Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN NUTRISI

DI RUANG POLI BEDAH

RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

Untuk Memenuhi Tugas Individu

Profesi Ners Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo

Oleh :

Ubaidillah Hasan

14901.05.18044

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2019

HALAMAN PENGESAHAN
“LAPORAN PENDAHULUAN NUTRISI

DI RUANG POLI BEDAH

RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN”

Bangil, September 2019


Mahasiswa

Ubaidillah Hasan

Mengetahui,

Perseptor Klinik Perseptor Akademik

............................................. .............................................
NIP.

Kepala Ruang POLI BEDAH


RSUD BANGIL

.........................................................
NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Makanan yang kita makan tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh
dalam bentuk energi sebelum melalui proses pencernaan, absorbsi,
dan metabolisme. Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi
fisiologis organ tubuh, pergerakan, mempertahankan temperatur,
fungsi kelenjar, kerja hormon, pertumbuhan, dan penggantian sel sel
yang rusak.
Pencernaan merupakan proses pemecahan makanan menjadi
bagian lebih kecil, dari kompleks menjadi sederhana agar dapat
diabsorbsi. Proses pencernaan dilakukan secara mekanik dan secara
kimiawi.
1. Pencernaan secara mekanik
Pencernaan makanan secara mekanik lebihbanyak terjadi
dalam rongga mulut yaitu melaluimekanisme pengunyahan
(mastikasi). Makanan yang sudah berada di rongga mulut
bercampurdengan saliva, kemudian dengan pernan gigi dan lidah
makanan kemudian dikunyah menjadi bagian yang lebih kecil.
Makanan dikunyah rata-rata 20 sampai dengan 25 kali, tetapi
tergantung dari jenis makanan. Makanan yang sudah dikunyah
selanjutnya masuk ke esofagus melalui proses menelan
(deglutition). Menelan merupakan proses volunter, dimana
makanan didorong ke belakang menuju faring. Peristiwa ini
mencetuskan serangkaian gelombang kontraksi involunter pada
otot-otot faring yang mendorong makanan ke dalam esofagus.
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks,
yang memerlukan peranan organ yang harus bekerja secara
terintegrasi dan berkesinambungan.
a. Tahap oral atau bukal
Pada fase oral ini, makanan akan dikumpulkan oleh gigi,
lidah, palatum mole, otot-otot pipi, dan saliva untuk menggiling
dan membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang
siap ditelan. Lidah akan menekan palatum durum untuk
mendorong bolus ke arah faring. Palatum mole akan terangkat
untuk mencegah makanan masuk ke hidung. Proses ini
dilakukan secara disadari.
b. Tahap Faringeal
Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus
faring anterior (arkus palatoglosus) dan refleks menelan segera
timbul. Laring akan terarik ke atas dan epiglotis melipat untuk
mencegah makanan masuk ke trakea. Otot faring mendorong
makanan masuk ke esofagus.
b. Tahap Esofageal
Pada tahap ini terjadi gerakan peristaltik yang membawa
bolus ke lambung.
c. Bolus memasuki lambung melalui gerakan peristaltik esofagus.
2. Pencernaan secara kimiawi
Sejak berada dalam rogga mulut, makanan sudah dicerna
secara kimiawi karena sudah bercampur dengan saliva yang
mengandung dua jenis enzim pencernaan yaitu lipase dan amilase.
Pencernaan makanan secara kimiawi dilambung dilakukan melalui
pencampuran makanan dengan asam lambung, mukus, dan
pepsin, kemudian dihasilkan komponen karbohirdrat, protein, dan
lemak. Karbohidrat dicerna pada bagian badan lambung menjadi
bagian yang lebih sederhana yaitu monosakarida seperti glukosa,
fruktosa, dan galaktosa. Protein dipecah menjadi asam amino dan
lemak lalu selanjutnya akan diubah menjadi trigliserida yang
tersusun atas tiga asam lemak.
Peran pencernaan makanan tidak terlepas dari peran organ-
organ asesoris sistem pencernaan, diantaranya hati, kandung
empedu, dan pankreas.
a. Hati.
Memproduksi cairan empedu yang kemudian keluar melalui dua
saluran yaitu duktus hepatikus kanan dan kiri, dan selanjutnya
bergabung menjadi common ductus hepaticus. Kemudian
melalui common ductus bile sebelum akhirnya masuk ampula
duodenum. Disamping fungsi sebagai regulasi hematologik dan
fungsi-fungsi lain yang jumlahnya lebih dari 200 fungsi, salah
satu fungsi dari hati adalah regulasi metabolik. Regulasi
metabolik dari fungsi hati terjadi karena seluruh sirkulasi darah
dari saluran pencernaan yang mengabsorbsi nutrisi akan masuk
ke hati melalui sistem vena porta hepatika. Sel hati akan
mengekstrak nutrisi dan toksin dari darah sebelum beredar ke
sirkulasi sistemik. Hati akan memindahkan atau menyimpan
kelebihan nutrisi dan 3
akan memecahkan simpanan makanan jika terjadi kekurangan
nutrisi. Beberapa fungsi hati diantaranya dalam pengaturan
metabolisme karbohidrat, lemak, asam amino, penyimpanan
mineral, dan vitamin.
b. Kandung Empedu
Fungsi utama dari kandung empedu adalah menyimpan
cairan/garam empedu yang dihasilkan oleh hati sekitar 1 liter
setiap hari. Empedu bersifat alkalin dan mengandung garam
empedu, kolesterol, billirubin, elekrolit, dan air. Produksi
empedu dipengaruhi oleh adanya hormon cholecystokinin
(CCK) yang dihasilkan oleh usus halus. Adanya rangsangan
saraf simpatis mengakibatkan terjadinya kontraksi kandung
empedu yang kemudian isinya akan mengalir masuk ke
duodenum. Garam empedu berfungsi untuk mempercepat kerja
enzim seperti amilase dan tripsin.
c. Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang memiliki dua fungsi yaitu
fungsi endokrin dan eksokrin. Sel-sel endokrin adalah pulau-
pulau langerhans yang menghasilkan hormon insulin dan
glukagon yang berperan dalam pengaturan kadar gula darah.
Sedangkan sel eksokrin pankreas adalah sel acinar dan epitel
yang menghasilkan cairan pankreas seperti enzim-enzim
pencernaan, air, dan ion-ion. Enzim-enzim pencernaan dari
pankreas bekerja di usus halus untuk memecahkan makanan
menjadi bagian yang lebih sederhana sehingga dapat
diabsorbsi usus. Pankreas menghasilkan cairan sekitar 1 liter.
Sekresi cairan dipengaruhi oleh hormon-hormon dari duodenum
seperti sekretin dan cholecystokinin. Pada saat kimus (makanan
dalam bentuk setengah cair) berada di duodenum, hormon
sekretin dan cholecystokinin dilepaskan, kemudian
mempengaruhi sekresi enzim-enzim pankreas. Sekresi enzim-
enim pankreas juga distimulasi oleh nervus vagus. Enzim-enzim
pankreas diantaranya sebagai berikut:
1) Pankreatik alfa amilase
Enzim ini sama dengan enzim amilase saliva, berfungsi
memecahkan pati menjadi maltosa yang selanjutnya akan
diubah menjadi glukosa.
2) Lipase
Enzim ini diaktifkan oleh adanya cairan empedu yang masuk
ke duodenum, berfungsi dalam pencernaan trigliserida
menjadi digliserida dan monogliserida, asam lemak bebas
dan gliserol.
3) Enzim proteolitik
Merupakan enzim yang terbanyak dihasilkan oleh pankreas
sekitar 70%. Enzim ini dalam bentuk tidak aktif, sampai
setelah masuk ke usus halus misalnya tripsinogen,
chimotripsinogen, karboksipeptisode akan berubah menjadi
tripsin, kimotripsin, dan karboksipeptidose. Fungsi dari enzim
tersebut mengubah protein menjadi dipeptida, tripeptida, dan
asam amino.
A. Definisi Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia: Gangguan Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya
serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
( Wartonah, 2010 ).
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar
manusia yang sangat penting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan
sumber energi untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi
dalam tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri, seperti glikogen, yang
terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan
sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan
oleh manusia. Menurut Nanda (2015) ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik.

B. Epidemiologi
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun
2013 terdapat 9 juta penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB (WHO,
2014). Pada tahun 2014 terdapat 9,6 juta penduduk dunia terinfeksi kuman
TB (WHO, 2015). Pada tahun 2014, jumlah kasus TB paru terbanyak berada
pada wilayah Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara (28%), dan wilayah
Mediterania Timur (17%) (WHO, 2015). Di Indonesia, prevalensi TB paru
dikelompokkan dalam tiga wilayah, yaitu wilayah Sumatera (33%), wilayah
Jawa dan Bali (23%), serta wilayah Indonesia Bagian Timur (44%) (Depkes,
2008). Penyakit TB paru merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
penyakit jantung dan saluran pernafasan pada semua kelompok usia serta
nomor satu untuk golongan penyakit infeksi. Korban meninggal akibat TB
paru di Indonesia diperkirakan sebanyak 61.000 kematian tiap tahunnya
(Depkes RI, 2011).

C. Etiologi
1. Efek dari pengobatan
2. Mual/ muntah
3. Gangguan intake makanan
4. Radiasi/ kemoterapi
5. Penyakit kronis
6. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori
akibat penyakit infeksi atau kanker
7. Disfagia karena adanya kelainan persarafan
8. Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit / intoleransi laktosa
9. Nafsu makan menurun (Wartonah & Alimul, 2006).

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala nutisi kurang dari kebutuhan tubuh menurut Nanda (2015)
antara lain:
1. Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal
2. Bising usus hiperaktif
3. Cepat kenyang setelah makan
4. Diare
5. Gangguan sensasi rasa
6. Kehilangan rambut berlebihan
7. Kelemahan otot pengunyah
8. Kelemahan otot untuk menelan
9. Kerapuhan kapiler
10. Kesalahan informasi
11. Kesalahan persepsi
12. Ketidakmampuan memakan makanan
13. Kram abdomen
14. Kurang informasi
15. Kurang minat pada makanan
16. Membran mukosa pucat
17. Nyeri abdomen
18. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
19. Sariawan rongga mulut
20. Tonus otot menurun

E. Patofisiologi dan Clinical Pathway


1. Patofisiologi
Abnormalitas saluran gastrointestinal bermacam-macam dan
menunjukkan banyak patologi yang dapat mempengaruhi system organ lain :
perdarahan, perforasi, obstruksi, inflamasi dan kanker. Lesi congenital,
inflamasi, infeksi, traumatic dan neoplastik telah ditemukan pada setiap
bagian dan pada setiap sisi sepanjang saluran gastrointestinal. Bagian dari
penyakit organic di mana saluran gastrointestinal dicurigai, terdapat banyak
factor ekstrinsik yang menimbulkan gejala. Stress dan ansietas sering
menjadi keluhan utama berupa indigesti, anoreksia/ gangguan motorik usus,
kadang-kadang menimbulkan konstipasi/ diare. Selain itu status kesehatan
mental, factor fisik: seperti kelelahan dan ketidakseimbangan/ perubahan
masukan diet yang tiba-tiba dapat mempengaruhi saluran gastrointestinal
sehingga menyebabkan perubahan nutrisi (Smeltzer, 2002).
2. Clinical Pathway
Nafsu makan Pola makan tidak teratur, Penurunan status Peningkatan SGOT
intake turun obat-obatan, stres, kesehatan dan SGPT
alkoholic, merokok

Erosi mukosa Kelemahan otot Merangsang nervus


lambung Penurunan menelan vagal (N.X Vagus)
intake makanan

Penurunan tonus Sukar Menekan rangsangan


Kekosongan
otot dan menelan sistem saraf parasimpatis
lambung
peristaltik
lambung

Peningkatan Penurunan
Refluksi peristaltik
duodenum ke HCL
lambung

Erosi mukosa Akumulasi gas di


lambung sistem pencernaan

Dehidrasi Output cairan


berlebih
Mual, Pengaktifan pusat muntah
muntah (medula oblongata)
Regulasi
cairan tidak
seimbang
Membran Asupan nutrisi Penurunan BB
mukosa pucat tidak terpeuhi
Kekurangan
volume cairan
Ketidakseimbangan
Nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
F. Penatalaksanaan Medis
1. Nutrisi enteral
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan kecukupan
nutrisi meliputi metode enteral (melalui system pencernaan). Nutrisi enteral
juga disebut sebagai nutrisi enteral total (TEN) diberikan apabila klien tidak
mampu menelan makanan atau mengalami gangguan pada saluran
pencernaan atas dan transport makanan ke usus halus terganggu.
Pemberian makanan lewat enteral diberikan melalui slang nasogastrik dan
slang pemberian makan berukuran kecil atau melalui slang gastrostomi atau
yeyunostomi.
2. Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi parenteral total (TPN)
atau hiperalimentasi intravena (IVH), diberikan jika saluran gastrointestinal
tidak berfungsi karena terdapat gangguan dalam kontinuitas fungsinya atau
karena kemampuan penyerapannya terganggu. Nutrisi parenteral diberikan
secara intravena seperti melalui kateter vena sentral ke vena kava superior.
Makanan parenteral adalah larutan dekstrosa, air, lemak, protein, elektrolit,
vitamin, dan unsure renik, semuanya ini memberikan semua kalori yang
dibutuhkan. Karena larutan TPN bersifat hipertonik larutan hanya dimasukkan
ke vena sentral yang beraliran tinggi, tempat larutan dilarutkan oleh darah
klien ( Kozier, 2011).
G. Penatalaksanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC Paraf &
Nama
1. Ketidakseimbangan 1. Nafsu makan a. Manajemen Mual
nutrisi: kurang dari Indikator:  Observasi tanda-tanda nonverbal
kebutuhan tubuh a. Hasrat/keinginan untuk dari ketidaknyamanan
Batasan karakteristik: makan  Identifikasi faktor-faktor yang dapat
1. Berat badan 20% atau b. Mencari makanan menyebabkan atau berkontribusi
lebih di bawah rentang c. Menyenangi makanan terhadap mual
berat badan ideal d. Merasakan makanan  Pastikan bahwa obat antiemetik
2. Bising usus hiperaktif e. Energi untuk makan yang efektif diberikan untuk
3. Cepat kenyang setelah f. Intake makanan mencegah mual bila memungkinkan
makan g. Intake untrisi  Kendalikan faktor-faktor lingkungan
4. Diare h. Intake cairan yang mungkin membangkitkan mual
5. Gangguan sensasi i. Rangsangan untuk  Tingkatkan istirahat dan tidur yang
rasa makan cukup untuk memfasilitasi
6. Kehilangan rambut pengurangan mual
berlebihan 2. Mual & muntah: efek  Dorong pola makan dengan porsi
7. Kelemahan otot yang mengganggu sedikit makanan yang menarik bagi
pengunyah Indikator: pasien
8. Kelemahan otot untuk a. Asupan cairan menurun  Timbang BB secara teratur
menelan b. Asupan makanan
 Monitor efek dari manajemen mual
9. Kerapuhan kapiler berkurang
secara keseluruhan
10. Kesalahan informasi c. Output urin menurun
11. Kesalahan persepsi d. Kehilangan selera
b. Manajemen Muntah
12. Ketidakmampuan makan
 Kaji emesis terkait warna,
memakan makanan e. Perubahan status nutrisi
konsistensi, akan adanya darah,
13. Kram abdomen f. Penurunan berat badan
waktu, dan sejauh mana kekuatan
14. Kurang informasi g. Gangguan aktivitas fisik
emesis
15. Kurang minat pada
 Ukur atau perkirakan volume emesis
makanan  Sarankan membawa kantong plastik
16. Membran mukosa untuk menampung muntah
pucat  Identifikasi faktor-faktor yang dapat
17. Nyeri abdomen menyebabkan atau berkontribusi
18. Penurunan berat terhadap terhadap muntah
badan dengan asupan  Pastikan obat antiemetik yang
makanan adekuat efektif diberikan untuk mencegah
19. Sariawan rongga mulut muntah bila memungkinkan
20. Tonus otot menurun  Kendalikan faktor-faktor lingkungan
yang mungkin membangkitkan
Faktor yang berhubungan keinginan untuk muntah
:  Posisikan untuk mencegah aspirasi
1. Faktor biologis  Pertahankan jalan nafas lewat mulut
2. Faktor ekonomi  Berikan dukungan fisik selama
3. Gangguan psikososial muntah
4. Ketidakmampuan
 Berikan kenyamanan selama
makan
episode muntah
5. Ketidakmampuan
 Tunggu minimal 30 menit setelah
mencerna makanan
episode muntah sebelum
6. Ketidakmampuan
menawarkan minum kepada pasien
mengabsorbsi nutrien
 Monitor keseimbangan cairan dan
elektrolit
 Dorong istirahat
 Beri suplemen nutrisi untuk
mempertahankan berat badan jika
diperlukan
 Timbang BB secara teratur
 Monitor efek manajemen muntah
secara menyeluruh
c. Manajemen Nutrisi
 Tentukan status gizi pasien dan
kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan gizi
 Identifikasi alergi atau intoleransi
makanan yang dimiliki pasien
 Tentukan apa yang menjadi
preferensi makanan bagi pasien
 Ciptakan lingkungan yang optimal
pada saat mengkonsumsi makanan
 Anjurkan pasien untuk duduk pada
posisi tegak di kursi, jika
memungkinkan
 Anjurkan keluarga untuk membawa
makanan favorit pasien sementara
berada di rumah sakit atau fasilitas
perawatan, yang sesuai
 Bantu pasien membuka kemasan
makanan, memotong makanan, dan
makan, jika diperlukan
 Monitor kalori dan asupan makanan
 Monitor kecenderungan terjadinya
penurunan dan kenaikan berat
badan
 Berikan arahan, bila diperlukan.

d. Manajemen Gangguan Makan


 Kolaborasi dengan tim kesehatan
lain untuk mengembangka rencana
perawatan dengan melibatkan klien
dan orang-orang terdekatnya
 Tentukan pencapaian berat badan
harian sesuai keinginan
 Ajarkan dan dukung konsep nutrisi
yang baik dengan klien
 Kembangkan hubungan yang
mendukung dengan klien
 Monitor tanda-tanda fisiologis
 Timbang BB secara rutin
 Monitor intake/asupan dan asupan
cairan secara tepat
 Monitor perilaku klien berhubungan
dengan pola makan, penambahan
dan kehilangan berat badan
 Berikan dukungan terhadap
peningkatan berat badan dan
perilaku yang meningkatkan berat
badan
Batasi aktifitas fisik sesuai
kebutuhan untuk meningkatkan
berat badan
2. Kekurangan volume Keseimbangan cairan Manajemen Elektrolit/Cairan
cairan
1. Tekanan darah 1. Pantau kadar serum elektrolit yang
Batasan karakteristik:
2. Denyut nadi radial abnormal
1. Haus
3. Keseimbangan intake 2. Monitor perubahan status paru atau
2. Kelemahan
output dalm 24 jam jantung yang menunjukkan
3. Kulit kering
4. Berat badan stabil dehidrasi
4. Membran mukosa
5. Turgor kulit 3. Timbang berat badan ideal dan
kering
6. Keembaban membran pantau gejala
5. Peningkatan frekuensi mukosa 4. Berikan cairan yang sesuai
nadi 5. Tingkatkan intake atau cairan per
6. Peningkatan oral
hematokrit
7. Peningkatan
konsentrasi urine
8. Peningkatan suhu
tubuh
9. Penurunan haluaran
urin
10. Penurunan pengisian
vena
11. Penurunan tekanan
darah
12. Penurunan tekanan
nadi
13. Penurunan turgor kulit
14. Perubahan status
mental
Faktor yang berhubungan:
1. Kegagalan mekanisme
regulasi
2. Kehilangan cairan aktif
Daftar Pustaka
Alimul, A Aziz, 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep
dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Bulechek, Gloria M et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC).
United Kingdom: Elsevier.
Herdman, T. Heather. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis
keperawatan: definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Kozier, Barbara. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep,
proses, dan praktik edisi 7. Jakarta : EGC.
Moorhead,Sue et al. 2013. Nusing Outcomes Classification. United Kingdom:
Elsevier.
Wartonah, Tarwoto. 2006. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai