Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
Dalam penulisan makalah Kurikulum dan Buku Teks Sejarah ini, tentu
saja kami tidak dapat menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Kurikulum dan Buku Teks, yaitu Bapak Abd. Haris Nasution, S.Pd, M.Pd
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
dimana masih banyak kekurangan yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu,
kami sebagai penulis dengan penuh kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini untuk ke depannya. Akhir kata kami mengucapkan
selamat membaca dan semoga materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ................................................................................................ 21
B. Saran ........................................................................................................... 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan curere
(tempat berpacu), dan pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga. Pada saai
itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari
dalam start sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan. Kemudian,
pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata
pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai
akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.
Berdasarkan pengertian di atas, dalam kurikulum terkandung dua hal pokok,
yaitu: 1) adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa, dan 2) tujuan
utamanya yaitu untuk memperoleh pelajaran. Dengan demikian, implikasinya
terhadap praktik pengajaran, yaitu setiap siswa harus menguasai seluruh mata
pelajaran yang diberikan dan menempatkan guru dalam posisi yang sangat penting
dan menentukan.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah di dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum?
2. Apa yang dimaksud dengan komponen pengembangan kurikulum?
3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pengembangan kurikulum?
1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui model pengembangan kurikulum.
2. Untuk mengetahui komponen pengembangan kurikulum.
3. Untuk mengetahui pendekatan pengembangan kurikulum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Administrative, Grass root, Demontrasi, Miller-seller, Taba dan model
Beauchamp.
a. Model Ralph Tyler
Model pengembangan kurikulum ynag di kemukakan tyler (1949)
diajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-
langkah dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, menurut tyler ada
empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum yang
meliputi:
1. Menentukan tujuan pendidikan.
2. Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan.
3. Menentukan organisasi pengalaman belajar.
4. Menentukan evaluasi pembelajaran.
b. Model Administratif
Pengembangan kurikulum model ini disebut juga dengan istilah dari atas
ke bawah (top down) atau staf lini (line- staff procedure), artinya pengembangan
kurikulum ini ide awal dan pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas
pembuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum.
Tim ini bertugas untuk mengembangkan konsep umum landasan, rujukan,
maupun strategi pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun kurikulum
secara operasional berkaitan dengan pengembangan atau perumusan tujuan
pendidikan maupun pembelajaran, pemilihan atau menyusun rambu-rambu dan
subtansi materi pembelajaran, menyususn alternative proses pembelajaran, dan
menentukan penilaian pembelajaran.
Kurikulum ini merupakan kurikulum yang bentuknya seragam dan bersifat
sentralistik, sehingga krang sesuai jika diterapkan dalam dunia pendidikan yang
menganus asas desentralisasi.
4
kurikulum, penyelesaian permasalahan kurikulum. 3) guru harus terlibat langsung
dalam perumusan tujuan , pemilihan bahan dan penentuan eveluasi. 4) seringnya
pertemuan kelompok dalam pembahasan kurikulum yang akan berdampak
terhadap pemahaman kurikulum yang akan berdampak terhadap pemahaman guru
dan akan menghasilkan consensus tujuan, prinsip, maupun rencana-rencana.
d. Model Demontrasi
Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model ini diantaranya adalah 1)
kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses yang
telah diuji dan diteliti secara ilmiah. 2) perubahan kurikulum dalam skala kecil
atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak
administrator, akan berbeda dengan perubahan kurikulum yang sangat luas dan
kompleks 1) kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui
proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah. 2) perubahan kurikulum dalam
skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak
oleh pihak administrator, akan berbeda dengan perubahan kurikulum yang sangat
luas dan kompleks. 3) hakikat model demontrasi berskala kecil akan terhindar dari
kesenjangan dokumen dan pelaksanaan dilapangan. 4) model ini akan
menggerakkan inisiatif kreativitas guru–guru serta memberdayakan sumber-
sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam
mengembangkan program yang baru.
e. Model Miller-Seller
Pengembangan kurikulum ini ada perbedaan dengan model-model
sebelumnya. Model pengembangan kurikulum Miller-Seller merupakan
pengembangan kurikuum kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model
transaksi (Taba’s & Robinson) dengan tahap pengembangan sebagai berikut
1. Klarifikasi orientasi kurikulum
2. Pengembangan tujuan
3. Identifikasi model mengajar
4. Implementasi
5
f. Model Taba (Inverted Model)
g. Model Beauchamp
TUJUAN
EVALUASI ISI
METODE
6
Komponen-komponen yang membentuk sistem kurikulum, yaitu:
1. Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan.
Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau
sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan
suatu masyarakat yang dicita-cita kan. Misalkan, filsafat atau sistem nilai yang
dianut masyarakat Indonesia adalah Pancasila, maka tujuan yang diharapkan
tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang Pancasilais.
Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan misi dan visi sekolah
serta tujuan-tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan
tujuan proses pembelajaran.
Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat
umum sampai tujuan yang khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur, yang
kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi
empat, yaitu:
a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Dengan kata lain, tujuan yang dapat didefenisikan sebagai kualifikasi
yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat
7
menyelesaikan program disuatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan institusional
merupakan tujuan untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk
kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, misalnya standard kompetensi
pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan jenjang pendidikan tinggi.
Tujuan kurikeler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi
atau mata pelajaran. Oleh sebab itu, tujuan kurikuler dapat didefensikan sebagai
kualifikasi yang harus dimiliki siswa setelah mereka menyelesaikan suatu bidang
studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler juga pada
dasarnya merupakan tujuan untuk mencapai lembaga pendidikan. Dengan
demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk
mencapai tujuan institusional. Contoh tujuan kurikuler adalah tujuan bidang studi
Matematika di SD, tujuan pelajaran IPS di SLTP, dan sebagainya. Dalam
kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan kurikuler
tergambarkan pada standard isi setiap mata pelajaran atau bidang studi yang harus
dikuasai siswa pada setiap satuan pendidikan.
8
a. Domain Kognitif
1) Pengetahuan (Knowledge)
2) Pemahaman (Comprehension)
9
atau kemampuan untuk melanjutkan atau memprediksi sesuatu berdasarkan pola
yang sudah ada.
3) Penerapan (application)
Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip,
prosedur pada situasi tertentu. Kemampuan menerapkan merupakan tujuan
kognitif ynag lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan pengetahuan dan
pemahaman. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan suatu
bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus, dalil, hukum, konsep,
ide dan sebagainya ke dalam situasi baru yang konkret.
4) Analisis
Analisis adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan
pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubunngan antar bagian
bahan itu. Analisis merupakan tujuan pembelajaran yang kompleks yang hanya
mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah dapat menguasai
kemampuan memahami dan menerapkan. Analisis sangat berhubungan dengan
kemampuan nalar.
5) Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam
suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana atau
melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia. Kalau analisis
mampu menguraikan menjadi bagian-bagian, maka sintesis adalah kemampuan
menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi sesuatu yang utuh.
6) Evaluasi
Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif. Tujuan
ini berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu
berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Dalam tujuan ini, terkandung pula
kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagai pertimbangan
dan ukuran tertentu.
10
b. Domain Afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Artinya,
seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek manakala telah
memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi. Menurut Krathwohl dan kawan-
kawan (1964), dalam bukunya Taxonomy od Educational Objectives: Affective
Domain, domain afektif memiliki tiga tingkatan, yaitu:
1) Penerimaan
Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap
gejala, kondisi, keadaan, atau suatu masalah. Seseorang memiliki perhatian yang
positif terhadap gejala-gejala tertentu manakala mereka memiliki kesadaran
tentang gejala, kondisi atau objek yang ada. Kemudian juga menunjukkan
kerelaan untuk menerima, bersedia untuk memerhatikan gejala, atau kondisi yang
diamatinya. Akhirnya, mereka memiliki kemauan untuk mengarahkan segala
perhatiannya terhadap objek itu.
2) Merespons
Merespons atau menanggapi ditunjukkan oleh kemauan untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu seperti kemauan untuk menyelesaikan
tugas tepat waktu, kamauan untuk mengikuti diskusi, kemauan untuk membantu
orang lain dan sebagainya. Respons biasanya diawali dengan diam-diam,
kemudian dilakukan dengan sungguh-sungguh dan kesadaran, setelah itu baru
dilakukan dengan penuh kegembiraan dan kepuasan.
3) Menghargai
Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuk memberi penilaian atau
kepercayaan kepada gejala atau suatu objek tertentu. Menghargai terdiri dari
penerimaan suatu nilai dengan keyakinan tertentu seperti menerima adanya
kebebasan atau persamaan hak antara laki-laki dan perempuan; mengutamakan
suatu nilai seperti memiliki keyakinan akan kebenaran suatu ajaran tertentu, serta
komitmen akan kebenaran yang diyakini dengan aktivitas.
4) Mengorganisasi
Tujuan ini berhubungan dengan organisasi yang berkenaan dengan
pengembangan nilai ke dalam sistem organisasi tertentu, termasuk hubungan
11
antarnilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu. Tujuan ini terdiri dari
mengonseptualisasi nilai, yaitu memahami unsur-unsur abstrak dari suatu nilai
yang telah dimiliki dengan nilai-nilai yang datang kemudian; serta
mengorganisasikan suatu sistem nilai, yaitu mengembangkan suatu sistem nilai
yang saling berhubungan antara yang satu dengan lainnya.
5) Karakteristik Nilai
Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi sistem nilai
dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang dibangunnya itu
dijadikan pandangan (falsafah) hidup serta dijadikan pedoman dalam bertindak
dan berperilaku.
c. Domain Psikomotor
Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan
keterampilan atau skill seseorang. Ada tujuh tingkatan yang termasuk ke dalam
domain itu:
1) Persepsi (Perception)
Persepsi merupakan kemampuan seseorang dalam memandang sesuatu
yang dipermasalahkan. Persepsi pada dasarnya hanya mungkin dimiliki oleh
seseorang sesuai dengan sikapnya. Oleh karena itu, dalam kemampuan
mempersepsi terkandung kemampuan internalisasi nilai yang didasarkan pada
proses pengorganisasikan intelektual yang selanjutnya akan membentuk
pandangan seseorang.
2) Kesiapan (Set)
Kesiapan berhubungan dengan kesediaan seseorang untuk melatih diri
tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan dengan perilaku-perilaku khusus,
misalnya tergambar dari motivasinya, kemauan, partisipasi serta kemampuan
menyesuaikan diri dengan situasi yang ada.
3) Meniru (Imitation)
Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempraktikkan gerakan-
gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya. Kemampuan meniru tidak
selamanya diikuti oleh pemahaman pentingnya serta makna gerakan yang
12
dilakukan. Misalnya, kemampuan anak untuk menirukan bunyi bahasa seperti
yang dicontohkan, atau gerakan motorik lainnya.
4) Membiasakan (Habitual)
Membiasakan adalah kemampuan seseorang untuk mempraktikkan
gerakan-gerakan tertentu tanpa harus melihat contoh. Kemampuan habitual sudah
merupakan kemampuan yang didorong oleh kesadaran dirinya walaupun gerakan
yang dilakukan itu masih seperti pola yang ada.
5) Menyesuaikan (Adaption)
Beradaptasi gerakan atau kemampuan yaitu dimana mampu untuk
menyesuaikan keadaan situasi dan kondisi yang ada.
6) Menciptakan
Tahap akhir dari keterampilan ini adalah tahap mengorganisasikan, yakni
kemampuan seseorang untuk berkreasi dan mencipta sendiri suatu karya. Tahap
ini merupakan tahap puncak dari keseluruhan kemampuan, yang tergambar dari
kemampuannya menghasilkan sesuatu yang baru.
2. komponen Isi/Materi Pelajaran
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan
pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut
semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran
yang biasanya tergambar pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun
aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya
diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
3. Komponen Metode/Strategi
Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat
penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Strategi merupakan
rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai
tujuan tertentu. T. Rakajoni (1989) mengartikan strategi pembelajaran sebagai
pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ada dua hal yang perlu di
mengerti yaitu :
13
1. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk menggunakan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya/kekuatan dalam pembelajaran,
2. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua
keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.
Dengan demikian, Penyusunan langkah-langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semua nya diarahkan dalam
upaya pencapaian tujuan.
Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal dinamakan
metode. Metode digunakan untuk merelisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Misalnya, untuk melaksanakan strategi ekspositari bisa digunakan metode
ceramah sekaligus metode Tanya jawab atau bahkan diskuis dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media
pembelajaran.
Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah
pendekatan (approach). Sebenarnya pemdekatan berbeda dengan strategi maupun
metode. Roy Killen (1998) Misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam
pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered
approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (Student-centered
approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.
Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan
strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
Pendekatan ini bersifat masih sangat umum dan dapat menggunakan strategi atau
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari
pendekatan tertentu.
Dilihat dat kemasan materi dan cara siswa mempelajari metode itu,
Menurut Rowntree (1974) Strategi dibagi atas 4 strategi, yaitu:
14
1. Strategi Exposition, Bahan ajara sudah dikemas sedemikian rupa, sehigga siswa
tinggal menguasai nya.
2. Strategi Discovery Learning, Bahan ajar tidak dikemas dalam bentuk yang
sudah jadi, tetapi siswa diharapkan dapat beraktivitas secara, mencari dan
mengumpulkan informasi, membandingkan, menganalisis.
3. Strategi Groups, Apabila sisa belajar secara berkelompok bersama-sama,
mempelajari bahan yang sama, oleh guru yang sama tanpa memperhatikan
perbedaan minat.
4. Strategi Individu, Pembelajaran yang dilihat dari kemampuan dasar siswa,
kecepatan belajar, bahkan memperhatikan minat dan bakat siswa secara penuh.
Siswa yang cepat belajar, akan cepat pula menyelesaikan program
pembelajaran, sedangkan siswa yang lambat, akan lambat pula dalam
menyelesaikan program pendidikan nya. Kesempatan untuk maju cepat
menyelesaikan program pembelajaran sesuai dengan kempuan yang dia miliki
oleh strategi pembelajaran klasikal. Strategi atau metode berkaitan dengan upaya
yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Strategi yang ditetepkan
dapat berupa strategi yang menempatkan siswa sebagai pusat dari setiap kegiatan,
Student Centered, sedangkan strategi yang berpusat pada gutu yang dinamakan
Teacher Centered.
4. Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir
(Oliva, 1988). Proses tersebut meliputi Perencanan, Implementasi, dan Evaluiasi.
Evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan
kurikulum. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian
tujuan dan juga Evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
ditentukan telah tercapai atau belum, atau Evaluasi digunakan sebagai umpan
balikdalam perbaikan strategi yang telah ditentukan. Kedua fungsi tersebut
menurut Scriven (1967) adalah Evaluasi sebagai fungsi sumatif dan Evaluasi
sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan
pencapaian tujuan dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu tes dan nontes.
15
A. Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif
atau tingkat penguasaan materi pembelajaran. Hasil tes biasanya diolah secara
kuantitatif. Proses pelaksanaan tes hasil belajar dilakukan setelah berakhir
pembelajaran satu pokok bahasan, atau setelah selesai satu caturwulan atau satu
semester yang dinamakn tes sumasif yang digunakan untuk menilai keberhasilan
siswa dalam proses pembelajaran sebagai baham untuk buku kemajuan belajar
(nilai raport). Sedangkan tes yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar
atau mungkin setelah selesai satu pokok bahasan dinamakan tes formatif, karena
fungsinya bukan untuk melihat keberhasilan siswa akan tetapi digunakan sebagai
umpan balik untuk perbaikan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.
16
2. Jenis-Jenis Tes
Tes hasil belajar dapat di bedakan atas beberapa jenis. berdasarkan jumlah
peserta, tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes kelompok dan tes individu.
Tes kelompokadalah tes yang dilakukan terhadap sejumlah siswa secara bersama-
sama, sedangkan tes individu adalah tes yang dilakukan kepada seorang siswa
secara perorangan.
Tes juga dapat diliha dari pelaksanaan nya yang dapat dibedakan menjadi
tes tertulis dan tes lisan. Tes tertulis alah tes yang dilakukan dengan cara siswa
menjawab sejumlah item soal dengan cara tertulis. Tes tulisan ada dua jenis yaitu
tes esai dan tes objektif. Tes esai adalah bentuk tes dengan cara siswa diminta
untuk menjawab pertanyaan secara terbuka, yaitu menjelaskan atau menguraikan
melalui kalimat yang disusun nya sendiri. Tes objektif adalah bentuk tes yang
mengharapkan siswa memilih jawaban yang sudah ditentukan.
B. Nontes
Nontes adalah alat Evaluasi yang biasa nya digunakan untuk menilai aspek
tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa jenis nontes
sebagai alat Evaluasi, diantaranya wawancara, bservasi, studi kasus, dan skala
penilaian.
1. Observasi
Observasi adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku
pada situasi tertentu. Ada dua jenis observasi yaitu :
a) Observasi paerisipatif, yaitu observasi yang dilakukan dengan menempatkan
observasi sebagai bagian di mana observasi itu dilakukan.
b) Observasi nonpartisipatif, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara
observasi murni sebagai pengamat.
2. Wawacara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang diwawancarai dan
yang mewawancarai. Ada dua jenis wawancara yaitu :
17
a) Wawancara langsung, yaitu pewawancara melakukan komnikasi subjek yang
ingin dievaluasi.
b) Wawancara tidak langsung, yaitu pewawancara ingin mengumpulkan data
subjek melalui perantara.
3. Studi Kasus
Studi kasus dilakukan untuk mempelajari individu dalam periode tertentu
secar terus-menerus. Misalnya, ingin mempelajari bagaimana sikap dan kebiasaan
siswa tertentu dalam minat belajar Sejarah di dalam kelas selama satu semester.
4. Skala Penilaian
Skala penilaian atau biasa disebut Rating Scale merupakan salah satu alat
penilaian dengan menggunakan skala yang telah disusun dari ujung negatif
sampai dengan ujung positif., sehingga pada skala tersebut penilaian tinggal
membubuhi tanda centang (√).
18
kebijakan (pejabat) pendidikan seperti dirjen atau para kepala Kantor Wilayah.
Biasanya pendekatan ini banyak dipakai di Negara-negara yang memiliki system
pendidikan sentralisasi.
Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum model ini dilakukan
kira-kira seperti berikut:
Langkah ketiga, apabila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau
kelompok kerja, selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji
dan diberi catatan-catatan atau direvisi. Bila dianggap perlu kurikulum itu diuji
cobakan dan dievaluasi kelayakannya, oleh suatu tim yang ditunjuk oleh para
administrator. Hasil uji coba itu digunakan sebagai bahan penyempurnaan.
19
2. Pendekatan Grass Roots
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pengembangan kurikulum, selain menekankan pada komponen, dan
pendekatan, dalam mengembangkan kurikukulum juga perlu mengkaji tentang
model atau pola pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum
merupakan cara untuk mendeskirpsikan, menganalisis, dan mebuat skema dari
organisme kurikulum. Karena adanya tekanan psikologi maka perlu cara-cara
khusus untuk mengembangkan kurikulum sehingga tujuan pembelajaran bias
dicapai. Setiap manusia mempunya latar belakang yang berbeda-beda oleh karena
itu penangannya juga harus menggunakan model pengembangan yang berbeda.
Dengan demikian maka pengguanaan model-model pengembangan kurikulum di
setiap Tingkat satuan pendidikan juga harus berbeda karena setiap sekolah
tersebut memiliki ciri khas, kurikulum, dan sumber daya yang berbeda.
B. Saran
Berdasarkan makalah ini, kita daapat mengetahui bahwa dalam kurikulum
juga harus dilakukan pengembangan sesuai kemajuan teknologi dan zaman, dan
seharusnya setiap sekolah harus mengembangkan kurikulum tersebut berdasarkan
kebutuhan siswa dan kemampuan guru, sehingga pada akhirnya tujuan
pembelajaran di sekolah bisa terpenuhi dengan baik.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ruhimat, Toto, dkk. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
22