ADVERSE EVENT DI RUMAH SAKIT Nursery, Septi Machelia Champaca Dosen Ilmu Keperawatan STIKES Suaka Insan Banjarmasin Email: septi01nursery@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang: keselamatan pasien menjadi isu terkini karena makin
meningkatnya kejadian tidak diharapkan (KTD) atau adverse event. Insiden keselamatan pasien di rumah sakit akan memberikan dampak yang merugikan bagi pihak rumah sakit, staf dan pasien pada khususnya karena sebagai penerima pelayanan. Dampak yang ditimbulkan adalah menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang terjadi akibat rendahnya kualitas dan mutu asuhan yang diberikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pelaksanaan enam sasaran keselamatan pasien oleh perawat dalam mencegah adverse event di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin. Metode: Explanatory design dan Focus Group Discussion (FGD). Teknik sampling pada penelitian ini adalah cluster sampling dan simple random sampling. Ada 107 perawat pelaksana yang ikut berpartisipasi sebagai sampel. Pada FGD, informan adalah perawat pelaksana sebanyak 7 orang. Hasil: menunjukkan bahwa pelaksanaan enam sasaran keselamatan pasien oleh perawat adalah baik sebesar 51,4% . Adapun enam sasaran keselamatan pasien tersebut meliputi pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien adalah baik sebesar 64,5%, pelaksanaan komunikasi efektif adalah baik sebesar 56,1%, peningkatan keamanan obat yang perlu adalah baik sebesar 50,5%, kepastian tepat lokasi, prosedur dan pasien operasi adalah sebesar 59,8%, pengurangan risiko infeksi adalah baik sebesar 50,5%, dan pengurangan resiko jatuh adalah baik sebesar 61,7%. Kesimpulan: Pelaksanaan enam sasaran keselamatan pasien oleh perawat dalam mencegah adverse event berada dalam kategori baik. Diharapkan instansi terkait melengkapi standar prosedur operasional mengenai komunikasi efektif saat melaporkan dan menerima instruksi dari dokter, pemberian tanda dan label untuk keamanan obat dan peningkatan supervisi agar pelaksanaan teknik aseptik menjadi lebih baik.
Kata Kunci: Keselamatan Pasien, Perawat, Adverse Event
PENDAHULUAN Bea, et al (2013) juga Keselamatan pasien menjadi mengemukakan bahwa isu terkini dalam pelayanan ketidakpedulian akibat keselamatan kesehatan rumah sakit sejak tahun pasien akan menyebabkan dampak 2000 yang didasarkan atas makin yang merugikan bagi pasien dan meningkatnya kejadian yang tidak pihak rumah sakit, seperti biaya yang diharapkan (KTD) atau adverse harus ditanggung pasien menjadi event. Adverse event merupakan lebih besar, pasien semakin lama suatu peristiwa yang dapat dirawat di rumah sakit dan terjadinya menyebabkan hal yang tak terduga resistensi obat. Kerugian bagi rumah atau tidak diinginkan sehingga sakit yang harus dikeluarkan menjadi membahayakan keselamatan lebih besar yaitu pada upaya pengguna alat kesehatan termasuk tindakan pencegahan terhadap pasien atau orang lain. Klasifikasi kejadian luka tekan (dekubitus), adverse event adalah kejadian nyaris infeksi nosokomial, pasien jatuh cedera (KNC), kejadian tidak cedera dengan cidera dan kesalahan obat (KTC) dan sentinel (kematian atau yang mengakibatkan cidera. cedera). Contoh dari KTD seperti Salah satu upaya untuk medication error, flebitis, dekubitus, meminimalkan insiden atau kejadian infeksi daerah operasi, dan pasien patient safety, keperawatan sebagai jatuh dengan cidera (Suhartono, pelayanan profesional yang 2013; Suryani et al., 2011). merupakan ujung tombak pelayanan WHO (World Health kepada pasien harus bertindak Organitation) tahun 2004 dengan didasari oleh ilmu mengumpulkan angka-angka pengetahuan termasuk pengetahuan penelitian rumah sakit di berbagai tentang patient safety, sehingga negara yaitu Amerika, Inggris, asuhan keperawatan yang diberikan Denmark dan Australia dan berkualitas dan bermanfaat dalam ditemukan kejadian tidak diharapkan mencegah insiden kejadian tidak (KTD) dengan rentang 3,2% –16,6%. diharapkan atau KTD Data tersebut menjadi pemicu di (Arumaningrum, 2014). berbagai negara untuk melakukan penelitian dan pengembangan sistem METODE keselamatan pasien (Astuti, 2013). Metode penelitian adalah Kasus kejadian tidak explanatory design, dimana pada diharapkan (KTD) juga terjadi di tahap pertama menggunakan metode Indonesia, yang tercermin dari studi deskriptif kuantitatif dan tahap kedua yang dilakukan oleh Fakultas menggunakan metode focus group Kedokteran Universitas Gadjah discussion. Pengukuran enam Mada antara tahun 2001-2003, sasaran keselamatan pasien dalam menunjukkan tingkat kesalahan pencegahan adverse event dilakukan pengobatan (medication error) di dengan tehnik pengumpulan data Indonesia cukup tinggi. Terdapat menggunakan kuesioner. Setelah itu, kesalahan pengobatan mencapai melaksanakan Focus Group angka 5,07%, sebanyak 0,25% Discussion (FGD) atau diskusi berakhir fatal hingga kematian kelompok terarah. (Elrifda et al., 2011). Teknik sampling pada penelitian ini adalah cluster sampling dan simple random sampling. Ada operasi dengan jawaban tertinggi 107 perawat pelaksana yang ikut adalah selalu (59,8%), berpartisipasi sebagai sampel. Pada pengurangan resiko infeksi FGD, informan adalah perawat dengan jawaban tertinggi adalah pelaksana sebanyak 7 orang. selalu (80,6%) dan pengurangan Instrumen yang digunakan adalah resiko jatuh dengan jawaban kuesioner sebanyak 32 pernyataan tertinggi adalah selalu (54,5%). yang diadopsi dari enam sasaran B. Gambaran Pelaksanaan Enam keselamatan pasien menurut Joint Sasaran Keselamatan Pasien Comission International Acreditation oleh Perawat (2012), dengan menggunakan skala Distribusi Frekuensi Pelaksanaan likert yang telah dilakukan uji Enam Sasaran Keselamatan validitas dengan Pearson Product Pasien oleh Perawat Moment dan uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach. Tabel 1.1 Distribusi Proporsi Pelaksanaan Enam Sasaran Keselamatan Pasien oleh HASIL Perawat A. Distribusi Frekuensi Jawaban No Penguranga Frekuens Persentas . n Resiko i e (%) Responden Infeksi Tabel 1.2 Distribusi Proporsi 1. Baik 54 50, 5 (Median ≥ Jawaban Responden pada 25 ) Variabel Enam Sasaran 2. Kurang 53 49, 5 (Median < Keselamatan Pasien 25) Jumlah 107 100
Tabel di atas menunjukkan
bahwa pelaksanaan enam sasaran keselamatan pasien di rumah sakit Suaka Insan Banjarmasin adalah baik sebesar 51,4% dan kurang sebesar 48,6%. Keselamatan pasien yang dilakukan dengan baik akan mengurangi dan meringankan tindakan- tindakan yang tidak aman Berdasarkan tabel di atas, untuk pasien. Sistem pelayanan menunjukkan bahwa ketepatan kesehatan melalui penggunaan identifikasi pasien dengan penampilan praktek yang baik jawaban tertinggi adalah selalu dapat mengoptimalkan (65,3%), peningkatan komunikasi outcome pasien (Yulia, 2010). efektif dengan jawaban tertinggi Outcome pasien salah satunya adalah selalu (56,7%) dan adalah kepuasan pasien peningkatan keamanan obat yang terhadap pelayanan perlu dengan jawaban tertinggi keperawatan yang diberikan adalah selalu (68,8%). Kepastian perawat. tepat lokasi, prosedur dan pasien Perawat telah berupaya dua cara yaitu nama dan melakukan cuci tangan sesuai tanggal lahir pasien. standar yaitu enam langkah, Identifikasi dilakukan pada terutama saat lima moment saat pemberian obat, produk yaitu saat sebelum dan setelah darah, saat pengambilan darah menyentuh pasien, kontak dan spesimen lain untuk uji dengan lingkungan pasien, klinis. terpapar cairan pasien dan sebelum melakukan tindakan 2. Distribusi Frekuensi invasif. Peningkatan Komunikasi Efektif 1. Distribusi Frekuensi Ketepatan Identifikasi Pasien Tabel 1.3 Distribusi Proporsi Peningkatan Komunikasi Tabel 1.2 Distribusi Proporsi Efektif Ketepatan Identifikasi Pasien No. Komunikasi Frekuensi (%) N Tepat Frekue Persenta Efektif o. Identifik nsi se (%) 1. Baik 60 56,1 asi (Median ≥ Pasien 24) 1. Baik 69 64,5 (Median 2. Kurang 47 43,9 ≥ 25) (Median < 24) 2. Kurang 38 35,5 (Median Jumlah 107 100 < 25) Jumlah 107 100 Pada tabel di atas terlihat bahwa pelaksanaan komunikasi Pada tabel di atas terlihat efektif di Rumah Sakit Suaka bahwa pelaksanaan identifikasi Insan adalah baik sebesar pasien di Rumah Sakit Suaka 56,1% dan kurang sebesar Insan adalah baik sebesar 43,9%. Hal ini menunjukkan 64,5% dan kurang sebesar bahwa perawat telah berupaya 35,5%. Hal ini menunjukkan untuk melakukan komunikasi bahwa perawat memperhatikan yang efektif baik sesama penerapan patient safety perawat dan antara tenaga terutama dalam kesehatan lainnya. Komunikasi mengidentiikasi pasien secara efektif diharapkan mampu benar. Soejadi (1996) mengurangi penyebab kasus menyatakan bahwa setiap adverse event. Nazri (2015) perawat yang menyadari menyatakan bahwa kelemahan pentingnya memberikan berkomunikasi secara efektif pelayanan keperawatan terbaik antara perawat dan dokter terutama saat mengidentifikasi dapat menjadi faktor pasien secara benar akan penghambat komunikasi dan memberikan dampak pada dapat meningkatkan resiko kepuasan pasien dan berfokus insiden keselamatan pasien. pada kesehatan pasien. Perawat telah Perawat telah melakukan memperkenalkan perawat ketepatan identifikasi melalui pengganti kepada pasien saat menyatakan bahwa nama obat, timbang terima, telah menulis rupa dan ucapan mirip yang instruksi yang diterima secara dikenal dengan istilah verbal dan telepon kemudian NORUM merupakan hal yang membacakan instruksi tersebut. membingungkan staf perawat., Instruksi yang telah dibacakan sehingga perlu penyimpanan di diberi tanda “read back (+)” tempat khusus. Obat lain harus pada lembar instruksi dan di bawah pengawasan dalam waktu 1x24 jam apoteker, sehingga kalau ada ditandatangani oleh pemberi dosis yang berlebihan dapat instruksi. Adapun disarankan ke dokternya untuk pendokumentasian mengenai meninjau kembali terapinya. obat ditulis di kolom khusus instrruksi obat via telepon. Menurut Cohen, (2007) terdapat enam obat yang 3. Distribusi Frekuensi berisiko terjadinya kesalahan, Peningkatan Keamanan diantaranya: insulin, heparin, Obat yang Perlu opioid, injeksi kalium klorida atau konsentrat kalium fosfat, Tabel 1.4 Distribusi Proporsi blocking agen neuromuskuler, Peningkatan Keamanan Obat obat kemoterapi. Penelitian yang Perlu Clancy, (2011) menunjukkan No. Keamanan Freq (%) bahwa di unit perawatan rata- Obat rata terjadi 3.7 insiden 1. Baik 54 50,5 kesalahan obat setiap enam (Median bulan. Weant, Humpries, Hite ≥ 19 ) dan Armitstead, (2010) 2. Kurang 53 49,5 menyatakan ribuan orang (Median Amerika meninggal setiap < 19) tahun akibat kesalahan obat Jumlah 107 100 selama dirawat di rumah sakit, diperkirakan 29 milyard dollar Amerika dihabiskan tiap tahun Pada tabel di atas terlihat akibat kesalahan obat. bahwa keamanan obat yang perlu di Rumah Sakit Suaka Insan adalah baik sebesar 50,5% dan kurang sebesar 49,5%. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen rumah sakit telah berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien dengan merencanakan pengelolaan obat pasien. Perencanaan obat yang buruk merupakan salah satu penyebab paling sering terjadinya insiden medical error. Kemenkes (2011) 4. Distribusi Frekuensi 5. Distribusi Frekuensi Kepastian Tepat Lokasi, Pengurangan Resiko Infeksi Prosedur dan Pasien Operasi Tabel 1.6 Distribusi Proporsi Tabel 1.5 Distribusi Proporsi Pengurangan Resiko Infeksi Kepastian Tepat Lokasi, No. Pengurangan Freq % Prosedur dan Pasien Operasi Resiko No. Tepat Lokasi, Freq (%) Infeksi Prosedur dan 1. Baik 54 50, 5 Pasien Operasi (Median ≥ 25 ) 1. Baik (Median 64 59,8 ≥4) 2. Kurang 53 49, 5 (Median < 2. Kurang 43 40,2 25) (Median < 4) Jumlah 107 100 Jumlah 107 100
Pada tabel di atas terlihat
Pada tabel di atas terlihat bahwa pelaksanaan bahwa pelaksanaan kepastian pencegahan resiko infeksi tepat lokasi, prosedur dan adalah baik sebesar 50,5% dan pasien operasi di rumah sakit kurang sebesar 49,5%. Hal ini Suaka Insan adalah baik menunjukkan bahwa tindakan sebesar 59,8% dan kurang pengurangan infeksi sebagian sebesar 40,2%. Hal ini besar telah terlaksana dengan menunjukkan bahwa sebagian baik. Kemenkes (2011) besar perawat telah melakukan menyampaikan bahwa salah kepastian tepat lokasi, prosedur satu faktor yang dan pasien operasi seperti mempengaruhi terjadinya persiapan puasa, cukur, infeksi nasokomial adalah melakukan enema sesuai kemampuan perawat dalam instruksi dokter, mengecek menerapkan tehnik aseptik, hasil foto termasuk rontgen dan selain itu hand hygiene juga pemeriksaan darah. merupakan aspek yang harus Kemenkes (2011), diperhatikan. Oleh karena itu, menyebutkan bahwa salah diperlukan peran aktif dari lokasi, prosedur, salah pasien perawat untuk memperhatikan operasi merupakan sesuatu lingkungan yang aman bagi yang mengkhawatirkan dan pasien sehingga terhindar dari sering terjadi akibat bahaya infeksi nasokomial di komunikasi tidak efektif. Di rumah sakit. samping itu ada pula faktor Perawat telah berupaya yang sering terjadi yaitu melakukan cuci tangan sesuai pengkajian yang tidak adekuat, standar yaitu enam langkah, penelaahan ulang catatan terutama saat lima moment medis tidak adekuat, serta yaitu saat sebelum dan setelah budaya yang tidak mendukung menyentuh pasien, kontak komunikasi antar anggota tim dengan lingkungan pasien, bedah. terpapar cairan pasien dan sebelum melakukan tindakan agenda membahas issu strategis invasif. yang merupakan hasil analisis dari penelitian. 6. Pengurangan Resiko Jatuh Tabel 1.7 Distribusi Proporsi Tabel 1.10 Analisis Data FGD Pengurangan Resiko Jatuh (Focus Group Discussion) No. Pengurangan Freq % Variabel Data Issu Strategis Resiko Jatuh Enam Kategori Sasaran keselamatan 1. Baik 66 61,7 sasaran Baik pasien meliputi: (Median ≥ keselamatan (Median ≥ ketepatan identifikasi 20 ) pasien 116) = 55 pasien, peningkatan orang komunikasi efektif, 2. Kurang 41 38,3 peningkatan keamanan (Median < Kategori obat yang perlu, 20) Kurang kepastian tepat lokasi, Jumlah 107 100 (Median < tepat prosedur dan 116) = 52 tepat pasien operasi, orang pengurangan resiko Pada tabel di atas terlihat infeksi bahwa pelaksanaan dan pengurangan pencegahan pasien jatuh adalah resiko jatuh. baik sebesar 61,7% dan kurang sebesar 38,3%. Hal ini PEMBAHASAN menunjukkan bahwa tindakan Setelah mengetahui data dan pencegahan pasien jatuh issu strategis, kemudian FGD sebagian besar telah terlaksana dilanjutkan dengan mencari dengan baik. Perawat telah penyebab dari masing-masing issu melakukan pengkajian awal, strategis tersebut. P2 mengatakan pengkajian ulang pada pasien bahwa telah berupaya melakukan resiko jatuh. Perawat langkah identiikasi pasien sesuai mengkategorikan tingkat atau SOP. Meskipun terkadang ada teman level pasien resiko jatuh dan perawat yang tidak melakukan berupaya melakukan prosedur identifikasi pasien sesuai SOP pencegahan pasien jatuh dengan alasan sudah kenal dengan seperti memasang pagar pasien dan supaya kerjanya lebih pengaman, penerangan cukup cepat. Identifikasi pasien yang baik dan mengupayakan lantai tidak merupakan tehnik dalam memastikan basah. ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau tindakan C. Hasil Focus Group Discussion serta meyelaraskan layanan atau (FGD) tindakan yang dibutuhkan oleh Sebelumnya peneliti pasien. membagikan undangan kepada P6 dan P7 mengatakan bahwa perawat pelaksana satu hari belum mendapatkan sosialisai SOP sebelum pelaksanaan FGD. yang jelas mengenai pemberian order Kemudian FGD diawali dengan dokter melalui telepon, sehingga pemaparan hasil analisis pada saat perawat ingin melakukan penelitian oleh peneliti. Adapun veriikasi agak kesulitan. .Hal ini proses diskusi kelompok terarah dipertegas oleh P5 yang mengatakan difasilitasi oleh peneliti, dengan bahwa terkadang ada dokter tidak memberi kesempatan kepada perawat operasi seperti oto rontgen, USG dan untuk mengklariikasi advice obat pemeriksaan darah serta menyiapkan yang telah diberikan terutama order pasien pre-op seperti cukur, puasa, melalui telepon. enema. Komunikasi adalah penyebab Perawat di ruang rawat inap pertama masalah keselamatan pasien. berperan pada persiapan pre operasi. Komunikasi dalam pelayanan Perawat pelaksana di ruangan harus keperawatan baiknya dilakukan melakukan pengkajian awal terlebih secara efektif. Hal ini karena dahulu, merencanakan tindakan komunikasi efektif yang tepat waktu, keperawatan pre operasi sesuai akurat, lengkap, jelas dan mudah kebutuhan pasien, melibatkan dipahami oleh penerima akan keluaga dalam mendukung mengurangi kesalahan dan psikologis pasien. Untuk meningkatkan keselamatan pasien. menentukan tepat lokasi, prosedur P1 mengatakan bahwa belum dan pasien operasi akan lebih banyak ada pelabelan jenis obat tertentu di lakukan di unit kamar operasi. seperti obat diazepam dan obat yang P4 mengatakan bahwa terlihat mirip dan ucapan terdengar terkadang saya melihat rekan sama. P2 mengatakan bahwa dalam perawat melakukan desinfektan melakukan penyiapan obat dari berkali–kali pada kulit yang akan pengenceran obat dan menyuntikan dilakukan pemasangan infus. P1 ke pasien hanya dilakukan oleh satu mengatakan bahwa terkadang teman perawat. perawat yang memasang down Keamanan obat perlu untuk catheter dengan menggunakan jenis obat high alert atau obat yang gloves tidak steril. perlu diwaspadai. Obat yang perlu Peran perawat sebagai pemberi diwaspadai merupakan obat yang asuhan keperawatan dan terlibat persentasenya tinggi akan kontak langsung dengan pasien menyebabkan terjadinya kesalahan sangat berkaitan dengan terjadinya atau error atau kejadian sentinel. infeksi nasokomial. Perawat Oleh karena itu, rumah sakit harus bertanggung jawab menyediakan mempunyai pedoman atau kebijakan lingkungan yang aman bagi pasien dalam manajemen dan pemberian terutama pencegahan infeksi. Salah obat yang perlu diwaspadai. satu faktor yang mempengaruhi Khususnya untuk kelompok obat terjadinya infeksi nasokomial adalah rupa mirip, nama mirip dan elektrolit kemampuan perawat dalam tinggi, narkotika, psikotropika dan menerapkan tehnik aseptik, selain itu kemoterapi. hand hygiene juga merupakan aspek P2 mengatakan bahwa tidak yang harus diperhatikan. banyak yang dilakukan perawat P2 mengatakan perawat telah pelaksana untuk menentukan tepat berupaya melakukan identiikasi pada lokasi, prosedur dan pasien karena pasien jatuh dengan hal ini lebih banyak dilakukan di menggantungkan plang atau tanda kamar operasi. Hanya saja perawat resiko jatuh. P3 mengatakan bahwa ruangan membantu dokter dalam format pengkajian resiko jatuh pada pengisian informed concent dan pasien berubah–ubah, sehingga pemeriksaan diagnostik medis bingung. lainnya sesuai advice dokter sebelum Perawat dalam menghadapi dalam Penerapan IPSG pada tuntutan masyarakat yang semakin Akreditasi JCI di Instalasi tinggi terhadap mutu pelayanan Rawat Inap RS Swasta X keperawatan kiranya kemampauan Tahun 2011. Skripsi. dalam pencegahan risiko pasien jatuh Program Sarjana perlu ditingkatkan. Komitmen Keperawatan Kesehatan bersama merupakan kunci Masyarakat Departemen keberhasilan dari peningkatan mutu Biostatistik dan keselamatan pasien. Adanya standar Kependudukan. Fakultas prosedur operasional yang jelas Kesehatan Masyarakat. menjadi panduan bagi perawat Universitas Indonesia Jakarta bekerja sesuai standar minimal yang Astuti, Tri Puji. (2013). Analisis berlaku. Fasilitas rumah sakit pun Penerapan Manajemen perlu ditingkatkan seperti penyediaan Paisen Safety dalam Rangka format pengkajian resiko jatuh dan Peningkatan Mutu Pelayanan gelang identifikasi, tanda resiko di RS PKU Muhammadiyah jatuh. Surakarta Tahun 2013. Skripsi. Universitas KESIMPULAN Muhammadiyah Sukarta Pelaksanaan enam sasaran Depkes RI. (2008). Profil Kesehatan keselamatan pasien oleh perawat di Indonesia. Jakarta rumah sakit berada dalam kategori JCI. (2012). Joint Commission baik. Diharapkan Pihak rumah sakit International Standar dapat melengkapi standar prosedur Akreditas Rumah Sakit. Edisi operasional mengenai komunikasi ke-4. U.S.A: Joint efektif saat melaporkan dan Commission Resources menerima instruksi dari dokter, Nursalam. (2007). Manajemen adanya tanda dan label untuk Keperawatan dan keamanan obat, dan peningkatan Aplikasinya. Jakarta: Salemba supervisi agar pelaksanaan teknik Medika aseptik menjadi lebih baik. Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dan ACKNOWLEDGMENT Praktik Keperawatan Ucapan Terima kasih yang Profesional Edisi 2. Jakarta: sebesar-besarnya bagi seluruh Salemba Medika responden yang sudah dengan sangat Nursalam. (2008). Konsep dan baik membantu menyukseskan Penerapan Metodologi kegiatan peneltian ini. Terima kasih Penelitian Keperawatan. juga kepada Rumah Sakit Suaka Jakarta: Salemba Medika Insan Banjarmasin dan STIKES Nursalam. (2015). Metodelogi Suaka Insan yang sudah sangat Penelitian Ilmu Keperawatan mendukung terselesaikannya Pendekatan Praktisi Edisi 3. penelitian ini. Jakarta: Salemba Medika Suparna. (2015). Evaluasi DAFTAR PUSTAKA Penerapan Patient Safety Resiko Jatuh Unit Gawat Aprilia, Shelly. (2011). Faktor-faktor Darurat di RS Panti Rini yang Mempengaruhi Perawat Kalasan Sleman. Skripsi. STIKES ‘Aisyiyah Prodi Ilmu Keperawatan Yogyakarta