Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tindak pidana korupsi merupakan suatu fenomena kejahatan yang menggerogoti
dan menghambat pelaksanaan pembangunan, sehingga penanggulangan dan
pemberantasannya harus benar-benar dipriorotaskan. Sumber kejahatan korupsi banyak
dijumpai dalam masyarakat modern dewasa ini, sehingga korupsi justru berkembang
dengan cepat baik kualitas maupun kuantitasnya. Sekalipun penanggulangan tindak
pidana korupsi diprioritaskan, namun diakui bahwa tindak pidana korupsi termasuk
jenis perkara yang sulit penanggulangan maupun pemberantasannya.

Istilah korupsi berasal dari bahasa latin corruptio, corruption dalam bahasa Inggris
dan corruptive dalam bahasa Belanda. Korupsi disamping dipakai untuk menunjuk
keadaan atau perbuatan yang busuk juga disangkut-pautkan kepada ketidakjujuran
seseorang dalam bidang keuangan. Menurut Vito Tanzi korupsi dapat diartikan sebagai
“perilaku tidak mematuhi prinsip, dilakukan oleh perorangan disektor swasta atau
pejabat publik, dan keputusan dibuat berdasarkan hubungan pribadi atau keluarga,
korupsi akan timbul, termasuk juga konflik kepentingan dan nepotisme”.

Permasalahan korupsi sendiri akhir-akhir ini di Indonesia seperti tiada habis-habisnya


dan muncul silih berganti, perbincangan mengenai korupsi selalu menarik perhatian
masyarakat. Hendarman Supandji pernah menyampaikan bahwa, “Meski upaya
pemberantasan korupsi semakin meningkat, tetapi belum menunjukkan tanda-tanda
bahwa crime rate-nya menurun dan Indonesia masih tetap termasuk dalam peringkat
negara-negara terkorup di dunia”, dari pengalaman sehari-hari, tampaknya keberhasilan
bangsa kita memberantas korupsi masih sangat terkendala oleh perilaku masyarakat
sendiri yang memiliki toleransi terlalu tinggi terhadap korupsi. Jeremy Pope mesinyalir :

Korupsi makin mudah ditemukan di berbagai bidang kehidupan. Pertama, karena


melemahnya nilai-nilai sosial, kepentingan pribadi menjadi lebih utama dibanding
kepentingan umum, serta kepemilikan benda secara individual menjadi etika pribadi
yang melandasi perilaku sosial sebagian besar orang. Kedua, tidak ada transparansi dan
tanggung gugat sistem integritas publik.

1
Korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas
dan keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi dan juga
politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moral. Tindak pidana korupsi
dikategorikan extra ordinary crime (kejahatan luar biasa) karena dampak yang
ditimbulkannya memang luar biasa, tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara
sistemik dan meluas, tidak hanya merugikan keuangan negara, mengganggu
stabilitas dan keamanan masyarakat, serta melemahkan nilai-nilai demokrasi, etika, keadilan
dan kepastian hukum sehingga dapat membahayakan kelangsungan pembangunan, tetapi
juga telah melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas.

Tindak pidana korupsi yang dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra
ordinary crime) memerlukan penanganan yang luar biasa juga (extra ordinary measure), maka
dari itu sangat diperlukan peran serta dari berbagai komponen baik dari pemerintah maupun
dari masyarakat. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Basrief Arief yaitu bahwa
meningkatnya aktivitas tindak pidana korupsi yang tidak terkendali tidak saja berdampak
terhadap kehidupan nasional, tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada
umumnya. Oleh karena itu, tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai
kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa. Metode
konvensional yang selama ini digunakan terbukti tidak bisa menyelesaikan
permasalahan korupsi yang ada di masayarakat, maka penanganannya pun juga harus
menggunakan cara-cara yang luar biasa.

Berdasarkan hasil riset Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek berencana


menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK) untuk pencegahan dan penanganan
kasus gratifikasi bagi dokter. Nila mengatakan Kementerian Kesehatan perlu mengatur
lebih rinci apa saja yang boleh dan tidak diterima dokter. Tapi, menurut dia, seorang
dokter boleh menerima hadiah dari perusahaan obat bila ditujukan untuk
pengembangan kemampuan si dokter. Pernyataan Nila ini merespons hasil investigasi
majalah Tempo pekan ini tentang strategi perusahaan farmasi memberikan dokter
hadiah pernak-pernik menawan hingga mobil mewah dalam bisnis obat-obatan di
Tanah Air. Imbalannya, dokter diminta menuliskan resep obat yang diproduksi
perusahaan farmasi pemberi hadiah.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Gratifikasi ?
2. Apa saja Pasal-Pasal Mengenai Gratifikasi
3. Contoh kasus yang dapat digolongkan sebagai gratifikasi !
4. Pengertian Assesment center !
5. Assesment Center Bagi Pendidikan Budaya Anti Korupsi !

1.3 TUJUAN
1. Memahami Tentang Gratifikasi
2. Dapat Mengetahui Assesment Center Bagi Pendidikan Budaya Anti Korupsi

3
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian Gratifikasi


Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas yang meliputi pemberian uang tambahan
(fee), hadiah uang, barang, rabat (diskon), komisi pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan
fasilitas lainnya.

Gratifikasi dapat diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan dapat dilakukan
dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik [1]

Walaupun hingga sekarang masih belum ditetapkan batas minimum untuk gratifikasi,
pemerintah pernah mengusulkan melalui Menkominfo pada tahun 2005 supaya
pemberian di bawah Rp. 250.000,- tidak dimasukkan ke dalam kategori gratifikasi.
Namun hal ini belum diputuskan dan masih sebatas wacana. Di lain pihak, masyarakat
yang melaporkan gratifikasi di atas Rp. 250.000,- wajib diberikan perlindungan sesuai
dengan ketentuan PP No 71/ 2000.

Gratifikasi termasuk tindak pidana. Landasan hukumnya adalah UU 31/1999 dan UU


20/2001 Pasal 12. Penerima gratifikasi diancaman pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling
sedikit 200 juta rupiah dan paling banyak 1 miliar rupiah.

Ketentuan UU No 20/2001 menyebutkan bahwa setiap gratifikasi yang diperoleh


pegawai negeri atau penyelenggara negara adalah suap, namun ketentuan ini tidak
berlaku apabila penerima gratifikasi melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) selambat-lambatnya dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.

4
2.2 Pasal-Pasal Mengenai Gratifikasi

Istilah gratifikasi secara jelas dan gamblang kita temukan dalam Pasal 12B dan Pasal
12C Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (Tipikor).

Pasal 12B Ayat (1), Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap pemberian suap apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut: a.
yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi; b. yang
nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) pembuktian gratifikasi
tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.

Ketentuan Pasal 12C Ayat (1) menyebutkan, Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12B Ayat (1) tidak berlaku jika penerima gratifikasi melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sedangkan Ayat
(2) menyatakan, Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) wajib
dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung
sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima. Pasal 12C Ayat (3) menyebutkan, Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak tanggal menerima laporan wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadi
milik penerima atau milik negara.

5
2.3 Contoh kasus yang dapat digolongkan sebagai gratifikasi

Pembiayaan kunjungan kerja lembaga legislatif, karena hal ini dapat mempengaruhi
legislasi dan implementasinya oleh eksekutif.Pungutan liar di jalan raya dan tidak
disertai tanda bukti dengan tujuan sumbangan tidak jelas, oknum yang terlibat bisa jadi
dari petugas kepolisian (polisi lalu lintas), retribusi (dinas pendapatan daerah), LLAJR
dan masyarakat (preman). Apabila kasus ini terjadi KPK menyarankan agar laporan
dipublikasikan oleh media massa dan dilakukan penindakan tegas terhadap
pelaku.Penyediaan biaya tambahan (fee) 10-20 persen dari nilai proyek.Uang retribusi
untuk masuk pelabuhan tanpa tiket yang dilakukan oleh Instansi Pelabuhan, Dinas
Perhubungan, Dinas Pendapatan Daerah.Parsel ponsel canggih keluaran terbaru dari
pengusaha ke pejabat.Perjalanan wisata bagi bupati menjelang akhir
jabatan.Pembangunan tempat ibadah di kantor pemerintah (karena biasanya sudah
tersedia anggaran untuk pembangunan tempat ibadah dimana anggaran tersebut harus
dipergunakan sesuai dengan pos anggaran dan keperluan tambahan dana dapat
menggunakan kotakPengurusan KTP/SIM/Paspor yang "dipercepat" dengan uang
tambahan.Mensponsori konferensi internasional tanpa menyebutkan biaya perjalanan
yang transparan dan kegunaannya, adanya penerimaan ganda, dengan jumlah tidak
masuk akal.Pengurusan izin yang "dipercepat" dengan uang tambahan.

2.4 Pengertian Assessment Center (AC)

Assessment Center (AC) merupakan metode yang berbasis kompetensi yang diartikan
sebagai proses sistematis untuk menilai ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan
individu yang dianggap kritikal bagi

keberhasilan kinerja yang unggul. Assessment Center, sebagai metodologi, merupakan


evaluasi terstandar mengenai perilaku individu dengan menggunakan beragam
simulasi dan instrumen tes perilaku. Melalui beragam materi tes, instrumen evaluasi
kepribadian dan wawancara, para assesor yang terlatih melakukan obsevasi terhadap
perilaku para peserta assessi; dan kemudian memberikan penilaian akhir assessment
serta umpan balik pengembangan. Hasil nilai assessment dan umpan balik diharapkan
akan memberikan sumbangan berharga bagi peningkatan mutu pegawai.
6
2.5 Assesment Center Bagi Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Assessment Center yang merupakan suatu metodelogi untuk menilai atau


mengevaluasi perilaku pegawai dalam pekerjaan sehingga hasil dari
proses Assessment Center dapat digunakan dalam stategi pengembangan SDM suatu
organisasi. Manfaat yang dapat digunakan dari hasil Assessment Center antara lain:

Memperoleh kriteria yang jelas untuk suatu jabatan tertentuMengidentifikasi kader-


kader pemimpin melalui suatu metode yang memiliki akurasi dan obyektifitas yang
dapat diandalkanMenghasilkan strategi dan tindakan pengembangan yang spesifik dan
terencana bagi pegawaiMengidentifikasi kebutuhan pengembangan managerial
pegawai.Manfaat yang diperoleh dari Assessment Center tersebut dapat dipergunakan
oleh pimpinan organisasi sebagai salah satu sarana/alat pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan SDM seperti rekruitmen, promosi, mutasi dan pengembangan karir
pegawai.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas yang meliputi pemberian uang tambahan
(fee), hadiah uang, barang, rabat (diskon), komisi pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan
fasilitas lainnya.
Assessment Center (AC) merupakan metode yang berbasis kompetensi yang diartikan
sebagai proses sistematis untuk menilai ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan
individu yang dianggap kritikal bagi
Assessment Center yang merupakan suatu metodelogi untuk menilai atau
mengevaluasi perilaku pegawai dalam pekerjaan sehingga hasil dari
proses Assessment Center dapat digunakan dalam stategi pengembangan SDM suatu
organisasi.

Anda mungkin juga menyukai