
penilaian/pengukuran untuk pendidikan D III keperawatan dan sekolah perawat
kesehatan dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan untuk jenjang S1 oleh
Dikti. Pengukuran rumah sakit dilakukan dengan suatu sistem akrteditasi rumah
sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan.

Di Indonesia pengakuan formal dan pemberian Lisensi lembaga-lembaga


sertifikasi profesi melalui proses Akreditasi oleh BNSP yang menyatakan bahwa
LSP telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan Sertifikasi profesi atau
kegiatan uji kompetensi profesi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Mimin, Suhaemin. 2003. Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kathleen koenig Blass. 2006. Praktik Keperawatan Profesional: Konsep dan

Perspektif Edisi 4.Jakarta : EGC


http://ifalsfalser.blogspot.com/2012/02/aspek-legal-keperawatan.html?m=1

diakses pada 27 September 2019

https://www.academia.edu/10822616/Kredensial diakses pada 27 September 2019

Anda mungkin juga menyukai