Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAHAN DESA: “UNIT PEMERINTAHAN PALSU”

DALAM SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA


(Kasus Desa Jabon Mekar, Parung, Kabupaten Bogor)*

Hanif Nurcholis

Abstract

Rural government is the lowest level of Indonesian administrative system under regency or city and province. Its
existence under the Dutch colonial era is admitted as part of the colonial government’s recognition to customary
law. There was, however, a new dynamic in post-independence era, during which under Law No. 19/1965, its role
was diminished, and after the enactment of law No. 5/1979, its existence has been admitted again. Using its public
administration point of analysis, this paper generates question whether or not the rural government similar with
local state government, local self government or non-government organization. To answer this question, the writer
conducted field research in Jabon Mekar, applying observation method, combining with in-depth interview, document
studies. Data was also gathered from FGD, and further analyzed by using descriptive-qualitative method. From this
empirical research, the writer concludes that rural government could be considered as a pseudo-government body

Keywords: village administration, village government, local government, UU No. 5/1979, Jabon Mekar

Abstrak
Pemerintahan daerah di Indonesia terdiri atas dua lapis: provinsi dan kabupaten/kota. Di bawah kabupaten/
kota terdapat Pemerintahan Desa. Awalnya, pada zaman Belanda Pemerintahan Desa dijadikan sebagai
persekutuan rakyat pribumi di bawah pengaturan hukum adat. Akan tetapi, di bawah UU No. 19/ 1965 status
Pemerintahan Desa demikian dihapus. Kemudian UU No. 5/ 1979 membentuk model Pemerintahan Desa
baru. Dilihat dari perspektif administrasi negara, model baru tersebut memunculkan pertanyaan: apakah
ia daerah otonom, wilayah administrasi, organisasi nonpemerintah, atau komunitas. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut dilakukan penelitian di Desa Jabon Mekar-Bogor-Jawa Barat. Peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui pengamatan lapangan, wawancara mendalam, kajian
dokumen, dan FGD. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif. Penelitian ini menemukan
bahwa Desa Jabon Mekar adalah lembaga antara lembaga masyarakat dan lembaga pemerintah. Dengan
demikian, Pemerintahan Desa dalam sistem birokrasi pemerintah Indonesia adalah “unit pemerintahan
palsu”.
Kata Kunci: Pemerintahan Desa, pemerintahan lokal, administrasi negara, UU No. 5/1979, Jabon Mekar

I. PENDAHULUAN dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014


A. Latar Belakang khususnya Pasal 1- 95 (UU No. 6/ 2014).
UUD 1945 mengatur pemerintahan daerah Akan tetapi, Pemerintahan Desa yang diatur
di Indonesia terdiri atas provinsi, kabupaten/ dalam dua UU tersebut statusnya tidak jelas
kota, daerah khusus, daerah istimewa, dan dilihat dari disiplin ilmu administrasi negara.
kesatuan masyarakat hukum adat. Di luar lima Pemerintahan Desa yang diatur dalam UU No.
jenis pemerintahan daerah tersebut di bawah 32 Tahun 2004, Bab XI jo. UU No. 6 Tahun
kabupaten/kota juga terdapat Pemerintahan 2014 khususnya Pasal 1-95 adalah kelanjutan
Desa. Pemerintahan Desa diatur dalam Undang- Pemerintahan Desa bentukan Pemerintahan
Undang Nomor 32 Tahun 2004 khusunya Soeharto di bawah UU No. 5/ 1979. Perlu
Bab XI (UU No. 32/2004) kemudian diganti diketahui bahwa sebelum implementasi UU No.


*
Makalah ini dalam versi Inggrisnya dengan judul “Village Administration in Indonesia: A “Pseudo Government Unit”
dipresentasikan dalam International Conference of Korea Association of Public Administration, 24-27 Juni 2014 di Daegu, Korea
Selatan.

Hanif Nurcholis: Pemerintah Desa: "Unit Pemerintah Palsu"..... 79


5/1979 desa yang disebut dalam bahasa Belanda pemerintah dengan status aparatur sipil negara.
sebagai volksgemeenschappen diatur di bawah Kepala desa bukan pejabat negara dan perangkat
Inlandsche Gemeente Ordonanntie 1906 (IGO desa bukan aparatur sipil negara sebagaimana
1906) dan Inlandsche Gemeente Ordonanntie diatur dalam UU No. 5 Tahun 2014 tapi
Buitengewesten 1938 (IGOB 1938). Dalam pegawai pemerintah desa dengan status yang
pengaturan IGO 1906 dan IGOB 1938 desa tidak bisa diidentifikasi: bukan pegawai ASN,
atau volksgemeenschappen diserahkan kepada bukan pegawai honorer pemerintah, dan bukan
hukum adat masing-masing. IGO 1906 dan pegawai kontrak. Bahkan Sekretaris Desa yang
IGOB 1938 kemudian dihapus oleh UU No. di bawah UU No. 32/2004 diisi oleh aparatur
19/1965. Kemudian Pemerintahan Soeharto sipil negara, di bawah UU No. 6/2014 tidak
melalui UU No. 5/1979 bukan mengatur boleh lagi diisi oleh aparatur sipil negara.
kembali volksgemeenschappen yang telah dihapus
tersebut tapi membentuk lembaga baru dengan B. Metode Penelitian
struktur organisasi, fungsi dan tugas, dan tata Fenomena tersebut menimbulkan
kelola baru dengan nomenklatur Pemerintahan pertanyaan. Apa status Pemerintahan Desa
Desa. Kebijakan tersebut tidak berubah yang diatur dalam UU No. 32/ 2004 juncto UU
meskipun UU No. 5/ 1979 telah diganti dengan No. 6/2014 dalam sistem administrasi publik
tiga UU: 1) UU No. 22/ 1999; 2) UU No. 32/ Negara Kesatuan Republik Indonesia: sebagai
2004; dan 3) UU No. 6/ 2014. local state government, local self government,
Kebijakan tersebut menunjukkan agent of government, nongovernment organizaiton,
bahwa Negara bukan mengatur kembali atau community. Untuk menjawab pertanyaan
volksgemeenschappen tapi membentuk lembaga tersebut dilakukan penelitian lapangan di
baru. Pembentukan lembaga baru tersebut Desa Jabon Mekar, Kabupaten Bogor, Provinsi
mencakup struktur organisasi, kedudukan dan Jawa Barat. Desa Jabon Mekar dipilih dengan
tugas, pembentukan, penghapusan, dan/atau pertimbangan, 1) wilayahnya berada di daerah
penggabungan, perubahan menjadi kelurahan penyangga ibu kota; 2) masyarakatnya sudah
atau sebaliknya, tata cara pemilihan Kepala Desa, berciri urban; dan 3) sudah tidak memiliki
masa jabatan, urusan pemerintahan, penugasan, ciri-ciri adat tapi lembaga pemerintahannya
lembaga desa, keuangan, dan kerja sama. masih berupa lembaga tradisional bergaya
Melalui kebijakan tersebut terjadi adat. Penelitian ini menggunakan pendekatan
perubahan yang sangat mendasar pada lembaga kualitatif. Data diperoleh melalui pengamatan
rakyat desa. Lembaga rakyat desa sejak 1980 lapangan, studi peraturan perundang-undangan,
sampai sekarang bukan lagi sebagai tata kelola studi dokumen, wawancara mendalam, dan focus
pemerintahan adat tapi telah berubah menjadi group discussion. Pengamatan lapangan dilakukan
penyelenggara urusan pemerintahan formal di Desa Jabon Mekar, Kabupaten Bogor, Provinsi
yang diatur dalam peraturan perundang- Jawa Barat. Wawancara mendalam dilakukan
undangan. Lembaganya bukan lembaga adat kepada Kepala Desa, Sekretaris Desa, anggota
yang dibentuk komunitas yang berdasarkan Badan Permusyawartan Desa, pakar ilmu
hukum adat tapi lembaga bentukan Negara pemerintahan, dan pakar hukum tata negara.
melalui peraturan perundang-undangan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif
Dengan diaturnya lembaga desa oleh kualitatif. FGD dilakukan dengan di Lembaga
Negara dan diberi tugas menyelenggarakan Administrasi Negara dengan peserta wakil ketua
urusan pemerintahan mestinya pemerintah Pansus RUU Desa, Direktur Eksekutif Komite
desa berubah menjadi lembaga pemerintahan Pemantau Otonomi Daerah, Sekretaris Daerah
formal. Akan tetapi, faktanya tidak demikian. Kabupaten Tangerang, Sekretaris Asosiasi
Pemerintah desa tidak diselenggarakan Pemerintahan Desa, dan pejabat eselon II dan
oleh pejabat birokrasi negara atau pejabat III LAN.

80 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014


C. Kerangka Teori Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Teori yang digunakan untuk menganalisis Bogor Nomor 9 Tahun 2006 tentang Desa
status desa adalah teori desentralisasi Chema juncto Peraturan Desa Jabon Mekar Nomor 1
dan Rondinelli1 dan local government Gerry Tahun 2008 Tentang Struktur Organisasi dan
Stoker2. Menurut Chema dan Rondinelli Tata Kerja (SOTK) Pemerintahan Desa Jabon
pemerintah pusat dapat menyerahkan sebagian Mekar struktur organisasinya adalah sebagai
urusan pemerintahan kepada lima organisasi: berikut. Kepala Desa sebagai unsur pimpinan.
1) instansi vertikal; 2) wilayah administrasi; 3) Sekretaris Desa sebagai unsur staf yang dibantu
organisasi semi otonom; 4) daerah otonom; dan oleh enam kepala urusan: 1) Kepala Urusan
5) organisasi nonpemerintah. Desentralisasi Pemerintahan; 2) Kepala Urusan Pembangunan;
terdiri atas empat bentuk: 1) dekonsentrasi; 3) Kepala Urusan Keuangan; 4) Kepala
2) devoluisi; 3) delegasi; dan 4) penyerahan Urusan Kemasyarakatan; 5) Kepala Urusan
fungsi pemerintahan kepada lembaga Administrasi; 6) Kepala Urusan Umum. Di
swasta atau privatisasi. Materi desentralisasi samping itu, Kepala Desa juga dibantu pejabat
adalah penyerahan perencanaan, pembuatan pelaksana wilayah dan pejabat pelaksana teknis.
keputusan, atau kewenangan administrasi dari Unsur pelaksana wilayah terdiri atas dua orang
pemerintah pusat kepada unit pemerintahan Kepala Dusun dan dua orang pelaksana teknis:
cabangnya, unit administrasi lokal, organisasi Pegawai Pembantu Pencatat Nikah (P3N) dan
semi otonom dan parastatal, pemerintah Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas).
daerah, dan organisasi non pemerintah. Stoker Dilihat dari pendidikannya, Kepala Desa
menjelasksan bahwa pemerintahan daerah adalah lulusan SMA dan sekarang sedang
terdiri atas lembaga pemerintah yang berada menempuh S1. Sekretaris Desa lulusan SMA
di luar kantor pusat yang pengisian pejabatnya dan sedang menempuh S1. Semua perangkat
dipilih atau tidak dipilih. Pemerintah daerah desa lulusan SMP kecuali seorang yang masih
dibentuk oleh pemerintah pusat dengan lulusan SD. Selain Sekretaris Desa, semua
Undang-Undang. Pemerintah daerah baik yang perangkat desa belum pernah mendapatkan
pejabatnya dipilih maupun ditunjuk sepenunya pelatihan teknis dari Kecamatan Parung dan/
dibiayai oleh pemerintah pusat: infrastruktur, atau dari Kabupaten Bogor.
anggaran, status kepegawaian dan gaji Adapun struktur organisasi Pemerintah
pegawai, kegiatan operasional, peralatan, dan Desa Jabon Mekar adalah sebagai berikut:
teknologinya. Fungsi dan tugas Pemerintahan Desa
Jabon Mekar adalah, (1) penyelenggaraan
II. HASIL PENELITIAN urusan rumah tangga desa; (2) pelaksanaan
A. Lokasi dan Struktur Organisasi Desa tugas di bidang pembangunan; (3) pembinaan
Jabon Mekar kemasyarakatan pembinaan perekonomian
Desa Jabon Mekar merupakan salah desa di desa; (4) pembinaan peningkatan partisipasi
wilayah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor, dan gotong royong masyarakat; (5) pembinaan
Provinsi Jawa Barat. Luas wilayahnya adalah ketentraman dan ketertiban masyarakat;
217.095 ha yang terbagi atas dua dusun. Jumlah (6) pelaksanaan musyawarah penyelesaian
penduduknya sampai akhir tahun 2012 adalah perselisihan masyarakat desa; (7) penyusunan
sebanyak 8.602 jiwa. Letaknya kurang lebih 50 dan pengajuan rancangan peraturan desa; (8)
Km barat daya Provinsi DKI Jakarta. pelaksanaan tugas yang dilimpahkan kepada
pemerintah desa.
Pengisian Kepala Desa dilakukan melalui
1
Chema, G. Shabbir, dan Rondinelli, Dennis A., ed., 1983.
pemilihan secara langsung. Kandidat yang
Decentralization and Development, Policy Implementation in
Developing Countries. London: Sage, hlm. 18-19 mendapat suara terbanyak ditetapkan sebagai
2
Stoker, Gerry, 1991, The Politics of Local Government. Kepala Desa dan dilantik oleh Bupati. Adapun
London: MacMillan

Hanif Nurcholis: Pemerintah Desa: "Unit Pemerintah Palsu"..... 81


Gambar 1
Struktur Organisasi Pemerintah Desa Jabon Mekar

KEPALA DESA BPD

SEKDES

Kaur Pemer

P3N Kadus I Kaur Pemb.

Linmas Kadus II Kaur Keu

Kaur Kemasy

Kaur Adm

Kaur Um

Sumber: Papan Monografi Desa Jabon Mekar

pengisian perangkat desa diajukan oleh mendapatkan hak-hak kepegawaian. Perangkat


Kepala Desa dan diangkat oleh Bupati. Tata desa yang menjabat sekarang semuanya baru
cara pemilihan Kepala Desa dan pengisian karena perangkat desa lama diganti oleh Kepala
perangkat desa menggunakan aturan yang Desa baru. Di Kabupaten Bogor terdapat
dibuat pemerintah atasan, bukan berdasarkan kebiasaan “bedol desa” yaitu perangkat desa
hukum adat. lama diganti oleh Kepala Desa baru jika Kepala
Di samping Kepala Desa juga dibentuk Desa incumbent tidak menjabat lagi. Perangkat
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai desa yang sedang menjabat diganti dengan
mitra Kepala Desa dalam penyelenggaraan perangkat desa baru oleh Kepala Desa baru
Pemerintahan Desa. BPD mempunyai tugas yang direkrut dari para pendukungnya/ tim
membuat peraturan desa bersama dengan suksesnya saat yang bersangkutan mengikuti
Kepala Desa, menyusun anggaran, dan pemilihan Kepala Desa.
menyalurkan aspirasi rakyat. Anggota BPD Dalam hal pelatihan yang terkait dengan
berasal dari ketua-ketua RT dan RW dan tugasnya, Sekretaris Desa pernah mengikuti
tokoh-tokoh masyarakat. Tata cara pemilihan pelatihan tentang tata kelola Pemerintahan
anggota BPD, fungsi dan tugas, dan mekanisme Desa hanya dua kali selama menjabat. Adapun
kerjanya berdasarkan peraturan perundang- perangkat desa di luar Sekretaris Desa tidak
undangan yang dibuat pemerintah atasan, pernah mengikuti pelatihan sama sekali.
bukan berdasarkan hukum adat. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
Berdasarkan struktur organisasi pada sebagai perangkat desa berasal dari kebiasaan,
gambar 1 Pemerintahan Desa diselenggarakan pengamalan, dan pengalaman saja. Oleh
oleh 12 orang aparatur: seorang Kepala Desa, karena itu, semua pekerjaan desa bertumpu
seorang Sekretaris Desa, dan 10 orang staf. pada Sekretaris Desa.
Satu-satunya perangkat desa yang berstatus
sebagai aparatur sipil negara adalah Sekretaris B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
Desa. Lainnya adalah pegawai pemerintah desa Jabon Mekar
dengan honor dari Kabupaten Bogor sebesar Pendapatan pemerintah desa berasal
Rp150.000,00 per bulan dan diterimakan dari pendapatan asli desa, hasil swadaya dan
setiap tiga bulan sekali. Mereka bukan aparatur partisipasi masyarakat, hasil gotong royong,
sipil negara tapi semacam pegawai honorer bagi hasil pajak dan restribusi daerah, bantuan
lepas karena sewaktu-waktu bisa diganti tanpa keuangan dari Pemerintahan, Pemerintahan

82 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014


Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota rakyat. Adapun Anggaran Belanja terdiri atas
(kinerja), dan dana bantuan dari pemerintah belanja tidak langsung, belanja subsidi, belanja
kabupaten (imbal swadaya). Pendapatan hibah, belanja langsung, belanja barang dan
asli berasal dari pungutan kepada penduduk jasa, belanja modal, dan belanja tidak terduga.
yang minta pelayanan surat keterangan. Desa Jabon Mekar tidak mempunyai tanah
Misal, penduduk yang minta surat pengantar ulayat yang merupakan aset utama kesatuan

Tabel 1
APBDesa Tahun Anggaran 2012
No. Uraian Rupiah
I Pendapatan
1) Pendapatan Asli Desa 236.733.000
2) Hasil swadaya dan partisipasi masyarakat 200.000.000
3) Hasil Gotong Royong 58.000.000
4) Dana Perimbangan
5) Bagi hasil pajak dan restribusi daerah 132.152.814
6) Alokasi Dana Desa 90.687.557
7) Dana PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) 100.000.000
8) Bantuan Pemerintah, Propinsi, dan Kabupaten 15.000.000
9) Hibah (dari Pemerintah/ Organisasi Swasta/ Kelompok Masyarakat/Perorangan) 30.000.000
10) Bantuan Kabupaten Bogor 50.000.000
11) Sumbangan Donatur 70.000.000
Jumlah 982.573.372

I Belanja
1 Belanja Tidak Langsung (Pegawai dan Penghasilan Tetap) 130.800.000
2 Tambahan Penghasilan Aparatur Desa 24.600.000
3 Tunjangan Kehormatan anggota BPD 10.040.000
4 Belanja Operasional Kepala Desa, Perangkat Desa, dan BPD 17.000.000
5 Belanja Subsidi 15.480.000
6 Santunan Yatim 83.650.000
7 Biaya Peringatan Hari-hari Besar Islam dan Nasional 37.460.000
8 Belanja Tidak terduga 15.000.000
II Belanja Langsung 37.500.000
II.1 Belanja Barang dan Jasa 527.912.437
II.2 Belanja Modal 18.500.000
II.3 Belanja Tidak Terduga 30.000.000
JUMLAH 982.573.371
Sumber: Buku Administrasi Desa Jabon Mekar

mendapatkan KTP, SIM, sertifikat tanah, masyarakat hukum adat. Sekretaris Desa
surat keterangan catatan kepolisian, surat izin menjelaskan bahwa berdasarkan cerita orang
bangunan, dan surat jual beli tanah dikenakan tua, Desa Jabon Mekar dulu mempunyai tanah
biaya antara Rp50.000 – Rp100.000. Hasil desa tapi sekarang sudah tidak mempunyai lagi.
swadaya dan partisipasi masyarakat dan hasil Tanah yang dimiliki Desa Jabon Mekar adalah
gotong royong tidak berupa uang tapi berupa satu lahan yang sekarang ditempati bangunan
tenaga yang dinilai dengan uang. Bagi hasil kantor desa dan SD Negeri Jabon Mekar.
pajak dan restribusi daerah berasal dari upah
pungut penarikan Pajak Bumi dan Bangunan. III. PEMBAHASAN
Alokasi dana desa berasal dari APBD Pada masa kolonial Belanda Desa diatur di
Kabupaten Bogor dari dana perimbangan yang bawah IGO 1906 dan IGOB 1938. Di bawah
diperoleh dari APBN. Dana Program Nasional dua Peraturan Pemerintah Hindia Belanda
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) berasal tersebut Desa diakui sebagai badan hukum yang
dari pemerintah pusat untuk membangun infra tata kelolanya diserahkan kepada hukum adat
struktur desa dan pemberdayaan ekonomi masing-masing. Dalam bahasa Belanda, desa

Hanif Nurcholis: Pemerintah Desa: "Unit Pemerintah Palsu"..... 83


disebut voklsgemeenschappen, daerah persekutuan Strukturorganisasipemerintahdesabentukan
masyarakat pribumi berdasarkan hukum adat. rezim Orde Baru (Gambar 2) merupakan jiplakan
Setelah Indonesia merdeka secara de jure pemerintahan ku zaman pendudukan Jepang
Gambar 2
Struktur Organisasi Pemerintah Menurut UU No. 5/ 1979

KEPALA DESA LMD

SEKDES

Kaur Pemer
Kadus Kadus
Kaur Pemb.
RW
Kadus Kadus
Kaur Umum

Kaur Kesra

RT Kaur Keu.

Sumber: UU No. 5/ 1979 dan Peraturan Pelaksanaanya

voklsgemeenschappen dihapus oleh UU No. 1/ di bawah Osamu Seirei Nomor 27/ 1942 dan
1945, UU No. 22/ 1948, UU No. 1/ 1957, UU Nomor 28/ 1942 dan peraturan pelaksanaanya.
No. 18/ 1965, dan UU No. 19/1965. Akan tetapi, Melalui dua UU tersebut Pemerintah bala
secara de facto tata kelola Pemerintahan Desa tentara Jepang menghapus daerah persekutuan
masih ala voklsgemeenschappen sampai dengan masyarakat pribumi berdasarkan hukum
pemberlakuan UU No. 5/ 1979 karena UU No. adat (volksgemeenschappen) lalu pada bekas
1/ 1945, UU No. 22/ 1948, UU No. 1/ 1957, volksgemeenschappen dibentuk lembaga baru
UU No. 18/ 1965, dan UU No. 19/1965 belum dengan nomenklatur ku (desa), aza (rukun
diimplementasikan. Kemudian pada tahun warga), dan tonarigumi (rukun tetangga). Ku
1966 terjadi pergantian kekuasaan: dari Orde dipimpin oleh kuchoo (Kepala Desa) dan dibantu
Lama ke Orde Baru. Pemerintahan Orde Baru oleh seorang juru tulis, lima mandor, seorang
membekukan UU No. 19/ 1965. polisi desa, dan seorang amir (pejabat agama).
Pemerintahan Soeharto kemudian Kuchoo dipilih secara langsung dengan masa
mengundangkan UU No. 5/ 1979. UU No. 5/ 1979 bakti empat tahun3. Kuchoo membawahi azachoo
tidak mengatur kembali voklsgemeenschappen tapi (ketua rukun warga) dan azachoo membawahi
membentuk lembaga baru dengan nomenklatur tonarogumichoo (ketua rukun tetangga). Ku,
Pemerintahan Desa pada bekas wilayah aza, dan tonarigumi tidak dimasukkan ke dalam
volksgemeenschappen dan berlaku di seluruh sistem pemerintahan tapi tetap sebagai lembaga
Indonesia. Lembaga baru ini terdiri atas Kepala masyarakat di bawah kontrol Negara.
Desa dan Lembaga Musyawarah Desa (LMD). Sebagai bukti bahwa model pemerintah desa
Kepala Desa dibantu oleh Sekretaris Desa, Kepala- di bawah UU No. 5/1979 adalah jiplakan model
Kepala Urusan, dan Kepala Dusun. Di samping pemerintah ku, perhatikan struktur organisasi
itu, Pemerintahan Soeharto juga menghidupkan ku pada gambar 3 Struktur organisasi ku sama
lembaga aza dan tonorigumi bentukan Pemerintah dengan struktur organisasi Pemerintahan Desa
bala tentara Jepang dengan nama baru: aza (gambar 2) dengan sedikit perbedaan: 1) nama
menjadi Rukun Warga dan tonarigumi menjadi 3
Suhartono, et.al., 2001, Politik Lokal, Parlemen Desa: Awal
Rukun Tetangga. Perhatikan gambar 2! Kemerdekan sampai Jaman Otonomi Daerah, Yogyakarta:
Lapera Pustaka Utama, hlm. 49

84 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014


Gambar 3
Struktur Organisasi Ku

Kuchoo

Juru Tulis

Polisi Desa Mandor I


Azachoo
Mandor II
Amir
Mandor III
Tonarogumichoo
Mandor IV

Mandor V

Sumber: Diolah dari Osamu Seirei No.27/ 1942, No. 28/ 1942 dan Peraturan
Pelaksanaanya
jabatan dan 2) tiadanya LMD. Nama jabatan Meskipun UU No. 5/1979 diganti dengan
pada Pemerintah Desa ala UU No. 5/1979 UU No. 22/1999 tapi struktur organisasinya
adalah Kepala Desa, Sekretaris Desa, kepala tetap sama dengan struktur organisasi
dusun, dan kepala urusan sedangkan pada Ku pemerintah desa ala UU No. 5/1979 yang
adalah kuchoo, juru tulis, mandor, amir, polisi menjiplak struktur organisasi Ku zaman Jepang.
desa, azachoo, dan tonarigumichoo. Pemerintah Demikian juga meskipun UU No. 22/1999
Desa mempunyai LMD sedangkan Ku tidak diganti lagi dengan UU No. 32/2004, struktur
mempunyai LMD. organisasi pemerintah desa tetap sama dengan
Gambar 4
Struktur Organisasi Pemerintah Desa Menurut UU No. 22/ 1999
dan UU No. 32/ 2004

KEPALA DESA BPD

SEKDES

Kaur Pemer
Pelaskana Teknnis Kadus I Kaur Pemb.
Pelaksana Teknis Kadus II
Kaur Kesra
RW
Kadus III
Kaur Umum

RT

Sumber: UU No. 32/ 2004 dan PP No. 72/ 2005

Hanif Nurcholis: Pemerintah Desa: "Unit Pemerintah Palsu"..... 85


struktur organisasi pemerintah desa ala UU desa tetap sama dengan struktur organisasi
No. 5/1979 yang bersumber dari struktur pemerintah desa ala UU No. 5/1979 yang
organisasi Ku. Hal ini dapat dilhat pada gambar menjiplak struktur organisasi Ku. Perhatikan
4! Gambar 4 memperlihatkan bahwa struktur gambar 5! Gambar 5 adalah struktur organisasi
organisasi pemerintah desa di bawah UU pemerintah desa menurut UU No. 6/2014
No. 22/1999 dan UU No. 32/2004 tidak jauh dan PP No. 43/2014. Gambar 5 sama dengan
berbeda dengan struktur organisasi pemerintah gambar 4 dengan tambahan lembaga baru:
desa ala UU No. 5/1979 yang bersumber dari Musyawarah Desa. Dengan memperhatikan
struktur organisasi Ku. Hanya dua hal yang gambar 5, gambar 4, gambar 3, dan gambar
membedakan: 1) lembaga mitra Kepala Desa 2 tampak bahwa semuanya bersumber dari
dan 2) adanya staf pelaksana teknis. Kalau pada gambar 3: struktur organisasi ku, masa
UU No. 5/1979 nomenklatur lembaga mitra pemerintahan militer Jepang, bukan bersumber
Kepala Desa adalah Lembaga Musyawarah dari volksgemeenschappen yang diakui IGO 1906
Desa (LMD) dan di bawah Kepala Desa tidak dan IGOB 1938.
terdapat staf pelaksana teknis sedangkan Sejak pemberlakuan UU No. 5/1979 jo
sedangkan pada UU No. 22/ 1999 nomenklatur UU No 22/1999 jo UU No. 32/2004 jo UU No.
lembaga mitranya adalah Badan Perwakilan 6/2014 struktur organisasi, fungsi dan tugas, dan
Gambar 5
Struktur Organisasi Pemerintah Menurut UU No. 6/ 2014

MUSYAWARAH DESA

KEPALA DESA BPD

SEKDES

Kaur
Pelaskana Teknnis Kadus I Kaur
Pelaksana Teknis Kadus II Kaur
RW
Kadus III

RT

Sumber: UU No. 6/ 2014 dan PP No. 43/ 2014

Desa (BPD) dan pada UU No. 32/2004 adalah tata kelola pemerintah desa berubah menjadi
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan satu model yang bersumber dari ku zaman
tambahan staf pelaksana teknis di bawah Jepang. Kelembagaan volksgemeenschappen
Kepala Desa. di bawah IGO 1906 dan IGOB 1938 yang
Meskipun UU No. 32/ 2004 yang mengatur beragam yang mencakup susunan organisasi,
Desa dicabut dan diganti dengan UU No. fungsi, tugas, mekanisme kerja dan sebutan
6/2014 tapi struktur organisasi pemerintah jabatan, dan kepemilikian benda materiil dan

86 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014


immateriil dihapus dan diganti dengan model state government, atau agent of government tapi
baru. Di Jawa, kelembagaan desa yang semula kesatuan masyarakat. Dengan status demikian,
terdiri atas kumpulan/ rembug desa, Lurah, dan Pemerintah Desa tidak diselenggarakan oleh
Pamong Desa dihapus. Sebutan lurah dirubah Pegawai Negeri Sipil atau Aparatur Sipil
menjadi Kepala Desa. Jabatan adat dihapus: Negara. Kepala Desa dan perangkat desa yang
Carik, Kamituwa, Kebayan, Ulu-Ulu, Modin, terdiri atas Sekretaris Desa, Kepala Urusan,
Jagabaya, Jagatirta, dan Bekel kemudian dibuat dan Kepala Dusun adalah pengurus kesatuan
jabatan baru yaitu Sekretaris Desa, kepala masyarakat. Mereka tidak mendaptkan gaji
Urusan, Kepala Dusun, dan staf pelaksana dari Negara tapi mendapatkan honorarium
teknis. Demikian halnya di luar Jawa. berdasarkan kebiasaan setempat: hak garap
Desa Jabon Mekar dan semua desa di atas tanah bengkok, uang jasa pelayanan, uang
Indonesia diatur berdasarkan UU No. 5/1979 saksi, uang pologoro/ jasa jual beli tanah, dan
jo. UU No. 22/1999 jo. UU No. 32/2004 jo. lain-lain4.
UU No. 6/2014. Semua UU tersebut tidak UU No. 22/ 1999, UU No. 32/ 2004, dan
mengatur kembali volksgemeenschappen tapi UU No. 6/ 2014 melanjutkan status Desa
membentuk lembaga desa baru. Di bawah di bawah UU No. 5/1979. Salah satu Desa
UU No. 5/1979 terbentuk lembaga desa baru Orde Baru yang masih eksis sampai sekarang
dengan nomenklatur Pemerintahan Desa. adalah Desa Jabon Mekar. Desa Jabon Mekar
Untuk memudahkan pembahasan lembaga adalah desa yang diatur di bawah UU No.
desa baru disebut dengan Desa Orde Baru. 5/1979 jo. UU No. 22/1999 jo. UU No. 32/
Desa Orde Baru dibentuk tidak berdasarkan 2004 jo. UU No. 6/2014. Desa Jabon Mekar
keberadaan volksgemeenschappen yang diakui adalah prototipe Desa Orde Baru, bukan
IGO 1906 dan IGOB 1938 tapi berdasarkan prototipe volksgemeenschappen. Dilihat dari
pemerintahan ku masa penjajahan Jepang. teori desentralisasi, Desa Jabon Mekar tidak
Pengganti UU No. 5/1979 yaitu UU No. termasuk dalam empat organisasi di luar
22/1999, UU No. 32/2004, dan UU No. 6/2014 pemerintah pusat yang menerima penyerahan
hanya melanjutkan keberadaan Desa Orde urusan pemerintahan dari pemerintah pusat.
Baru dengan penambahan lembaga LMD/ Menurut Chema dan Rondinelli5,
BPD, penambahan staf pelaksana teknis, dan Decentralization is the transfer of planning,
tambahahan kewenangan. decission making, or administrative authority
Sebagaimana ku zaman Jepang yang tidak from the central government to its organizations,
dimasukkan ke dalam struktur pemerintahan local administrative units, semi-autonomous and
resmi, desa di bawah UU No. 5/1979 jo. UU parastatal organization, local government, or
nongovernment organization.
No. 22/1999 jo. UU No. 32/2004 jo. UU No.
6/2014 juga tidak dimasukkan ke dalam Jadi, menurut G. Shabbir Chema dan
struktur pemerintahan formal. UU No. 5/1979 Dennis A. Rondinelli organisasi yang menerima
mendudukkan desa sebagai kesatuan masyarakat urusan pemerintahan dari pemerintah pusat
di bawah Camat. Pasal 1 a mendefinisikan Desa terdiri atas lima organisasi: 1) organisasi milik
sebagai berikut. pemerintah pusat di daerah yang di Indonesia
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh dikenal dengan instansi vertikal; 2) wilayah
sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat administrasi; 3) organisasi semi otonom yang
termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat menerima fungsi-fungsi publik dari pemerintah
hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan pusat; 4) pemerintah daerah; dan 5) organisasi
terendah langsung di bawah Camat.
4
Nurcholis, Hanif, 2011, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan
Jadi, berdasarkan dengan UU No. 5/ 1979 Pemerintahan Desa, Jakarta: PT Penerbit Erlangga
Desa bukan satuan pemerintahan formal: 5
Chema, G. Shabbir, and Rondinelli, Dennis A., ed. (1983),
instansi vertikal, local self government, local Decentralization and Development, Policy Implementation in
Developing Countries. London: Sage, hlm. 18

Hanif Nurcholis: Pemerintah Desa: "Unit Pemerintah Palsu"..... 87


non pemerintah. Instansi vertikal adalah Desa Jabon Mekar dibentuk oleh
lembaga pemerintah di bawah kementerian pemerintah pusat melalui peraturan perundang-
yang dibentuk di luar kantor pusatnya baik undangan tapi tidak desain sebagai instansi
di provinsi, kabupaten, maupun kecamatan. vertikal dari kementerian pusat. Ia bukan
Misalnya, Kementerian Agama mempunyai cabang dari kementerian dalam negeri dan
instansi vertikal di provinsi dengan nomenklatur semua kementerian sektoral lainnya. Ia bukan
Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, cabang dari kementerian dalam negeri karena
Kementerian Agama Kabupaten Demak, kementerian dalam negeri tidak menempatkan
Kementerian Agama Kantor Urusan Agama pejabat, staf, dan infra strukturnya di Desa
Kecamatan Sayung. Wilayah administrasi adalah Jabon Mekar. Ia juga bukan cabang dari
lembaga pemerintah yang dibentuk berdasarkan kementerian sektoral karena kementerian
asas dekonsentrasi di bawah Kementerian sektoral pusat tidak menempatkan pejabat,
Dalam Negeri sebagai pelaksana urusan umum staf, dan infra strukturnya di Desa Jabon Mekar.
pemerintahan berdasarkan asas dekonsentrasi. Ia hanya kesatuan masyarakat yang diberi tugas
Misalnya, dalam zaman Orde Baru di Daerah pemerintahan oleh pemerintah atasan di bawah
Tingkat I dibentuk pemerintah wilayah kontrol camat.
administrasi provinsi, dalam Daerah Tingkat Desa Jabon Mekar juga tidak didesain
II dibentuk pemerintah willayah administrasi sebagai local self government. Desa Jabon Mekar
kabupaten/kotamadya, di bawah pemerintah bukan local self government karena ciri utama
willayah administrasi kabupaten/kotamadya local self government adalah adanya council,
dibentuk pemerintah wilayah administrasi kota dewan yang dipilih oleh rakyat daerah melalui
administratif, di bawah pemerintah wilayah pemilihan secara demokratis. Council inilah
administrasi kota administratif dibentuk atas nama rakyat membuat kebijakan bersama
pemerintah wilayah kecamatan, dan bawah dengan badan pelaksana pemerintahan
pemerintah wilayah administrasi kecamatan kemudian dilaksankaan oleh birokrat daerah
dibentuk pemerintah wilayah administrasi melalui dinas-dinas daerah. Desa Jabon Mekar
kelurahan. Wilayah administrasi disebut juga tidak mempunyai council dimaksud dan tidak
sebagai local state government. Organisasi semi mempunyai birokrat daerah dengan dinas-
otonom yang melaksanakan fungsi publik dinas daerahnya. Kepala Desa bukan pejabat
dari pemerintah pusat adalah organisasi yang negara dan perangkat desa bukan birokrat
dibentuk oleh pemerintah pusat dan/ atau daerah. Desa Jabon Mekar tidak mempunyai
daerah dengan tugas melaksakan sebagian kantor dinas pelaksana urusan pemerintahan
fungsi publik. Misalnya, PT PLN. PT PLN yang diserahkan pemerintah pusat.
adalah lembaga yang dibentuk oleh pemerintah Berdasarkan pandangan Gerry Stoker, Desa
pusat yang diberi tugas menyelenggarakan Jabon Mekar juga tidak termasuk varian local
urusan publik yaitu menyediakan energi listrik government. Menurut Stoker6 local government
kepada masyarakat. Pemerintah daerah adalah terdiri atas elected local government and non-
lembaga yang dibentuk pemerintah pusat elected local government. Elected local government
yang diberi kewenangan mengatur (regeling) terdiri atas county/ regions dan districts sedangkan
dan mengurus (bestuur) urusan pemerintahan non-elected local government terdiri atas central
yang diserahkan kepadanya berdasarkan asas government’s arm’s-length agency, local authority
desentralisasi/ devolusi. Pemerintah daerah implementation agency, public/private partnership
yang mempuyai otonomi lazim disebut local self organization, user organization, inter-governmental
government. Organisasi non pemerintah adalah forum, dan joint boards. Desa Jabon Mekar
organisasi yang dibentuk oleh masyarakat sipil. tidak termasuk dalam kategori dua varian local
Misalnya, koperasi, yayasan, dan perkumpulan- 6
Stoker, Gerry. (1991). The Politics of Local Government.
perkumpulan masyarakat. London: MacMillan, hlm. 30-66

88 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014


government tersebut karena pejabatnya bukan pemerintah struktur organisasi, fungsi, tugas,
pejabat pemerintahan formal. dan wewenangnya dibentuk sepenuhnya oleh
Desa Jabon Mekar juga tidak didesain sebagai masyarakat sipil yang membentuknya. Desa
wilayah administrasi, local state government. Local Jabon Mekar struktur organisasi, fungsi, tugas,
state government adalah satuan pemerintahan dan wewenangnya sepenuhnya ditentukan
yang dibentuk oleh pemerintah pusat berdasarkan Negara.
asas dekonsentrasi untuk menyelenggarakan Jika demikian, apakah Desa Jabon Mekar
urusan pemerintahan umum. Berdasarkan community? Horton and Hunt7 menjelaskan
UU No. 32/ 2004 semua local state government bahwa salah satu ciri community is whose
dihapus: pemerintah administrasi provinsi, members can act collectively in an organized
pemerintah administrasi kabupaten/kotamadya, manner. Pemerintah Desa Jabon Mekar bukan
pemerintah administrasi kota administratif, alat untuk menyelenggarakan kepentingan
pemerintah administrasi kecamatan, dan community tapi alat Negara menyelenggarakan
pemerintah administrasi kelurahan. Desa urusan pemerintahan. Semua perangkat
Jabon Mekar memang ditempatkan di bawah organisasi tidak dibuat oleh community secara
Kecamatan Parung tapi ia bukan local state independent tapi ditetapkan oleh Negara melalui
government karena Kementerian Dalam Negeri peraturan perundang-undangan. Direktur
tidak menempatkan korps pamong praja dan Eksekutif KPPOD8 menjelaskan bahwa desa
infrastrukturnya di Desa Jabon Mekar untuk adalah gabungan antara community dan local self
melaksanakan urusan pemerintahan umum. Ia government. Akan tetapi, faktanya Pemerintah
hanya kesatuan masyarakat yang diberi tugas Desa Jabon Mekar bukan instrument rural
pemerintahan oleh pemerintah atasan. community dan juga bukan local self government
Desa Jabon Mekar juga bukan organisasi karena tidak mendapat penyerahan urusan
bentukan pemerintah pusat untuk pemerintahan berdasarkan asas desentralisasi
melaksaksanakan sebagian fungsi pelayanan dan menerima anggaran perimbangan dari
publik seperti PT PLN (Perusahaan Listrik pemerintah pusat.
Negara) yang melaksanakan fungsi publik Dengan keadaan demikian, status pemerintah
bidang penyediaan energi listrik, PT TELKOM desa adalah antara satuan pemerintahan dan
yang melaksanakan fungsi pelayanan publik organisasi kemasyarakatan. Ia disebut sebagai
bidang pelayanan telekomunikasi, atau PD satuan pemerintahan karena dibentuk Negara,
AM (Perusahaan Daerah Air Minum) yang diberi kewenangan menyelenggarakan urusan
melaksanakan fungsi pelayanan publik bidang pemerintahan, dan sebagian anggarannya
penyediaan air bersih. Desa Jabon Mekar tidak berasal dari Negara. Akan tetapi, sebagaimana
melaksanakan funggsi pelayanan publik secara pendapat Ryas Rasyid9 ia adalah self governing
spesifik demikian tapi melaksanakan semua community karena penyelenggaranya bukan
fungsi pemerintahan dari pemerintah atasan pejabat negara atau aparatur sipil negara. Oleh
tapi yang melaksanakannya bukan aparatur karena itu, dilihat dari ilmu pemerintahan,
sipil negara dan juga bukan pegawai perusahaan hukum tata negara, dan ilmu administrasi publik,
seperti pegawai PT PLN, PT TELKOM, atau ia adalah “pseudo government unit atau unit
PD AM. pemerintahan palsu”. Ia disebut sebagai “pseudo
Desa Jabon Mekar juga bukan organisasi government unit atau unit pemerintahan palsu”
non pemerintah yang diberi tugas oleh karena tiga alasan. Pertama, ia adalah organ
negara melaksanakan sebagian fungsi publik negara tapi tidak diselenggarakan oleh pejabat
seperti Yayasan Lembaga Bantuan Hukum.
7
Horton, Paul B. and Hunt, Chesteer L., 1984, Sociology.
Organisasi non pemerintah dibentuk oleh
Tokyo: McGraw-Hill, hlm. 446.
masyarakat sipil sedangkan Desa Jabon Mekar 8
Dalam forum group discussion di Lembaga Administrasi
dibentuk oleh Negara. Pada organisasi non Negara, 2013
9
Wawancara dengan Prof. Dr. Ryas Rasyid

Hanif Nurcholis: Pemerintah Desa: "Unit Pemerintah Palsu"..... 89


birokrasi negara. Kedua, kewenangan, fungsi, Politik desa demikian tidak jauh berbeda
dan tugasnya adalah memberikan public service, dengan politik desa pemerintah kolonial
melakukan pembangunan untuk menumbuhkan Jepang. Menurut Kurusawa12 kebijakan
ekonomi rakyat, dan memberikan perlindungan Pemerintah Kolonial Jepang membentuk
kepada rakyat10 demi menyejahterakan pemerintahan ku, aza, dan tonarigumi ditujukan
masyarakat desa tapi Kepala Desa dan perangkat untuk mobilisasi dan kontrol rakyat dalam
desanya tidak mempunyai kapasitas untuk itu. rangka memenangkan perang Asia Timur Raya.
Kepala Desanya hanya lulusan SMA, Sekretaris Dalam rangka mobilisasi dan kontrol penduduk
Desanya lulusan SMA, dan perangkatnya tersebut Pemerintah juga membentuk lembaga
desanya lulusan SMP yang tidak mendapatkan lain seperti Heiho (pembantu tentara), Keibodan
pendidikan dan pelatihan yang berkenaan (pembantu polisi), Seinendan (barisan pemuda),
dengan tugasnya. Kepala Desa dan perangkat dan Bujingkai (barisan perempuan) di desa.
desa tidak mendapatkan gaji tetap setiap bulan Semua lembaga tersebut dibentuk dan dikontrol
dari Negara sesuai standar gaji PNS/ASN. Negara agar mudah untuk memobilisasi
Mereka hanya mendapat honor dari uang yang penduduk demi kepentingan Pemerintah.
ditarik dari masyarakat yang memerlukan surat Kebijakan Negara berdasarkan mobilisasi dan
publik dan honorarium dari Pemkab Bogor yang kontrol adalah model pemerintahan fascis
sangat kecil. Ketiga, sejak dibentuk melalui UU Jepang. Dengan cara ini kepentingan dan
No. 5/ 1979 anggaran untuk penyelenggaraan tujuan pemerintah dapat dicapai secara efektif
Pemerintahan Desa tidak berasal dari Negara dan dapat menjangkau sampai rakyat tanpa
tapi dari gotong royong adat, lelang tanah kas harus mengeluarkan biaya banyak dengan
desa, upah pungut pajak, dan penarikan uang menggunakan agen-agen pemerintah resmi:
dari rakyat yang minta surat publik ke kantor Gubernur, Bupati, dan Camat.
desa. Presiden Soeharto yang bekas komandan
Dengan status sebagai “unit pemerintahan PETA13 menjiwai nilai-nilai fascisme Jepang
palsu” pemerintah desa tidak kompeten dan karena membuat kebijakan yang sama
kapabel menyelenggarakan public service yang terhadap desa. Melalui UU No. 5/ 1979 Negara
berdampak kepada kesejahteraan rakyat menghapus kesatuan masyarakat hukum adat
desa. Penelitian Setyoko11 menyimpulkan (volksgemeenschappen) lalu pada bekas wilayah
bahwa pemerintah desa gagal mewujudkan kesatuan masyarakat hukum adat tersebut
akuntabilitas administrasi keuangan Alokasi dibentuk lembaga baru dengan nomenklatur
Dana Desa (ADD) baik horisontal maupun Pemerintahan Desa. Lembaga desa dirubah
vertikal karena aparatur desa, (1) tidak total: dari sebagai tata kelola pemerintahan
mempunyai kemampuan yang memadai; adat menjadi tata kelola pemerintahan Negara.
(2) tidak ada sanksi tegas dari pemerintah Akan tetapi, statusnya bukan sebagai lembaga
kabupaten; dan (3) ketidakpedulian rakyat atas pemerintah. Lembaga desa tetap sebagai
kineja aparatur desa. Ketidakmampuan aparatur lembaga masyarakat di bawah kontrol Negara.
desa tentu berhubungan dengan kualifikasi Kebijakan ini sama dan sebangun dengan
pendidikan, keterampilan, pengembangan, dan kebijakan pemerintah pendudukan tentara
pembinaannya. Mengingat status aparatur desa Jepang yang mengubah volksgemeenschappen
bukan aparatur sipil negara maka persyaratan menjadi ku yang membawahi aza, dan
tersebut tidak dimiliki. tonarigumi14.
10
Nurcholis, Hanif, 2007, Teori dan Praktik: Pemerintahan
12
Kurusawa, Aiko.,1993, Mobilisasi dan Kontrol, Studi
dan Otonomi Daerah, Jakarta: Grasindo tentang Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa 1942-1945.
11
Setyoko, Paulus Israwan, 2011, Akuntabilitas Administrasi Jakarta: Grasindo
Keuangan Program Alokasi Dana Desa (ADD), dalam
13
Jenkins, David, 2010, Soeharto di Bawah Militerisme
Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Vol. 11, Nomor 1, Januari Jepang. Depok: Komunitas Bambu
2011, Program Pasca Sarjana Universitas Riau
14
Nurcholis, Hanif, 2011, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa. Jakarta: PT Penerbit Erlangga

90 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014


Kesamaan model fascisme Pemerintahan sebagaimana diatur di bawah IGO 1906 dan
Soeharto adalah juga membentuk lembaga- IGOB 1938. Pasal 18 UUD 1945 (sebelum
lembaga rakyat berdasarkan prinsip mobilisasi amandemen) mengatur tentang daerah besar
dan kontrol. Lembaga-lembaga baru di desa yang dan daerah kecil. Desa/nagari/marga dan
dibentuk rezim Soeharto dan dilanjutkan sampai sebagainya masuk di bawah pengaturan daerah
sekarang berdasarkan prinsip mobilisasi dan otonom kecil asimetris karena mempunyai
kontrol adalah RW (Rukun Warga, kelanjutan susunan asli. Pasal 18 B ayat (1) memberi
Aza zaman Jepang), RT (Rukun Tetangga, panduan bahwa Negara dapat membentuk
kelanjutan Tonarigumi zaman Jepang), Hanra daerah istimewa di samping daerah khusus.
(Pertahanan Rakyat, kelanjutan Heiho zaman Menurut Soepomo desa/marga/nagari dan
Jepang), Kamra (Keamanan Rakyat, kelanjutan sebagainya adalah volksgemeenschappen yang
Keibodan zaman Jepang), PKK (Pembinaan dalam alam kemerdekaan dijadikan daerah
Kesejahteraan Keluarga, kelanjutan Bujingkai otonom kecil yang bersifat istimewa karena
zaman Jepang), dan Karang Taruna (kelanjutan memiliki susunan asli. TAP MPR No. IV
Seinendan zaman Jepang). Perbedaannya jika Tahun 2000 tentang Rekomendasi Kebijakan
pada zaman pendudukan Jepang semua lembaga dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah
bentukannya dimobilir dan dikontrol untuk mengamanatkan kepada pembuat undang-
kepentingan perang sedangkan pada masa undang untuk melakukan revisi mendasar
rezim Soeharto dimobilisir dan dikontrol untuk terhadap undang-undang pemerintahan daerah
kepentingan politik rezim: kelanjutan rezim sebagai upaya penyesuaian terhadap Pasal
militer untuk dan atas nama kelangsungan 18 Undang-Undang Dasar 1945, termasuk
pembangunan. pemberian otonomi bertingkat terhadap
Sebenarnya kedudukan Desa dalam sistem propinsi, kabupaten/kota, desa/nagari/marga,
pemerintahan modern Indonesia telah digagas dan sebagainya. Jadi, berdasarkan konsepsi
oleh founding fathers dalam sidang-sidang Badan Yamin, Soepomo, UUD 1945, dan TAP
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia MPR No. IV/ 2000, desa/ nagari/ marga, dan
(BPUPKI) 1945, diatur dalam Penjelasan UUD sebagainya atau volksgemeenschappen yang
1945 Pasal 18 angka II, diberi panduan oleh Pasal pada zaman Belanda dibiarkan mengatur dan
18 B ayat (1) UUD 1945, dan direkomendasikan mengurus dirinya sesuai dengan hukum adat
oleh TAP MPR No. IV/ 2000. Dalam sidang masing-masing dan ditempatkan di luar sistem
BPUPKI Moch. Yamin menyampaikan gagasan pemerintahan formal, pada era kemerdekaan
tentang pemerintahan atas, pemerintahan dirubah menjadi daerah otonom kecil yang
tengah, dan pemerintahan kaki. Soepomo bersifat istimewa karena memiliki susunan asli,
menyampaikan gagasan tentang daerah bukan dijadikan “unit pemerintahan palsu”
otonom istimewa yang terdiri atas zelfbesturende sebagaimana diatur dalam UU No. 5/ 1979 jo
landshappen dan volksgemeenschappen15. Yamin UU No. 22/ 1999 jo UU No. 32 / 2004 jo UU
dengan tegas menyebut pemerintahan kaki No. 6/ 2014.
adalah desa yang dibarui dan dirasionalkan
yang diletakkan dalam sistem pemerintahan IV. KESIMPULAN DAN SARAN
resmi, tidak diletakkan di luarnya. Seopomo A. Kesimpulan
dengan tegas menyebut volksgemeenschappen Berdasarkan temuan dan pembahasan,
dijadikan daerah otonom kecil yang bersifat pemerintah desa yang diatur oleh UU No.
istimewa/ asimetris sebagaimana ditulis dalam 32/ 2004 Juncto UU No. 6/ 2014 adalah
Penjelasan pasal 18 UUD 1945 angka II, bukan “pseudo government unit” di bawah administrasi
dipertahankan sebagai volksgemeenschappen pemerintah kabupaten/kota. Ia bukan instansi
15
Sekretariat Negara RI., 1995, Risalah Sidang-sidang vertikal karena kementerian pusat tidak
BPUPKI dan PPKI 28 Mei-22 Agustus 1945, Jakarta: menempatkan pejabat dan infra strukturnya di
Sekretariat Negara RI

Hanif Nurcholis: Pemerintah Desa: "Unit Pemerintah Palsu"..... 91


sini. Ia bukan local self government atau local state tetap miskin karena lembaga pemerintahannya
government karena bukan unit pemerintahan tidak mampu memberdayakan rakyat. Peningkatan
di daerah yang dibentuk pemerintah pusat kesejahteraan rakyat adalah fungsi pelayanan
berdasarkan asas desentralisasi dan/atau publik oleh pemerintah formal yang terdiri atas
dekonsentrasi. Ia juga bukan nongovernment civil and public service, development for economic
organizations karena statusnya adalah organisasi growth, dan protective service16.
subordinat pemerintah. Ia bukan community
karena kewenangan, struktur organisasi, B. Saran
fungsi dan tugas, dan mekanisme kerjanya Untuk itu, Desa perlu direstrukturisasi
diatur Negara melalui peraturan perundang- sesuai dengan amanat UUD 1945 dan TAP
undangan formal. Ia tidak menyelenggarakan MPR No. IV/2000. Untuk keperluan ini
urusan community tapi menyelenggarkan perlu dilakukan penelitian mendalam atas
urusan pemerintah atasan. Akan tetapi, ia semua desa di Indonesia. Setelah diteliti, desa
adalah lembaga negara karena dibentuk Negara kemudian diklasifikasi menjadi tiga kelompok:
melalui Undang-Undang dan melaksanakan 1) sebagai kesatuan masyarakat hukum adat
urusan pemerintahan dari pemerintah atasan. yang memang masih hidup; 2) sebagai kesatuan
Dampak dari status desa yang hanya masyarakat hukum adat yang sudah tidak
sebagai “unit pemerintahan palsu” adalah, hidup dalam praktik tapi belum benar-benar
(1) lembaganya tidak mempunyai kapasitas mati sehingga masih dapat dihidupkan kembali;
menyelenggarakan pemerintahan dan 3) sebagai kesatuan masyarakat hukum adat
memberikan pelayanan publik sesuai dengan yang sudah benar-benar mati sebagaimana
standar pelayanan minimal, (2) rakyat desa dikemukakan Jimly Asshiddiqqi17. Kepada desa
tidak mendapatkan hak konstitusionalnya yang masuk kelompok pertama Pemerintah
dalam pelayanan publik karena dilayani oleh mengakui, rekognisi (Pasal 18 B ayat 2 UUD
“unit pemerintahan palsu”, (3) rakyat desa 1945). Kepada desa yang masuk kelompok
cenderung diperas oleh pemerintah desa kedua Pemerintah melakukan revitalisasi
dengan dalih kewajiban adat: pembayaran sehingga adat istiadat yang sudah mati bisa
uang administrasi, pembayaran uang pologoro dihidupkan kembali dan akhirnya mengakui,
atas penjualan tanah, pembayaran uang saksi rekognisi (Pasal 18 B ayat 2 UUD 1945).
(panyeksen), dan kerja rodi (herrendienst) yang Adapun kepada desa yang masuk kelompok
diperhalus menjadi gotong royong; dan (4) ketiga Pemerintah membuat dua kebijakan: 1)
pada gilirannya rakyat desa tidak bisa keluar desa yang sudah urban dimasukkan ke dalam
dari kemiskinannya. Lembaga desa tidak sistem administrasi pemerintah kabupaten/kota
mempunyai kapastias menyelenggarakan dan 2) desa yang masih berciri rural digabung
pemerintahan dan memberikan pelayanan lalu dijadikan daerah otonom kecil berbasiskan
publik sesuai dengan standar pelayanan minimal adat sebagai daerah otonom asimetris (Pasal
karena struktur organisasinya sederhana, 18 dan Penjelasannya UUD 1945 asli, Pasal
pegawainya tidak mempunyai kualifikasi dan 18 B ayat 1 UUD 1945, dan TAP MPR No.
kompetensi karena bukan aparatur sipil negara IV/2000). Menjadikan Desa sebagai daerah
dan tidak mempunyai infrastruktur yang otonom asimetris sebagaimana rekomendasi
mendukung. Sebagai warga negara, rakyat MPR tersebut merupakan langkah yang benar
desa tidak mendapatkan hak konstitusional dan strategis dalam penataan pemerintahan
dalam pelayanan sipil dan publik dari Negara daerah modern ke depan karena memberikan
karena lembaga yang melayani adalah “unit
16
Nurcholis, Hanif, 2007, Teori dan Praktik: Pemerintahan
pemerintahan palsu”. Rakyat desa diperas oleh
dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
pemerintah desa karena untuk mendapatkan Indonesia
pelayanan publik harus membayar. Rakyat desa 17
Asshiddiqqi, Jimly, 2006, Hukum Acara Pengujian Undang-
Undang. Jakarta: Konstitusi Press

92 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014


kepastian hukum atas status desa dan ------------------------. (2011). Pertumbuhan dan
merupakan realiasasi gagasan founding fathers Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta:
yang visioner tersebut. PT Penerbit Erlangga
Konsekuensinya, Pasal 1-95 UU No. 6/ 2014 -----------------------. (2013). Village-Oriented
yang mengatur Desa bentukan regim Soeharto Administration in Indonesia: The Lowest
dicabut karena bertentangan dengan Pasal 18 B Level of Unconstitutional Administration,
ayat (2) UUD 1945. Adapun Pasal 96-118 UU dalam Proceding Seminar “2013 International
No. 6/ 2014 yang mengatur Desa Adat tetap Conference on Public Administration Public
dipertahankan karena merupakan ketentuan Sector Reform & Government in Transition:
organik dari Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945. Values, Institutions, Leadership, Citizen
Kemudian, Desa bentukan regim Soeharto Engagement, & Human Rights, University
dijadikan daerah otonom kecil asimetris berbasis of Makati, Philippines October 1-2, 2013,
adat sebagaimana dimanatkan oleh Pasal 18 Makaty University, Phillipine
dan Penjelasannya (UUD 1945 asli), Pasal 18 B
ayat (1) UUD 1945 (Pasca Amandemen), dan Nurcholis, Hanif, dkk. (2013). Village
TAP MPR No. IV/ 2000. Administration in Indonesia: A “Pseudo
Government Unit” dalam Proceding Seminar
“Public Administration and Happiness: Policy
Management & Politics from the Global
DAFTAR PUSTAKA Perspectives” di Daegu Korea, 25-27 Juni 2014
Sekretariat Negara RI. (1995). Risalah Sidang-
sidang BPUPKI dan PPKI 28 Mei - 22
Agustus 1945, Jakarta: Sekretariat Negara
Asshiddiqqie, Jimly. (2006). Hukum Acara
Setyoko, Paulus Israwan. (2011). Akuntabilitas
Pengujian Undang-Undang. Jakarta:
Administrasi Keuangan Program Alokasi
Konstitusi Press
Dana Desa (ADD), dalam Jurnal Ilmu
--------------------------. (2010). Perkembangan & Administrasi Negara, Vol. 11, Nomor 1,
Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi. Januari 2011, Program Pasca Sarjana
Jakarta: Sinar Grafika Universitas Riau
Chema, G. Shabbir, and Rondinelli, Dennis Soekanto, Surjono. (2012). Hukum Adat
A., ed. (1983), Decentralization and Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers
Development, Policy Implementation in
Stoker, Gerry. (1991). The Politics of Local
Developing Countries. London: Sage
Government. London: MacMillan
Horton, Paul B. and Hunt, Chesteer L. (1984).
Sudiyat, Iman. (2010). Asas-Asas Hukum Adat
Sociology. Tokyo: McGraw-Hill
Bekal Pengantar. Yogyakarta: Liberty
Jenkins, David. (2010). Soeharto di Bawah
Suhartono, et.al. (2001). Politik Lokal, Parlemen
Militerisme Jepang. Depok: Komunitas
Desa: Awal Kemerdekaan sampai Jaman
Bambu
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Lapera
Kurusawa, Aiko. (1993). Mobilisasi dan Kontrol, Pustaka Utama
Studi tentang Perubahan Sosial di Pedesaan
Ter Haar, B. et al. (2011). Asas-Asas dan Tatanan
Jawa 1942-1945. Jakarta: Grasindo
Hukum Adat. Bandung: Mandar Maju
Nurcholis, Hanif. (2007). Teori dan Praktik:
Triputro, R. Widodo. (2002). Reposisi
Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta:
Birokrasi Pemerintah Desa. Jurnal Ilmu
PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Sosial Alternatif. Jakarta: Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa
Hanif Nurcholis: Pemerintah Desa: "Unit Pemerintah Palsu"..... 93
Inlandsche Gemeente Ordonnantie 1906 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965
Inlandsche Gemeente Ordonnantie tentang Desapraja
Buitengewesten 1938 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Desa Ordonnantie 1941 Pemerintahan Desa

Osamu Seirei Nomor 27 Tahun 1942 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999


tentang Pemerintahan Daerah
Osamu Seirei Nomor 28 Tahun 1942
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Undang-Undang Dasar 1945 (Sebelum tentang Pemerintahan Daerah
Amandemen)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Undang-Undang Dasar 1945 (Sesudah Aparatur Sipil Negara
Amandemen)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Desa
Peraturan Mengenai Kedudukan Komite
Nasional Daerah TAP MPR RI No. IV Tahun 2000 tentang
Rekomendasi Kebijakan dalam
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 Penyelenggaraan Otonomi Daerah
Peraturan Tentang Penetapan Aturan-Aturan
Pokok Mengenai Pemerintahan Sendiri di Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
Daerah-Daerah yang Berhak  Mengatur dan tentang Desa
Mengurus Rumah Tangganya Sendiri Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 31/
Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah PUU-V/2007

94 Politica Vol. 5 No. 1 Juni 2014

Anda mungkin juga menyukai