Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK

A. Definisi
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansjoer,
1999).
Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet),
orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. (Corwin, 2001).
Tuberculosis paru adalah : penyakit infeksius terutama menyerang
parenchim paru dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lain, termasuk meningen,
ginjal, tulang, dan nodus limfe. ( Brunner & Suddart, 2002 )
Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru,
tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya.

B. Etiologi
Tuberculosis paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 0,3 – 0,6 um.
Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut bakteri tahan asam. Sifat lain
kuman ini adalah aerob yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan O2 nya. Dalam hal ini tekanan O2 pada bagian apikal paru-paru lebih
tinggi dari bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi
penyakit tuberculosis. (Soeparman, 1999)
Mereka yang paling beresiko tertular basil adalah mereka yang tinggal
berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif khususnya individu yang sistem
imunnya tidak adekuat. (Corwin, 2001)

C. Tanda dan Gejala


Gejala utama TB paru menurut Mansjoer (1999) adalah :
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tapi kadang-kadang
panas badan dapat mencapai 40 – 41oC.
b. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar, sifat batuk dimulai dari batuk
kering (non-produktif) kemudian setelah muncul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
e. Malaise
Gejala maleise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu
makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat
malam.
Pasien TB paru menampakkan gejala klinis yaitu :
a. Tahap asimtomatis
b. Gejala TB paru yang khas, kemudian stagnansi dan regresi
c. Eksaserbasi yang memburuk.
d. Gejala berulang dan menjadi kronik.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :
a. Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronchi basah, dan lain-lain).
b. Tanda-tanda penarikan paru diafragma, dan mediastrium.
c. Sekret di saluran nafas dan ronchi.
d. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung
dengan bronkus.

D. Fatofisiologi
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau
alveolus. Apabila bakteri tuberculin dalam jumlah yang bermakna berhasil
menembus mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati
saluran napas bawah, maka pejamu akan melakukan respons imun dan
peradangan yang kuat. Karena respons yang hebat ini, akibat diperantarai oleh sel
T, maka hanya sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita
tuberculosis aktif. Penderita TBC yang bersifat menular bagi orang lain adalah
mereka yang mengidap infeksi tuberculosis aktif dan hanya pada masa infeksi
aktif.
Basil mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila telah
mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan respons imun adalah lebih
untuk mengepung dan mengisolasi basil bukan untuk mematikannya. Respons
selular melibatkan sel T serta makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel
T dan jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut. Tuberkel
akhirnya mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang dapat dilihat
pada pemeriksaan sinar-x toraks. Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan
mengalami perlunakan (perkijuan). Mikro-organisme hidup dapat memperoleh
akses ke sistem trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain. Bahkan
walaupun telah dibungkus secara efektif, basil dapat bertahan hidup dalam
tuberkel.
Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan menempel pada jalan
nafas atau paru-paru. Kuman menetap di jaringan paru akan bertumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat terbawa masuk
ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan
membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang
lebih besar cenderung tertahan di salurang hidung dan cabang besar bronkus.
Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil serta
reaksi imun dan peradangan yang hebat. Edema interstisium dan pembentukan
jaringan parut permanen di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan
karbondioksida sehingga pertukaran gas menurun. (Corwin, 2001).
E. Pathway Tuberculosis Paru

Droplet nucler/dahak yang mengandung


basil TBC (Mycobacterium Tuberculosis)

Faktor dari luar: Batuk, bersin


- Faktor toksik (alkohol, Faktor dari dalam:
rokok) - Usia muda/bayi
- Sosial ekonomi rendah - Gizi buruk
- Terpapar penderita TBC Dihirup masuk paru - Lanjut usia
- Lingkungan buruk

Mycobacterium menetap/dormant

Resiko tinggi
Kurang informasi Imunitas tubuh menurun
Penyebaran kuman

Kurang pengetahuan Membentuk sarang TB

Premonia Kecil/sarang
primer

Bronchus Pleura
Infiltrasi setengah
bagian paru

Iritasi
Menyebabkan
Sesak napas
infiltrasi pleura

Peradangan pada
bronkus
Terjadi gesekan inspirasi dan Distres
eksperasi pernapasan
Batuk Pembuluh
Malaise darah pecah

Skret kental Nyeri dada


Anoreksia

Batuk darah Resiko kerusakan


pertukaran gas
Nutrisi kurang
dari kebutuhan

Gangguan tumbuh Bersihan jalan napas


Penurunan
kembang tidak efektif
status gizi

Sumber : (Corwin, 2001; Soeparman, 1998 & Doengoes, 2000)


F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dignostik pada penderita tuberkulosis antara lain :
a. Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin merupakan uji paling penting untuk menentukan apakah
anak sudah terinfeksi tuberkel basilus atau tidak. Prosedur yang dianjurkan
adalah Uji Mantoux, yang menggunakan derifat protein murni (PPD, Purified
protein derifatif). Dosis standar adalah 5 unit tuberkulin dalam 0,1 ml larutan, di
injeksi secara intradermal. Pembacaan uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam
setelah penyuntikan dan di ukur diameter melintang dari indurasi yang terjadi.
Hasil dianggap positif bila terdapat indurasi dengan 5 mm keatas, bila 4 mm
negatif, 5-9 mm masih dianggap meragukan, tetapi jika 10 mm keatas jelas
positif.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologis.
Secara rutin dilakukan foto rontgen paru, dan untuk diagnosis tidak cukup
hanya pemeriksaan radiologis tetapi diperlukan juga data klinis.
c. Pemeriksaan bakteriologis
Ditemukannya basil tuberkulosis akan memastikan diagnosis tuberkulosis.
Bahan-bahan yang digunakan untuk pemeriksaan bakteriologis ialah :
 Bilasan lambung
 Sekret bronkus
 Sputum (pada anak yang besar)
 Cairan pleura
d. Uji BCG
Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji
tuberkulin. Bila ada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal
yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan berarti perlu
dicurigai adanya tuberkulosis. Pada anak dengan tuberkulosis BCG akan
menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat dan besar oleh karena itu, reaksi
BCG dapat dijadikan alat diagnostik.
Vaksin BCG diletakkan pada ruang/tempat bersuhu 200C-80C serta
pelindung dari cahaya. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara
injeksi intradermal atau intrakutan pada lengan bagian atas atau injeksi
perkutan sebagai alternatif bayi usia muda yang mungkin sulit menerima injeksi
terdermal. Dosis yang digunakan sebagai berikut :
 Untuk infant atau anak-anak kurang dari 12 bulan diberikan satu dosis vaksin
BCG sebanyak 0,05 mg.
 Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan satu dosis vaksin
BCG sebanyak 0,1 mg.

Tabel 1. Diagnosis TBC pada anak dengan sistem skoring (scoring system)
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas Laporan BTA (+)
keluarga,
BTA (-)
atau tidak
tahu, BTA
tidak jelas
Uji tuberkulin Negatif Positif (> 10
mm, atau > 5
mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat Bawah garis Klinis gizi
badan/keadaan merah (KMS) buruk
gizi (menurut atau BB/U < (Bb/U <
KMS) 80% 60%)
Demam tanpa ≥ 2 minggu
sebab jelas
Batuk ≥ 3 minggu
Pembesaran ≥ 1cm , jumlah
kelenjar limfe ≥ 1, tidak nyeri
leher. Axila,
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi, pembengkakan
panggul, lutut,
palang
Poto rontgen Normal/tidak Kesan TB
thorak jelas
Ket : Anak didiagnosis TB jika jumlah scor ≥ 6, ( scor maksimal 13)

G. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali sehari
per oral, diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9
bulan.
2) INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif
ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis INH 10-20/kgBB/hari per
oral, lama pemberian 18-24 bulan.
3) Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis 30-35
mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
4) Etambutol, dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung kosong, 1 kali
sehari selama 1 tahun.
5) Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat antituberkulosis yang
masih sensitif, diberikan dalam bentuk kortison dengan dosis 10-15
mg/kgBB/hari. Kortikosteroid di berikan sebagai antiflogistik dan ajuvan
pada tuberkulosis milier, meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis
tuberkulosa, penyebaran bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berat atau
keadaan umum yang buruk.
b. Non farmakologi
1) Melakukan postural drainase
2) Melakukan suction untuk mengeluarkan dahak
3) pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan tubuh klien
agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh yang lainnya
4) memantau kepatuhan ibu dalam memberikan obat kepada anaknya

H. Proses keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Selain identitas klien : nama tempat tanggal lahir, usia, agama, jenis kelamin,
jugaidentitas orangtuanya yang meliputi : nama orangtua, pendidikan, dan
pekerjaan.
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
c. Saat masuk Rumah Sakit
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
d. Saat pengkajian
Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan pengkajian meliputi PQRST
(palliative, quantitatif, region, scale, timing)
e. Keluhan penyerta
Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan utama. Tanda dan gejala
klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti :
leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
1. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Prenatal : kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil.
b. Intra Natal
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit jalan lahir, bayi menderita
caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom.
c. Post Natal
Kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi, asfiksia, icterus.
2. Riwayat Masa Lalu
a. Penyakit waktu kecil
Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk
yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya
dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan,
apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak
teratur?)
b. Pernah di rawat di Rumah Sakit
Tanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil sampai membuat pasien
dirawat dirumah sakit, jika ia, apakah keadaannya parah atau seperti apa.
c. Obat-obatan yang pernah digunakan
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk diketahui, agar
kerja obat serta efek samping yang timbul dapat di ketahui. Pemberian
antibiotik dalam jangka panjang perlu diidentifikasi.
d. Tindakan (operasi)
Apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan operasi, pada bagian apa,
atas indikasi apa.
e. Alergi
Apakah mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan, udara atau
makanan.
f. Kecelakaan
Pernah mengalami kecelakaan ringan sampai hebat sebelumnya, apabila
mengalami kecelakaan apakah langsung di beri tindakan, atau di bawa
berobat ke dokter atau hanya di diamkan saja.
g. Imunisasi
 Imunisasi aktif : merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara
menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri yang
akan membuat zat antibody yang akan bertahan bertahun-tahun lamanya.
Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan lama daripada imunisasi pasif
 Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan tetapi tubuh
mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikkan bahan atau serum
yang telah mengandung zat anti. Atau anak tersebut mendapatkannya dari
ibu pada saat dalam kandungan
f. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat
sering ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tidak
bergairah
2. Tanda-tanda vital : sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam
dapat lama atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan demam
atau panas biasanya tekanan nadi anak menjadi tachicardi.
3. Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta berat
badan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambut
b. Mata : kaji bentuk mata, konjungtiva, sklera, pupil
d. Hidung : terdapat cuping hidung atau tidak, ada penumpukkan sekret
atau tidak, simetris tidak.
e. Mulut : kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi yang tumbuh
f. Telinga : kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan mata, ada
cairan atau tidak, uji pendengaran anak
g. Leher : Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
inguinal dan sub mandibula.
h. Dada : Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering
sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
 Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang
sampai setengah paru.
 Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura.
 Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit
kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
 Pada tahap dini sulit diketahui.
 Ronchi basah, kasar dan nyaring.
 Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberi suara limforik.
 Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
 Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara
pekak)
i. Perut : kaji bentuk perut, bising usus
j. Ekstermitas : kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah, apakah ada
kelemahan
k. Kulit : Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
 Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
 inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
l. Genetalia : kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia, kaji bentuk,
skrotum sudah turun atau belum, apakah lubang ureter ditengah.
5. Pemeriksaan tingkat perkembangan anak usia 18-24 bulan
 Motorik
Berjalan tanpa ditopang, menaiki tangga/peralatan rumah tangga
(seperti kursi)
 Sosial
Ingin bermain dengan anak-anak lain, meminta minum, mengenal
gambar-gambar binatang, mengenal beberapa bagian tubuhnya.
 Bahasa
Telah menggunakan 20 kata-kata yang dapat dimengerti.
 Manipulatif
Mencoret-coret, membali-balik halaman, bermain dengan balok-balok
bangunan secara konstruktif.

2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul


1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan secret kental,
upaya batuk buruk.
2) Hiperthermia berhubungan dengan proses peradangan.
3) Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
4) Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain
berhubungan dengan virulensi kuman, pertahanan primer tidak adekuat,
kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
5) Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, aturan tindakan dan
pencegahan penyakit berhubungan dengan kurang/tidak lengkap informasi
yang ada.
6) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak
3. Intervensi keperawatan
Diagnosis
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi 1. Untuk mengetahui tingkat sakit dan
napas tidak efektif keperawatan selama .......x24 napas, kecepatan, kedalaman tindakan apa yang harus dilakukan
berhubungan jam, bersihan jalan napas efektif dan penggunaan otot
dengan secret dengan kriteria : aksesori. 2. Untuk mengetahui perkembangan
kental, upaya batuk  Sekret berkurang sampai 2. Catat kemampuan untuk kesehatan pasien
buruk. dengan hilang mengeluarkan secret atau
 Pernafasan dalam batas batuk efektif, catat karakter,
normal : jumlah sputum, adanya 3. Semi fowler memudahkan pasien
 0-2 bulan : 50 s/d < 60 hemoptisis. untuk bernafas
x/menit 3. Berikan pasien posisi semi 4. Untuk mencegah penyebaran infeksi
 2 bln-12 bln : 40 s/d < 50 atau fowler,
x/menit 4. Bersihkan sekret dari mulut 5. Untuk membantu mengencerkan

 12 bln-60bln : 30 s/d < 40 dan trakea, suction bila perlu. secret sehingga mudah untuk

x/menit 5. Berikan obat : agen mukolitik, dikeluarkan.


bronkodilator sesuai indikasi

Hiperthermia Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh setiap 2 1. Deteksi dini terjadinya perubahan
berhubungan keperawatan selama ......x24 jam abnormal fungsi tubuh ( adanya
dengan proses jam, suhu tubuh kembali normal, infeksi)
peradangan dengan kriteria hasil : 2. Berikan kompres hangat 2. merangsang pusat pengatur panas
 Suhu tubuh 36-37,5 o C untuk menurunkan produksi panas
3. Kolaborasi pemberian tubuh
antipirektik 3. Kolaborasi pemberian antipirektik

Diagnosis
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Perubahan nurisi setelah dilakukan tindakan 1. Ukur dan catat berat badan 1. BB menggambarkan status gizi
kurang dari perawatan selama ........x 24 pasein pasien
kebutuhan tubuh jam, kebutuhan nutrisi 2. Sajikan makanan dalam porsi 2. Sebagai masukan makanan sedikit-
berhubungan terpenuhi, dengan kriteria hasil : kecil tapi sering sedikit dan mencegah muntah
dengan anoreksia  Nafsu makan meningkat 3. Sajikan makanan yang dapat 3. Sebagai alternatif meningkatkan
 BB meningkat atau normal menimbulkan selera makan nafsu makan pasien
sesuai umur 4. Berikan makanan tinggi TKTP 4. Protein mempengaruhi tekanan
(tinggi kalori tinggi protein) osmotik pembuluh darah
5. Jelaskan kepada keluarga 5. Meningkatkan pemahaman keluarga
tentang penyebab malnutrisi, tentang penyebab dan kebutuhan
kebutuhan nutrisi pemulihan, nutrisi untuk pemulihan klien
susunan menu dan sehingga dapat meneruskan upaya
pengolahan makanan sehat terapi diet yang telah diberikan
seimbang, tunjukkan contoh selama hospitalisasi.
jenis sumber makanan
ekonomis sesuai status sosial
ekonomi klien. 6. Roborans, meningkatkan nafsu
6. Laksanakan pemberian makan, proses absorbsi dan
roboransia sesuai program memenuhi defisit yang menyertai
terapi. keadaan malnutrisi.
Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji patologi penyakit dan 1. Membantu klien/keluarga agar mau
penyebaran infeksi perawatan selama .........x24 potensial penyebaran infeksi mengerti dan menerima terhadap
pada diri sendiri jam, penyebaran infeksi tidak melalui droplet terapi yang diberikan untuk
maupun orang lain terjadi, dengan kriteria hasil : mencegah komplikasi.
berhubungan  Klien/keluarga dapat 2. Identifikasi orag lain yang 2. Pengetahuan dan terapi dapat
dengan virulensi mengidentifikasi tindakan beresiko (anggota meminimalkan kerentanan
kuman, pertahanan untuk keluarga/teman) terjadinya penyebaran
primer tidak mencegah/menurunkan 3. Kebiasaan ini untuk mencegah
3. Anjurkan klien untuk batuk /
adekuat, kurang resiko infeksi. terjadinya penularan infeksi.
bersin pada tisu dan
pengetahuan untuk  Klien/keluarga menunjukkan 4. Mencegah infeksi yang bersumber
menghindari meludah
menghindari perubahan pola hidup untuk dari susceptible host
4. Lakukan tindakan isolasi
pemajanan meningkatkan lingkungan 5. Mencegah terjadinya cross infection
sebagai pencegahan
pathogen. yang aman.
5. Pertahankan teknik aseptic
6. Pengobatan tuntas sangat penting
saat melakukan tindakan
untuk mencegah resistensi kuman
perawatan
terhadap abat
6. Beritahu klien dan keluarga
7. Untuk membunuh kuman TBC
tentang pentingnya
pengobatan yang tuntas
7. Kolaborasi pemberian obat
anti tuberculosis

Kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Untuk mengetahui tingkat
pengetahuan perawatan selama .........x24 keluarga pengetahuan keluarga pasien
mengenai kondisi, jam, pengetahuan klien/keluarga sampai mana
aturan tindakan dan meningkat, dengan kriteria hasil 2. Berikan pendidikan kesehatan 2. Agar keluarga pasien mengetahui
pencegahan : berkaitan dengan penyakit dan tidak cemas
penyakit  Klien/keluarga memahami pasien 3. Untuk mengurangi kecemasan
berhubungan proses penyakit dan 3. Jelaskan setiap tindakan keluarga pasien
dengan kebutuhan pengobatan keperawatan yang akan
kurang/tidak  Klien/keluarga melakukan dilakukan
lengkap informasi perubahan pola hidup untuk
yang ada. memperbaiki kesehatan

Diagnosis
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Perubahan proses Setelah dilakukan tindakan 1. Kenali kekhawatiran dan 1. Dapat menurunkan stress
keluarga perawatan selama .........x24 kebutuhan orang tua untuk
berhubungan jam, terjadi pengurangan informasi dan dukungan
dengan ansietas keluarga, dengan 2. Gali perasaan dan masalah 2. Memudahkan dalam pemilihan
hospitalisasi anak kriteria hasil : seputar hospitalisasi dan intervensi
 Kecemasan keluarga penyakit anak
berkurang 3. Berikan informasi seputar 3. Untuk menurunkan ansietas yang
 Secara verbal keluarga kesehatan anak dialami keluarga
mengatakan cemas 4. Berikan dukungan sesuai 4. Meningkatkan kemampuan koping
berkurang kebutuhan 5. Meningkatkan pemahaman keluarga
5. Anjurkan perawatan yang
berpusat pada keluarga dan
anjurkan anggota keluarga
agar terlibat dalam perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC;
2001.

Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for
planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta: EGC;
1999.

Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical-surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J.
Jakarta: Salemba Medika; 2001.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical-surgical
nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000.

Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2001.

Anda mungkin juga menyukai