Anda di halaman 1dari 10

PELAKSANAAN ENAM SASARAN KESELAMATAN

PASIEN OLEH PERAWAT DALAM MENCEGAH


ADVERSE EVENT DI RUMAH SAKIT
Nursery, Septi Machelia Champaca
Dosen Ilmu Keperawatan STIKES Suaka Insan Banjarmasin
Email: septi01nursery@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: keselamatan pasien menjadi isu terkini karena makin


meningkatnya kejadian tidak diharapkan (KTD) atau adverse event. Insiden
keselamatan pasien di rumah sakit akan memberikan dampak yang merugikan
bagi pihak rumah sakit, staf dan pasien pada khususnya karena sebagai penerima
pelayanan. Dampak yang ditimbulkan adalah menurunnya tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang terjadi akibat rendahnya kualitas
dan mutu asuhan yang diberikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi pelaksanaan enam sasaran keselamatan pasien oleh perawat
dalam mencegah adverse event di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin.
Metode: Explanatory design dan Focus Group Discussion (FGD). Teknik
sampling pada penelitian ini adalah cluster sampling dan simple random
sampling. Ada 107 perawat pelaksana yang ikut berpartisipasi sebagai sampel.
Pada FGD, informan adalah perawat pelaksana sebanyak 7 orang.
Hasil: menunjukkan bahwa pelaksanaan enam sasaran keselamatan pasien oleh
perawat adalah baik sebesar 51,4% . Adapun enam sasaran keselamatan pasien
tersebut meliputi pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien adalah baik sebesar
64,5%, pelaksanaan komunikasi efektif adalah baik sebesar 56,1%, peningkatan
keamanan obat yang perlu adalah baik sebesar 50,5%, kepastian tepat lokasi,
prosedur dan pasien operasi adalah sebesar 59,8%, pengurangan risiko infeksi
adalah baik sebesar 50,5%, dan pengurangan resiko jatuh adalah baik sebesar
61,7%.
Kesimpulan: Pelaksanaan enam sasaran keselamatan pasien oleh perawat dalam
mencegah adverse event berada dalam kategori baik. Diharapkan instansi terkait
melengkapi standar prosedur operasional mengenai komunikasi efektif saat
melaporkan dan menerima instruksi dari dokter, pemberian tanda dan label untuk
keamanan obat dan peningkatan supervisi agar pelaksanaan teknik aseptik
menjadi lebih baik.

Kata Kunci: Keselamatan Pasien, Perawat, Adverse Event


PENDAHULUAN Bea, et al (2013) juga
Keselamatan pasien menjadi mengemukakan bahwa
isu terkini dalam pelayanan ketidakpedulian akibat keselamatan
kesehatan rumah sakit sejak tahun pasien akan menyebabkan dampak
2000 yang didasarkan atas makin yang merugikan bagi pasien dan
meningkatnya kejadian yang tidak pihak rumah sakit, seperti biaya yang
diharapkan (KTD) atau adverse harus ditanggung pasien menjadi
event. Adverse event merupakan lebih besar, pasien semakin lama
suatu peristiwa yang dapat dirawat di rumah sakit dan terjadinya
menyebabkan hal yang tak terduga resistensi obat. Kerugian bagi rumah
atau tidak diinginkan sehingga sakit yang harus dikeluarkan menjadi
membahayakan keselamatan lebih besar yaitu pada upaya
pengguna alat kesehatan termasuk tindakan pencegahan terhadap
pasien atau orang lain. Klasifikasi kejadian luka tekan (dekubitus),
adverse event adalah kejadian nyaris infeksi nosokomial, pasien jatuh
cedera (KNC), kejadian tidak cedera dengan cidera dan kesalahan obat
(KTC) dan sentinel (kematian atau yang mengakibatkan cidera.
cedera). Contoh dari KTD seperti Salah satu upaya untuk
medication error, flebitis, dekubitus, meminimalkan insiden atau kejadian
infeksi daerah operasi, dan pasien patient safety, keperawatan sebagai
jatuh dengan cidera (Suhartono, pelayanan profesional yang
2013; Suryani et al., 2011). merupakan ujung tombak pelayanan
WHO (World Health kepada pasien harus bertindak
Organitation) tahun 2004 dengan didasari oleh ilmu
mengumpulkan angka-angka pengetahuan termasuk pengetahuan
penelitian rumah sakit di berbagai tentang patient safety, sehingga
negara yaitu Amerika, Inggris, asuhan keperawatan yang diberikan
Denmark dan Australia dan berkualitas dan bermanfaat dalam
ditemukan kejadian tidak diharapkan mencegah insiden kejadian tidak
(KTD) dengan rentang 3,2% –16,6%. diharapkan atau KTD
Data tersebut menjadi pemicu di (Arumaningrum, 2014).
berbagai negara untuk melakukan
penelitian dan pengembangan sistem METODE
keselamatan pasien (Astuti, 2013). Metode penelitian adalah
Kasus kejadian tidak explanatory design, dimana pada
diharapkan (KTD) juga terjadi di tahap pertama menggunakan metode
Indonesia, yang tercermin dari studi deskriptif kuantitatif dan tahap kedua
yang dilakukan oleh Fakultas menggunakan metode focus group
Kedokteran Universitas Gadjah discussion. Pengukuran enam
Mada antara tahun 2001-2003, sasaran keselamatan pasien dalam
menunjukkan tingkat kesalahan pencegahan adverse event dilakukan
pengobatan (medication error) di dengan tehnik pengumpulan data
Indonesia cukup tinggi. Terdapat menggunakan kuesioner. Setelah itu,
kesalahan pengobatan mencapai melaksanakan Focus Group
angka 5,07%, sebanyak 0,25% Discussion (FGD) atau diskusi
berakhir fatal hingga kematian kelompok terarah.
(Elrifda et al., 2011). Teknik sampling pada
penelitian ini adalah cluster sampling
dan simple random sampling. Ada operasi dengan jawaban tertinggi
107 perawat pelaksana yang ikut adalah selalu (59,8%),
berpartisipasi sebagai sampel. Pada pengurangan resiko infeksi
FGD, informan adalah perawat dengan jawaban tertinggi adalah
pelaksana sebanyak 7 orang. selalu (80,6%) dan pengurangan
Instrumen yang digunakan adalah resiko jatuh dengan jawaban
kuesioner sebanyak 32 pernyataan tertinggi adalah selalu (54,5%).
yang diadopsi dari enam sasaran B. Gambaran Pelaksanaan Enam
keselamatan pasien menurut Joint Sasaran Keselamatan Pasien
Comission International Acreditation oleh Perawat
(2012), dengan menggunakan skala Distribusi Frekuensi Pelaksanaan
likert yang telah dilakukan uji Enam Sasaran Keselamatan
validitas dengan Pearson Product Pasien oleh Perawat
Moment dan uji reliabilitas dengan
Alpha Cronbach. Tabel 1.1 Distribusi Proporsi
Pelaksanaan Enam Sasaran
Keselamatan Pasien oleh
HASIL Perawat
A. Distribusi Frekuensi Jawaban No Penguranga Frekuens Persentas
. n Resiko i e (%)
Responden Infeksi
Tabel 1.2 Distribusi Proporsi 1. Baik 54 50, 5
(Median ≥
Jawaban Responden pada 25 )
Variabel Enam Sasaran 2. Kurang 53 49, 5
(Median <
Keselamatan Pasien 25)
Jumlah 107 100

Tabel di atas menunjukkan


bahwa pelaksanaan enam
sasaran keselamatan pasien di
rumah sakit Suaka Insan
Banjarmasin adalah baik
sebesar 51,4% dan kurang
sebesar 48,6%. Keselamatan
pasien yang dilakukan dengan
baik akan mengurangi dan
meringankan tindakan-
tindakan yang tidak aman
Berdasarkan tabel di atas, untuk pasien. Sistem pelayanan
menunjukkan bahwa ketepatan kesehatan melalui penggunaan
identifikasi pasien dengan penampilan praktek yang baik
jawaban tertinggi adalah selalu dapat mengoptimalkan
(65,3%), peningkatan komunikasi outcome pasien (Yulia, 2010).
efektif dengan jawaban tertinggi Outcome pasien salah satunya
adalah selalu (56,7%) dan adalah kepuasan pasien
peningkatan keamanan obat yang terhadap pelayanan
perlu dengan jawaban tertinggi keperawatan yang diberikan
adalah selalu (68,8%). Kepastian perawat.
tepat lokasi, prosedur dan pasien
Perawat telah berupaya dua cara yaitu nama dan
melakukan cuci tangan sesuai tanggal lahir pasien.
standar yaitu enam langkah, Identifikasi dilakukan pada
terutama saat lima moment saat pemberian obat, produk
yaitu saat sebelum dan setelah darah, saat pengambilan darah
menyentuh pasien, kontak dan spesimen lain untuk uji
dengan lingkungan pasien, klinis.
terpapar cairan pasien dan
sebelum melakukan tindakan 2. Distribusi Frekuensi
invasif. Peningkatan Komunikasi
Efektif
1. Distribusi Frekuensi
Ketepatan Identifikasi Pasien Tabel 1.3 Distribusi Proporsi
Peningkatan Komunikasi
Tabel 1.2 Distribusi Proporsi Efektif
Ketepatan Identifikasi Pasien No. Komunikasi Frekuensi (%)
N Tepat Frekue Persenta Efektif
o. Identifik nsi se (%) 1. Baik 60 56,1
asi (Median ≥
Pasien 24)
1. Baik 69 64,5
(Median 2. Kurang 47 43,9
≥ 25) (Median <
24)
2. Kurang 38 35,5
(Median Jumlah 107 100
< 25)
Jumlah 107 100
Pada tabel di atas terlihat
bahwa pelaksanaan komunikasi
Pada tabel di atas terlihat efektif di Rumah Sakit Suaka
bahwa pelaksanaan identifikasi Insan adalah baik sebesar
pasien di Rumah Sakit Suaka 56,1% dan kurang sebesar
Insan adalah baik sebesar
43,9%. Hal ini menunjukkan
64,5% dan kurang sebesar bahwa perawat telah berupaya
35,5%. Hal ini menunjukkan untuk melakukan komunikasi
bahwa perawat memperhatikan yang efektif baik sesama
penerapan patient safety perawat dan antara tenaga
terutama dalam kesehatan lainnya. Komunikasi
mengidentiikasi pasien secara efektif diharapkan mampu
benar. Soejadi (1996) mengurangi penyebab kasus
menyatakan bahwa setiap adverse event. Nazri (2015)
perawat yang menyadari menyatakan bahwa kelemahan
pentingnya memberikan
berkomunikasi secara efektif
pelayanan keperawatan terbaik antara perawat dan dokter
terutama saat mengidentifikasi dapat menjadi faktor
pasien secara benar akan penghambat komunikasi dan
memberikan dampak pada dapat meningkatkan resiko
kepuasan pasien dan berfokus insiden keselamatan pasien.
pada kesehatan pasien. Perawat telah
Perawat telah melakukan memperkenalkan perawat
ketepatan identifikasi melalui
pengganti kepada pasien saat menyatakan bahwa nama obat,
timbang terima, telah menulis rupa dan ucapan mirip yang
instruksi yang diterima secara dikenal dengan istilah
verbal dan telepon kemudian NORUM merupakan hal yang
membacakan instruksi tersebut. membingungkan staf perawat.,
Instruksi yang telah dibacakan sehingga perlu penyimpanan di
diberi tanda “read back (+)” tempat khusus. Obat lain harus
pada lembar instruksi dan di bawah pengawasan
dalam waktu 1x24 jam apoteker, sehingga kalau ada
ditandatangani oleh pemberi dosis yang berlebihan dapat
instruksi. Adapun disarankan ke dokternya untuk
pendokumentasian mengenai meninjau kembali terapinya.
obat ditulis di kolom khusus
instrruksi obat via telepon. Menurut Cohen, (2007)
terdapat enam obat yang
3. Distribusi Frekuensi berisiko terjadinya kesalahan,
Peningkatan Keamanan diantaranya: insulin, heparin,
Obat yang Perlu opioid, injeksi kalium klorida
atau konsentrat kalium fosfat,
Tabel 1.4 Distribusi Proporsi blocking agen neuromuskuler,
Peningkatan Keamanan Obat obat kemoterapi. Penelitian
yang Perlu Clancy, (2011) menunjukkan
No. Keamanan Freq (%) bahwa di unit perawatan rata-
Obat rata terjadi 3.7 insiden
1. Baik 54 50,5 kesalahan obat setiap enam
(Median bulan. Weant, Humpries, Hite
≥ 19 ) dan Armitstead, (2010)
2. Kurang 53 49,5 menyatakan ribuan orang
(Median Amerika meninggal setiap
< 19) tahun akibat kesalahan obat
Jumlah 107 100 selama dirawat di rumah sakit,
diperkirakan 29 milyard dollar
Amerika dihabiskan tiap tahun
Pada tabel di atas terlihat
akibat kesalahan obat.
bahwa keamanan obat yang
perlu di Rumah Sakit Suaka
Insan adalah baik sebesar
50,5% dan kurang sebesar
49,5%. Hal ini menunjukkan
bahwa manajemen rumah sakit
telah berperan secara kritis
untuk memastikan keselamatan
pasien dengan merencanakan
pengelolaan obat pasien.
Perencanaan obat yang buruk
merupakan salah satu
penyebab paling sering
terjadinya insiden medical
error. Kemenkes (2011)
4. Distribusi Frekuensi 5. Distribusi Frekuensi
Kepastian Tepat Lokasi, Pengurangan Resiko Infeksi
Prosedur dan Pasien Operasi
Tabel 1.6 Distribusi Proporsi
Tabel 1.5 Distribusi Proporsi Pengurangan Resiko Infeksi
Kepastian Tepat Lokasi, No. Pengurangan Freq %
Prosedur dan Pasien Operasi Resiko
No. Tepat Lokasi, Freq (%) Infeksi
Prosedur dan 1. Baik 54 50, 5
Pasien Operasi (Median ≥
25 )
1. Baik (Median 64 59,8
≥4) 2. Kurang 53 49, 5
(Median <
2. Kurang 43 40,2 25)
(Median < 4)
Jumlah 107 100
Jumlah 107 100

Pada tabel di atas terlihat


Pada tabel di atas terlihat bahwa pelaksanaan
bahwa pelaksanaan kepastian pencegahan resiko infeksi
tepat lokasi, prosedur dan adalah baik sebesar 50,5% dan
pasien operasi di rumah sakit kurang sebesar 49,5%. Hal ini
Suaka Insan adalah baik menunjukkan bahwa tindakan
sebesar 59,8% dan kurang pengurangan infeksi sebagian
sebesar 40,2%. Hal ini besar telah terlaksana dengan
menunjukkan bahwa sebagian baik. Kemenkes (2011)
besar perawat telah melakukan menyampaikan bahwa salah
kepastian tepat lokasi, prosedur satu faktor yang
dan pasien operasi seperti mempengaruhi terjadinya
persiapan puasa, cukur, infeksi nasokomial adalah
melakukan enema sesuai kemampuan perawat dalam
instruksi dokter, mengecek menerapkan tehnik aseptik,
hasil foto termasuk rontgen dan selain itu hand hygiene juga
pemeriksaan darah. merupakan aspek yang harus
Kemenkes (2011), diperhatikan. Oleh karena itu,
menyebutkan bahwa salah diperlukan peran aktif dari
lokasi, prosedur, salah pasien perawat untuk memperhatikan
operasi merupakan sesuatu lingkungan yang aman bagi
yang mengkhawatirkan dan pasien sehingga terhindar dari
sering terjadi akibat bahaya infeksi nasokomial di
komunikasi tidak efektif. Di rumah sakit.
samping itu ada pula faktor Perawat telah berupaya
yang sering terjadi yaitu melakukan cuci tangan sesuai
pengkajian yang tidak adekuat, standar yaitu enam langkah,
penelaahan ulang catatan terutama saat lima moment
medis tidak adekuat, serta yaitu saat sebelum dan setelah
budaya yang tidak mendukung menyentuh pasien, kontak
komunikasi antar anggota tim dengan lingkungan pasien,
bedah. terpapar cairan pasien dan
sebelum melakukan tindakan agenda membahas issu strategis
invasif. yang merupakan hasil analisis dari
penelitian.
6. Pengurangan Resiko Jatuh
Tabel 1.7 Distribusi Proporsi Tabel 1.10 Analisis Data FGD
Pengurangan Resiko Jatuh (Focus Group Discussion)
No. Pengurangan Freq % Variabel Data Issu Strategis
Resiko Jatuh Enam Kategori Sasaran keselamatan
1. Baik 66 61,7 sasaran Baik pasien meliputi:
(Median ≥ keselamatan (Median ≥ ketepatan identifikasi
20 ) pasien 116) = 55 pasien, peningkatan
orang komunikasi efektif,
2. Kurang 41 38,3 peningkatan keamanan
(Median < Kategori obat yang perlu,
20) Kurang kepastian tepat lokasi,
Jumlah 107 100 (Median < tepat prosedur dan
116) = 52 tepat pasien operasi,
orang pengurangan resiko
Pada tabel di atas terlihat infeksi
bahwa pelaksanaan dan pengurangan
pencegahan pasien jatuh adalah resiko jatuh.
baik sebesar 61,7% dan kurang
sebesar 38,3%. Hal ini PEMBAHASAN
menunjukkan bahwa tindakan Setelah mengetahui data dan
pencegahan pasien jatuh issu strategis, kemudian FGD
sebagian besar telah terlaksana dilanjutkan dengan mencari
dengan baik. Perawat telah penyebab dari masing-masing issu
melakukan pengkajian awal, strategis tersebut. P2 mengatakan
pengkajian ulang pada pasien bahwa telah berupaya melakukan
resiko jatuh. Perawat langkah identiikasi pasien sesuai
mengkategorikan tingkat atau SOP. Meskipun terkadang ada teman
level pasien resiko jatuh dan perawat yang tidak melakukan
berupaya melakukan prosedur identifikasi pasien sesuai SOP
pencegahan pasien jatuh dengan alasan sudah kenal dengan
seperti memasang pagar pasien dan supaya kerjanya lebih
pengaman, penerangan cukup cepat. Identifikasi pasien yang baik
dan mengupayakan lantai tidak merupakan tehnik dalam memastikan
basah. ketepatan pasien yang akan
menerima layanan atau tindakan
C. Hasil Focus Group Discussion serta meyelaraskan layanan atau
(FGD) tindakan yang dibutuhkan oleh
Sebelumnya peneliti pasien.
membagikan undangan kepada P6 dan P7 mengatakan bahwa
perawat pelaksana satu hari belum mendapatkan sosialisai SOP
sebelum pelaksanaan FGD. yang jelas mengenai pemberian order
Kemudian FGD diawali dengan dokter melalui telepon, sehingga
pemaparan hasil analisis pada saat perawat ingin melakukan
penelitian oleh peneliti. Adapun veriikasi agak kesulitan. .Hal ini
proses diskusi kelompok terarah dipertegas oleh P5 yang mengatakan
difasilitasi oleh peneliti, dengan bahwa terkadang ada dokter tidak
memberi kesempatan kepada perawat operasi seperti oto rontgen, USG dan
untuk mengklariikasi advice obat pemeriksaan darah serta menyiapkan
yang telah diberikan terutama order pasien pre-op seperti cukur, puasa,
melalui telepon. enema.
Komunikasi adalah penyebab Perawat di ruang rawat inap
pertama masalah keselamatan pasien. berperan pada persiapan pre operasi.
Komunikasi dalam pelayanan Perawat pelaksana di ruangan harus
keperawatan baiknya dilakukan melakukan pengkajian awal terlebih
secara efektif. Hal ini karena dahulu, merencanakan tindakan
komunikasi efektif yang tepat waktu, keperawatan pre operasi sesuai
akurat, lengkap, jelas dan mudah kebutuhan pasien, melibatkan
dipahami oleh penerima akan keluaga dalam mendukung
mengurangi kesalahan dan psikologis pasien. Untuk
meningkatkan keselamatan pasien. menentukan tepat lokasi, prosedur
P1 mengatakan bahwa belum dan pasien operasi akan lebih banyak
ada pelabelan jenis obat tertentu di lakukan di unit kamar operasi.
seperti obat diazepam dan obat yang P4 mengatakan bahwa
terlihat mirip dan ucapan terdengar terkadang saya melihat rekan
sama. P2 mengatakan bahwa dalam perawat melakukan desinfektan
melakukan penyiapan obat dari berkali–kali pada kulit yang akan
pengenceran obat dan menyuntikan dilakukan pemasangan infus. P1
ke pasien hanya dilakukan oleh satu mengatakan bahwa terkadang teman
perawat. perawat yang memasang down
Keamanan obat perlu untuk catheter dengan menggunakan
jenis obat high alert atau obat yang gloves tidak steril.
perlu diwaspadai. Obat yang perlu Peran perawat sebagai pemberi
diwaspadai merupakan obat yang asuhan keperawatan dan terlibat
persentasenya tinggi akan kontak langsung dengan pasien
menyebabkan terjadinya kesalahan sangat berkaitan dengan terjadinya
atau error atau kejadian sentinel. infeksi nasokomial. Perawat
Oleh karena itu, rumah sakit harus bertanggung jawab menyediakan
mempunyai pedoman atau kebijakan lingkungan yang aman bagi pasien
dalam manajemen dan pemberian terutama pencegahan infeksi. Salah
obat yang perlu diwaspadai. satu faktor yang mempengaruhi
Khususnya untuk kelompok obat terjadinya infeksi nasokomial adalah
rupa mirip, nama mirip dan elektrolit kemampuan perawat dalam
tinggi, narkotika, psikotropika dan menerapkan tehnik aseptik, selain itu
kemoterapi. hand hygiene juga merupakan aspek
P2 mengatakan bahwa tidak yang harus diperhatikan.
banyak yang dilakukan perawat P2 mengatakan perawat telah
pelaksana untuk menentukan tepat berupaya melakukan identiikasi pada
lokasi, prosedur dan pasien karena pasien jatuh dengan
hal ini lebih banyak dilakukan di menggantungkan plang atau tanda
kamar operasi. Hanya saja perawat resiko jatuh. P3 mengatakan bahwa
ruangan membantu dokter dalam format pengkajian resiko jatuh pada
pengisian informed concent dan pasien berubah–ubah, sehingga
pemeriksaan diagnostik medis bingung.
lainnya sesuai advice dokter sebelum
Perawat dalam menghadapi dalam Penerapan IPSG pada
tuntutan masyarakat yang semakin Akreditasi JCI di Instalasi
tinggi terhadap mutu pelayanan Rawat Inap RS Swasta X
keperawatan kiranya kemampauan Tahun 2011. Skripsi.
dalam pencegahan risiko pasien jatuh Program Sarjana
perlu ditingkatkan. Komitmen Keperawatan Kesehatan
bersama merupakan kunci Masyarakat Departemen
keberhasilan dari peningkatan mutu Biostatistik dan
keselamatan pasien. Adanya standar Kependudukan. Fakultas
prosedur operasional yang jelas Kesehatan Masyarakat.
menjadi panduan bagi perawat Universitas Indonesia Jakarta
bekerja sesuai standar minimal yang Astuti, Tri Puji. (2013). Analisis
berlaku. Fasilitas rumah sakit pun Penerapan Manajemen
perlu ditingkatkan seperti penyediaan Paisen Safety dalam Rangka
format pengkajian resiko jatuh dan Peningkatan Mutu Pelayanan
gelang identifikasi, tanda resiko di RS PKU Muhammadiyah
jatuh. Surakarta Tahun 2013.
Skripsi. Universitas
KESIMPULAN Muhammadiyah Sukarta
Pelaksanaan enam sasaran Depkes RI. (2008). Profil Kesehatan
keselamatan pasien oleh perawat di Indonesia. Jakarta
rumah sakit berada dalam kategori JCI. (2012). Joint Commission
baik. Diharapkan Pihak rumah sakit International Standar
dapat melengkapi standar prosedur Akreditas Rumah Sakit. Edisi
operasional mengenai komunikasi ke-4. U.S.A: Joint
efektif saat melaporkan dan Commission Resources
menerima instruksi dari dokter, Nursalam. (2007). Manajemen
adanya tanda dan label untuk Keperawatan dan
keamanan obat, dan peningkatan Aplikasinya. Jakarta: Salemba
supervisi agar pelaksanaan teknik Medika
aseptik menjadi lebih baik. Nursalam. (2007). Manajemen
Keperawatan, Aplikasi dan
ACKNOWLEDGMENT Praktik Keperawatan
Ucapan Terima kasih yang Profesional Edisi 2. Jakarta:
sebesar-besarnya bagi seluruh Salemba Medika
responden yang sudah dengan sangat Nursalam. (2008). Konsep dan
baik membantu menyukseskan Penerapan Metodologi
kegiatan peneltian ini. Terima kasih Penelitian Keperawatan.
juga kepada Rumah Sakit Suaka Jakarta: Salemba Medika
Insan Banjarmasin dan STIKES Nursalam. (2015). Metodelogi
Suaka Insan yang sudah sangat Penelitian Ilmu Keperawatan
mendukung terselesaikannya Pendekatan Praktisi Edisi 3.
penelitian ini. Jakarta: Salemba Medika
Suparna. (2015). Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA Penerapan Patient Safety
Resiko Jatuh Unit Gawat
Aprilia, Shelly. (2011). Faktor-faktor Darurat di RS Panti Rini
yang Mempengaruhi Perawat Kalasan Sleman. Skripsi.
STIKES ‘Aisyiyah Prodi
Ilmu Keperawatan
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai