Anda di halaman 1dari 6

NO SUMBER PENGERTIAN POSISI/STRUKTUR BENTUK ELEMEN KRITERIA/PRINSIP

NEGARA/KOTA (FISIK/GUIDELINE)
1 INDONESIA / Peraturan Daerah HAMID SHIRVANI pengendalian pemanfaatan ruang
BALI Provinsi Daerah RTRW NASIONAL TEORI PERANCANGAN KOTA wilayah,
(Perda) Rencana Pendukung Kegiatan (
tata Ruang activity support )
RTRW PROVINSI Pendukung kegiatan adalah
Wilayah (RTRW)
sesuai dengan UU semua fungsi bangunan dan
Peraturan Daerah
26/2007, RTRW KOTA kegiatan-kegiatan yang
Provinsi Bali Nomor
diantaranya mendukung ruang publik
16 Tahun 2009
Perda RTRW suatu kawasan kota.
RTDR KOTA Tentang Rencana
Provinsi Bali Bentuk, lokasi dan karakter
Tata Ruang
tahun 2009-2029 suatu kawasan yang
Wilayah Provinsi
(Perda No 16 memiliki ciri khusus akan
Bali Tahun 2009-
RTDR KOTA berpengaruh terhadap “Pasal 50
tahun 2009) 2029 (Lembaran
fungsi, penggunaan lahan
Daerah Provinsi Bali
dan kegiatan-kegiatannya. (1) Kawasan suci sebagaimana dimaksud
PROSES IMB Tahun 2009 Nomor
Pendukung kegiatan tidak dalam Pasal 44 ayat (1) huruf a,
16, Tambahan
hanya menyediakan jalan, ditetapkan dengan kriteria:
Lembaran Daerah
pedestrian atau plaza, a. kawasan suci gunung merupakan
Provinsi Bali Nomor
tetapi juga harus kawasan gunung dengan kemiringan
15):
mempertimbangkan fungsi sekurang-kurangnya 45 (empat puluh
utama dan penggunaan lima) derajat sampai ke puncak;
 Pasal 50
elemen-elemen kota yang b. kawasan suci danau disetarakan
 Pasal 66
dapat menggerakkan dengan kawasan resapan air;
 Pasal 108
aktivitas, misalnya : pusat c. kawasan suci campuhan disetarakan
perbelanjaan, taman dengan sempadan sungai selebar 50
rekreasi, pusat meter yang memiliki potensi banjir
perkantoran, perpustakaan, sedang;
area PKL, dsb. d. kawasan suci pantai disetarakan
Bentuk, lokasi dan karakter dengan kawasan sempadan pantai;
area spesifik akan menarik e. Kawasan suci laut disetarakan dengan
fungsi, penggunaan dan kawasan perairan laut yang difungsikan
aktivitas yang spesifik pula, untuk tempat melangsungkan upacara
sehingga suatu aktivitas keagamaan bagi umat Hindu; dan
cenderung berlokasi f. kawasan suci sekitar mata air
ditempat yang paling sesuai disetarakan dengan kawasan sempadan
dengannya. sekitar mata air.

Konservasi ( Concervation )
- Perlindungan
Konservasi suatu individual
bangunan harus selalu
dikaitkan dengan “Pasal 66
keseluruhan kota. Konsep
tentang konservasi kota (1) Kawasan peruntukan pariwisata
memperhatikan aspek : sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
bangunan-bangunan ayat (1) huruf e,mencakup :
tunggal, struktur dan gaya a. Kawasan Pariwisata;
arsitektur, hal yang b. KDTWK; dan
berkaitan dengan c. DTW
kegunaan, umur bangunan
atau kelayakan bangunan (2) Sebaran Kawasan Pariwisata
Beberapa kategori sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
konservasi : huruf a, mencakup :
a. Preservasi a. Kawasan Pariwisata Candikesuma di
( Preservation ) - Kabupaten Jembrana;
Pelestarian b. Kawasan Pariwisata Perancak di
Menjaga dan melestarikan Kabupaten Jembrana;
bangunan kuno dari c. Kawasan Pariwisata Soka di
kerusakan, pembongkaran Kabupaten Tabanan;
dan perubahan apapun. d. Kawasan Pariwisata Sanur di Kota
Dalam preservasi tidak Denpasar;
boleh mengganti elemen e. Kawasan Pariwisata Serangan di Kota
aslinya dengan lainnya. Denpasar;
b. Konservasi f. Kawasan Pariwisata Kuta di Kabupaten
( Concervation ) Badung;
Suatu strategi atau kegiatan g. Kawasan Pariwisata Tuban di
menangani secara preventif Kabupaten Badung;
terhadap kehancuran h. Kawasan Pariwisata Nusa Dua di
bangunan kuno. Kabupaten Badung;
Memperbaikinya agar i. Kawasan Pariwisata Ubud di
dapat bertahan lebih lama Kabupaten Gianyar;
dengan mengganti j. Kawasan Pariwisata Lebih di
beberapa elemen yang Kabupaten Gianyar;
sudah rusak dengan elemen k. Kawasan Pariwisata Nusa Penida di
baru seperti aslinya. Kabupaten Klungkung;
c. Rehabilitasi l. Kawasan Pariwisata Gunaksa di
( Rehabilitation ) Kabupaten Klungkung.
Mengembalikan bangunan- m. Kawasan Pariwisata Candidasa di
bangunan kuno yang tidak Kabupaten Karangasem;
berfungsi menjadi lebih n. Kawasan Pariwisata Ujung di
berfungsi dengan Kabupaten Karangasem;
merestorasi utilitas yang o. Kawasan Pariwisata Tulamben di
diperlukan dan Kabupaten Karangasem;
meningkatkan esensi p. Kawasan Pariwisata Kalibukbuk di
kegunaanya. Kabupaten Buleleng;
d. Revitalisasi q. Kawasan Pariwisata Batu Ampar di
( Revitalitation ) Kabupaten Buleleng; dan
Merupakan bagian r. Kawasan Pariwisata Air Sanih di
konservasi melalui Kabupaten Buleleng.
pengembangan fungsi.
Secara fisik bangunan di “Pasal 108
konservasi tetapi fungsi
yang dikembangkan (1) Arahan peraturan zonasi kawasan
biasanya berbeda dengan suci sebagaimana dimaksud dalam Pasal
fungsi aslinya. 106 ayat (3) huruf a, mencakup :
e. Peningkatan a. Kawasan suci sebagai kawasan
( Improvement ) konservasi; dan
Kegiatan yang dapat b. Pelanggaran semua jenis kegiatan
meningkatkan nilai, dan/atau usaha yang dapat menurunkan
penampilan, tingkat kualitas lingkungan hidup dan nilai-nilai
kenyamanan, utilitas yang kesucian.
memenuhi standar teknis,
dan tingkat efisiensi baik (2) Arahan peraturan zonasi kawasan
secara fisik, sosial budaya, tempat suci sebagaimana dimaksud
nilai ekonomi bangunan dalam pasal 106 ayat (3) huruf b,
maupun kawasan kota. berdasarkan konsep tri wana yang
dipolakan kedalam 3 (tiga) zona,
mencakup :

a. Zona inti adalah zona utama


karang kekeran sesuai dengan
konsep maha wana yang
diperuntukkan sebagai hutan
lindung, ruang terbuka hijau,
kawasan pertanian dan
bangunan fasilitas umum
penunjang kegiatan keagamaan;
b. Zona penyangga adalah zona
madya karang kekeran yang
sesuai konsep tapa wana
diperuntukkan sebagai kawasan
budidaya pertanian, fasilitas
darmasala, pasramanan,
bangunan permukiman bagi
pengempon, penyungsung dan
penyiwi pura dan bangunan
prasarana dan sarana pariwisata
spiritual, serta kegiatan usaha
yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
setempat;
c. Zona pemanfaatan adalah zona
nista karang kekeran yang sesuai
konsep sri wana diperuntukkan
sebagai bangunan permukiman,
bangunan fasilitas umum
penunjang kehidupan sehari-hari
masyarakat setempat, bangunan
akomodasi pariwisata beserta
sarananya, serta kegiatan usaha
yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
setempat; dan
penentuan batas-batas terluar tiap zona
kawasan tempat suci didasarkan atas
batasbatas fisik yang tegas berupa batas
alami atau batas buatan, disesuaikan
dengan kondisi geografis masing-masing
kawasan sesuai catur dresta.

Anda mungkin juga menyukai