PENDAHULUAN
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin corruptio, corruption dalam bahasa Inggris
dan corruptive dalam bahasa Belanda. Korupsi disamping dipakai untuk menunjuk
keadaan atau perbuatan yang busuk juga disangkut-pautkan kepada ketidakjujuran
seseorang dalam bidang keuangan. Menurut Vito Tanzi korupsi dapat diartikan sebagai
“perilaku tidak mematuhi prinsip, dilakukan oleh perorangan disektor swasta atau
pejabat publik, dan keputusan dibuat berdasarkan hubungan pribadi atau keluarga,
korupsi akan timbul, termasuk juga konflik kepentingan dan nepotisme”.
1
Korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas
dan keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi dan juga
politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moral. Tindak pidana korupsi
dikategorikan extra ordinary crime (kejahatan luar biasa) karena dampak yang
ditimbulkannya memang luar biasa, tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara
sistemik dan meluas, tidak hanya merugikan keuangan negara, mengganggu
stabilitas dan keamanan masyarakat, serta melemahkan nilai-nilai demokrasi, etika, keadilan
dan kepastian hukum sehingga dapat membahayakan kelangsungan pembangunan, tetapi
juga telah melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas.
Tindak pidana korupsi yang dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra
ordinary crime) memerlukan penanganan yang luar biasa juga (extra ordinary measure), maka
dari itu sangat diperlukan peran serta dari berbagai komponen baik dari pemerintah maupun
dari masyarakat. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Basrief Arief yaitu bahwa
meningkatnya aktivitas tindak pidana korupsi yang tidak terkendali tidak saja berdampak
terhadap kehidupan nasional, tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada
umumnya. Oleh karena itu, tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai
kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa. Metode
konvensional yang selama ini digunakan terbukti tidak bisa menyelesaikan
permasalahan korupsi yang ada di masayarakat, maka penanganannya pun juga harus
menggunakan cara-cara yang luar biasa.
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Gratifikasi ?
2. Apa saja Pasal-Pasal Mengenai Gratifikasi
3. Contoh kasus yang dapat digolongkan sebagai gratifikasi !
4. Pengertian Assesment center !
5. Assesment Center Bagi Pendidikan Budaya Anti Korupsi !
1.3 TUJUAN
1. Memahami Tentang Gratifikasi
2. Dapat Mengetahui Assesment Center Bagi Pendidikan Budaya Anti Korupsi
3
BAB II
PEMBAHASAAN
Gratifikasi dapat diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan dapat dilakukan
dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik [1]
Walaupun hingga sekarang masih belum ditetapkan batas minimum untuk gratifikasi,
pemerintah pernah mengusulkan melalui Menkominfo pada tahun 2005 supaya
pemberian di bawah Rp. 250.000,- tidak dimasukkan ke dalam kategori gratifikasi.
Namun hal ini belum diputuskan dan masih sebatas wacana. Di lain pihak, masyarakat
yang melaporkan gratifikasi di atas Rp. 250.000,- wajib diberikan perlindungan sesuai
dengan ketentuan PP No 71/ 2000.
4
2.2 Pasal-Pasal Mengenai Gratifikasi
Istilah gratifikasi secara jelas dan gamblang kita temukan dalam Pasal 12B dan Pasal
12C Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (Tipikor).
Pasal 12B Ayat (1), Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap pemberian suap apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut: a.
yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi; b. yang
nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) pembuktian gratifikasi
tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.
Ketentuan Pasal 12C Ayat (1) menyebutkan, Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12B Ayat (1) tidak berlaku jika penerima gratifikasi melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sedangkan Ayat
(2) menyatakan, Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) wajib
dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung
sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima. Pasal 12C Ayat (3) menyebutkan, Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak tanggal menerima laporan wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadi
milik penerima atau milik negara.
5
2.3 Contoh kasus yang dapat digolongkan sebagai gratifikasi
Pembiayaan kunjungan kerja lembaga legislatif, karena hal ini dapat mempengaruhi
legislasi dan implementasinya oleh eksekutif.Pungutan liar di jalan raya dan tidak
disertai tanda bukti dengan tujuan sumbangan tidak jelas, oknum yang terlibat bisa jadi
dari petugas kepolisian (polisi lalu lintas), retribusi (dinas pendapatan daerah), LLAJR
dan masyarakat (preman). Apabila kasus ini terjadi KPK menyarankan agar laporan
dipublikasikan oleh media massa dan dilakukan penindakan tegas terhadap
pelaku.Penyediaan biaya tambahan (fee) 10-20 persen dari nilai proyek.Uang retribusi
untuk masuk pelabuhan tanpa tiket yang dilakukan oleh Instansi Pelabuhan, Dinas
Perhubungan, Dinas Pendapatan Daerah.Parsel ponsel canggih keluaran terbaru dari
pengusaha ke pejabat.Perjalanan wisata bagi bupati menjelang akhir
jabatan.Pembangunan tempat ibadah di kantor pemerintah (karena biasanya sudah
tersedia anggaran untuk pembangunan tempat ibadah dimana anggaran tersebut harus
dipergunakan sesuai dengan pos anggaran dan keperluan tambahan dana dapat
menggunakan kotakPengurusan KTP/SIM/Paspor yang "dipercepat" dengan uang
tambahan.Mensponsori konferensi internasional tanpa menyebutkan biaya perjalanan
yang transparan dan kegunaannya, adanya penerimaan ganda, dengan jumlah tidak
masuk akal.Pengurusan izin yang "dipercepat" dengan uang tambahan.
Assessment Center (AC) merupakan metode yang berbasis kompetensi yang diartikan
sebagai proses sistematis untuk menilai ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan
individu yang dianggap kritikal bagi
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas yang meliputi pemberian uang tambahan
(fee), hadiah uang, barang, rabat (diskon), komisi pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan
fasilitas lainnya.
Assessment Center (AC) merupakan metode yang berbasis kompetensi yang diartikan
sebagai proses sistematis untuk menilai ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan
individu yang dianggap kritikal bagi
Assessment Center yang merupakan suatu metodelogi untuk menilai atau
mengevaluasi perilaku pegawai dalam pekerjaan sehingga hasil dari
proses Assessment Center dapat digunakan dalam stategi pengembangan SDM suatu
organisasi.