Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peradaban manusia sekarang ini tak lepas dari peran input hasil sumber daya alam
terutama pertambangan, dan pertambangan erat dengan peningkatan kesejahteraan
manusia. Tambang dan sumberdaya mineral tidak dapat dilepaskan dari lingkungan
pembentukannya di bumi. Daerah dengan tatanan geologis tertentu akan menghasilkan
cadangan mineral yang ekonomis. Dan bagi daerah yang kaya, kehadiran cadangan ini
dapat menjadi tulang punggung pendapatan asli daerah.
Pertambangan memang berpotensi menjadi agen perubahan (development agent)
karena umumnya tambang berlokasi di daerah remote yang akhirnya dapat membuka
akses dan meningkatkan infrastruktur. Lebih jauh pertambangan haruslah dijalankan
secara berkelanjutan karena sifatnya yang temporary dan mengambil sumber daya yang
tak pulih (un renewable resources). Oleh karenanya pemulihan lahan yang terganggu
harus dioptimalkan sehingga menjadi lahan yang produktif. Selain itu, manfaat dari
aktivitas pertambangan perlu di konversi ke dalam bentuk lain (transformasi manfaat)
agar pembangunan tetap dapat berlanjut dan tetap memberikan kesejahteraan di daerah
sekitarnya.
Pemanfaatan yang berkelanjutan adalah memanfaatkan seefisien mungkin sumber
daya mineral melalui peningkatan dan konversi nilal tambah dengan mengedepankan nilai
lingkungan dan keadilan sosial dan tetap memberikan kesempatan pada generasi
mendatang untuk menikmati sumber daya mineral tersebut.
Kemudian konsep pemanfaatan mineral berkelanjutan ini akan berlandaskan pada
isu demokrasi, keadilan dan pemerataan yang sifatnya lintas generasi. Suatu konsep yang
melibatkan seluruh stake holders. Ini juga konsep yang menekankan pentingnya
pengelolaan keteknikan, sosial kemasyarakatan, pendekatan lingkungan yang terpadu dan
kesemua hal ini dapat dilebur untuk diterapkan dalam praktek pengelolaan tambang yang
benar (Good Mining Practice).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apakah pengertian dan teknis pertambangan yang baik dan benar ?
2. Bagaimana melakukan pertambangan yang baik dan benar?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dan teknis pertambangan yang baik dan benar.
2. Mengetahui cara melakukan pertambangan yang baik dan benar
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pertambangan Yang Baik Dan Benar


Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian
(mineral, batubara, panas bumi, migas). Paradigma baru kegiatan industri pertambangan
ialah mengacu pada konsep Pertambangan yang berwawasan Lingkungan dan
berkelanjutan, yang meliputi :
1. Penyelidikan Umum (prospecting)
2. Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan, eksplorasi rinci
3. Studi kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (termasuk studi amdal)
4. Persiapan produksi (development, construction)
5. Penambangan (Pembongkaran, Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)
6. Pengolahan (mineral dressing)
7. Pemurnian / metalurgi ekstraksi
8. Pemasaran
9. Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan
10. Corporate Social Responsibility (CSR)
11. Pengakhiran Tambang (Mine Closure)
Good Mining Practice dapat dijelaskan sebagai aktivitas pertambangan yang
memenuhi kriteria, kaidah maupun norma-norma menambang yang tepat sehingga
pemanfaatan mineral memberikan hasil optimal dan mengurangi dampak negatif yang
terjadi.
Tujuan Good Mining Practice adalah untuk mempertahankan dan mendorong
kegiatan pertambangan agar dalam mengembangkan sumber daya mineral di Indonesia
dapat diperoleh manfaat sosial dan ekonomi, yang lebih baik.
Beberapa ciri Good Mining Practice antara lain:
1. Penerapan prinsip konservasi dan nilai lindung lingkungan.
2. Kepedulian terhadap K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) terutama bagi
pekerjanya.
3. Meciptakan nilai tambah bagi pengembangan wilayah dan masyarakat sekitar.
4. Kepatuhan terhadap hukum dan perundangan yang berlaku.
5. Menggunakan standarisasi keteknikan dan teknologi pertambangan yang tepat dalam
aktivitasnya.
6. Pengembangan potensi dan kesejahteraan masyarakat setempat terutama dari
optimalisasn dan konversi pemanfaatan mineral.
7. Menjamin keberlanjutan kegiatan pembangunan setelah periode pasca tambang.
8. Memberikan benefit yang memadai bagi investor.

2.2 Pengelolaan Pertambangan Yang Baik Dan Benar


Dalam rangka pengelolaan pertambangan yang baik dan benar ini, maka terdapat 2
unsur utama yang melaksanakannya, yaitu Pelaku Bisnis dan Pembuat Kebijakan.
Agar tercapai maksud pengelolaan tersebut diatas, maka pelaku bisnis dalam
mengelola pertambangan haruslah melaksanakannya dengan baik dengan selalu
memperhatikan beberapa hal antara lain : efisiensi, keuntungan yang wajar, resiko yang
rendah, kepedulian terhadap lingkungan dan kepedulian terhadap masyarakat. Sedangkan
bagi pembuat kebijakan beberapa hal yang wajib menjadi perhatiannya antara lain adalah
bagaimana agar pembangunan masyarakat dan daerah dapat berjalan baik, pembangunan
dapat berkelanjutan, menekan agar pelaku bisnis taat terhadap aturan, melaksanakan
kegiatan berpedoman pada azas konservasi bahan galian agar dapat meningkatkan nilai
tambah dan menekan terjadinya kecelakaan serta pentingnya melaksanakan perlindungan
terhadap lingkungan.
Peran birokrat (pembuat kebijakan) pada hakekatnya adalah : membuat kebijakan
yang tepat dan kondusif, menjamin keamanan, menjamin kepastian hukum menjadi
fasilitator yang baik serta membuat pedoman terhadap pelaksanaan kegiatan.

2.3 Teknis Pertambangan yang Baik dan Benar


Pada prinsipnya, Teknis Pertambangan yang baik dapat dilakukan apabila didalam
aktifitas pertambangan tersebut dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Eksplorasi harus dilaksanakan secara baik, benar dan memadai.
2. Perhitungan cadangan layak tambang harus ditetapkan dengan baik (tingkat akurasi
tinggi).
3. Studi Geohidrologi, Geoteknik dan Metalurgi harus dilakukan secara baik dan benar.
4. Studi Kelayakan (Feasibility Study) yang komprehensif dengan didukung data yang
cukup, perlu disusun dengan baik, termasuk studi lingkungannya (AMDAL atau
UKL/UPL).
5. Teknik dan sistim tambang serta proses pengolahan/pemurnian harus direncanakan
dan dilak-sanakan secara baik (sistim tambang pada material lepas dan padu sangat
berbeda, demikian pula proses pengolahannya)
6. Teknis konstruksi dan Pemilihan peralatan harus tepat guna.
7. Sistim pengangkutan bahan tambang harus terencana baik, termasuk pemilihan alat
angkut dan alat berat lainnya.
8. Produksi hendaknya disesuaikan dengan jumlah ketersediaan cadangan dan
spesifikasi.
9. Program pasca tambang harus terencana dengan baik sebelum seluruh aktifitas
dihentikan.
Pada pasca tambang harus segera dilakukan kegiatan penataan dan reklamasi pada
lahan bekas tambang yang disesuaikan dengan perencanaannya. Pelaksanaan penataan
dan reklamasi sebaiknya mengacu pada rencana tata ruang daerah yang bersangkutan dan
disesuaikan dengan kondisi lahan. Jika Teknis Pertambangan tidak dilakukan dengan baik
dan benar, maka akan berakibat pada :
1. Kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan.
2. Hasil tambang tidak akan efisien dan ekonomis.
3. Produksi akan tersendat / tidak lancar.
4. Kemungkinan terjadinya kecelakaan tambang akan tinggi.
5. Pengrusakan dan gangguan terhadap lingkungan akan timbul.
6. Terjadinya “pemborosan” bahan galian.
7. Pasca tambang akan mengalami kesulitan dan sulit penanganannya.
8. Semua pihak akan mendapat rugi (Pemerintah, perusahaan dan masyarakat).
9. Kegiatan pertambangan akan “dituding” sebagai suatu kegiatan yang merusak
lingkungan.

2.4 Perencanaan Dan Pelaksanaan Pasca Tambang


Beberapa prinsip dalam perencanaan dan pelaksanaan pasca tambang yang harus
menjadi perhatian antara lain :
1. Perlu adanya transparansi, komunikasi yang terbuka, komitmen, dukungan dan
partisipasi yang berasal dari seluruh stake holders (pemerintah, masyarakat dan
pelaku bisnis).
2. Perencanaan dan pelaksanaannya harus sejalan dengan ketentuan dan standard yang
berlaku.
3. Rencana pasca tambang harus dapat diterima oleh seluruh stake holders dan sesuai
dengan keinginan publik.
4. Pelaksanaan harus mempunyai target terjaminnya keselamatan lahan ex tambang,
terpeliharanya lingkungan dan lahan bekas tambang dapat pergunakan kembali untuk
kegiatan lainnya yang lebih bermanfaat.
5. Pelaku kegiatan harus dapat mempertanggung-jawabkan dari aspek teknik dan sosio-
ekonomi.
6. Pelaksanaan kegiatan pasca tambang harus disesuaikan dengan rencana pembangunan
daerah.
7. Secara teknis dan ekonomis, pelaksanaan pasca tambang dapat dilaksanakan.
8. Ditangani oleh sumber daya manusia yang profesional dan paham.
9. Program pasca tambang harus dipantau secara kontinyu dan segera direvisi jika terjadi
perubahan.
10. Program hendaknya bersifat adaptatif terhadap adanya perubahan kondisi.
11. Harus ada kriteria yang jelas terhadap tingkat keberhasilan secara kuantitatif.
12. Jaminan pasca tambang perlu ada dalam jumlah yang memadai.

2.5 Lingkungan Hidup Pertambangan


Dalam pelaksanaan kegiatan pertambangan, permasalahan lingkungan hidup wajib
untuk menjadi perhatian dari para pelaku kegiatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah :
 Semua ketentuan, peraturan dan standar lingkungan yang berlaku.
 Setiap kegiatan wajib dilengkapi dengan dokumen kajian lingkungan (AMDAL atau
UKL/UPL).
 Perlu adanya suatu jaminan dalam rangka pelaksanaan reklamasi.
 Kepedulian harus dimulai sejak tahap eksplorasi sampai tahap pasca tambang.

2.6 Konservai Bahan Galian Tambang


Pada prinsipnya penerapan azas konservasi pada pemanfaatan bahan galian tambang
adalah cara bagaimana pemanfaatan bahan galian tersebut dilakukan secara optimal
dengan memperhatikan hal-hal :
 Memperhitungkan kebutuhan akan bahan galian tersebut (pengusahaan/pemanfaatan
tepat waktu).
 Pengambilan bahan galian (penambangan) harus tepat teknologi pada saat kegiatan
berjalan.
 Adanya upaya untuk menghindari terjadinya “kehilangan” bahan galian dalam
penambangannya.
 Adanya upaya melakukan “pemilahan” dalam pengambilan antara bahan galian
berkadar tinggi dan rendah, dimana bahan galian berkadar tinggi diambil terlebih
dahulu dan bahan galian berkadar rendah tetap “disimpan” sebagai cadangan masa
depan dan diambil jika teknologi telah mampu mengolah bahan galian tersebut.
 Adanya upaya untuk memanfaatkan mineral-mineral ikutan secara optimal.
Mengingat umumnya bahan galian tambang bersifat “unrenewable resources” (tidak
terbaharukan), maka jika hal-hal tersebut diatas dapat dilakukan dengan baik dan
benar, maka ketersediaan suatu bahan galian akan dapat dimanfaatkan untuk jangka
waktu yang lama dan dapat berlanjut sesuai dengan kemajuan teknologi manusia
nantinya.

2.7 Penerapan Reklamasi


Jika berbicara reklamasi di daerah tambang, umumnya orang berpikir bahwa itu
adalah tahap paling akhir dari aktivitas penambangan, artinya bahan ataupun
cadangannya telah habis dikeruk dan tidak ekonomis lagi dan mulai masuk ke fase
penutupan. Asumsi ini tidaklah salah, wajar saja bia banyak orang berpikir seperti itu.
Namun disini ada sedikit kekeliruan, reklamasi tidak seluruhnya dikerjakan pada saat
tambang telah berakhir, melainkan saat tambang masih beroperasi hanya dikerjakan pada
lahan yang dianggap selesai dieksploitasi. Mudahnya begini, jika perusahaan tambang A
memiliki 6 lokasi kerja yaitu A1, A2, A3 … A6, dan lokasi A2 telah selesai dieksplotasi,
maka lokasi ini yang di reklamasi, sementara mereka masih dapat menambang di lahan
lainnya.
Menurut pengertiannya secara bahasa, reklamasi berasal dari kosa kata dalam
Bahasa Inggris, to reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Pengertian lain
dari reklamasi yang dihubungkan dengan kegiatan pertambangan yaitu suatu usaha
memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang
rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi agar dapat berfungsi secara
optimal sesuai dengan peruntukannya.
Istilah lain yang berkaitan dengan reklamasi yaitu rehabilitasi lahan dan revegetasi.
Rehabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan
kondisi lahan yang rusak (kritis), agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur
produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan.
Revegetasi merupakan suatu usaha atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas
tambang.
Tujuan reklamasi yaitu untuk memulihkan kondisi kawasan hutan yang rusak
sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi sehingga kawasan hutan yang
dimaksud dapat berfungsi kembali sesuai dengan peruntukannya.
Reklamasi ini menjadi kewajiban bagi perusahaan tambang baik operasional
tambang terbuka (open pit), tambang bawah tanah (underground). Pada tambang terbuka
umumnya aktivitas operasional dilakukan dengan membuat jenjang (bench) kemudian
menggaruk dan menempatkan top soil dan overburden ke lokasi stock mengingat top soil
ini suatu saat akan dikembalikan lagi. Jika cadangan dianggap tidak ekonomis lagi, maka
mulailah lahan eks tambang ini masuk tahap reklamasi untuk mengembalikan fungsi fisik
sesuai peruntukannya. Beberapa tahapan umum teknis yang dilakukan jika suatu institusi
akan melakukan reklamasi yaitu: Melakukan penimbunan lahan kemudian menempelkan
lapisan tanah yang subur (top soil) di lahan yang akan direklamasi. Ini bertujuan untuk
memberikan lapisan penyubur sehingga memudahkan tanaman untuk tumbuh dan
memberikan kekuatan menyangga tanah karena lahan eks tambang umumnya miskin
unsur hara, memiliki porositas tinggi dan penyerapan air rendah.

Gambar 2.1 Penimbunan lahan bekas tambang


Kemudian lanjut ke tahap persiapan lahan yaitu dengan perataan lahan (contour
leveling). Tahapan ini adalah meratakan sehingga nantinya memudahkan penimbunan top
soil, menguatkan porositas dan menyerap air. Reklamasi memang dapat dilakukan di
lahan miring atau lereng meskipun akan ditemui banyak kesulitan. Lahan yang
kemiringannya sudah diratakan akan memudahkan proses lanjut reklamasi. Pemadatan
lapisan tanah untuk menstabilkan lereng ini dilakukan dengan tractor, grader atau
bulldozer (sheep foot roller). Di beberapa lokasi lahan yang curam, maka pemadatan ini
ditarik dengan bulldozer. Setelah tanah dipadatratakan, maka selanjutnya perlu dibuat
saluran drainase untuk mengatur penyaliran.

Gambar 2.2 Perataan lahan


Tahapan selanjutnya setelah penyiapan lahan adalah proses hydroseeding.
Hydroseeding adalah aktivitas penyebaran atau penyemaian lahan reklamasi dengan bibit
tanaman perintis (umumnya yang digunakan adalah centrocema) yang sebelumnya telah
dicampurkan dengan fertilizer dan aditif lainnya. Penyebaran dilakukan dengan truck
hydro seeder. Hydro seeding ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tanah sehingga
tanaman akan mendapatkan lingkungan yang baik.
Gambr 2.3 Proses hydroseeding
Untuk penanaman pohon, maka disusun pembuatan lubang tanam untuk anakan
dengan dimensi disesuaikan dengan kebutuhan. Media tanam yang diperlukan umumnya
adalah tanah top soil, pupuk (kompos) dan fertilizer lainnya. Jarak tanam juga
disesuaikan. Untuk memperkuat lahan maka biasanya ditambahkan jaring (mesh) di
selanjang lokasi juga untuk mencegah longsor. Pemilihan pohon cepat tumbuh (sengon,
angsana/Pterocarpus Indicus atau akasia/Acacia Mangium) adalah alternative awal untuk
merevegatasi lahan eks tambang. Tanaman ini adalah dua dari beberapa jenis tanaman
reklamasi yang cepat tumbuh. Dalam beberapa tahun dengan maintenance yang baik,
hampir dapat dipastikan reklamasi akan berjalan bagus.

2.8 Peranan Birokrat Dan Masyarakat


Dalam Praktek Pertambangan Yang Baik dan Benar ini, peranan Birokrat adalah :
membuat kebijakan yang bersifat kondusif, menjamin kepastian hukum, menjamin
keamanan, menyusun pedoman dan menjadi fasilitator serta melakukan tugas
pemantauan, pengawasan bimbingan dan pembinaan serta melakukan evaluasi terhadap
aktifitas pertambangan.
Bimbingan dan Pengawasan yang dilakukan oleh Birokrat sudah wajib dilakukan
sejak tahap perencanaan sampai dengan tahap pasca tambang. Sedangkan peran
masyarakat terhadap aktifitas pertambangan juga dapat dilakukan, terutama pada tahap
pelaksanaan kegiatan sampai dengan tahapan pasca tambang (tidak tertutup kemungkinan
peran mereka juga bisa dari sejak tahap perencanaan).
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan informasi dan pengetahuan yang penulis uraikan dalam makalah di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan yang berhubungan dengan Penerapan Pengelolaan Penambangan
yang Baik Dan Benar / Good Mining Practice, yaitu sebagai berikut :
1. Aktifitas pertambangan tidak akan dinyatakan sebagai suatu kegiatan “pengrusak”
lingkungan jika Praktek Pertambangan Yang Baik dan Benar (Good Mining Practice)
dapat diimplementasikan dengan penuh kesadaran, terutama dari pelaku kegiatan
atau pelaku bisnis.
2. Pada prinsipnya penerapan azas konservasi pada pemanfaatan bahan galian tambang
adalah cara bagaimana pemanfaatan bahan galian tersebut dilakukan secara optimal.
3. Pada pasca tambang harus segera dilakukan kegiatan penataan dan reklamasi pada
lahan bekas tambang yang disesuaikan dengan perencanaannya. Pelaksanaan penataan
dan reklamasi sebaiknya mengacu pada rencana tata ruang daerah yang bersangkutan
dan disesuaikan dengan kondisi lahan.
4. Bimbingan dan Pengawasan yang dilakukan oleh Birokrat sudah wajib dilakukan
sejak tahap perencanaan sampai dengan tahap pasca tambang. Sedangkan peran
masyarakat terhadap aktifitas pertambangan juga dapat dilakukan, terutama pada
tahap pelaksanaan kegiatan sampai dengan tahapan pasca tambang

Dengan sistim kontrol demikian, diharapkan suatu kegiatan pertambangan dapat terlaksana
dengan baik dan mendatangkan kebaikan bagi semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai