Anda di halaman 1dari 17

Sistem Pemerintahan Pusat di Indonesia

SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT DI INDONESIA

Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan berdasarkan


atas hukum di mana sumber hukum tertinggi adalah Undang-Undang Dasar (UUD)
1945. Karena semuanya berdasarkan atas UUD 1945, maka sistem pemerintahan
pusat di Indonesia pun termasuk di dalamnya. Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial, dimana presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak
dapat dijatuhkan karena rendahnya dukungan politik, namun masih ada mekanisme
untuk mengontrol presiden.
Sistem pemerintahan presidensial yang dianut Indonesia ini mengadopsi
pada sistem Trias Politika yaitu sistem pemisahan kekuasaan dimana sebuah
pemerintahan berdaulat harus dipisahkan antara dua atau lebih kesatuan kuat yang
bebas, mencegah satu orang atau kelompok mendapatkan kuasa yang terlalu banyak.

Ada pun 7 kunci pokok sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia berdasarkan
UUD 1945, yaitu :
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
2. Sistem Konstitusional.
3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
6. Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka Indonesia menyusun lembaga
pemerintahannya sedemikian rupa meskipun telah mengalami 4 kali perubahan
karena UUD 1945 juga telah mengalami amandemen sebanyak 4 kali.
Susunan lembaga pemerintahan pusat di Indonesia dapat digambarkan dengan jelas
pada skema di bawah ini :

A. LEMBAGA LEGISLATIF
Lembaga legislatif merupakan lembaga negara yang mempunyai kekuasaan untuk
membuat undang-undang. Lembaga legislatif terdiri dari :
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilihan
umum. MPR bersidang paling sedikit sekali dalam 5 tahun yang diadakan di ibukota
negara.
Tetapi, bila terjadi situasi-situasi yang penting dan mengharuskan adanya
pembahasan bersama, mereka dapat mengadakan sidang yang disebut sidang
istimewa.
Tugas MPR :
1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.
2. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum.
3. Memberhentikan presiden atau wakil presiden dalam masa jabatannya menurut UUD.

2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

DPR merupakan lembaga tinggi negara yang kedudukannya setara dengan presiden
dan lembaga tinggi negara yang lain, serta merupakan lembaga yang mengurusi
aspirasi politik.
Anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum. DPR merupakan wakil rakyat yang
mewakili seluruh rakyat Indonesia. Jadi, DPR harus membela rakyat, menyampaikan
pikiran, kehendak, dan kepentingan rakyat.
Fungsi DPR :
1. Fungsi legislasi artinya DPR mempunyai kewenangan membentuk undang-
undang dengan presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
2. Fungsi anggaran, artinya DPR menyusun dan menetapkan APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara) bersama pemerintah.
3. Fungsi pengawasan, artinya DPR melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
UUD 1945 dan undang-undang lainnya.
Dalam menjalankan fungsinya, DPR mempunyai beberapa hak, yaitu :
1. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah
mengenai kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan
suatu undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal
penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3. Hak imunitas adalah kekebalan hukum dimana setiap anggota DPR tidak dapat
dituntut di hadapan dan di luar pengadilan karena pernyataan, pertanyaan/pendapat
yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPR, sepanjang
tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode etik.
4. Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:
 Kebijakan Pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau
di dunia internasional
 Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket
 Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum baik
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak
lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.

3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

DPD adalah lembaga baru yang dibentuk setelah adanya perubahan UUD 1945 yang
ke-3. DPD dibentuk dengan maksud sebagai penyeimbang yang berkaitan dengan
kebijakan di pusat dan di daerah. Jadi DPD merupakan lembaga penyalur aspirasi
keragaman daerah.
Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi masing-masing 4 orang melalui pemilihan
umum. DPD bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.
Tugas dan wewenang DPD :
1. Mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah
kepada DPR.
2. DPD ikut membahas rancangan undang-undang tersebut. DPD juga
dapat memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.

B. LEMBAGA EKSEKUTIF
Lembaga eksekutif merupakan lembaga negara yang menjalankan
undang-undang. Lembaga ini terdiri atas Presiden dan Wakil Presiden yang dibantu
dengan susunan kabinetnya (Menteri-menteri). Dalam melaksanakan kekuasaan dan
tanggung jawabnya, presiden bekerja sama dengan lembaga legislatif dan lembaga
yudikatif.

Tugas dan wewenang Presiden sebagai lembaga ekskutif :


1. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar
2. Mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat
3. Menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang

C. LEMBAGA YUDIKATIF
Lembaga yudikatif adalah lembaga yang mengawasi pelaksanaan
peraturan perundangan. Lembaga yudikatif terdiri dari :
1. Mahkamah Agung (MA)

MA merupakan badan peradilan tertinggi di Indonesia.


Dalam melaksanakan tugasnya, MA bebas dari pengaruh siapapun.
MA menjalankan dan melaksanakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan.
Wewenang MA :
1. MA memutus permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan tingkat banding atau
tingkat terakhir dari semua lingkungan peradilan
2. MA Agung menguji peraturan secara materiil terhadap peraturan perundang-
undangan dibawah Undang-undang
3. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di semua
lingkungan peradilan dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman
2. Mahkamah Konstitusi (MK)

MK merupakan lembaga peradilan yang setara dengan MK yang


dibentuk berdasarkan amandemen UUD 1945 yang ke-3. MK memiliki kewajiban
untuk mengadili perkara-perkara tententu yang menjadi kewenangannya berdasarkan
ketentuan UUD 1945. MK beranggotakan 9 hakim konstitusi.
Kewenangan MK :
1. Menguji undang-undang terhadap UUD 1945
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD 1945
3. Memutus pembubaran partai politik
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum
Selain itu, berdasarkan Pasal 7 ayat (1) sampai dengan (5) dan Pasal 24C ayat (2)
UUD 1945 yang ditegaskan lagi oleh Pasal 10 ayat (2) UU 24/2003, kewajiban
MK adalah memberikan keputusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum, atau perbuatan tercela, atau
tidak memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945.

3. Komisi Yudisial (KY)

KY merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan


wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnya.
KY bertanggungjawab kepada publik melalui DPR, dengan cara menerbitkan laporan
tahunan dan membuka akses informasi secara lengkap dan akurat.
Wewenang KY :
1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung
kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan
2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim
3. Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama-sama
dengan Mahkamah Agung
4. Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH)
Tugas KY :
1. Melakukan pendaftaran calon hakim agung
2. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung
3. Menetapkan calon hakim agung
4. Mengajukan calon hakim agung ke DPR

D. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri yang dibentuk
untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Anggota BPK
dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD, dan diresmikan oleh
Presiden.
Wewenang BPK :
1. menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan,
menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan
laporan pemeriksaan
2. meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit
organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, BUMN, Badan
Layanan Daerah,BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan
negara
3. melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di
tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta
pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening
koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan negara
4. menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK
5. menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
6. menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara
7. menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk
dan atas nama BPK
8. membina jabatan fungsional Pemeriksa
9. memberi pertimbangan atas standar akuntansi pemerintahan
10. memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah.
PENDIDIKAN KEWARGA NEGARAAN (PKN)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN(BPK)

REPUBLIK INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang besar yang didalamnya banyak terdapat
kelembagaan negara yang berfungsi mengelola negara Republik Indonesia yang lebih
dikenal dengan istilah struktur politik. Struktur politik selalu berkenaan dengan alokasi
nilai-nilai yang bersifat otortatif yaitu dipengaruhi oleh distribusi dan penggunaan
kekuasaan. Dengan demikian, lembaga politik merupakan organisasi (lembaga) yang
mengambil peran dalam suprastrukur politik dengan memiliki kekuasaan tertentu dan
menggunakn kekuasaannya ntuk kepentingan politk dan kepentingan negara.
Lembaga politk pada dasarnya terbagai atas suprastruktur politik dan infrastruktur
politik. Suprastruktur politik merupakan lembaga resmi negara yang berfungsi
menjalankan roda pemerintahan atau disebut lembaga politik formal misalnya, MPR,
DPR, Presiden/wakil presiden, MA, BPK dan sebagainya. Sedangkan infrastruktur
politik merupakan lembaga poittik informal yang berassal dari kekuatan riil
masyarakat, misalnya Prtai politik, LSM, media masa dan sebagainya. Mengetahui
secara jelas tentang semua kelembagaan negara sangatlah penting bagi setiap
warganegara karena itu sangat mempengaruhi jalannya roda pemerinthan sutu
negara. Untuk itu kita perlu membahas setiap kelambagaan plitik yang ada di
Indonesia. Penjelasan berikutnya akan mencoba membahas mengenai suprastruktur
politik Republik Indnesia khususnya Badan Pemeriksa Keuangan yang merupakan
salah satu lembaga yang juga ikut mempengaruhi berjalannya roda pemerintahan di
Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah sebenarnya kelembagaan Badan Pemeriksa Keuangan Itu?
2. Bagaimana sejarah terbentuknya BPK itu?
3. Apa saja fungsi, wewenang tanggung jawab Badan Pemeriksa Keuangan?
1.3 Manfaat dan Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa sebenarnya kelembagaan Badan Pemeriksa Keuanagan itu.
2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan BPK dalam supra struktur politik di
Indfonesia.
3. Untuk mengetahui sebagaimana pentingya Badan Pemeriksa keuangan itu ada di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Dalam Suprastruktur ketatanegaraan Republik Indonesia tidak terlepas dari
peran lembaga-lembaga independen yang juga membentu mempengaruhi dan
mengawasi berjalannya roda pemerintahan di Indonesia. Salah satunya yaitu Badan
Pemeriksa Keuangan atau yang lebih dikenal dengan sebutan BPK. Secara historis
dapat kita lihat bahwa berdasarkan Surat Penetapan amanat UUD Tahun 1945 telah
dikeluarkan Pemerintah No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946 tentang
pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan, pada tanggal 1 Januari 1947 yang
berkedudukan sementara di Kota Magelang. Pada waktu itu Badan Pemeriksa
Keuangan hanya mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai Ketua Badan Pemeriksa
Keuangan pertama adalah R. Soerasno. Untuk memulai tugasnya, Badan Pemeriksa
Keuangan dengan suratnya tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan
kepada semua instansi di Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan
kewajibannya dalam memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara, dan
untuk sementara masih menggunakan peraturan perundang-undangan yang lama
yang berlaku bagi pelaksanaan tugas Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa
Keuangan Hindia Belanda).
Dalam Penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948 tempat
kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari Magelang ke Yogyakarta.
Karena saat itu Negara Republik Indonesia yang ibukotanya di Yogyakarta tetap
mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945,
ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang diangkat berdasarkan SK Presiden RI
tanggal 31 Januari 1950 No.13/A/1950 terhitung mulai 1 Agustus 1949.
Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat (RIS)
berdasarkan Piagam Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949, maka dibentuk pula
Dewan Pengawas Keuangan (berkedudukan di Bogor) yang merupakan salah satu
alat perlengkapan negara RIS. Dewan Pengawas Keuangan RIS berkantor di Bogor
menempati bekas kantor Algemene Rekenkamer (BPK Hindia Belanda) pada masa
pemerintah Netherland Indies Civil Administration (NICA).
Dengan kembalinya bentuk Negara menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas Keuangan RIS
yang berada di Bogor sejak tanggal 1 Oktober 1950 digabung dengan Badan
Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUDS 1950 dan berkedudukan di Bogor yang
namanya lebih dikenal dengan Dewan Pengawas Keuangan RIS. Personalia Dewan
Pengawas Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa Keuangan di
Yogyakarta dan dari Algemene Rekenkamer di Bogor.
Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI
dalam UUD Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen BPK RI hanya
diatur dalam satu ayat (pasal 23 ayat 5) kemudian dalam Perubahan Ketiga UUD 1945
sampai sekarang dikembangkan menjadi satu bab tersendiri (Bab VIII A) dengan tiga
pasal (23E, 23F, dan 23G) dan tujuh ayat.
Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat Undang-
Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu:

 UU No.17 Tahun 2003 Tentang keuangan Negara


 UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
 UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara

2.2 Visi dan Misi Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia


Setiap kelembagaan yang dibentuk disuatu negara pasti mempunyai cita-cita
atau tujuan yang ingin di capai khususnya untuk kepentingan bersama. Dimana cita-
cita itu akan dapat dilihat dalam visi misi kelembagaan tersebut. Berikut visi misi
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.

· VISI

Menjadi Lembaga Pemeriksa Keuangan negara yang kredibel dengan


menjunjung tinggi nilai-nilai dasar untuk berperan aktif dalam mendorong terwujudnya
tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan.

· MISI

1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.


2. Memberikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan Negara.
3. Berperan aktif dalam menemukan dan mencegah segala bentuk
penyalahgunaan dan penyelewengan keuangan negara.

Dalam melaksanakan misinya Badan Pemeriksa Keuangan Republik


Indonesia menjaga nilai-nilai dasar sebagai berikut:

1. Independensi

Artinya bahwa BPK menjunjung tinggi independensi, baik secara kelembagaan,


organisasi, maupun individu. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan
pemeriksaan, kami bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi,
ekstern, dan/atau organisasi yang dapat mempengaruhi independensi.

2. Integritas

Artinya BPK membangun nilai integritas dengan bersikap jujur, obyektif, dan tegas
dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan.
3. Profesionalisme

Artinya BPK membangun nilai profesionalisme dengan menerapkan prinsip kehati-


hatian, ketelitian, dan kecermatan, serta berpedoman kepada standar yang berlaku.

2.3 Fungsi dan Tanggung Jawab Badan Pemeriksaan Keuangan Republik


Indonesia
Secara umum tanggung jawab BPK sesuai Pasal 23E UUD 1945 adalah untuk
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Namun pada
dasarnya fungsi dan tanggung jawab dari BPK dapat dilihat sebagai berikut:

a. Meningkatkan Efektivitas Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan dan Memenuhi


Harapan Pemangku Kepentingan
Pengelolaan keuangan negara yang baik adalah pengelolaan keuangan
negara yang dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dikelola secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Melalui sasaran strategis ini BPK mengharapkan adanya kontribusi dan
partisipasi seluruh pemangku kepentingan dalam rangka meningkatkan efektivitas
tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK dan mempercepat upaya perbaikan mutu
pengelolaan keuangan negara secara komprehensif.

b. Meningkatkan Fungsi Manajemen Pemeriksaan


Manajemen pemeriksaan mencakup kegiatan perencanaan strategis
pemeriksaan, perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, dan pelaporan
hasil pemeriksaan untuk seluruh jenis pemeriksaan yang dilaksanakan oleh BPK.
Melalui sasaran strategis ini, BPK melakukan upaya pengendalian mutu
pemeriksaan yang sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara dan kode
etik serta sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan. Sasaran strategis ini juga
meliputi upaya peningkatan cakupan pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja
dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Melalui pelaksanaan pemeriksaan yang
terintegrasi, BPK berkomitmen untuk meningkatkan fungsi manajemen pemeriksaan
melalui pelaksanaan pemeriksaan yang lebih efisien dan efektif melalui pemanfaatan
biaya pemeriksaan yang optimal dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Pemeriksaan yang dikelola dengan baik akan memberikan hasil pemeriksaan yang
sesuai dengan kebutuhan dan bermanfaat bagi para pemangku kepentingan dalam
mengambil keputusan.

c. Meningkatkan Mutu Pemberian Pendapat dan Pertimbangan


BPK dapat memberikan pendapat kepada para pemangku kepentingan yang
diperlukan karena sifat pekerjannya. Pendapat yang diberikan dapat berupa
perbaikan kebijakan dan tata kelola di bidang pendapatan, pengeluaran, pinjaman,
privatisasi, likuidasi, merger, akuisisi, penyertaan modal pemerintah, penjaminan
pemerintah, dan bidang lain yang berkaitan dengan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Di samping itu, BPK juga dapat memberikan pertimbangan atas
penyelesaian kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Kewenangan BPK dalam memeriksa pengelolaan keuangan negara
memungkinkan BPK memiliki data dan informasi keuangan negara yang diperlukan
dalam memberikan pendapat dan pertimbangan yang diperlukan oleh para pemangku
kepentingan.

d. Meningkatkan Percepatan Penetapan Tuntutan Perbendaharaan dan


Pemantauan Penyelesaian Ganti Kerugian Negara
Kerugian negara adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang
nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik karena
kesengajaan maupun karena kelalaian. BPK menilai dan/atau menetapkan jumlah
kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik secara
sengaja maupun lalai yang dilakukan oleh bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan
lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara.
BPK melakukan pemantauan atas penyelesaian ganti kerugian negara di seluruh
instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah, dan BUMN/BUMD.
Melalui sasaran strategis ini BPK ingin memastikan proses penetapan
kerugian negara yang disebabkan oleh bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan
lembaga atau badan lain dilakukan secara lebih cepat dengan memperhatikan
peraturan yang berlaku. Di samping itu, BPK akan berupaya untuk dapat
menyajikan database status penyelesaian ganti kerugian negara yang lengkap,
akurat dan tepat waktu sehingga dapat menjamin pelaksanaan pembayaran
ganti kerugian negara.

e.Meningkatkan Efektivitas Penerapan Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu


Sebagai lembaga profesi BPK dituntut untuk terus meningkatkan (1) kapasitas
kelembagaan, (2) kompetensi pelaksananya sesuai dengan perkembangan dunia
pemeriksaan, dan (3) hasil pemeriksaan yang bebas dari kesalahan, yang sejalan
dengan kebutuhan pemangku kepentingan yang terus berubah. Melalui sasaran
strategis ini, BPK berupaya untuk melaksanakan Sistem Pemerolehan Keyakinan
Mutu (SPKM) secara konsisten dan berkesinambungan.

f. Pemenuhan dan Harmonisasi Peraturan di Bidang Pemeriksaan Keuangan


Negara
Dalam melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara, BPK berwenang untuk merumuskan aturan-aturan pelaksanaan yang
diperlukan untuk memastikan pelaksanaan kewenangan yang ada. Kewenangan BPK
sebagaimana tertuang dalam peraturan perundangan-undangan antara lain
mencakup kewenangan mengakses semua data dan informasi yang terkait dengan
pengelolaan keuangan negara serta mengatur perangkat yang diperlukan dalam
melaksanakan pemeriksaan. Melalui sasaran strategis ini BPK bertekad untuk
menyelesaikan aturan pelaksanaan yang dibutuhkan dan terlibat secara aktif dalam
proses harmonisasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan
dan pemeriksaan keuangan negara.

g. Meningkatkan Mutu Kelembagaan dan Ketatalaksanaan


Semua tugas dan wewenang BPK harus terakomodasi dalam suatu struktur
organisasi efektif yang dilengkapi dengan perangkat organisasi sebagaimana
diperlukan. Melalui sasaran strategis ini BPK berupaya untuk memiliki organisasi yang
fleksibel dengan komposisi hemat struktur dan kaya fungsi serta dilengkapi dengan
pedoman kerja yang jelas untuk memastikan standar kualitas kerja yang tinggi.

h. Meningkatkan Kompetensi SDM dan Dukungan Manajemen


Sebagai organisasi yang bertumpu pada kecakapan dan keahlian, SDM
merupakan aset terpenting BPK. Oleh sebab itu, penambahan jumlah pemeriksa dan
pengembangan kemampuan serta kompetensi pegawai BPK menjadi prioritas utama
untuk dapat mencapai hasil pemeriksaan yang berkualitas. Selain itu, BPK perlu
menyediakan suatu lingkungan kerja yang kondusif, untuk menarik orang-orang
terbaik di bidangnya, termasuk melalui peningkatan kesejahteraan pegawai.

i. Meningkatkan Pemenuhan Standar dan Mutu Sarana dan Prasarana


Kinerja BPK yang tinggi perlu didukung dengan tersedianya fasilitas kerja yang
memadai sesuai dengan standar sarana dan prasarana kerja. Melalui sasaran
strategis ini, BPK secara khusus berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan
teknologi informasi melalui penyediaan infrastruktur dan jaringan yang mendukung
pelaksanaan seluruh kegiatan BPK. Selain itu, BPK akan terus berupaya
meningkatkan sarana dan prasarana kerja lainnya untuk seluruh unit organisasi BPK.

j. Meningkatkan Pemanfaatan Anggaran


Sebagai pelaksana anggaran negara BPK tidak lepas dari kewajiban untuk
mengelola keuangan negara secara efisien, efektif, dan ekonomis dengan
mengedepankan akuntabilitas dan transparansi. Melalui sasaran strategis ini BPK
berupaya untuk meningkatkan kualitas, ketertiban, dan kepatuhan proses
perencanaan, penggunaan dan pertanggungjawaban anggaran BPK sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Di samping pertanggungjawaban anggaran, sasaran strategis
ini difokuskan pada pemanfaatan anggaran secara optimal dalam rangka peningkatan
kinerja BPK dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

2.4 Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia


Sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, pemeriksaan yang menjadi tugas BPK meliputi pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggung jawab mengenai keuangan negara. Pemeriksaan
tersebut mencakup seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Sehubungan dengan itu, BPK diberi kewenangan untuk melakukan 3 (tiga)
jenis pemeriksaan, yakni:
1.Pemeriksaan keuangan, yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK dalam
rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.
2. Pemeriksaan kinerja, yaitu pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta
pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan
manajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah.
23E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan BPK untuk melaksanakan pemeriksaan kinerja pengelolaan
keuangan negara. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasikan hal-hal
yang perlu menjadi perhatian lembaga perwakilan. Adapun untuk pemerintah,
pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan
negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan efisien serta memenuhi
sasarannya secara efektif.
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, yaitu pemeriksaan yang dilakukan
dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.
Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain
yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.
Pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan di atas didasarkan
pada suatu standar pemeriksaan. Standar dimaksud disusun oleh BPK dengan
mempertimbangkan standar di lingkungan profesi audit secara internasional. Sebelum
standar dimaksud ditetapkan, BPK perlu mengkonsultasikannya dengan pihak
pemerintah serta dengan organisasi profesi di bidang pemeriksaan.

2.5 Cara memilih keanggotaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia


Secara umum menurut pasal 23F ayat 1 dan 2 UUD 1945 telah jelas bahwa
untuk memilih anggota BPK, yaitu dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbangan DPD dan kemudian diresmikan oleh presiden. Sedangkan untuk
memilih pimpinan BPK itu langsung dipilih oleh anggota BPK itu sendiri melalui sidang
anggota BPK, yang tata caranya dijelaskan dalam pasal 15 UU No.15 tahun 2006
yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Pimpinan BPK terdiri atas seorang ketua dan seorang wakil ketua.
2. Ketua dan Wakil Ketua BPK dipilih dari dan oleh Anggota BPK dalam sidang Anggota
BPK dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal
diresmikannya keanggotaan BPK oleh Presiden.
3. Sidang Anggota BPK untuk pemilihan pimpinan BPK sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dipimpin oleh Anggota BPK tertua.
4. Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) dilakukan secara musyawarah untuk mencapai mufakat dan apabila mufakat tidak
dicapai pemilihan dilakukan dengan cara pemungutan suara.
ayat (5) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
perlu menetapkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan tentang Pembagian Tugas
dan Wewenang Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia.

2.6 Struktur Kepemimpinan Badan Pemeriksa Keuangan


Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terdiri atas seorang Ketua merangkap
Anggota, seorang Wakil Ketua merangkap Anggota, dan 7 (tujuh) orang Anggota.
Dimana penempatan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan untuk mengisi jabatan
Anggota I, Anggota II, Anggota III, Anggota IV, Anggota V, Anggota VI, dan Anggota
VII ditetapkan berdasarkan hasil Sidang Badan Pemeriksa Keuangan.

Berikut tugas dan wewenangnya masing-masing anggota BPK


I. Ketua merangkap Anggota
Tugas dan wewenang Ketua Badan Pemeriksa Keuangan meliputi
pelaksanaan tugas yang berkaitan dengan kelembagaan BPK, pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara secara umum dan hubungan
kelembagaan dalam dan luar negeri.
II. Wakil Ketua merangkap Anggota
Tugas dan wewenang Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan meliputi
pelaksanaan tugas penunjang dan Sekretariat Jenderal, dan penanganan kerugian
negara.
III. Anggota I
Tugas dan wewenang Anggota I meliputi pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara bidang politik, hukum, pertahanan, dan keamanan.

IV.Anggota II
Tugas dan wewenang Anggota II meliputi pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara bidang perekonomian dan perencanaan
pembangunan nasional dan pemeriksaan investigatif.

V. Anggota III
Tugas dan wewenang Anggota III meliputi pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara bidang lembaga negara, kesejahteraan rakyat,
kesekretariatan negara, aparatur negara, riset dan teknologi.
VI. Anggota IV
Tugas dan wewenang Anggota IV meliputi pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara bidang lingkungan hidup, pengelola sumber daya
alam, dan infrastruktur.
VII. Anggota V
Tugas dan wewenang Anggota V meliputi pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan daerah dan kekayaan daerah yang dipisahkan pada
Wilayah I (Sumatera dan Jawa).
Tugas dan wewenang Anggota V meliputi pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan daerah dan kekayaan daerah yang dipisahkan pada Wilayah I
(Sumatera dan Jawa).
VIII. Anggota VI
Tugas dan wewenang Anggota VI meliputi pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan daerah dan kekayaan daerah yang dipisahkan pada
Wilayah II (Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua).

IX. Anggota VII.


Tugas dan wewenang Anggota VII meliputi pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara bidang kekayaan negara yang dipisahkan .

Anda mungkin juga menyukai