SEKUELE TUBERKULOSIS
Diyan Ekawati
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa tugas
tinjauan pustaka ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia. Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan
plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang
dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.
Diyan Ekawati
ABSTRACT
ABSTRAK
Sekuele merupakan kondisi tidak normal yang terjadi akibat penyakit, cedera atau terapi.
Sekuele TB menyebabkan keluhan respirasi yang menetap, meningkatkan risiko infeksi
saluran napas bawah berulang dan gangguan fungsional. Kondisi tersebut menyebabkan
beban berat bagi pasien dan keluarga. Sekuele TB yang sering ditemukan antara lain:
fibrosis, bronkiektasis, luluh paru dan aspergiloma. Gejala yang dikeluhkan pasien
bervariasi, tergantung kepada jenis lesi, luas lesi dan proses kronik perjalanan kondisi
tersebut Foto toraks dan HRCT memiliki peranan dalam evaluasi sekuele TB. Sekuele
TB berhubungan dengan terjadinya hambatan aliran udara kronik yang dapat ditemukan
pada awal diagnosis, selama terapi atau setelah terapi.
Kata kunci: Sekuele tuberculosis, spirometri pada bekas TB, HRCT pada tuberkulosis.
PENDAHULUAN
Sekuele merupakan kondisi tidak normal yang terjadi akibat penyakit, cedera atau
terapi. Yoneda mencoba untuk mendefinisikan sekuele TB dalam ruang lingkup
yang sempit dan luas. Definisi sekuele TB secara sempit adalah status patologi yang
diakibatkan oleh perubahan patologi dan anatomi yang terjadi selama proses
penyembuhan TB dan membutuhkan terapi terhadap gejala yang dikeluhkan pasien.
Definisi yang lebih luas dari sekuele TB adalah status patologi dengan berbagai
gejala yang disebabkan oleh cedera organ akibat TB.3 Harada dkk mendefinisikan
sekuele TB sebagai deformitas yang terjadi akibat proses penyembuhan TB.4 Dheda
dkk memberikan istilah remodeling paru setelah infeksi TB sebagai definisi sekuele
TB.5 Belum ada kesepakatan para ahli mengenai definisi sekuele TB.
Bekas TB adalah pasien yang telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap.
Sekuele TB dapat muncul berupa kerusakan anatomis yang menetap tanpa gejala
pada sebagian kecil kasus. Sebagian besar sekuele TB menyebabkan keluhan
respirasi yang menetap, risiko infeksi saluran napas berulang dan gangguan
fungsional. Kondisi tersebut menyebabkan beban berat bagi pasien dan keluarga.
Berkurangnya kualitas hidup, disabilitas dan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh
sistem penjamin kesehatan merupakan hal lain yang terkait dengan kondisi ini.6
Tinjauan pustaka ini akan membahas epidemiologi, patogenesis , gejala, gambaran
radiologis dan hasil pemeriksaan spirometri sekuele TB. Sekuele yang akan dibahas
adalah fibrosis, bronkiektasis, luluh paru dan aspergiloma.
EPIDEMIOLOGI
Sekuele TB dapat ditemukan berupa gambaran radiologi tanpa disertai gejala atau
sekuele TB dengan konsekuensi klinis yang membutuhkan terapi jangka panjang.
Konsekuensi klinis dapat berupa gejala respirasi yang menetap atau infeksi saluran
napas bawah berulang.7 Penelitian Rassuna di RS Persahabatan terhadap pasien TB
paru klinis menunjukkan 50% kasus TB paru klinis dengan lesi minimal memiliki
sekuele pada akhir masa pengobatan. Sekuele pada kelompok dengan lesi sedang
sebanyak 77% sedangkan pada kelompok lesi luas sebanyak 83%.8 Harada dkk
melaporkan prevalens sekuele TB sebesar 6 % dan angka kematian 5% pertahun.
Rasio laki-laki berbanding perempuan adalah 2:1.4
Proses penyembuhan berbeda pada setiap jenis granuloma. Pada bagian tengah
granuloma (lesi perkijuan) daerah yang mengalami nekrosis akan mengeras dan
terkadang tampak terpisah dari proses peradangan disekitarnya dengan membentuk
jaringan pelindung yang lebih fibrotik dibagian luar. Nekrosis secara perlahan
diabsorbsi oleh jaringan yang mengalami granulasi sehingga granuloma hilang
secara perlahan dan digantikan oleh jaringan parut. Kelenjar getah bening yang
mengalami penyembuhan memiliki granuloma dan giant cell yang akan digantikan
oleh fibrosis yang masih lunak dan inflamasi limfositik non spesifik.19 Sekuele TB
dapat ditemukan pada parenkim paru, saluran napas, pembuluh darah, mediastinum
dan pleura. Ringkasan lokasi sekuele dan jenis sekuele dapat dilihat pada tabel 1.7
Kerusakan paru dapat terjadi akibat berbagai penyebab. Kerusakan paru yang
terjadi akan diikuti oleh fase peradangan dan fase perbaikan. Fase perbaikan atau
penyembuhan adalah proses dinamik yang melibatkan sistem imun, struktur biologi
jaringan dan fisiologi saluran napas. Respons yang tidak terkendali dari salah satu
elemen tersebut menyebabkan respons perbaikan berubah menjadi kondisi
patologis. Saat terjadi kerusakan pada struktur parenkim paru sel radang akan
berproliferasi dan pindah ke daerah yang mengalami kerusakan, memperbaiki
jaringan yang rusak dan melakukan apoptosis untuk mencegah penumpukan
kolagen yang berlebihan.20
Bronkiektasis
Luluh paru
Luluh paru adalah gambaran radiologi yang menunjukan kerusakan jaringan paru
yang berat, ditandai dengan ditemukannya gambaran atelektasis, ektasis atau
multikavitas dan fibrosis parenkim paru.31 Rajasekar dkk melaporkan 83% kasus
luluh paru di India terjadi karena TB.32 Luluh paru pada TB terjadi karena perjalana
penyakit yang kronik dan terapi yang tidak adekuat sehingga terjadi kerusakan
parenkim yang luas. Kerusakan yang terjadi berupa obstruksi kelenjar getah bening,
kolaps saluran napas distal, nekrosis dan infeksi sekunder.33 Pasien dengan luluh
paru memperlihatkan gambaran fibrosis dan penyusutan dari paru, emfisema,
deformitas dan dilatasi bronkus, bula dan kavitas ditemukan pada 40-60% kasus.4
Atelektasis sikatrik adalah temuan yang sering ditemukan setelah TB post primer.
Lebih dari 40% pasien dengan TB postprimer mengalami fibrosis paru yang dapat
memberikan manifestasi berupa atelektasis pada lobus atas, retraksi hilus,
hiperinflasi lobus bawah sebagai kompensasi dan tarikan mediastinum kearah paru
yang fibrosis. Gambaran fibrosis yang tidak spesifik seperti parenchymal bands,
nodul fibrosis dan kavitas atau traction bronchiectasis kadang dijumpai. Penebalan
pleura apikal yang berhubungan dengan fibrosis dapat tampak seperti proliferasi
jaringan lemak ekstrapleura dan atelektasis perifer pada computerize tomography
scanning (CT-Scan).7
Aspergiloma
Akkara dkk mendapatkan data 10,6% pasien bekas TB dengan sekuele pada foto
toraks tidak memiliki keluhan.37 Penelitian oleh Carette dkk menyatakan bahwa
pada awal terjadinya luluh paru pasien mungkin tidak memiliki keluhan tetapi
sebagian besar keluhan akan muncul 10 tahun kemudian.38 Aspergilloma dapat
berkembang tanpa memberikan gejala pada pasien. Hemoptisis merupakan gejala
yang sering dikeluhkan pada pasien aspergilloma (50%–90%).34 Keluhan lain yang
sering ditemukan pada aspergiloma adalah demam, nyeri dada, batuk, fatigue dan
berat badan yang turun.39
GAMBARAN SEKUELE TB PADA PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Selain menilai sekuele berdasarkan jenis lesinya beberapa penelitian menilai derajat
beratnya kerusakan berdasarkan skor atau kelompok lesi. Di Naso dkk menilai
derajat kerusakan paru setelah pemberian obat anti TB (OAT) berdasarkan
banyaknya jumlah zona yang terkena sesuai dengan indeks Willcox. Menurut
indeks Willcox derajat kerusakan paru dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: (1)
Kelompok I adalah kelompok yang memiliki sekuele pada 1 zona, tanpa kavitas,
(2) Kelompok II adalah kelompok yang memiliki sekuele pada 2-3 zona atau 1 zona
disertai dengan kavitas, (3) Kelompok III adalah kelompok yang memiliki sekuele
pada lebih dari 3 zona, dengan atau tanpa kavitas.41 Penilaian derajat kerusakan
paru pada beberapa penelitian dihubungkan dengan gangguan fungsional.
Tabel 3. Sekuele TB pada foto toraks berdasarkan hasil dari berbagai penelitian
Penelitian Subjek penelitian Sekuele pada foto toraks
Rassuna 8 Pasien TB paru klinis kasus Fibrosis (57,6%)
baru. Penebalan pleura (28,8%)
Kalsifikasi (22%).8
Musafiri dkk11 Pasien bekas TB dengan Retraksi dan fibrosis (64,3%)
keluhan sesak. Bronkiektasis (57,4%)
Kavitas (41,1%)
Bullae (10,4%).
Prabhakar Pasien bekas TB yang Bronkiektasis (53%)
dkk21 memiliki keluhan batuk Fibrosis (25%)
berdahak, sesak, demam dan Luluh paru 15%
batuk darah. Bola jamur 7%.
Menon dkk43 TB paru, mediastinal dan 40,36% memiliki sekuele,
pleuritis TB sekuele terbanyak:
Fibrosis (57%)
Kavitas (32%)
Bronkiektasid (6%)
Kalsifikasi (3,5%)
Gambaran bronkiektasis pada foto toraks dapat berupa: kepadatan yang pararel dan
linear, tram-track opacities, gambaran cincin ektasis menggambarkan penebalan
dan abnormalitas dinding bronkus yang melebar, opasitas pada percabangan
bronkus (terjadi bila bronkus dipenuhi oleh cairan) dan fibrosis peribronkial. High
resolution computerize tomography (HRCT) lebih sensitif dan spesifik bila
dibandingkan dengan foto toraks dalam mengevaluasi sekuele TB. Penelitian oleh
Bhalla dkk melakukan penilaian terhadap 162 sampel, bronkiektasis dapat dilihat
pada 124 sampel yang diperiksa HRCT sedangkan dengan foto toraks hanya dapat
ditegakkan diagnosis pada 71 sampel.40 Penelitian oleh Grenier dkk menyimpulkan
HRCT dapat digunakan sebagai baku emas dalam menetapkan diagnosis
bronkiektasis.44
Pemeriksaan fungsi paru dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis dan kualitas
gangguan yang terjadi pada sistem pernapasan. Hasil pemeriksaan fungsi paru
harus didukung dengan riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisis dan
pemeriksaan penunjang lainnya. Sekuele TB berhubungan dengan terjadinya
hambatan aliran udara kronik yang dapat ditemukan pada awal diagnosis, selama
terapi atau setelah terapi.48 Beratnya obstruksi saluran napas pada bekas TB
dipengaruhi oleh luasnya kerusakan paru, penundaan pengobatan, riwayat
pengobatan TB yang didapatkan, lama terapi, produksi sputum dan komorbid pada
pasien tersebut.49-51 PPOK merupakan komorbid utama (28%) diikuti oleh
hipertensi (12%), diabetes mellitus tipe 2 (5%) dan coronary artery disease (5%).21
Kim dkk mengikuti 159 pasien bekas TB dengan luluh paru, seratus dua puluh
delapan diantaranya (80,5%) mengalami hambatan aliran udara pernapasan.
Eksaserbasi lebih sering ditemukan pada pasien yang mengalami hambatan aliran
udara bila dibandingkan dengan yang tidak mengalami hambatan aliran udara
(89.1% vs 67.7%, p=0.009). Indeks massa tubuh merupakan faktor prediktor lain
untuk terjadinya eksaserbasi (HR 0.944, 95% CI 0.895~0.996). Penurunan nilai
VEP1 27 ml pertahun pada pasien dengan gangguan aliran udara, sedangkan pada
pasien tanpa gangguan aliran udara penurunan VEP1 sekitar 2 ml/tahun.54