0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
33 tayangan11 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pertambangan yang baik dan benar. Ia menjelaskan pengertian pertambangan yang baik meliputi seluruh tahapan aktivitas pertambangan, teknis pertambangan yang meliputi eksplorasi, studi kelayakan, produksi, hingga rencana pasca tambang. Dokumen juga membahas pentingnya pengelolaan pertambangan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan kesel
Dokumen tersebut membahas tentang pertambangan yang baik dan benar. Ia menjelaskan pengertian pertambangan yang baik meliputi seluruh tahapan aktivitas pertambangan, teknis pertambangan yang meliputi eksplorasi, studi kelayakan, produksi, hingga rencana pasca tambang. Dokumen juga membahas pentingnya pengelolaan pertambangan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan kesel
Dokumen tersebut membahas tentang pertambangan yang baik dan benar. Ia menjelaskan pengertian pertambangan yang baik meliputi seluruh tahapan aktivitas pertambangan, teknis pertambangan yang meliputi eksplorasi, studi kelayakan, produksi, hingga rencana pasca tambang. Dokumen juga membahas pentingnya pengelolaan pertambangan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan kesel
Peradaban manusia sekarang ini tak lepas dari peran input hasil sumber daya alam terutama pertambangan, dan pertambangan erat dengan peningkatan kesejahteraan manusia. Tambang dan sumberdaya mineral tidak dapat dilepaskan dari lingkungan pembentukannya di bumi. Daerah dengan tatanan geologis tertentu akan menghasilkan cadangan mineral yang ekonomis. Dan bagi daerah yang kaya, kehadiran cadangan ini dapat menjadi tulang punggung pendapatan asli daerah. Pertambangan memang berpotensi menjadi agen perubahan (development agent) karena umumnya tambang berlokasi di daerah remote yang akhirnya dapat membuka akses dan meningkatkan infrastruktur. Lebih jauh pertambangan haruslah dijalankan secara berkelanjutan karena sifatnya yang temporary dan mengambil sumber daya yang tak pulih (un renewable resources). Oleh karenanya pemulihan lahan yang terganggu harus dioptimalkan sehingga menjadi lahan yang produktif. Selain itu, manfaat dari aktivitas pertambangan perlu di konversi ke dalam bentuk lain (transformasi manfaat) agar pembangunan tetap dapat berlanjut dan tetap memberikan kesejahteraan di daerah sekitarnya. Pemanfaatan yang berkelanjutan adalah memanfaatkan seefisien mungkin sumber daya mineral melalui peningkatan dan konversi nilal tambah dengan mengedepankan nilai lingkungan dan keadilan sosial dan tetap memberikan kesempatan pada generasi mendatang untuk menikmati sumber daya mineral tersebut. Kemudian konsep pemanfaatan mineral berkelanjutan ini akan berlandaskan pada isu demokrasi, keadilan dan pemerataan yang sifatnya lintas generasi. Suatu konsep yang melibatkan seluruh stake holders. Ini juga konsep yang menekankan pentingnya pengelolaan keteknikan, sosial kemasyarakatan, pendekatan lingkungan yang terpadu dan kesemua hal ini dapat dilebur untuk diterapkan dalam praktek pengelolaan tambang yang benar (Good Mining Practice). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalahnya adalah: 1. Apakah pengertian dan teknis pertambangan yang baik dan benar ? 2. Bagaimana melakukan pertambangan yang baik dan benar?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Mengetahui pengertian dan teknis pertambangan yang baik dan benar. 2. Mengetahui cara melakukan pertambangan yang baik dan benar BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pertambangan Yang Baik Dan Benar
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas). Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah mengacu pada konsep Pertambangan yang berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan, yang meliputi : 1. Penyelidikan Umum (prospecting) 2. Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan, eksplorasi rinci 3. Studi kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (termasuk studi amdal) 4. Persiapan produksi (development, construction) 5. Penambangan (Pembongkaran, Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan) 6. Pengolahan (mineral dressing) 7. Pemurnian / metalurgi ekstraksi 8. Pemasaran 9. Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan 10. Corporate Social Responsibility (CSR) 11. Pengakhiran Tambang (Mine Closure) Good Mining Practice dapat dijelaskan sebagai aktivitas pertambangan yang memenuhi kriteria, kaidah maupun norma-norma menambang yang tepat sehingga pemanfaatan mineral memberikan hasil optimal dan mengurangi dampak negatif yang terjadi. Tujuan Good Mining Practice adalah untuk mempertahankan dan mendorong kegiatan pertambangan agar dalam mengembangkan sumber daya mineral di Indonesia dapat diperoleh manfaat sosial dan ekonomi, yang lebih baik. Beberapa ciri Good Mining Practice antara lain: 1. Penerapan prinsip konservasi dan nilai lindung lingkungan. 2. Kepedulian terhadap K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) terutama bagi pekerjanya. 3. Meciptakan nilai tambah bagi pengembangan wilayah dan masyarakat sekitar. 4. Kepatuhan terhadap hukum dan perundangan yang berlaku. 5. Menggunakan standarisasi keteknikan dan teknologi pertambangan yang tepat dalam aktivitasnya. 6. Pengembangan potensi dan kesejahteraan masyarakat setempat terutama dari optimalisasn dan konversi pemanfaatan mineral. 7. Menjamin keberlanjutan kegiatan pembangunan setelah periode pasca tambang. 8. Memberikan benefit yang memadai bagi investor.
2.2 Pengelolaan Pertambangan Yang Baik Dan Benar
Dalam rangka pengelolaan pertambangan yang baik dan benar ini, maka terdapat 2 unsur utama yang melaksanakannya, yaitu Pelaku Bisnis dan Pembuat Kebijakan. Agar tercapai maksud pengelolaan tersebut diatas, maka pelaku bisnis dalam mengelola pertambangan haruslah melaksanakannya dengan baik dengan selalu memperhatikan beberapa hal antara lain : efisiensi, keuntungan yang wajar, resiko yang rendah, kepedulian terhadap lingkungan dan kepedulian terhadap masyarakat. Sedangkan bagi pembuat kebijakan beberapa hal yang wajib menjadi perhatiannya antara lain adalah bagaimana agar pembangunan masyarakat dan daerah dapat berjalan baik, pembangunan dapat berkelanjutan, menekan agar pelaku bisnis taat terhadap aturan, melaksanakan kegiatan berpedoman pada azas konservasi bahan galian agar dapat meningkatkan nilai tambah dan menekan terjadinya kecelakaan serta pentingnya melaksanakan perlindungan terhadap lingkungan. Peran birokrat (pembuat kebijakan) pada hakekatnya adalah : membuat kebijakan yang tepat dan kondusif, menjamin keamanan, menjamin kepastian hukum menjadi fasilitator yang baik serta membuat pedoman terhadap pelaksanaan kegiatan.
2.3 Teknis Pertambangan yang Baik dan Benar
Pada prinsipnya, Teknis Pertambangan yang baik dapat dilakukan apabila didalam aktifitas pertambangan tersebut dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Eksplorasi harus dilaksanakan secara baik, benar dan memadai. 2. Perhitungan cadangan layak tambang harus ditetapkan dengan baik (tingkat akurasi tinggi). 3. Studi Geohidrologi, Geoteknik dan Metalurgi harus dilakukan secara baik dan benar. 4. Studi Kelayakan (Feasibility Study) yang komprehensif dengan didukung data yang cukup, perlu disusun dengan baik, termasuk studi lingkungannya (AMDAL atau UKL/UPL). 5. Teknik dan sistim tambang serta proses pengolahan/pemurnian harus direncanakan dan dilak-sanakan secara baik (sistim tambang pada material lepas dan padu sangat berbeda, demikian pula proses pengolahannya) 6. Teknis konstruksi dan Pemilihan peralatan harus tepat guna. 7. Sistim pengangkutan bahan tambang harus terencana baik, termasuk pemilihan alat angkut dan alat berat lainnya. 8. Produksi hendaknya disesuaikan dengan jumlah ketersediaan cadangan dan spesifikasi. 9. Program pasca tambang harus terencana dengan baik sebelum seluruh aktifitas dihentikan. Pada pasca tambang harus segera dilakukan kegiatan penataan dan reklamasi pada lahan bekas tambang yang disesuaikan dengan perencanaannya. Pelaksanaan penataan dan reklamasi sebaiknya mengacu pada rencana tata ruang daerah yang bersangkutan dan disesuaikan dengan kondisi lahan. Jika Teknis Pertambangan tidak dilakukan dengan baik dan benar, maka akan berakibat pada : 1. Kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan. 2. Hasil tambang tidak akan efisien dan ekonomis. 3. Produksi akan tersendat / tidak lancar. 4. Kemungkinan terjadinya kecelakaan tambang akan tinggi. 5. Pengrusakan dan gangguan terhadap lingkungan akan timbul. 6. Terjadinya “pemborosan” bahan galian. 7. Pasca tambang akan mengalami kesulitan dan sulit penanganannya. 8. Semua pihak akan mendapat rugi (Pemerintah, perusahaan dan masyarakat). 9. Kegiatan pertambangan akan “dituding” sebagai suatu kegiatan yang merusak lingkungan.
2.4 Perencanaan Dan Pelaksanaan Pasca Tambang
Beberapa prinsip dalam perencanaan dan pelaksanaan pasca tambang yang harus menjadi perhatian antara lain : 1. Perlu adanya transparansi, komunikasi yang terbuka, komitmen, dukungan dan partisipasi yang berasal dari seluruh stake holders (pemerintah, masyarakat dan pelaku bisnis). 2. Perencanaan dan pelaksanaannya harus sejalan dengan ketentuan dan standard yang berlaku. 3. Rencana pasca tambang harus dapat diterima oleh seluruh stake holders dan sesuai dengan keinginan publik. 4. Pelaksanaan harus mempunyai target terjaminnya keselamatan lahan ex tambang, terpeliharanya lingkungan dan lahan bekas tambang dapat pergunakan kembali untuk kegiatan lainnya yang lebih bermanfaat. 5. Pelaku kegiatan harus dapat mempertanggung-jawabkan dari aspek teknik dan sosio- ekonomi. 6. Pelaksanaan kegiatan pasca tambang harus disesuaikan dengan rencana pembangunan daerah. 7. Secara teknis dan ekonomis, pelaksanaan pasca tambang dapat dilaksanakan. 8. Ditangani oleh sumber daya manusia yang profesional dan paham. 9. Program pasca tambang harus dipantau secara kontinyu dan segera direvisi jika terjadi perubahan. 10. Program hendaknya bersifat adaptatif terhadap adanya perubahan kondisi. 11. Harus ada kriteria yang jelas terhadap tingkat keberhasilan secara kuantitatif. 12. Jaminan pasca tambang perlu ada dalam jumlah yang memadai.
2.5 Lingkungan Hidup Pertambangan
Dalam pelaksanaan kegiatan pertambangan, permasalahan lingkungan hidup wajib untuk menjadi perhatian dari para pelaku kegiatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : Semua ketentuan, peraturan dan standar lingkungan yang berlaku. Setiap kegiatan wajib dilengkapi dengan dokumen kajian lingkungan (AMDAL atau UKL/UPL). Perlu adanya suatu jaminan dalam rangka pelaksanaan reklamasi. Kepedulian harus dimulai sejak tahap eksplorasi sampai tahap pasca tambang.
2.6 Konservai Bahan Galian Tambang
Pada prinsipnya penerapan azas konservasi pada pemanfaatan bahan galian tambang adalah cara bagaimana pemanfaatan bahan galian tersebut dilakukan secara optimal dengan memperhatikan hal-hal : Memperhitungkan kebutuhan akan bahan galian tersebut (pengusahaan/pemanfaatan tepat waktu). Pengambilan bahan galian (penambangan) harus tepat teknologi pada saat kegiatan berjalan. Adanya upaya untuk menghindari terjadinya “kehilangan” bahan galian dalam penambangannya. Adanya upaya melakukan “pemilahan” dalam pengambilan antara bahan galian berkadar tinggi dan rendah, dimana bahan galian berkadar tinggi diambil terlebih dahulu dan bahan galian berkadar rendah tetap “disimpan” sebagai cadangan masa depan dan diambil jika teknologi telah mampu mengolah bahan galian tersebut. Adanya upaya untuk memanfaatkan mineral-mineral ikutan secara optimal. Mengingat umumnya bahan galian tambang bersifat “unrenewable resources” (tidak terbaharukan), maka jika hal-hal tersebut diatas dapat dilakukan dengan baik dan benar, maka ketersediaan suatu bahan galian akan dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lama dan dapat berlanjut sesuai dengan kemajuan teknologi manusia nantinya.
2.7 Penerapan Reklamasi
Jika berbicara reklamasi di daerah tambang, umumnya orang berpikir bahwa itu adalah tahap paling akhir dari aktivitas penambangan, artinya bahan ataupun cadangannya telah habis dikeruk dan tidak ekonomis lagi dan mulai masuk ke fase penutupan. Asumsi ini tidaklah salah, wajar saja bia banyak orang berpikir seperti itu. Namun disini ada sedikit kekeliruan, reklamasi tidak seluruhnya dikerjakan pada saat tambang telah berakhir, melainkan saat tambang masih beroperasi hanya dikerjakan pada lahan yang dianggap selesai dieksploitasi. Mudahnya begini, jika perusahaan tambang A memiliki 6 lokasi kerja yaitu A1, A2, A3 … A6, dan lokasi A2 telah selesai dieksplotasi, maka lokasi ini yang di reklamasi, sementara mereka masih dapat menambang di lahan lainnya. Menurut pengertiannya secara bahasa, reklamasi berasal dari kosa kata dalam Bahasa Inggris, to reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Pengertian lain dari reklamasi yang dihubungkan dengan kegiatan pertambangan yaitu suatu usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. Istilah lain yang berkaitan dengan reklamasi yaitu rehabilitasi lahan dan revegetasi. Rehabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak (kritis), agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan. Revegetasi merupakan suatu usaha atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas tambang. Tujuan reklamasi yaitu untuk memulihkan kondisi kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi sehingga kawasan hutan yang dimaksud dapat berfungsi kembali sesuai dengan peruntukannya. Reklamasi ini menjadi kewajiban bagi perusahaan tambang baik operasional tambang terbuka (open pit), tambang bawah tanah (underground). Pada tambang terbuka umumnya aktivitas operasional dilakukan dengan membuat jenjang (bench) kemudian menggaruk dan menempatkan top soil dan overburden ke lokasi stock mengingat top soil ini suatu saat akan dikembalikan lagi. Jika cadangan dianggap tidak ekonomis lagi, maka mulailah lahan eks tambang ini masuk tahap reklamasi untuk mengembalikan fungsi fisik sesuai peruntukannya. Beberapa tahapan umum teknis yang dilakukan jika suatu institusi akan melakukan reklamasi yaitu: Melakukan penimbunan lahan kemudian menempelkan lapisan tanah yang subur (top soil) di lahan yang akan direklamasi. Ini bertujuan untuk memberikan lapisan penyubur sehingga memudahkan tanaman untuk tumbuh dan memberikan kekuatan menyangga tanah karena lahan eks tambang umumnya miskin unsur hara, memiliki porositas tinggi dan penyerapan air rendah.
Gambar 2.1 Penimbunan lahan bekas tambang
Kemudian lanjut ke tahap persiapan lahan yaitu dengan perataan lahan (contour leveling). Tahapan ini adalah meratakan sehingga nantinya memudahkan penimbunan top soil, menguatkan porositas dan menyerap air. Reklamasi memang dapat dilakukan di lahan miring atau lereng meskipun akan ditemui banyak kesulitan. Lahan yang kemiringannya sudah diratakan akan memudahkan proses lanjut reklamasi. Pemadatan lapisan tanah untuk menstabilkan lereng ini dilakukan dengan tractor, grader atau bulldozer (sheep foot roller). Di beberapa lokasi lahan yang curam, maka pemadatan ini ditarik dengan bulldozer. Setelah tanah dipadatratakan, maka selanjutnya perlu dibuat saluran drainase untuk mengatur penyaliran.
Gambar 2.2 Perataan lahan
Tahapan selanjutnya setelah penyiapan lahan adalah proses hydroseeding. Hydroseeding adalah aktivitas penyebaran atau penyemaian lahan reklamasi dengan bibit tanaman perintis (umumnya yang digunakan adalah centrocema) yang sebelumnya telah dicampurkan dengan fertilizer dan aditif lainnya. Penyebaran dilakukan dengan truck hydro seeder. Hydro seeding ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tanah sehingga tanaman akan mendapatkan lingkungan yang baik. Gambr 2.3 Proses hydroseeding Untuk penanaman pohon, maka disusun pembuatan lubang tanam untuk anakan dengan dimensi disesuaikan dengan kebutuhan. Media tanam yang diperlukan umumnya adalah tanah top soil, pupuk (kompos) dan fertilizer lainnya. Jarak tanam juga disesuaikan. Untuk memperkuat lahan maka biasanya ditambahkan jaring (mesh) di selanjang lokasi juga untuk mencegah longsor. Pemilihan pohon cepat tumbuh (sengon, angsana/Pterocarpus Indicus atau akasia/Acacia Mangium) adalah alternative awal untuk merevegatasi lahan eks tambang. Tanaman ini adalah dua dari beberapa jenis tanaman reklamasi yang cepat tumbuh. Dalam beberapa tahun dengan maintenance yang baik, hampir dapat dipastikan reklamasi akan berjalan bagus.
2.8 Peranan Birokrat Dan Masyarakat
Dalam Praktek Pertambangan Yang Baik dan Benar ini, peranan Birokrat adalah : membuat kebijakan yang bersifat kondusif, menjamin kepastian hukum, menjamin keamanan, menyusun pedoman dan menjadi fasilitator serta melakukan tugas pemantauan, pengawasan bimbingan dan pembinaan serta melakukan evaluasi terhadap aktifitas pertambangan. Bimbingan dan Pengawasan yang dilakukan oleh Birokrat sudah wajib dilakukan sejak tahap perencanaan sampai dengan tahap pasca tambang. Sedangkan peran masyarakat terhadap aktifitas pertambangan juga dapat dilakukan, terutama pada tahap pelaksanaan kegiatan sampai dengan tahapan pasca tambang (tidak tertutup kemungkinan peran mereka juga bisa dari sejak tahap perencanaan). BAB III PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan informasi dan pengetahuan yang penulis uraikan dalam makalah di atas, maka dapat ditarik kesimpulan yang berhubungan dengan Penerapan Pengelolaan Penambangan yang Baik Dan Benar / Good Mining Practice, yaitu sebagai berikut : 1. Aktifitas pertambangan tidak akan dinyatakan sebagai suatu kegiatan “pengrusak” lingkungan jika Praktek Pertambangan Yang Baik dan Benar (Good Mining Practice) dapat diimplementasikan dengan penuh kesadaran, terutama dari pelaku kegiatan atau pelaku bisnis. 2. Pada prinsipnya penerapan azas konservasi pada pemanfaatan bahan galian tambang adalah cara bagaimana pemanfaatan bahan galian tersebut dilakukan secara optimal. 3. Pada pasca tambang harus segera dilakukan kegiatan penataan dan reklamasi pada lahan bekas tambang yang disesuaikan dengan perencanaannya. Pelaksanaan penataan dan reklamasi sebaiknya mengacu pada rencana tata ruang daerah yang bersangkutan dan disesuaikan dengan kondisi lahan. 4. Bimbingan dan Pengawasan yang dilakukan oleh Birokrat sudah wajib dilakukan sejak tahap perencanaan sampai dengan tahap pasca tambang. Sedangkan peran masyarakat terhadap aktifitas pertambangan juga dapat dilakukan, terutama pada tahap pelaksanaan kegiatan sampai dengan tahapan pasca tambang
Dengan sistim kontrol demikian, diharapkan suatu kegiatan pertambangan dapat terlaksana dengan baik dan mendatangkan kebaikan bagi semua pihak.